Buku Ajar Fisika Modern by Dwi Purwanti
Buku Ajar Fisika Modern by Dwi Purwanti
FISIKA DASAR II
BUKU AJAR UNTUK MAHASISWA TEKNIK
OLEH :
DRA. DWI PURWANTI, MS
NIP.195910201990022001
FAKULTAS TEKNIK
2010
1
2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
BAB I. RELATIVITAS
A. TEORI RELATIVITAS KHUSUS
B. PENJUMLAHAN KECEPATAN SECARA RELATIVISTIK
C. PEMUAIAN WAKTU
D. KONTRAKSI LORENTZ
E. MASSA DAN MOMENTUM RELATIVISTIK
F. ENERGI RELATIVISTIK
BAB II. GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
A. TEORI MAXWELL TENTANG TIMBULNYA GELOMBANG
ELEKTROMAGNETIK.
B. SPEKTRUM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
C. APLIKASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI.
BAB III. ATOM
A. MODEL ATOM THOMSON DAN MASSA ELEKTRON
B. PERCOBAAN MILLIKAN DAN MUATAN ELEKTRON
C. MODEL ATOM RUTHERFORD
D. MASSA DAN MUATAN PROTON
E. MODEL ATOM NIELS BOHR
BAB IV. SIFAT CAHAYA
A. DUALISME SIFAT CAHAYA
B. RADIASI BENDA HITAM
C. EFEK FOTOLISTRIK
D. EFEK COMPTON
BAB V. SIFAT GELOMBANG DARI PARTIKEL
A. HIPOTESA DE BROGLIE
B. PRINSIP KETIDAKPASTIAN HEISENBERG
C. MODEL ATOM BARU
BAB VI. TEORI KUANTUM ATOM HIDROGEN
A. KELEMAHAN MODEL ATOM BOHR
2
3
B. BILANGAN KUANTUM
C. TRANSISI RADIAKTIF
BAB VII. INTI ATOM
A. BILANGAN ATOM DAN BILANGAN MASSA
B. ISOTOP
1. GAYA NUKLIR
2. PERANAN NEUTRON
C. RADIOAKTIVITAS
D. ALAT-ALAT PENDETEKSI RADIOAKTIVITAS
BAB VIII. REAKSI INTI
A. UMUR PARO
B. REAKSI INTI
C. PERUBAHAN MASSA DALAM REAKSI INTI
D. PERISTIWA REAKSI FUSI DAN FISI
3
4
PENDAHULUAN
Perbedaan fisika modern yang mulai diperkenalkan pada awal abad ke 20 dengan
fisika klasik yaitu fisika modern menyelidiki gejala-gejala pada skala ukuran yang
sangat kecil ( kira-kira 10-10 m ) dan pada skala kecepatan yang sangat tinggi yaitu
mendekati kecepatan cahaya c = 3 x 108 m/s atau disebut juga pada kecepatan
relativistik. Ternyata gejala-gejala pada skala atom tersebut dan penemuan tentang
gelombang elektromagnetik serta sifat dualisme dari cahaya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan berbagai bentuk teknologi baru seperti televisi, komputer,
pengendali jarak jauh ( remote control ). sel fotolistrik, laser, mesin roentgen, energi
nuklir dan sebagainya yang kesemuanya tidak mungkin dapat ditemukan dan
dibayangkan tanpa fisika modern.
Perkembangan fisika modern akan berlanjut terus dan bahkan akan semakin
kompleks, yang menuntut alternatif cara berpikir baru pula. Hal-hal baru tersebut
khususnya mekanika kuantum maupun teori relativitas agak sukar dipahami karena
pada umumnya siswa berkembang berdasarkan pengalaman sehari-hari yang
menggunakan paradigma fisika klasik.
Pada umumnya para mahasiswa, khususnya mahasiswa teknik, mengalami
kesulitan dalam mempelajari materi fisika modern karena pada pembelajaran sains
yang selama ini diberikan konsep-konsep yang diajarkan diperoleh melalui
pengalaman empiris sehari-hari, sementara konsep-konsep fisika modern tampak
seolah-olah bertentangan dengan pengalaman sehari-hari para mahasiswa. Faktor lain
yang juga menjadikan para mahasiswa sulit mempelajari fisika modern adalah sifat
konsep-konsep fisika modern yang didominasi oleh konsep-konsep abstrak. Untuk
memahami konsep-konsep abstrak tersebut tentu dibutuhkan penalaran yang tinggi. .
Untuk dapat mencapai penalaran yang tinggi mahasiswa perlu dibiasakan dengan
cara belajar yang menuntut penggunaan penalaran. Agar para mahasiswa memiliki
pengalaman belajar seperti yang diharapkan, tentu diperlukan guru yang tidak hanya
memahami materi fisika secara baik tetapi juga guru dituntut memahami dan mampu
mengaplikasikan teori-teori pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik ilmu
fisika. Karena itu untuk menunjang pembelajaran sains para mahasiswa khususnya
sebagai calon guru perlu mempelajari dan menguasai tidak hanya fisika klasik tetapi
juga fisika modern.
4
5
BAB I
RELATIVITAS
5
6
2. Kelajuan cahaya dalam vakum memiliki nilai yang sama dalam semua
kerangka acuan inersial yaitu sebesar c = 3 x 108 m/s
Karya besar Einstein inilah yang merupakan tonggak dari fisika modern, dan
disebut teori relativitas khusus karena teori relativitas ini hanya berlaku bagi kerangka
acuan inersial. Selanjutnya baru pada tahun 1916 Einstein mengusulkan teori
relativitas umum yang berlaku bagi semua kerangka acuan baik inersial maupun non
inersial. Dalam hal ini hanya akan dibahas mengenai teori relativitas khusus yang
akan menghasilkan ramalan-ramalan mengenai kecepatan relativistik, penyusutan
panjang , pemuluran waktu serta rumus spektakuler yang dikemukakan Einstein
tentang energi relativistik.
6
7
v1 v 2
v= vv m/s (1)
1 1 22
c
Keterangan :
v = kecepatan relativitas khusus ( m/s )
v1 = kecepatan benda/partikel pertama terhadap pengamat ( m/s )
v2 = kecepatan benda/partikel kedua terhadap benda/partikel pertama ( m/s )
c = kecepatan cahaya = 3 x 108 m/s
Jika rumus ini diterapkan pada contoh kasus di atas maka akan diperoleh
kecepatan relatif dari orang yang di dalam bus terhadap Pengamat yang diam adalah
sebesar
0,8c 0,6C
1,4c
v = 0,8cx0,6c = = 0,946 c m/s
1 2
1 0,48
c
Dari hasil tersebut nampak bahwa dengan menggunakan rumus ( 1 ) yaitu rumus
penjumlahan untuk kecepatan relativistik maka kecepatan relatif yang diperoleh
harganya tidak akan mungkin melebihi kecepatan mutlak c.
C. PEMUAIAN WAKTU
Dua buah jam yang identik jika sebelumnya sudah dicocokkan dan diletakkan
diam bersebelahan akan selalu menunjukkan waktu yang sama. Akan tetapi kalau
salah satu jam tadi diberi percepatan sehingga mempunyai kecepatan v yang sangat
tinggi yang bahkan mendekati kecepatan cahaya c, maka menurut pengamat yang
diam, jam yang bergerak ini akan tampak berjalan lebih lambat dibanding jam yang
diam bersama pengamat. Waktu yang diukur oleh jam yang ada di tangan pengamat,
jadi berada dalam keadaan diam terhadap pengamat, disebut waktu benar ( proper
time). Dapat disimpulkan bahwa waktu yang diukur oleh sebuah jam dalam kerangka
bergerak menjadi mulur bila diamati dari kerangka diam, peristiwa ini disebut
dilatasi waktu atau pemuaian waktu
7
8
Berdasarkan penjelasan tersebut terbukti bahwa waktu juga bersifat relatif. Untuk
mengukur selang waktu relatif antara dua kejadian yang terjadi pada tempat yang
sama dan diukur oleh pengamat yang diam serta oleh pengamat yang bergerak dengan
kecepatan relativistik maka digunakan rumus :
t 0
t t 0
v2 sekon (2)
1
c2
Keterangan :
∆t = selang waktu relativistik ( sekon )
∆t0 = selang waktu sejati ( sekon )
1
v 2 > 1 = tetapan transformasi
1
c2
Selang waktu sejati adalah selang waktu yang diukur oleh jam atau pengamat yang
diam terhadap kejadian sedangkan selang waktu relativistik adalah selang waktu
yang diukur oleh jam atau pengamat yang bergerak terhadap kejadian. Faktor pengali
disebut tetapan transformasi dan harganya selalu lebih besar dari 1. Akibatnya
pada rumus (2) di atas akan berlaku ∆t selalu lebih besar daripada ∆t0 atau dapat
dikatakan bahwa selang waktu relativistik selalu lebih lama daripada selang waktu
sejati.
Contoh soal :
Sebuah kincir angin ketika diamati oleh seorang pengamat yang diam di bumi, untuk
berputar satu kali membutuhkan waktu 5,00 sekon. Berapakah waktu yang dibutuhkan
oleh kincir angin tersebut untuk berputar satu kali menurut seorang pengamat yang
bergerak relatif terhadap bumi dengan kecepatan 0,96 c ?
Jawab :
8
9
Waktu yang dibutuhkan oleh kincir angin untuk berputar satu kali atau periode kincir
angin adalah periode sejati ∆t0 = 5,00 sekon Sedangkan periode kincir angin yang
diamati oleh pengamat yang bergerak adalah periode relativistik ∆t
v 96 24
Kecepatan pengamat v = 0,96 c
c 100 25
1 1 1
625 25
v 625 576
1 1
24
2 2
c 49 7
25 625
25
∆t = γ ∆t0 = x 5,00 detik = 17,857 sekon
7
Dari hasil tersebut terlihat bahwa periode relativistik akan lebih besar dari periode
sejati.
D. KONTRAKSI LORENTZ
Jika seorang pengamat dalam keadaan diam mengukur panjang suatu benda
dalam komponen x dan mendapatkan panjang benda tersebut adalah Lo maka Lo
disebut panjang sejati benda tersebut. Selanjutnya jika benda tersebut kemudian
diberi kecepatan v dalam arah x atau sejajar terhadap arah memanjang benda , maka
menurut pengamat yang diam, komponen x benda panjangnya akan tampak berubah
dan disebut panjang relativistik L ( Perhatikan, hanya komponen x saja yang tampak
berubah sedangkan komponen y dan z yang tegak lurus terhadap arah gerak tidak
mengalami perubahan ). Harga panjang relativistik ini dirumuskan sebagai :
v2 1
L = Lo 1 2
= Lo. ( m ) (3)
c
Keterangan :
L = panjang relativistik ( m )
Lo = panjang sejati ( diam ) ( m )
v = kecepatan relativistik benda ( m/s )
9
10
Karena tetapan transformasi γ harganya selalu lebih besar dari 1 ( γ > 1 ), maka
sebagai akibatnya harga relativistik L akan selalu lebih kecil dari harga sejati Lo,
atau dapat dinyatakan panjang relativistik selalu lebih pendek daripada panjang
sejati ( L < Lo ). Efek berkurangnya panjang benda jika bergerak sejajar terhadap
arah memanjang benda ini disebut penyusutan panjang atau kontraksi panjang.
Peristiwa ini pertama kali diramalkan oleh Hendrik Anton Lorentz, seorang fisikawan
Belanda, karena itu peristiwa penyusutan panjang ini disebut juga kontraksi Lorentz
Contoh soal :
Sebuah pesawat ruang angkasa ketika diam di bumi menurut seorang pengamat
panjangnya adalah 100 m. Berapakah panjang pesawat tersebut ketika bergerak
dengan kecepatan 0,85 c menurut pengamat yang diam di bumi ?
Jawab :
Panjang pesawat ketika diam di bumi adalah panjang sejati, berarti Lo = 100 m
Kecepatan pesawat terhadap bumi adalah v = 0,85 c, maka panjang pesawat ketika
bergerak adalah panjang relativistik L. Dengan menggunakan rumus ( 3 ) akan
diperoleh :
0,85c
2
v2
L = Lo 1 = 100 m 1 = 100 m 1 0,85 2
c2 c 2
Dari hasil tersebut terbukti bahwa pesawat dalam keadaan bergerak dengan kecepatan
relativistik akan tampak lebih pendek dari panjang sejatinya.
10
11
bahwa panjang dan selang waktu ternyata bersifat relatif, sehingga menimbulkan
pertanyaan mungkinkah massa juga bersifat relatif.
Berdasarkan hukum kekekalan momentum akhirnya Einstein kembali dapat
membuktikan bahwa massa suatu benda yang bergerak dengan kecepatan relativistik
akan bertambah besar dan berarti bersifat relativistik pula. Besarnya massa relativistik
ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
m0
m= v2 mo kg (4)
1 2
c
Keterangan :
m = massa relativistik ( diukur terhadap kerangka acuan yang bergerak
terhadap benda ) dalam kg
mo = massa diam benda ( diukur terhadap kerangka acuan yang diam terhadap
benda ) dalam kg
v = kelajuan relativistik benda ( m/s )
c = kelajuan cahaya dalam vakum = 3 x 108 m/s
γ = tetapan transformasi > 1
Jawab :
11
12
terlihat bahwa walaupun kecepatan elektron sudah cukup tinggi yaitu 0,05 c tetapi
kenaikan massa elektron hanya kecil sekali yaitu 0,01 x 10-31 kg atau sekitar 0,12%
dari massa diamnya
ternyata untuk elektron yang bergerak dengan kecepatan yang mendekati kecepatan
cahaya akan terjadi kenaikan massa sebesar 2,55 kali massa diamnya. .
Sebelumnya pada fisika klasik sudah dijelaskan bahwa jika suatu benda yang
bermassa m bergerak dengan kecepatan v maka benda akan mempunyai momentum
sebesar :
p = mv
Pada relativitas khusus, karena benda bergerak dengan kecepatan relativistik maka
momentum yang timbul disebut momentum relativistik. Besarnya momentum
relativistik ini juga merupakan hasil kali antara massa dengan kecepatan, tetapi massa
dalam hal ini adalah massa relativistik, sehingga :
mo v
p = m v = γ m0 v = v2 kgm/s (5)
1
c2
Keterangan :
p = momentum relativistik benda ( kgm/s )
m = massa relativistik ( kg )
12
13
Contoh soal
Berapakah momentum dari proton yang bergerak dengan kecepatan 0,96 c jika massa
diam proton adalah 1,6 x 10-27 kg ?
Jawab :
Dengan menggunakan rumus (5) maka akan diperoleh :
mo v
p= v2 =
1
c2
F. ENERGI RELATIVISTIK
Hubungan yang paling terkenal yang diperoleh Einstein dari postulat relativitas
khusus adalah mengenai massa dan energi. Berdasarkan hukum II Newton tentang
gaya dan rumus usaha yang merupakan hasil kali antara gaya dengan lintasan
perpindahan maka Einstein berhasil menurunkan rumus energi relativistik yaitu :
Ek = E – Eo = m c2 - mo c2 Joule (6)
Keterangan :
Ek = energi kinetik relativistik ( J )
E = energi total ( J )
Eo = energi diam ( J )
Dari persamaan di atas nampak bahwa energi merupakan hasil perkalian antara massa
dengan kuadrat kecepatan mutlak, sehingga ada kesetaraan antara massa dan energi.
13
14
Jika suatu partikel memiliki massa sebesar m maka partikel ini akan memiliki energi
sebesar :
E = m c2 Joule (7)
Keterangan :
E = Energi total partikel ( J )
m = massa partikel ( kg )
c = Kelajuan cahaya = 3 x 108 m/s
Hubungan kesetaraan antara massa dan energi ini pertama kali dikemukakan oleh
Einstein sehingga persamaan ( 7 ) yang sangat terkenal disebut sebagai hukum
kesetaraan massa – energi Einstein.
Contoh soal :
Sebuah proton yang massa diamnya adalah 1,67 x 10-27 kg mempunyai energi total
tiga kali energi diamnya. Tentukan berapa energi kinetik proton dalam satuan eV jika
1 eV = 1,6 x 10-19 J.
Jawab :
E = 3 Eo
Eo = mo c2 = 1,67 x 10-27 kg x ( 3 x 108 )2 m2/s2 = 15,03 x 10-11 kg m2/s2
= 15,03 x 10-11 J
Ek = E – Eo = 3 Eo – Eo = 2 Eo = 2 x 15,03 x 10-11 J = 30,06 x 10-11 J
30,06 x10 11
Ek = 19
18,788 x10 8 eV
1,6 x10
14
15
BAB II
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
15
16
Sebagai sumber medan listrik adalah muatan listrik. Jika muatan listrik ini tidak
tetap dan berubah secara sinusoidal maka medan listrik yang ditimbulkan juga akan
berubah-ubah terhadap waktu membentuk sinusoidal, demikian pula medan magnetik
yang ditimbulkan juga tidak tetap besarnya ( sinusoidal ). Perubahan medan magnetik
yang sinusoidal menimbulkan medan listrik sinusoidal, demikian proses ini
berlangsung terus saling timbal balik sehingga diperoleh proses berantai dari
pembentukan medan magnetik dan medan listrik yang merambat ke segala arah.
Karena perubahan yang merambat biasanya disebut gelombang , maka gejala ini
disebut gelombang elektromagnetik. Medan listrik E dan medan magnetik B
yang timbul ini saling tegak lurus, dan keduanya tegak lurus terhadap arah
perambatan gelombang, sehingga gelombang elektromagnetik merupakan
gelombang transversal. Gelombang elektromagnetik ini juga membawa energi dan
memberikan energi ini kepada benda-benda yang dilewatinya. Hubungan antara kuat
medan magnet B dan kuat medan listrik E oleh teori Maxwell dinyatakan sebagai
E=cB.
Satu hal lagi yang diformulasikan oleh Maxwell adalah mengenai kecepatan
gelombang elektromagnetik yang diperkirakan sebesar kecepatan cahaya c, dan
ternyata dengan menggunakan dua buah dari keempat persamaan dasar matematis
yang dirumuskannya Maxwell menemukan bahwa cepat rambat gelombang
elektromagnetik adalah sebesar c yang diperoleh dari :
1
c= (8)
o o
dengan
c = cepat rambat gelombang elektromagnetik ( m/s )
μo = permeabilitas magnetik dalam hampa udara = 4π x 10-7 Wb A-1 m-1
εo = permitivitas listrik dalam hampa udara = 8,85418 x 10-12 C2 N-1 m-2
dengan memasukkan nilai μo dan εo maka akan diperoleh :
1
2,99792 x10 8 m / s
c= 4 x10 7
8,85418x10
12
16
17
dengan :
λ = panjang gelombang elektromagnetik ( m )
f = frekuensi gelombang elektromagnetik ( Hz )
c = cepat rambat gelombang elektromagnetik = kelajuan cahaya 3 x 108 m/s
Dari percobaannya ini pula Hertz memperoleh hasil bahwa radiasi gelombang
frekuensi radio yang berhasil dibangkitkan juga memiliki sifat-sifat seperti gelombang
cahaya, yang membedakan hanya frekuensinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
gelombang frekuensi radio adalah gelombang elektromagnetik juga. Lebih jauh
Maxwell dapat membuktikan bahwa ada berbagai jenis gelombang elektromagnetik
lainnya yang berbeda-beda frekuensinya tetapi kesemuanya menunjukkan sifat-sifat
gelombang cahaya.
17
18
- merah
- jingga
- kuning
- hijau
- biru
- ungu
14 17
5 8 x 10 Hz s.d 3 x 10 Hz Sinar ultraviolet
6 5 x 1017 Hz s.d 3 x 1020 Hz Sinar X
7 1020 Hz s.d 1025 Hz Sinar gamma
1. GELOMBANG RADIO
Gelombang radio biasanya dihasilkan oleh muatan-muatan listrik yang dipercepat
melalui konduktor-konduktor dan muatan tersebut dibangkitkan oleh suatu rangkaian
18
19
elektronik yang disebut osilator. Gelombang radio ini akan dipancarkan melalui
antenna dan akan diterima oleh antenna pula. Gelombang radio ini dikelompokkan
menurut frekuensinya atau menurut panjang gelombangnya dan mempunyai
penggunaan yang berbeda-beda seperti yang terangkum pada tabel 2 berikut :
19
20
20
21
BAB III
MODEL ATOM
21
22
"Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil
reaksi". Sedangkan Prouts menyatakan bahwa "Perbandingan massa unsur-unsur
dalam suatu senyawa selalu tetap". Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan
pendapatnya tentang atom sebagai berikut:
Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-
atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat
dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari
atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada
tolak peluru. Seperti gambar berikut ini:
22
23
yang berbeda-beda sebagai elektroda yang dia gunakan pada tabung katoda maka
percobaan Thomson tetap menghasilkan berkas sinar katoda yang sama.
Akhirnya Thomson menyimpulkan bahwa setiap atom pasti tersusun atas
corpuscle. Corpuscle yang ditemukan oleh Thomson ini kemudian disebut sebagai
“electron” oleh G. Johnstone Stoney. Dari asumsi tersebut dia akhirnya meyakini
bahwa atom sebenarnya tidak berbentuk masiv (berbentuk bulatan yang pejal) akan
tetapi tersusun atas komponen-komponen penyususn atom.
Di alam atom berada dalam keadaan yang stabil dan memiliki muatan yang
netral, dengan demikian Thomson lebih lanjut mengasumsikan bahwa didalam atom
itu sendiri pasti terdapat bagian yang bermuatan positif. Dari asumsi tersebut maka
Thomson mengajukan struktur atom sebagai bulatan awan bermuatan posistif dengan
elektron yang terdistribusi random di dalamnya. (lihat gambar)
Model atom Thomson ini lebih dikenal sebagai “plum pudding model” atau dalam
bahasa Indonesia dikenal sebagai “model roti kismis”. Untuk memudahkan
membayangkan model atom ini maka Anda harus membayangkan sebuah roti dalam
bentuk bola yang didalamnya terdapat kismis yang menyebar merata secara random.
Kelebihan
Membuktikan adanya partikel lain yang bermuatan negatif dalam atom. Berarti atom
bukan merupakan bagian terkecil dari suatu unsur.
Kelemahan
23
24
Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam
bola atom tersebut.
24
25
Kelebihan
Membuat hipotesa bahwa atom tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilingi
inti
Kelemahan
Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.
Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi
sehingga lama - kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama
akan mendekati inti dan jatuh ke dalam inti Ambilah seutas tali dan salah satu
ujungnya Anda ikatkan sepotong kayu sedangkan ujung yang lain Anda pegang.
Putarkan tali tersebut di atas kepala Anda. Apa yang terjadi? Benar. Lama kelamaan
putarannya akan pelan dan akan mengenai kepala Anda karena putarannya lemah dan
Anda pegal memegang tali tersebut. Karena Rutherford adalah telah dikenalkan
lintasan/kedudukan elektron yang nanti disebut dengan kulit.
25
26
- Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron
dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner
(menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
- Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga
tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
- Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan
stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya
sesuai dengan persamaan planck, ΔE = hv.
Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu,
terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan
kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.
Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-
lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling
rendah adalah kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar
nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.
Berdasarkan model atom Rutherford dan teori kuantum, Neils Bohr mengemukakan
teorinya:
Elektron hanya dapat mengelilingi inti atom melalui lintasan-lintasan tertentu saja,
tanpa membebaskan energi. Masing-masing lintasan hanya dapat dilalui elektron yang
memiliki momentum anguler kelipatan bulat dari h/2p.
m . v . r = n . h/2p
26
27
Elektron akan mengalami eksitasi (pindah ke lintasan yang lebih tinggi) atau ionisasi
jika menyerap energi, dan transisi ke lintasan yang lebih rendah jika memancarkan
energi foton.
DE = EB - EA = h . c/l
27
28
I.Deret Lyman
terletak pada daerah ultra ungu
nA = 1 ; nB = 2, 3, 4, .......
II.Deret Balmer
terletak pada daerah cahaya tampak
nA = 2 ; nB = 3, 4, 5. ... ...
III.Deret Paschen
28
29
IV.Deret Bracket
terletak pada daerah infra merah 2
nA = 4 ; nB = 5, 6, 7,.......
V.Deret Pfund
terletak pada daerah infra merah 3
nA = 5 ; nB = 6, 7, 8, ...
F.LUCUTAN GAS
Lucutan gas adalah peristiwa mengalirnya muatan listrik di dalam tabung lucutan
gas (tabung Crookes) pada tekanan gas sangat kecil ® menghasilkan berkas sinar
katoda
PERBANDINGAN MASSA DAN MUATAN ELEKTRON (e/m)
Kelebihan
Bahwa atom ini terdiri dari beberapa kulit untuk tempat berpindahnya electron
Kelebihan
Tidak dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Strack
29
30
BAB IV
SIFAT CAHAYA
A. DUALISME CAHAYA
"Cahaya dapat bersifat sebagai gelombang dan dapat juga bersifat sebagai materi
(partikel)".
Cahaya dapat didefinisikan dalam dua pengertian yaitu :
- Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata
dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata
maupun yang tidak.
- Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.
Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan
sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum
kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang
studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada
fisika modern.
Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang
mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang,
polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar
dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan
pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi.
Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris
(en:geometrical optics) dan optika fisis (en:physical optics).
Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang
elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838
oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katoda, tahun 1859 dengan teori radiasi
massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan
bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model
dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa
30
31
bahwa energi yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang
disebut elemen energi, E. Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek
fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk melejit keluar
dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de Broglie menunjukkan
elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori dualitas
partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat
berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton
yang mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck
mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan
menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan,
termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von
Neumann, Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.
Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai
dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut
foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar
maser, dan sinar laser pada tahun 1960.
Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi
memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan.
E = n . h . f = n . h . c/l
31
32
Jadi dapat disimpulkan dari hipotesis Planck, bahwa cahaya adalah partikel sedangkan
Maxwell menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang, disebut dualisme cahaya.
C. EFEK FOTOLISTRIK
Efek foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat
(logam), bila permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi
lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam. Efek fotolistrik ini ditemukan
oleh Albert Einstein, yang menganggap bahwa cahaya (foton) yang mengenai logam
bersifat sebagai partikel.
Energi kinetik foto elektron yang terlepas:
Ek = h f - h fo
Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses
perubahan energi kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang elektromagnetik
(disebut juga proses Bremmsstrahlung).
Kesimpulan:
Agar elektron dapat lepas dari permukaan logam maka f > fo atau l < lo
Ek maksimum elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas cahaya yang
digunakan, hanya tergantung pada energi atau frekuensi cahaya. Tetapi intensitas
cahaya yang datang sebanding dengan jumlah elektron yang terlepas dari logam.
32
33
D.EFEK COMPTON
Konsep foton dikembangkan oleh Compton, yang menunjukkan bahwa foton memiliki
momentum (p) yang besarnya:
Hal ini menunjukkan bahwa foton dapat berkelakuan sebagai partikel (materi), dengan
massa (m):
Pada gejala Compton,foton (sinar X) yang menumbuk elektron atom suatu zat
dihamburkan dengan panjang gelombang lebih besar.
33
34
BAB V
SIFAT GELOMBANG DARI PARTIKEL
A.HIPOTESIS de BROGLIE
Louis de Broglie mengemukakan hipotesis:
- “Cahaya selain memiliki sifat sebagai partikel, juga memiliki sifat sebagai
gelombang".
Panjang gelombang de Broglie:
h = konstanta Planck
m = massa partikel
v = kecepatan partikel
Dx . Dp = h
Contoh:
Jawab:
34
35
Ek = Elistrik
½ m v² = e Vo ® v = Ö(2 e Vo / m)
Persamaan Schrodinger
35
36
Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau
model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada
gambar berikut ini.
36
37
37
38
BAB VI
MEKANIKA KUANTUM
A.SEJARAH
Pada tahun 1900, Max Planck memperkenalkan ide bahwa energi dapat dibagi-
bagi menjadi beberapa paket atau kuanta. Ide ini secara khusus digunakan untuk
menjelaskan sebaran intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam. Pada tahun
1905, Albert Einstein menjelaskan efek fotoelektrik dengan menyimpulkan bahwa
energi cahaya datang dalam bentuk kuanta yang disebut foton. Pada tahun 1913, Niels
Bohr menjelaskan garis spektrum dari atom hidrogen, lagi dengan menggunakan
kuantisasi. Pada tahun 1924, Louis de Broglie memberikan teorinya tentang
gelombang benda.
Teori-teori di atas, meskipun sukses, tetapi sangat fenomenologikal: tidak ada
penjelasan jelas untuk kuantisasi. Mereka dikenal sebagai teori kuantum lama.Frase
"Fisika kuantum" pertama kali digunakan oleh Johnston dalam tulisannya Planck's
Universe in Light of Modern Physics (Alam Planck dalam cahaya Fisika Modern).
Mekanika kuantum modern lahir pada tahun 1925, ketika Werner Karl Heisenberg
mengembangkan mekanika matriks dan Erwin Schrödinger menemukan mekanika
gelombang dan persamaan Schrödinger. Schrödinger beberapa kali menunjukkan
bahwa kedua pendekatan tersebut sama.
38
39
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1990. Konsep Fisika Modern. Edisi keempat. Terjemahan The Houw
Liong. Jakarta : Erlangga. .
Gerry van Klinken. 1991. Pengantar Fisika Modern. Semarang : Satya Wacana.
Halliday & Resnick. 1990. Fisika Modern. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Krane, K.S. 1992. Fisika Modern. Terjemahan Hans J.Wospakrik. Jakarta : UI-Press.
McDermott, L.C., Shaffer, P.S., and Constantinous, C.P. 2000. "Preparing teachers to
teach physics and physical science by inquiry". Physics Education 35 (6)
November 2000.
McDermott, L.C. 1990. " Perspective on tescher preparation in physics and other
sciences : The need for special science courses for teachers", The American
Journal of Physics Volume 58. Number 8, August 1990.
McEvoy, J.P., Zarate, Oscar. 2000. Mengenal Teori Kuantum For Beginners.
Terjemahan Ahmad Baiquni. Bandung : Mizan.
Reif, F . 1995. " Millikan Lecture 1994 : Understanding and teaching important
scientific thought processes". American Journal Physics, Volume 63. Number 1.
January 1995.
40
41
41