Anda di halaman 1dari 41

1

FISIKA DASAR II
BUKU AJAR UNTUK MAHASISWA TEKNIK

OLEH :
DRA. DWI PURWANTI, MS
NIP.195910201990022001

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2010

1
2

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
BAB I. RELATIVITAS
A. TEORI RELATIVITAS KHUSUS
B. PENJUMLAHAN KECEPATAN SECARA RELATIVISTIK
C. PEMUAIAN WAKTU
D. KONTRAKSI LORENTZ
E. MASSA DAN MOMENTUM RELATIVISTIK
F. ENERGI RELATIVISTIK
BAB II. GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
A. TEORI MAXWELL TENTANG TIMBULNYA GELOMBANG
ELEKTROMAGNETIK.
B. SPEKTRUM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
C. APLIKASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI.
BAB III. ATOM
A. MODEL ATOM THOMSON DAN MASSA ELEKTRON
B. PERCOBAAN MILLIKAN DAN MUATAN ELEKTRON
C. MODEL ATOM RUTHERFORD
D. MASSA DAN MUATAN PROTON
E. MODEL ATOM NIELS BOHR
BAB IV. SIFAT CAHAYA
A. DUALISME SIFAT CAHAYA
B. RADIASI BENDA HITAM
C. EFEK FOTOLISTRIK
D. EFEK COMPTON
BAB V. SIFAT GELOMBANG DARI PARTIKEL
A. HIPOTESA DE BROGLIE
B. PRINSIP KETIDAKPASTIAN HEISENBERG
C. MODEL ATOM BARU
BAB VI. TEORI KUANTUM ATOM HIDROGEN
A. KELEMAHAN MODEL ATOM BOHR

2
3

B. BILANGAN KUANTUM
C. TRANSISI RADIAKTIF
BAB VII. INTI ATOM
A. BILANGAN ATOM DAN BILANGAN MASSA
B. ISOTOP
1. GAYA NUKLIR
2. PERANAN NEUTRON
C. RADIOAKTIVITAS
D. ALAT-ALAT PENDETEKSI RADIOAKTIVITAS
BAB VIII. REAKSI INTI
A. UMUR PARO
B. REAKSI INTI
C. PERUBAHAN MASSA DALAM REAKSI INTI
D. PERISTIWA REAKSI FUSI DAN FISI

3
4

PENDAHULUAN

Perbedaan fisika modern yang mulai diperkenalkan pada awal abad ke 20 dengan
fisika klasik yaitu fisika modern menyelidiki gejala-gejala pada skala ukuran yang
sangat kecil ( kira-kira 10-10 m ) dan pada skala kecepatan yang sangat tinggi yaitu
mendekati kecepatan cahaya c = 3 x 108 m/s atau disebut juga pada kecepatan
relativistik. Ternyata gejala-gejala pada skala atom tersebut dan penemuan tentang
gelombang elektromagnetik serta sifat dualisme dari cahaya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan berbagai bentuk teknologi baru seperti televisi, komputer,
pengendali jarak jauh ( remote control ). sel fotolistrik, laser, mesin roentgen, energi
nuklir dan sebagainya yang kesemuanya tidak mungkin dapat ditemukan dan
dibayangkan tanpa fisika modern.
Perkembangan fisika modern akan berlanjut terus dan bahkan akan semakin
kompleks, yang menuntut alternatif cara berpikir baru pula. Hal-hal baru tersebut
khususnya mekanika kuantum maupun teori relativitas agak sukar dipahami karena
pada umumnya siswa berkembang berdasarkan pengalaman sehari-hari yang
menggunakan paradigma fisika klasik.
Pada umumnya para mahasiswa, khususnya mahasiswa teknik, mengalami
kesulitan dalam mempelajari materi fisika modern karena pada pembelajaran sains
yang selama ini diberikan konsep-konsep yang diajarkan diperoleh melalui
pengalaman empiris sehari-hari, sementara konsep-konsep fisika modern tampak
seolah-olah bertentangan dengan pengalaman sehari-hari para mahasiswa. Faktor lain
yang juga menjadikan para mahasiswa sulit mempelajari fisika modern adalah sifat
konsep-konsep fisika modern yang didominasi oleh konsep-konsep abstrak. Untuk
memahami konsep-konsep abstrak tersebut tentu dibutuhkan penalaran yang tinggi. .
Untuk dapat mencapai penalaran yang tinggi mahasiswa perlu dibiasakan dengan
cara belajar yang menuntut penggunaan penalaran. Agar para mahasiswa memiliki
pengalaman belajar seperti yang diharapkan, tentu diperlukan guru yang tidak hanya
memahami materi fisika secara baik tetapi juga guru dituntut memahami dan mampu
mengaplikasikan teori-teori pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik ilmu
fisika. Karena itu untuk menunjang pembelajaran sains para mahasiswa khususnya
sebagai calon guru perlu mempelajari dan menguasai tidak hanya fisika klasik tetapi
juga fisika modern.

4
5

BAB I
RELATIVITAS

A. TEORI RELATIVITAS KHUSUS


Kejadian-kejadian yang terjadi sehari-hari di sekitar kita pada umumnya
berhubungan dengan kecepatan yang jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya. Karena
itu sampai awal abad ke-20 ide awal tentang ruang dan waktu dijelaskan berdasarkan
kecepatan ini dan hukum-hukum mekanika mengacu pada hukum Newton yang saat
itu sangat diakui kebenarannya. Tetapi ternyata pada percobaan gerak partikel yang
menggunakan kecepatan mendekati kecepatan cahaya ( disebut kecepatan
relativistik) hukum Newton gagal diterapkan. Contoh kegagalan hukum Newton ini
adalah pada saat dilakukan percobaan pemercepat partikel, yaitu elektron dalam suatu
akselerator yang diberi potensial sangat tinggi ( sampai jutaan Volt ) sehingga
mempunyai kecepatan sampai kira-kira 0,99 c. Menurut hukum energi Newton
berlaku rumus Ek = ½ mv2, untuk massa ( m ) elektron yang tetap jika energi
akselerator ditingkatkan menjadi 4 kali dengan cara diberi beda potensial listrik yang
lebih tinggi maka seharusnya kecepatan elektron akan menjadi 1,98 c ( 2 kali
kecepatan semula ). Tapi hasil percobaan menunjukkan bahwa kecepatan elektron
hampir tetap yaitu sebesar 0,99 c. Dari hasil percobaan ini terbukti bahwa Hukum
Newton tidak berlaku karena ternyata kecepatan partikel mempunyai batasan
tertentu.
Pada tahun 1905, Albert Einstein ( 1879 – 1955 ) seorang pegawai jawatan paten
Swiss mengemukakan teori relativitas khusus untuk menjelaskan batas kecepatan
suatu partikel. Teori ini memberi penjelasan untuk benda – benda yang bergerak
dalam kecepatan tetap . Kedua postulat yang dikemukakan oleh Einstein adalah
sebagai berikut :
1. Hukum fisika adalah sama untuk semua kerangka acuan inersial, yaitu suatu
kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam atau bergerak terhadap
acuan lainnya dengan kecepatan konstan pada suatu garis lurus. Semua gerak
adalah relatif. Kecepatan obyek hanya dapat dinyatakan secara relatif terhadap
obyek lainnya dan tidak mungkin dinyatakan secara mutlak.

5
6

2. Kelajuan cahaya dalam vakum memiliki nilai yang sama dalam semua
kerangka acuan inersial yaitu sebesar c = 3 x 108 m/s
Karya besar Einstein inilah yang merupakan tonggak dari fisika modern, dan
disebut teori relativitas khusus karena teori relativitas ini hanya berlaku bagi kerangka
acuan inersial. Selanjutnya baru pada tahun 1916 Einstein mengusulkan teori
relativitas umum yang berlaku bagi semua kerangka acuan baik inersial maupun non
inersial. Dalam hal ini hanya akan dibahas mengenai teori relativitas khusus yang
akan menghasilkan ramalan-ramalan mengenai kecepatan relativistik, penyusutan
panjang , pemuluran waktu serta rumus spektakuler yang dikemukakan Einstein
tentang energi relativistik.

B. PENJUMLAHAN KECEPATAN SECARA RELATIVISTIK


Pada fisika klasik, Newton telah menyatakan bahwa semua gerak adalah relatif.
Sebagai gambaran jika seorang Pengamat diam di tepi jalan dilewati oleh sebuah bus
yang melaju ke Utara dengan kelajuan 80 km/jam, maka Pengamat akan mengatakan
bahwa bus bergerak menjauh dengan kelajuan 80 km/jam arah ke Utara. Tetapi orang
yang ada di dalam bus akan mengatakan Pengamatlah yang bergerak ke Selatan
dengan kelajuan 80 km/jam. Jika selanjutnya orang yang di dalam bus berjalan searah
dengan arah gerak bus dengan kelajuan 60 km/jam maka akan diperoleh penjumlahan
kecepatan relatif menurut relativitas Newton dan Pengamat akan mengatakan bahwa
laju orang di dalam bus tersebut menjadi 80 km/jam + 60 km/jam = 140 km/jam ke
arah Utara. Demikian pula sebaliknya orang tersebut menganggap Pengamat bergerak
ke arah Selatan dengan laju sebesar laju dirinya ditambah laju bus yaitu 140 km/jam.
Akan tetapi penjumlahan kecepatan relatif menurut Newton seperti contoh di atas
tidak akan berlaku jika kecepatannya adalah mendekati kecepatan cahaya c. Sebagai
contoh dari kasus di atas jika kelajuan bus dimisalkan adalah 0,8 c dan laju orang di
dalam bus adalah 0,6 c keduanya searah ke Utara maka seharusnya menurut
relativitas Newton akan diperoleh penjumlahan kecepatan relatif sebesar 0,8 c + 0,6 c
= 1,4 c. Perolehan hasil penjumlahan kecepatan yang melebihi kecepatan mutlak c
jelas tidak mungkin karena ini menyalahi kenyataan yang telah diperoleh dari hasil
eksperimen Einstein yang menyatakan bahwa kecepatan suatu partikel tidak mungkin
melebihi kecepatan mutlak cahaya yaitu sebesar c.

6
7

Oleh karena itu berdasarkan transformasi Lorentzs tentang kecepatan, Einstein


mengoreksi kesalahan penjumlahan kecepatan relatif tersebut dengan memberikan
persamaan yang berlaku untuk penjumlahan kecepatan relativistik

v1  v 2
v= vv m/s (1)
1  1 22
c
Keterangan :
v = kecepatan relativitas khusus ( m/s )
v1 = kecepatan benda/partikel pertama terhadap pengamat ( m/s )
v2 = kecepatan benda/partikel kedua terhadap benda/partikel pertama ( m/s )
c = kecepatan cahaya = 3 x 108 m/s

Jika rumus ini diterapkan pada contoh kasus di atas maka akan diperoleh
kecepatan relatif dari orang yang di dalam bus terhadap Pengamat yang diam adalah
sebesar
0,8c  0,6C
1,4c
v = 0,8cx0,6c = = 0,946 c m/s
1 2
1  0,48
c
Dari hasil tersebut nampak bahwa dengan menggunakan rumus ( 1 ) yaitu rumus
penjumlahan untuk kecepatan relativistik maka kecepatan relatif yang diperoleh
harganya tidak akan mungkin melebihi kecepatan mutlak c.

C. PEMUAIAN WAKTU
Dua buah jam yang identik jika sebelumnya sudah dicocokkan dan diletakkan
diam bersebelahan akan selalu menunjukkan waktu yang sama. Akan tetapi kalau
salah satu jam tadi diberi percepatan sehingga mempunyai kecepatan v yang sangat
tinggi yang bahkan mendekati kecepatan cahaya c, maka menurut pengamat yang
diam, jam yang bergerak ini akan tampak berjalan lebih lambat dibanding jam yang
diam bersama pengamat. Waktu yang diukur oleh jam yang ada di tangan pengamat,
jadi berada dalam keadaan diam terhadap pengamat, disebut waktu benar ( proper
time). Dapat disimpulkan bahwa waktu yang diukur oleh sebuah jam dalam kerangka
bergerak menjadi mulur bila diamati dari kerangka diam, peristiwa ini disebut
dilatasi waktu atau pemuaian waktu

7
8

Berdasarkan penjelasan tersebut terbukti bahwa waktu juga bersifat relatif. Untuk
mengukur selang waktu relatif antara dua kejadian yang terjadi pada tempat yang
sama dan diukur oleh pengamat yang diam serta oleh pengamat yang bergerak dengan
kecepatan relativistik maka digunakan rumus :

t 0
t  t 0 
v2 sekon (2)
1
c2

Keterangan :
∆t = selang waktu relativistik ( sekon )
∆t0 = selang waktu sejati ( sekon )
1
 
v 2 > 1 = tetapan transformasi
1
c2

Selang waktu sejati adalah selang waktu yang diukur oleh jam atau pengamat yang
diam terhadap kejadian sedangkan selang waktu relativistik adalah selang waktu
yang diukur oleh jam atau pengamat yang bergerak terhadap kejadian. Faktor pengali
 disebut tetapan transformasi dan harganya selalu lebih besar dari 1. Akibatnya
pada rumus (2) di atas akan berlaku ∆t selalu lebih besar daripada ∆t0 atau dapat
dikatakan bahwa selang waktu relativistik selalu lebih lama daripada selang waktu
sejati.

Contoh soal :
Sebuah kincir angin ketika diamati oleh seorang pengamat yang diam di bumi, untuk
berputar satu kali membutuhkan waktu 5,00 sekon. Berapakah waktu yang dibutuhkan
oleh kincir angin tersebut untuk berputar satu kali menurut seorang pengamat yang
bergerak relatif terhadap bumi dengan kecepatan 0,96 c ?

Jawab :

8
9

Waktu yang dibutuhkan oleh kincir angin untuk berputar satu kali atau periode kincir
angin adalah periode sejati ∆t0 = 5,00 sekon Sedangkan periode kincir angin yang
diamati oleh pengamat yang bergerak adalah periode relativistik ∆t

v 96 24
Kecepatan pengamat v = 0,96 c   
c 100 25

1 1 1
     625 25
v 625  576 
1  1 
24

2 2
c 49 7
25 625

selanjutnya dengan menggunakan rumus (2) diperoleh waktu relativistik :

25
∆t = γ ∆t0 = x 5,00 detik = 17,857 sekon
7
Dari hasil tersebut terlihat bahwa periode relativistik akan lebih besar dari periode
sejati.

D. KONTRAKSI LORENTZ
Jika seorang pengamat dalam keadaan diam mengukur panjang suatu benda
dalam komponen x dan mendapatkan panjang benda tersebut adalah Lo maka Lo
disebut panjang sejati benda tersebut. Selanjutnya jika benda tersebut kemudian
diberi kecepatan v dalam arah x atau sejajar terhadap arah memanjang benda , maka
menurut pengamat yang diam, komponen x benda panjangnya akan tampak berubah
dan disebut panjang relativistik L ( Perhatikan, hanya komponen x saja yang tampak
berubah sedangkan komponen y dan z yang tegak lurus terhadap arah gerak tidak
mengalami perubahan ). Harga panjang relativistik ini dirumuskan sebagai :

v2 1
L = Lo 1  2
= Lo.  ( m ) (3)
c
Keterangan :
L = panjang relativistik ( m )
Lo = panjang sejati ( diam ) ( m )
v = kecepatan relativistik benda ( m/s )

9
10

c = kelajuan cahaya dalam vakum = 3 x 108 m/s

Karena tetapan transformasi γ harganya selalu lebih besar dari 1 ( γ > 1 ), maka
sebagai akibatnya harga relativistik L akan selalu lebih kecil dari harga sejati Lo,
atau dapat dinyatakan panjang relativistik selalu lebih pendek daripada panjang
sejati ( L < Lo ). Efek berkurangnya panjang benda jika bergerak sejajar terhadap
arah memanjang benda ini disebut penyusutan panjang atau kontraksi panjang.
Peristiwa ini pertama kali diramalkan oleh Hendrik Anton Lorentz, seorang fisikawan
Belanda, karena itu peristiwa penyusutan panjang ini disebut juga kontraksi Lorentz

Contoh soal :
Sebuah pesawat ruang angkasa ketika diam di bumi menurut seorang pengamat
panjangnya adalah 100 m. Berapakah panjang pesawat tersebut ketika bergerak
dengan kecepatan 0,85 c menurut pengamat yang diam di bumi ?

Jawab :
Panjang pesawat ketika diam di bumi adalah panjang sejati, berarti Lo = 100 m
Kecepatan pesawat terhadap bumi adalah v = 0,85 c, maka panjang pesawat ketika
bergerak adalah panjang relativistik L. Dengan menggunakan rumus ( 3 ) akan
diperoleh :

 0,85c 
2
v2
L = Lo 1  = 100 m 1 = 100 m 1  0,85 2
c2 c 2

= 100 m 0,2775 = 52, 678 m

Dari hasil tersebut terbukti bahwa pesawat dalam keadaan bergerak dengan kecepatan
relativistik akan tampak lebih pendek dari panjang sejatinya.

E. MASSA DAN MOMENTUM RELATIVISTIK


Dalam mekanika ada tiga buah besaran yang selalu digunakan yaitu besaran
panjang, selang waktu dan massa. Menurut pemahaman fisika klasik yang sebelumnya
selalu dianut, massa adalah besaran yang bersifat mutlak, demikian pula dengan
panjang dan selang waktu. Tetapi dengan teori relativitas khusus telah dibuktikan

10
11

bahwa panjang dan selang waktu ternyata bersifat relatif, sehingga menimbulkan
pertanyaan mungkinkah massa juga bersifat relatif.
Berdasarkan hukum kekekalan momentum akhirnya Einstein kembali dapat
membuktikan bahwa massa suatu benda yang bergerak dengan kecepatan relativistik
akan bertambah besar dan berarti bersifat relativistik pula. Besarnya massa relativistik
ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

m0

m= v2 mo kg (4)
1 2
c

Keterangan :
m = massa relativistik ( diukur terhadap kerangka acuan yang bergerak
terhadap benda ) dalam kg
mo = massa diam benda ( diukur terhadap kerangka acuan yang diam terhadap
benda ) dalam kg
v = kelajuan relativistik benda ( m/s )
c = kelajuan cahaya dalam vakum = 3 x 108 m/s
γ = tetapan transformasi > 1

Berdasarkan rumus ( 4 ) di atas, jika kecepatan benda v ditambah terus hingga


harganya sama dengan kecepatan cahaya c ( v = c ) maka massa benda akan menjadi
tak terhingga ( m   ), dan ini berarti dibutuhkan gaya-gaya yang tak terhingga
pula besarnya agar benda dapat mencapai kecepatan cahaya c. Dari keadaan ini dapat
disimpulkan bahwa tidaklah mungkin suatu benda diberi kecepatan sebesar c,
sehingga c adalah batas maksimum kecepatan semua benda.
Contoh soal
Sebuah elektron mempunyai massa diam 9,11 x 10-31 kg. Berapakah massanya saat
bergerak dengan kelajuan :
a. 0,05 c ?
b. 0,92 c ?

Jawab :

11
12

a. Massa relativistik elektron saat bergerak dengan kelajuan v = 0,05 c adalah

mo 9,11x10 31 9,11x10 31 9,11x10 31


    9,12 x10 31 kg
m= v2 0,05 2 c 2 1  0,0025 0,999
1 1
c2 c2

terlihat bahwa walaupun kecepatan elektron sudah cukup tinggi yaitu 0,05 c tetapi
kenaikan massa elektron hanya kecil sekali yaitu 0,01 x 10-31 kg atau sekitar 0,12%
dari massa diamnya

b. Massa relativistik elektron saat bergerak dengan kelajuan v = 0,92 c adalah

mo 9,11 x10 31 9,11 x10 31


9,11 x10 31
    23,24 x10 31 kg
m= v2 0,92 2 c 2 1  0,8464 0,392
1 2 1
c c2

ternyata untuk elektron yang bergerak dengan kecepatan yang mendekati kecepatan
cahaya akan terjadi kenaikan massa sebesar 2,55 kali massa diamnya. .

Sebelumnya pada fisika klasik sudah dijelaskan bahwa jika suatu benda yang
bermassa m bergerak dengan kecepatan v maka benda akan mempunyai momentum
sebesar :
p = mv

Pada relativitas khusus, karena benda bergerak dengan kecepatan relativistik maka
momentum yang timbul disebut momentum relativistik. Besarnya momentum
relativistik ini juga merupakan hasil kali antara massa dengan kecepatan, tetapi massa
dalam hal ini adalah massa relativistik, sehingga :
mo v
p = m v = γ m0 v = v2 kgm/s (5)
1
c2
Keterangan :
p = momentum relativistik benda ( kgm/s )
m = massa relativistik ( kg )

12
13

v = kecepatan relativistik ( m/s )


mo = massa diam benda ( kg )
c = kecepatan cahaya. ( m/s )

Contoh soal
Berapakah momentum dari proton yang bergerak dengan kecepatan 0,96 c jika massa
diam proton adalah 1,6 x 10-27 kg ?

Jawab :
Dengan menggunakan rumus (5) maka akan diperoleh :

mo v
p= v2 =
1
c2

1,6 x10 27 x0,96 x3,0 x10 8 4,608x10 19


  16,457 x10 19 kgm / s
0,96 c 2 2
1  0,9216
1
c2

F. ENERGI RELATIVISTIK
Hubungan yang paling terkenal yang diperoleh Einstein dari postulat relativitas
khusus adalah mengenai massa dan energi. Berdasarkan hukum II Newton tentang
gaya dan rumus usaha yang merupakan hasil kali antara gaya dengan lintasan
perpindahan maka Einstein berhasil menurunkan rumus energi relativistik yaitu :

Ek = E – Eo = m c2 - mo c2 Joule (6)

Keterangan :
Ek = energi kinetik relativistik ( J )
E = energi total ( J )
Eo = energi diam ( J )
Dari persamaan di atas nampak bahwa energi merupakan hasil perkalian antara massa
dengan kuadrat kecepatan mutlak, sehingga ada kesetaraan antara massa dan energi.

13
14

Jika suatu partikel memiliki massa sebesar m maka partikel ini akan memiliki energi
sebesar :

E = m c2 Joule (7)

Keterangan :
E = Energi total partikel ( J )
m = massa partikel ( kg )
c = Kelajuan cahaya = 3 x 108 m/s

Hubungan kesetaraan antara massa dan energi ini pertama kali dikemukakan oleh
Einstein sehingga persamaan ( 7 ) yang sangat terkenal disebut sebagai hukum
kesetaraan massa – energi Einstein.

Contoh soal :
Sebuah proton yang massa diamnya adalah 1,67 x 10-27 kg mempunyai energi total
tiga kali energi diamnya. Tentukan berapa energi kinetik proton dalam satuan eV jika
1 eV = 1,6 x 10-19 J.

Jawab :
E = 3 Eo
Eo = mo c2 = 1,67 x 10-27 kg x ( 3 x 108 )2 m2/s2 = 15,03 x 10-11 kg m2/s2
= 15,03 x 10-11 J
Ek = E – Eo = 3 Eo – Eo = 2 Eo = 2 x 15,03 x 10-11 J = 30,06 x 10-11 J
30,06 x10 11
Ek = 19
 18,788 x10 8 eV
1,6 x10

14
15

BAB II
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

A. TEORI MAXWELL TENTANG TIMBULNYA GELOMBANG


ELEKTROMAGNETIK
James Clark Maxwell ( 1831 – 1875 ) adalah ilmuwan Skotlandia yang pertama
kali mengemukakan hipotesa tentang adanya hubungan antara medanlistrik dan medan
magnet. Keyakinan Maxwell ini dikemukakan pada tahun 1964 sebagai hipotesa
karena saat itu memang tidak mudah membuktikan pendapatnya ini melalui
percobaan. Didasari oleh hukum-hukum yang dikemukakan tiga pakar sebelumnya
yaitu :
1. Hukum Coulomb yang menyatakan bahwa suatu medan listrik akan
ditimbulkan di sekitar muatan listrik.
2. Selanjutnya menurut hukum Biot Savart, jika muatan listrik bergerak dengan
kecepatan tetap misalnya di dalam suatu kawat konduktor maka akan
timbullah medan magnetik yang tetap berbentuk lingkaran-lingkaran
konsentris di sekitar kawat konduktor tersebut. Jelas jika muatan listrik yang
mengalir ini berubah-ubah besarnya maka medan magnet yang
ditimbulkannya pun akan berubah-ubah besarnya. Demikian pula jika muatan
listrik bergerak dengan kecepatan yang tidak tetap, maka besarnya medan
magnet yang ditimbulkan akan berubah-ubah pula.
3. Teori faraday menyatakan bahwa jika ada medan magnetik yang berubah-ubah
maka akan dihasilkan medan listrik yang berubah-ubah pula.
Berdasarkan ketiga hukum tersebut maka Maxwell mengemukakan
pemikirannya bahwa jika medan magnetik yang berubah dapat menimbulkan medan
listrik yang berubah, maka pastilah ada kemungkinan sebaliknya yaitu medan listrik
yang berubah akan menimbulkan medan magnetik yang berubah pula. Dengan
pemikiran ini berarti teori Maxwell menyatakan bahwa ada hubungan timbal balik
yang sangat berkaitan erat antara medan magnet dan medan listrik. Keempat hal di
atas selanjutnya dirumuskan secara matematis sehingga dikenal sebagai persamaan-
persamaan Maxwell. Dalam teorinya ini Maxwell menunjukkan bahwa gelombang
elektromagnetik memenuhi keempat persamaan dasar tersebut.

15
16

Sebagai sumber medan listrik adalah muatan listrik. Jika muatan listrik ini tidak
tetap dan berubah secara sinusoidal maka medan listrik yang ditimbulkan juga akan
berubah-ubah terhadap waktu membentuk sinusoidal, demikian pula medan magnetik
yang ditimbulkan juga tidak tetap besarnya ( sinusoidal ). Perubahan medan magnetik
yang sinusoidal menimbulkan medan listrik sinusoidal, demikian proses ini
berlangsung terus saling timbal balik sehingga diperoleh proses berantai dari
pembentukan medan magnetik dan medan listrik yang merambat ke segala arah.
Karena perubahan yang merambat biasanya disebut gelombang , maka gejala ini
disebut gelombang elektromagnetik. Medan listrik E dan medan magnetik B
yang timbul ini saling tegak lurus, dan keduanya tegak lurus terhadap arah
perambatan gelombang, sehingga gelombang elektromagnetik merupakan
gelombang transversal. Gelombang elektromagnetik ini juga membawa energi dan
memberikan energi ini kepada benda-benda yang dilewatinya. Hubungan antara kuat
medan magnet B dan kuat medan listrik E oleh teori Maxwell dinyatakan sebagai
E=cB.
Satu hal lagi yang diformulasikan oleh Maxwell adalah mengenai kecepatan
gelombang elektromagnetik yang diperkirakan sebesar kecepatan cahaya c, dan
ternyata dengan menggunakan dua buah dari keempat persamaan dasar matematis
yang dirumuskannya Maxwell menemukan bahwa cepat rambat gelombang
elektromagnetik adalah sebesar c yang diperoleh dari :

1
c= (8)
 o o

dengan
c = cepat rambat gelombang elektromagnetik ( m/s )
μo = permeabilitas magnetik dalam hampa udara = 4π x 10-7 Wb A-1 m-1
εo = permitivitas listrik dalam hampa udara = 8,85418 x 10-12 C2 N-1 m-2
dengan memasukkan nilai μo dan εo maka akan diperoleh :
1
 2,99792 x10 8 m / s
c=  4 x10 7
 8,85418x10 
12

16
17

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa cepat rambat gelombang elektromagnetik


adalah sama dengan cepat rambat cahaya yaitu sebesar c, sehingga dapat
disimpulkan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik. Berdasar
persamaan tersebut juga dapat ditunjukkan bahwa gelombang elektromagnetik terdiri
dari komponen medan magnet yang diwakili oleh sifat magnetis permeabilitas μo dan
medan listrik yang diwakili oleh permitivitas εo
Untuk membuktikan hipotesa Maxwell ini, pada tahun 1887 Heinrich Hertz
melakukan percobaan dan berhasil membangkitkan dan mendeteksi adanya
gelombang elektromagnetik. Dalam percobaannya tersebut Hertz juga dapat
menunjukkan bahwa radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dibangkitkan
mempunyai sifat-sifat gelombang cahaya yaitu interferensi, difraksi, pemantulan,
pembiasan dan polarisasi gelombang, dan Hertz juga dapat menghitung bahwa cepat
rambat gelombang elektromagnetik yang dibangkitkan ternyata tepat sama dengan
kecepatan cahaya yaitu sebesar c = 3 x 108 m/s. Dari kenyataan ini terbukti bahwa
cahaya adalah gelombang elektromagnetik dan panjang gelombang dari gelombang
elektromagnetik dirumuskan sebagai :
c
 (9)
f

dengan :
λ = panjang gelombang elektromagnetik ( m )
f = frekuensi gelombang elektromagnetik ( Hz )
c = cepat rambat gelombang elektromagnetik = kelajuan cahaya 3 x 108 m/s
Dari percobaannya ini pula Hertz memperoleh hasil bahwa radiasi gelombang
frekuensi radio yang berhasil dibangkitkan juga memiliki sifat-sifat seperti gelombang
cahaya, yang membedakan hanya frekuensinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
gelombang frekuensi radio adalah gelombang elektromagnetik juga. Lebih jauh
Maxwell dapat membuktikan bahwa ada berbagai jenis gelombang elektromagnetik
lainnya yang berbeda-beda frekuensinya tetapi kesemuanya menunjukkan sifat-sifat
gelombang cahaya.

B. SPEKTRUM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK


Gelombang elektromagnetik ternyata tidak hanya berupa cahaya atau radiasi
gelombang radio saja. Ada beberapa jenis gelombang lain yang kesemuanya adalah

17
18

gelombang elektromagnetik tetapi dengan frekuensi yang berbeda-beda. Untuk setiap


rentang frekuensi yang berbeda atau panjang gelombang yang berbeda akan
mempunyai energi yang berbeda pula sehingga dapat dikategorikan pada spektrum
gelombang elektromagnetik tertentu dengan fungsi yang tertentu pula. Rentang
spekrum gelombang elektromagnetik ini sangat besar, mulai dari 101 sampai 1022 Hz
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 : Spektrum Gelombang Elektromagnetik.

No Daerah Frekuensi Jenis Gelombang Elektromagnetik


1 10 Hz s.d 109 Hz
0
Gelombang radio dan TV
2 109 Hz s.d 3 x 1011 Hz Gelombang mikro ( micro wave )
3 3 x 1011 Hz s.d 4 x 1014 Hz Sinar infra merah
4 3,9 x 1014 Hz s.d 7,8 x 1014 Hz Cahaya tampak, terdiri dari warna-

warna ( mulai frekuensi rendah ):

- merah

- jingga

- kuning

- hijau

- biru

- ungu
14 17
5 8 x 10 Hz s.d 3 x 10 Hz Sinar ultraviolet
6 5 x 1017 Hz s.d 3 x 1020 Hz Sinar X
7 1020 Hz s.d 1025 Hz Sinar gamma

C. APLIKASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DALAM KEHIDUPAN


SEHARI-HARI.

1. GELOMBANG RADIO
Gelombang radio biasanya dihasilkan oleh muatan-muatan listrik yang dipercepat
melalui konduktor-konduktor dan muatan tersebut dibangkitkan oleh suatu rangkaian

18
19

elektronik yang disebut osilator. Gelombang radio ini akan dipancarkan melalui
antenna dan akan diterima oleh antenna pula. Gelombang radio ini dikelompokkan
menurut frekuensinya atau menurut panjang gelombangnya dan mempunyai
penggunaan yang berbeda-beda seperti yang terangkum pada tabel 2 berikut :

Tabel 2 : Pengelompokan Gelombang Radio Sesuai Penggunaannya

No Lebar frekuensi Panjang Gelombang Penggunaan


1 30 kHz – 300 kHz 1500 m ( long wave ) Komunikasi jarak jauh
( Low Freq ) dengan radio gelombang
panjang
2 300 kHz – 3 MHz 300 m ( medium wave ) Radio jarak jauh dan
( Medium Freq ) gelombang medium local
3 3 MHz – 30 MHz 30 m ( short wave ) Komunikasi radio amatir,
( High Freq ) CB, radio gelombang
pendek
4 30 MHz – 300 MHz 3 m ( very short wave ) Radio FM, polisi dan
( Very High Freq ) pelayanan darurat
5 300 MHz – 3 GHz 30 cm ( ultra short TV
Ultra High Freq ) wave )

2. GELOMBANG MIKRO ( MICRO WAVE )


Gelombang mikro mempunyai daerah frekuensi di atas 3 GHz atau disebut
Super High Frequence dengan panjang gelombang sekitar 3 cm sehingga disebut
gelombang pendek atau micro wave. Sifat dari gelombang mikro ini jika diserap oleh
benda maka akan menimbulkan efek pemanasan pada benda tersebut. Karena itu
gelombang mikro ini sekarang dimanfaatkan dalam rumah tangga sebagai oven micro
wave yang mampu memasak makanan dalam waktu yang singkat sehingga praktis dan
ekonomis.
Selain itu, karena panjang gelombangnya yang hanya beberapa sentimeter maka
gelombang mikro akan dengan mudah dipantulkan oleh benda-benda dengan ukuran
yang jauh lebih besar atau yang seukuran dengan panjang gelombang ini. Dengan
memanfaatkan sifat pemantulan ini maka gelombang mikro dipergunakan sebagai alat
pendeteksi dan pencari jejak/ lokasi sebuah benda atau biasa dikenal sebagai RADAR
(Radio Detection and Ranging ) yang selalu dibutuhkan pada sistem navigasi.

19
20

Gelombang mikro juga dipergunakan dalam rangkaian televisi tertutup untuk


mengirim sistem audio-video dari kendaraan-kendaraan penyiar yang berada di
lapangan ke studio atau untuk siaran langsung. Selain itu juga digunakan untuk
komunikasi satelit, telepon dan sebagainya.

3. SINAR INFRA MERAH


Gelombang infra merah dihasilkan oleh elektron-elektron dalam molekul-
molekul yang bergetar karena benda dipanaskan, sehingga setiap benda panas pasti
memancarkan sinar infra merah. Penggunaan gelombang ini banyak dipergunakan di
industri, untuk penentuan struktur molekul, dalam astronomi, pemotretan bumi, untuk
diagnonis kesehatan juga dipakai untuk mengeringkan cat mobil pada industri mobil.
Penggunaan yang paling marak akhir-akhir ini adalah sebagai pengendali jarak
jauh (remote control ) untuk mengendalikan peralatan-peralatan elektronik seperti
televisi, AC ( Air Conditioning ), atau bahkan sebagai pengendali pintu mobil, pagar
halaman dan sebagainya.

4. SINAR X ( SINAR RONTGEN )


Sinar X pertama kali diketemukan oleh Wilhelm K. Rontgen ( 1845 – 1923 )
pada bulan November tahun 1895 ketika sedang mempelajari sinar katoda. Sinar ini
dihasilkan oleh elektron-elektron yang terletak di bagian dalam kulit elektron atom.
Selain itu sinar X juga akan dipancarkan jika electron dengan kecepatan yang tinggi
ditumbukkan pada logam. Cara inilah yang digunakan pada tabung sinar X yang
merupakan sumber sinar X yang dipergunakan sehari-hari.
Sinar X mempunyai daya tembus yang kuat, tetapi daya tembusnya juga
bergantung pada jenis bahan yang ditembusnya. Misalnya sinar X mampu menembus
buku tebal, kayu setebal beberapa sentimeter dan pelat aluminimum setebal 1
sentimeter, tetapi samasekali tidak mampu menembus timbal, tembaga dan lapisan
besi. Sinar X dapat menimbulkan akibat drastis pada atom atau molekul bahan yang
ditembusnya seperti disosiasi atau ionisasi. Pada umumnya sinar X dipergunakan pada
diagnosa kedokteran karena absorbsi oleh tulang lebih besar daripada jaringan lunak,
sehingga dapat memberikan gambaran yang agak terang tentang bentuk tulang di
dalam badan. selain itu sinar X juga lazim digunakan untuk analisa struktur bahan.

20
21

BAB III
MODEL ATOM

A. MODEL ATOM DALTON


Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan pendapatnaya tentang atom. Teori
atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum
Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier menyatakan bahwa

21
22

"Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil
reaksi". Sedangkan Prouts menyatakan bahwa "Perbandingan massa unsur-unsur
dalam suatu senyawa selalu tetap". Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan
pendapatnya tentang atom sebagai berikut:
Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-
atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat
dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari
atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada
tolak peluru. Seperti gambar berikut ini:

B. MODEL ATOM THOMSON


Sir Joseph John Thomson atau lebih dikenal sebagai J.J Thomson (1856-1940)
seorang Fisikawan Inggris telah berhasil memperoleh hadiah Nobel Fisika pada tahun
1906 atas penemuan elektron. Dalam penelitiannya dia mempelajari bahwa tabung
katoda pada kondisi vakum parsial (hampir vakum) yang diberi tegangan tinggi akan
mengeluarkan “berkas sinar” dimana Thomson menyebut sinar ini sebagai “berkas
sinar katoda” disebabkan berkas sinar ini berasal dari katoda (elektroda negative).
Berkas sinar katoda ini apabila didekatkan dengan medan listrik negative maka
akan dibelokan (berkas sinar katoda ini tertolak oleh medan negative), berdasarkan hal
ini maka Thomson menyatakan bahwa berkas sinar katoda itu adalah partikel-partikel
yang bermuatan negative yang ia sebut sebagai “corpuscle”.
Dia juga meyakini bahwa corpuscle itu berasal dari atom-atom logam yang
dipakai sebagai elektroda pada tabung katoda. Dengan menggunakan jenis logam

22
23

yang berbeda-beda sebagai elektroda yang dia gunakan pada tabung katoda maka
percobaan Thomson tetap menghasilkan berkas sinar katoda yang sama.
Akhirnya Thomson menyimpulkan bahwa setiap atom pasti tersusun atas
corpuscle. Corpuscle yang ditemukan oleh Thomson ini kemudian disebut sebagai
“electron” oleh G. Johnstone Stoney. Dari asumsi tersebut dia akhirnya meyakini
bahwa atom sebenarnya tidak berbentuk masiv (berbentuk bulatan yang pejal) akan
tetapi tersusun atas komponen-komponen penyususn atom.
Di alam atom berada dalam keadaan yang stabil dan memiliki muatan yang
netral, dengan demikian Thomson lebih lanjut mengasumsikan bahwa didalam atom
itu sendiri pasti terdapat bagian yang bermuatan positif. Dari asumsi tersebut maka
Thomson mengajukan struktur atom sebagai bulatan awan bermuatan posistif dengan
elektron yang terdistribusi random di dalamnya. (lihat gambar)

Model atom Thomson ini lebih dikenal sebagai “plum pudding model” atau dalam
bahasa Indonesia dikenal sebagai “model roti kismis”. Untuk memudahkan
membayangkan model atom ini maka Anda harus membayangkan sebuah roti dalam
bentuk bola yang didalamnya terdapat kismis yang menyebar merata secara random.

Kelebihan dan Kelemahan Model Atom Thomson

Kelebihan
Membuktikan adanya partikel lain yang bermuatan negatif dalam atom. Berarti atom
bukan merupakan bagian terkecil dari suatu unsur.

Kelemahan

23
24

Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam
bola atom tersebut.

C. MODEL ATOM RUTHERFORD


Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners
Masreden)melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ)
terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu
partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga
dapat menembus lembaran tipis kertas. Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk
menguji pendapat Thomson, yakni apakah atom itu betul-betul merupakan bola pejal
yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Dari
pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila partikel alfa ditembakkan pada
lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada
penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta
bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesipulan beberapa
berikut:
Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka
didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta
bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000
merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000
lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.

Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford


mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang
menyatakan bahwa Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan
positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa
didalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-partikel
positif agar tidak saling tolak menolak.

Model atom Rutherford dapat digambarkan sebagai beriukut:

24
25

Kelebihan
Membuat hipotesa bahwa atom tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilingi
inti

Kelemahan
Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.
Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi
sehingga lama - kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama
akan mendekati inti dan jatuh ke dalam inti Ambilah seutas tali dan salah satu
ujungnya Anda ikatkan sepotong kayu sedangkan ujung yang lain Anda pegang.
Putarkan tali tersebut di atas kepala Anda. Apa yang terjadi? Benar. Lama kelamaan
putarannya akan pelan dan akan mengenai kepala Anda karena putarannya lemah dan
Anda pegal memegang tali tersebut. Karena Rutherford adalah telah dikenalkan
lintasan/kedudukan elektron yang nanti disebut dengan kulit.

D. MODEL ATOM NIELS BOHR


Pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki
kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen.
Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati
daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan
gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck,
diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut:

25
26

- Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron
dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner
(menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
- Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga
tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
- Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan
stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya
sesuai dengan persamaan planck, ΔE = hv.
Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu,
terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan
kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.
Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-
lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling
rendah adalah kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar
nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.

Berdasarkan model atom Rutherford dan teori kuantum, Neils Bohr mengemukakan
teorinya:
Elektron hanya dapat mengelilingi inti atom melalui lintasan-lintasan tertentu saja,
tanpa membebaskan energi. Masing-masing lintasan hanya dapat dilalui elektron yang
memiliki momentum anguler kelipatan bulat dari h/2p.

m . v . r = n . h/2p

26
27

Elektron akan mengalami eksitasi (pindah ke lintasan yang lebih tinggi) atau ionisasi
jika menyerap energi, dan transisi ke lintasan yang lebih rendah jika memancarkan
energi foton.

Jari-jari lintasan elektron:

rn = 5.28 x 10-11 n2 meter

n = 1, 2, 3, .............. = bilangan kuantum utama

Tingkat-tingkat energi (energi kulit ke-n):

En = - (k e2/2 r n2)= (-13.6/n2) ev

1 eV= 1.6 x 10-19 joule


Kelemahan Model Atom Bohr:

Tidak dapat menerangkan atom berelektron banyak


Tidak dapat menerangkan pengaruh medan magnet terhadap spektrum atom
(kelemahan ini dapat diperbaiki oleh Zeeman, yaitu setiap garis pada spektrum
memiliki intensitas dan panjang gelombang yang berbeda)
Tidak dapat menerangkan kejadian ikatan kimia

E.SPEKTRUM ATOM HIDROGEN (SPEKTRUM GARIS)

Menurut Neils Bohr :

1/l = R [ (1/nA2) - (1/nB2) ]

DE = EB - EA = h . c/l

EB = energi pada kulit n


EA = energi pada kulit nA

27
28

R = konstanta Rydberg = 1.097 x 107 m-1


DE = energi yang diserap/dipancarkan pada saat elektron pindah

Gambar . Model Atom Hidrogen.

I.Deret Lyman
terletak pada daerah ultra ungu
nA = 1 ; nB = 2, 3, 4, .......

II.Deret Balmer
terletak pada daerah cahaya tampak
nA = 2 ; nB = 3, 4, 5. ... ...

III.Deret Paschen

28
29

terletak pada daerah infra merah 1


nA=3 ; nB = 4, 5, 6,.....

IV.Deret Bracket
terletak pada daerah infra merah 2
nA = 4 ; nB = 5, 6, 7,.......

V.Deret Pfund
terletak pada daerah infra merah 3
nA = 5 ; nB = 6, 7, 8, ...

F.LUCUTAN GAS
Lucutan gas adalah peristiwa mengalirnya muatan listrik di dalam tabung lucutan
gas (tabung Crookes) pada tekanan gas sangat kecil ® menghasilkan berkas sinar
katoda
PERBANDINGAN MASSA DAN MUATAN ELEKTRON (e/m)

Dihitung oleh JJ Thomson:


e/m= 1,7588 x 1011 coul/kg

R.A. Milikan menghitung besarnya muatan elektron:


e = 1,6021 x 10-19 coulomb

Sehingga massa elektron dapat ditentukan:


me = 9,1091 x 10-31

Kelebihan
Bahwa atom ini terdiri dari beberapa kulit untuk tempat berpindahnya electron

Kelebihan
Tidak dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Strack

29
30

BAB IV
SIFAT CAHAYA

A. DUALISME CAHAYA
"Cahaya dapat bersifat sebagai gelombang dan dapat juga bersifat sebagai materi
(partikel)".
Cahaya dapat didefinisikan dalam dua pengertian yaitu :
- Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata
dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata
maupun yang tidak.
- Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.
Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan
sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum
kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang
studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada
fisika modern.
Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang
mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang,
polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar
dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan
pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi.
Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris
(en:geometrical optics) dan optika fisis (en:physical optics).
Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang
elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838
oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katoda, tahun 1859 dengan teori radiasi
massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan
bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model
dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa

30
31

bahwa energi yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang
disebut elemen energi, E. Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek
fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk melejit keluar
dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de Broglie menunjukkan
elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori dualitas
partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat
berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton
yang mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck
mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan
menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan,
termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von
Neumann, Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.
Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai
dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut
foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar
maser, dan sinar laser pada tahun 1960.
Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi
memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan.

B.RADIASI BENDA HITAM


Hipotesis Planck
Berdasarkan percobaan terhadap energi radiasi benda hitam, Max Planck membuat
hipotesis:
"Radiasi hanya dipancarkan (atau diserap) dalam bentuk satuan-satuan/kuantum
energi disebut foton yang besarnya berbanding lurus dengan frekuensi radiasi".

Energi total foton (masa foton = 0):

E = n . h . f = n . h . c/l

E = energi radiasi (joule)


h = konstanta Planck = 6.62 x 10-34 J.det
f = frekuensi radiasi (Hz)

31
32

l = panjang gelombang radiasi (m)


n = jumlah foton, jadi energi cahaya adalah terkuantisasi

Jadi dapat disimpulkan dari hipotesis Planck, bahwa cahaya adalah partikel sedangkan
Maxwell menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang, disebut dualisme cahaya.

C. EFEK FOTOLISTRIK
Efek foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat
(logam), bila permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi
lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam. Efek fotolistrik ini ditemukan
oleh Albert Einstein, yang menganggap bahwa cahaya (foton) yang mengenai logam
bersifat sebagai partikel.
Energi kinetik foto elektron yang terlepas:

Ek = h f - h fo

Ek maks = e Voh f = energi foton yang menyinari logam


h fo = Fo frekuensi ambang = fungsi kerja
= energi minimum untuk melepas elektron
e = muatan elektron = 1.6 x 10-19C
Vo = potensial penghenti

Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses
perubahan energi kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang elektromagnetik
(disebut juga proses Bremmsstrahlung).

Kesimpulan:
Agar elektron dapat lepas dari permukaan logam maka f > fo atau l < lo
Ek maksimum elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas cahaya yang
digunakan, hanya tergantung pada energi atau frekuensi cahaya. Tetapi intensitas
cahaya yang datang sebanding dengan jumlah elektron yang terlepas dari logam.

32
33

D.EFEK COMPTON

Konsep foton dikembangkan oleh Compton, yang menunjukkan bahwa foton memiliki
momentum (p) yang besarnya:

p = E/c - h f/c = h/l

Hal ini menunjukkan bahwa foton dapat berkelakuan sebagai partikel (materi), dengan
massa (m):

m = p/c karena m = E/c² = hf/c² = h/c l

Pada gejala Compton,foton (sinar X) yang menumbuk elektron atom suatu zat
dihamburkan dengan panjang gelombang lebih besar.

Selisih panjang gelombang foton yang dihamburkan:

l' - l = h/moc (1 - cos q)

33
34

BAB V
SIFAT GELOMBANG DARI PARTIKEL

A.HIPOTESIS de BROGLIE
Louis de Broglie mengemukakan hipotesis:
- “Cahaya selain memiliki sifat sebagai partikel, juga memiliki sifat sebagai
gelombang".
Panjang gelombang de Broglie:

ldB = h/m v = h/p

h = konstanta Planck
m = massa partikel
v = kecepatan partikel

B. PRINSIP KETIDAKPASTIAN HEISENBERG


Prinsip ini dikemukakan oleh Heisenberg, karena adanya sifat dualisme cahaya.
- "Pengukuran posisi dan momentum partikel secara serentak, selalu
menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar dari konstanta Planck".

Dx . Dp = h

Dx = ketidakpastian posisi partikel


Dp = ketidakpastian momentum partikel

Contoh:

Tentukan panjang gelombang sinar elektron pada mikroskop elektron !

Jawab:

34
35

Elektron bergerak di dalam beda potensial mikroskop elektron, sehingga:

Ek = Elistrik

½ m v² = e Vo ® v = Ö(2 e Vo / m)

Panjang gelombang elektron (partikel) yang bergerak mengikuti rumusan de Broglie,


yaitu:

l = h/mv = h/Ö(2 e m Vo)

Jadi panjang gelombang elektron di dalam mikroskop elektron berbanding terbalik


dengan akar tegangan (Ö(Vo) yang dipakai..

C.MODEL ATOM MODERN


Model atom mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger
(1926).Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg
mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian
yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara
seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian
menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.
Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron
disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin
Schrodinger.Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan
fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron
dalam tiga dimensi.

Persamaan Schrodinger

35
36

x,y dan z = Posisi dalam tiga dimensi


Y = Fungsi gelombang
m = massa
ђ = h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14
E = Energi total
V = Energi potensial

Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau
model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada
gambar berikut ini.

Model atom mutakhir atau model atom mekanika gelombang


Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital
menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang
sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung
membentuk kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit
terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya
belum tentu sama.

D.CIRI KHAS MODEL ATOM MEKANIKA GELOMBANG


Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak
stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang
yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi darikebolehjadian paling besar
ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom)
Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya.
(Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu
yang pasti, tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron

36
37

Kelemahan Model Atom Modern

Persamaan gelombang Schrodinger hanya dapat diterapkan secara eksak untuk


partikel dalam kotak dan atom dengan elektron tunggal

37
38

BAB VI
MEKANIKA KUANTUM

Mekanika kuantum adalah cabang dasar fisika yang menggantikan mekanika


klasik pada tataran atom dan subatom. Ilmu ini memberikan kerangka matematika
untuk berbagai cabang fisika dan kimia, termasuk fisika atom, fisika molekular, kimia
komputasi, kimia kuantum, fisika partikel, dan fisika nuklir. Mekanika kuantum
adalah bagian dari teori medan kuantum dan fisika kuantum umumnya, yang, bersama
relativitas umum, merupakan salah satu pilar fisika modern. Dasar dari mekanika
kuantum adalah bahwa energi itu tidak kontinyu, tapi diskrit -- berupa 'paket' atau
'kuanta'. Konsep ini cukup revolusioner, karena bertentangan dengan fisika klasik
yang berasumsi bahwa energi itu berkesinambungan.

A.SEJARAH
Pada tahun 1900, Max Planck memperkenalkan ide bahwa energi dapat dibagi-
bagi menjadi beberapa paket atau kuanta. Ide ini secara khusus digunakan untuk
menjelaskan sebaran intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam. Pada tahun
1905, Albert Einstein menjelaskan efek fotoelektrik dengan menyimpulkan bahwa
energi cahaya datang dalam bentuk kuanta yang disebut foton. Pada tahun 1913, Niels
Bohr menjelaskan garis spektrum dari atom hidrogen, lagi dengan menggunakan
kuantisasi. Pada tahun 1924, Louis de Broglie memberikan teorinya tentang
gelombang benda.
Teori-teori di atas, meskipun sukses, tetapi sangat fenomenologikal: tidak ada
penjelasan jelas untuk kuantisasi. Mereka dikenal sebagai teori kuantum lama.Frase
"Fisika kuantum" pertama kali digunakan oleh Johnston dalam tulisannya Planck's
Universe in Light of Modern Physics (Alam Planck dalam cahaya Fisika Modern).
Mekanika kuantum modern lahir pada tahun 1925, ketika Werner Karl Heisenberg
mengembangkan mekanika matriks dan Erwin Schrödinger menemukan mekanika
gelombang dan persamaan Schrödinger. Schrödinger beberapa kali menunjukkan
bahwa kedua pendekatan tersebut sama.

38
39

Heisenberg merumuskan prinsip ketidakpastiannya pada tahun 1927, dan


interpretasi Kopenhagen terbentuk dalam waktu yang hampir bersamaan. Pada 1927,
Paul Dirac menggabungkan mekanika kuantum dengan relativitas khusus. Dia juga
membuka penggunaan teori operator, termasuk notasi bra-ket yang berpengaruh. Pada
tahun 1932, Neumann Janos merumuskan dasar matematika yang kuat untuk
mekanika kuantum sebagai teori operator.
Bidang kimia kuantum dibuka oleh Walter Heitler dan Fritz London, yang
mempublikasikan penelitian ikatan kovalen dari molekul hidrogen pada tahun 1927.
Kimia kuantum beberapa kali dikembangkan oleh pekerja dalam jumlah besar,
termasuk kimiawan Amerika Linus Pauling.
Berawal pada 1927, percobaan dimulai untuk menggunakan mekanika kuantum
ke dalam bidang di luar partikel satuan, yang menghasilkan teori medan kuantum.
Pekerja awal dalam bidang ini termasuk Dirac, Wolfgang Pauli, Victor Weisskopf dan
Pascaul Jordan. Bidang riset area ini dikembangkan dalam formulasi elektrodinamika
kuantum oleh Richard Feynman, Freeman Dyson, Julian Schwinger, dan Tomonaga
Shin'ichirō pada tahun 1940-an. Elektrodinamika kuantum adalah teori kuantum
elektron, positron, dan Medan elektromagnetik, dan berlaku sebagai contoh untuk
teori kuantum berikutnya.
Interpretasi banyak dunia diformulasikan oleh Hugh Everett pada tahun 1956.
Teori Kromodinamika kuantum diformulasikan pada awal 1960an. Teori yang kita
kenal sekarang ini diformulasikan oleh Polizter, Gross and Wilzcek pada tahun 1975.
Pengembangan awal oleh Schwinger, Peter Higgs, Goldstone dan lain-lain. Sheldon
Lee Glashow, Steven Weinberg dan Abdus Salam menunjukan secara independen
bagaimana gaya nuklir lemah dan elektrodinamika kuantum dapat digabungkan
menjadi satu gaya lemah elektro.

39
40

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1990. Konsep Fisika Modern. Edisi keempat. Terjemahan The Houw
Liong. Jakarta : Erlangga. .

Bueche, J. Frederick. 1989. Fisika. Edisi kedelapan. Terjemahan Darmawan, B


Jakarta : Erlangga.

Brotosiswojo, B. S. 2000. Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi.


Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Depdiknas.

Depdikbud. 1990. Kurikulum Pendidikan MIPA LPTK Program Strata1 (S1).


Jakarta : Depdikbud.

Gerry van Klinken. 1991. Pengantar Fisika Modern. Semarang : Satya Wacana.

Halliday & Resnick. 1990. Fisika Modern. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.

Hartono. 2006. Pembelajaran Fisika Modern Bagi Mahasiswa Calon Guru.


Disertasi S3. Bandung : PPS UPI. Tidak dipublikasikan.

Krane, K.S. 1992. Fisika Modern. Terjemahan Hans J.Wospakrik. Jakarta : UI-Press.

Marthen Kanginan. 2003. Fisika 2000. Jilid 3B. Jakarta : Erlangga.

McDermott, L.C., Shaffer, P.S., and Constantinous, C.P. 2000. "Preparing teachers to
teach physics and physical science by inquiry". Physics Education 35 (6)
November 2000.

McDermott, L.C. 1990. " Perspective on tescher preparation in physics and other
sciences : The need for special science courses for teachers", The American
Journal of Physics Volume 58. Number 8, August 1990.

McEvoy, J.P., Zarate, Oscar. 2000. Mengenal Teori Kuantum For Beginners.
Terjemahan Ahmad Baiquni. Bandung : Mizan.

Reif, F . 1995. " Millikan Lecture 1994 : Understanding and teaching important
scientific thought processes". American Journal Physics, Volume 63. Number 1.
January 1995.

Supangkat, H. 1991. Fisika Modern. Bandung : ITB.

Sutrisno. 1979. Fisika Dasar : Gelombang dan Optik. Bandung : ITB

40
41

--------. 1979. Fisika Dasar : Fisika Modern. Bandung : ITB

Yohanes Surya. 1996. Olimpiade Fisika. Jakarta : Primatika Cipta Ilmu

41

Anda mungkin juga menyukai