Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi yang semakin canggih di era modern mempengaruhi
perkembangan dunia usaha sehingga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Para
pelaku usaha diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut serta mampu
menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat agar tujuan perusahaan dapat tercapai
secara optimal. Persaingan harga, kualitas, dan sebagainya menjadikan sebagian
perusahaan harus membenahi berbagai aspek di dalam perusahaannya agar mampu
menghadapi persaingan tersebut. Perusahaan harus memaksimalkan pemakaian sumber
daya yang dimiliki agar dapat berproduksi secara optimal, meminimumkan pemborosan,
dan melakukan proses produksi yang efisien dan efektif.

Perhitungan harga pokok produksi merupakan kegiatan yang sangat penting


dilakukan oleh setiap perusahaan. Dalam perhitungan harga pokok produksi yang tepat,
maka harga jual suatu produk dapat diketahui dan ditentukan dengan tepat sehingga
produk tidak overcost (dibebani biaya lebih dari yang seharusnya) dan juga tidak
undercost (dibebani biaya kurang dari yang seharusnya).

Penentuan harga pokok produk menurut Mulyadi (2001:49), dapat dihitung dengan
dua pendekatan, yaitu dengan menggunakan full costing dan variable costing. Full
Costing merupakan salah satu metode penentuan kos produk, yang membebankan seluruh
biaya produksi sebagai kos produk, baik biaya produksi yang berperilaku variabel
maupun tetap. Variable costing merupakan salah satu metode penentuan kos produk, di
samping full costing, yang membebankan hanya biaya produksi yang berperilaku variabel
saja kepada produk. Full costing dan variable costing merupakan metode penentuan kos
produk konvensional, yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur pada
masa lalu. Alokasi biaya yang tepat dibutuhkan untuk menentukan harga pokok produksi
yang akurat. Biaya langsung dapat ditelusuri dengan mudah namun biaya overhead sulit
untuk ditelusuri. Maka dibutuhkan suatu metode yang dapat mengalokasikan biaya
overhead secara tepat ke tiap produk. Selama ini perusahaan menggunakan biaya
konvensional yang membebankan biaya secara tidak tepat ke tiap produk. Activity Based
Costing (ABC) menurut Slamet (2007:103) merupakan sistem pembebanan biaya dengan
cara pertama kali menelusuri biaya aktivitas dan kemudian ke produk. Dalam ABC
mempergunakan lebih dari satu pemicu biaya (cost driver) untuk mengalokasikan biaya
overhead pabrik ke masing-masing produk. Sehingga biaya overheadpabrik yang
dialokasikan akan menjadi lebih proposional dan informasi mengenai harga pokok
produksinya lebih akurat.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang ada yaitu, seberapa
besar harga pokok produksi dengan menggunakan sistem activity based costing.

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan identifikasi di atas, maka penulisan ini bertujuan untuk
Mendeskripsikan dan menganalisis tentang harga pokok produksi berdasarkan sistem
activity based costing pada penelitian sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN

Analisis penentuan harga pokok produksi pada PT TMG Surabaya dalam penelitian
sebelumnya oleh Anang Fachroji masih menggunakan sistem konvensional, tetapi saya
sebagai penganalisis tidak mempermasalahkan hal tersebut karena peneliti sebelumnya
sudah menghitung harga pokok pada perusahaan tersebut dengan menggunakan sistem
activity based costing. Namun pada penelitian yang dilakukan sebelumnya menurut saya
masih ada beberapa hal yang masih belum disampaikan oleh peneliti sebelumnya,
sehingga hasil penelitian tersebut kurang menarik untuk disajikan pada para pembaca.

Peneliti juga tidak menampilkan rumus yang digunakan dalam menghitung harga
pokok untuk membandingkan antara perhitungan komvensional dengan sistem activity
based costing dan ada beberapa hal yang menjadi perhatian utama dalam sistem activity
based costing yang terlupakan oleh peneliti sebelumny, sehingga pembaca bingun dan
merasa bosan untuk membaca tulisan tersebut. Saya sebagai penganalisis melihat
kekurangan tersebut, sehingga saya ingin menambahkan rumus beserta penjelasan
tentang hal-hal yang yang harus diperhatikan sebelum melakukan perhitungan dengan
siste activity based costing. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Activity Based Costing


Analisis penentuan harga pokok produksi yang lebih akurat dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem activity based costing. Menentukan harga pokok produksi
berdasarkan sistem activity Based Costing adalah menelusuri biaya dari sumber daya ke
aktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri dari :
Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas
Aktivitas dapat digolongkan menjadi empat level aktivitas yaitu,Unit Level Activity,
Batch Level Activity, Product Sustaining Activity, dan Facility Sustaining Activity. Namun
peneliti tidak memberikan informasi tentang biaya-biaya yang dialami oleh perusahaan
tersebut dalam penelitiannya. Peneliti hanya menampilkan harga jual dari kedua
perusahaan yang dijadikan sebagai pembanding. Peneliti juga tidak memperlihatkan
bahwa sistem activity Based Costing ini di tentukan berdasarkan aktivitas. Disini saya
memberikan gambaran tentang pengalokasian setiap biaya yang akan dihitung dalam
menentukan harga pokok produksi berdasarkan levelnya masing-masing.
Contoh : unuit Level Activity
Unit Level Activity Komponen BOP Jumlah

Unit Level Activity Biaya bahan penolong 1.115.712.000


Biaya listrik, air, dan 197.400.000
bahan bakar
Biaya slip/label 8.065.000
Biaya mika 208.728.000
Biaya etiket 21.996.000
Biaya sablon 4.399.000

Disini saya menggunakan contoh yang lain, karena peneliti sebelumnya tidak
memberikan informasi yang lengkap tentang data biaya perusahaan yang ditelitinya.
Pengidentifikasian ini dilakukan untuk mempermudah perusahaan dalam menghitung
cost driver yang ada dalam perusahaan.Seharusnya peneliti sebelumnya menampilkan
biaya-biaya yang ada pada perusahaan seperti contoh di atas. Agar setiap pembaca
mengetahui alur dari penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Setelah melakukan
identifikasi ini selanjutnya dilakukan perhitungan pool rate setiap levelnya.
Dengan rumus :
Rate = FOH Budgetting
Bassed

Atau Rate = Dep. FOH Budgetting


Dep. Bassed
Contoh:
Keteranga Unit Batch Product Facility Total
n
BBB 411.840.000 - - - 411.840.000
BTKL 83.160.000 18.888.000 27.720.000 14.376.000 144.144.000
BOP 426.171.421, 412.636,22 30.491.210,8 14.999.998, 472.075.266,
4 4 8 2 7
HPP 1.028.059.26
7
Unit Produk 74.880 Unit
HPP per unit Rp 13.729
(pembulatan)

Setelah selesai melakukan pembebanan biaya overhead pabrik, maka perhitungan


harga pokok produksi dengan menggunakan sistem Activity Based Costing dapat
dilakukan. Pada perhitungan HPP berdasarkan sistem Activity Based Costing yang ada
pada penelitian sebelumnya saya setuju dengan yang disajikan oleh peneliti, karena
dalam penelitian tesebut sudah dijelas bahwa perhitungan dengan metode konvensional
membebankan biaya overhead untuk tiap-tiap produk itu sama. Sedang dengan
menggunakan metode Activity Based Costing membebankan biaya overhead itu tidak
sama. Hal ini karena biaya metode Activity Based Costing membebankan lebih banyak
overhead produksi dengan volume yang lebih rendah dan cenderung membebankan
secara relatif lebih kecil terhadap produksi dengan volume yang lebih tinggi.

Selanjutnya perbandingan HPP antara Metode Konvensional dengan Metode ABC sudah
dijelaskan pada penelitian sebelumnya, saya tidak akan menyajikan kembali tabel
perbandingannya. Pada penelitian tersebut dapat dilihat bahwa penentuan harga pokok
produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing lebih akurat dari pada
metode konvensional, namun tidak selamanya metode Activity Based Costing lebih baik
dari metode konvensional dan perlu diingat bahwa tarif harusnya berdasarkan aktivitas
bukan anggaran, karena ABC hanya sebagai suplemen, bukan pengganti. Kesalahan
dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi akan memberikan dampak negatif
terhadap perusahaan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penelitian yang saya amati dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu: perhitungan
harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing pada
kenyataannya lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. Hal
ini disebabkan Activity Based Costing memisahkan biaya overhead kedalam kelompok-
kelompok dengan pemacu biaya yang berbeda sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan
mengalokasikan biaya ke tiap-tiap aktivitas dan kemudian kemasing-masing produk. Dari
hasil penelitian tersebut disebutkan bahwa pembebanan biaya overhead pabrik ke produk
terjadi penyimpangan biaya terhadap harga pokok produksi tiap produk.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka pengamat menyampaikan saran dalam
menyajikan sebuah hasil penelitian yang berkaitan dengan perhitungan sebaiknya
formulanya ditampilkan secara jelas dan hasil yang ditampilkan tersebut berkaitan
dengan data-data yang biasa nimasukkan dalam sebuah perhitungan seharusnya juga
ditampilkan untuk memperjelas antara judul dengan hasil penelitian, agar pembaca lebih
mudah dalam memahami hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., Brewer, Peter C. 2008. Akuntansi Manajerial. Edisi
Sebelas. Jakarta : Salemba Empat
Fachroji, Anang 2008. “Penentuan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode ABC di
PT TMG. Surabaya” eprints.upnjatim.ac.id/1222/1/anang.pdf (diunduh tanggal 19
November 2014 13:35).

Anda mungkin juga menyukai