Anda di halaman 1dari 3

Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan untuk menciptakan dan


memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisi apabila terjadi
gangguan dalam pembelajaran. Secara lebih rinci, Edi Soegito & Yuliani Nurani (2003: 8.5)
mengatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan untuk
mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan
tingkah laku siswa yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim
sosio-emosional yang positif, dan mengembangkan serta mempertahankan organisasi kelas
yang efektif.
Secara umum tujuan pengelolaan kelas ialah mempertahankan organisasi kelas yang
yang efektif. Secara khusus, pengelolaan kelas bertujuan: (1) menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal; (2) mengembalikan kondisi belajar yang optimal; (3) menyadari
kebutuhan siswa; (4) merespons secara aktif perilaku siswa; (5) mengembangkan siswa agar
bertanggunjawab terhadap tingkah lakunya; (6) membangun kesadaran siswa agar bertingkah
laku sesuai dengan tata tertib; (7) menumbuhkan kewajiban untuk melibatkan diri dalam
aktivitas kelas.
Pada umumnya komponen pengelolaan kelas terbagi menjadi dua, yaitu komponen
yang bersifat preventif dan komponen yang bersifat kuratif. Komponen yang bersifat
preventif ialah komponen yang berhubungan dengan tindakan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi optimal, sedangkan komponen yang bersifat kuratif ialah komponen yang
berhubungan dengan tindakan untuk mengembalikan kondisi belajar menjadi optimal.
Keterampilan pengelolaan preventif berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran yang meliputi keterampilan sebagai berikut.
1. Menunjukkan sikap tanggap. Guru harus tanggap terhadap aktivitas di kelas. Apakah
siswa mengerjakan tugas atau tidak, guru harus memberikan respons. Guru yang
tanggap terhadap aktivitas siswa akan menimbulkan kesan bahwa guru hadir
bersamanya sebagai pembimbing. Cara yang dapat dilakukan ialah dengan mendekati
siswa, melakukan kontak mata, memberi reaksi atas gangguan yang muncul, dan
memberi pernyataan atas komentar atau hasil pekerjaan siswa.
2. Memberi perhatian secara visual dan verbal. Perhatian secara visual bisa dalam
bentuk pengalihan pandangan atau gerak fisik, sedangkuan perhatian secara verbal
bisa dalam bentuk penjelasan dan komentar.
3. Memusatkan perhatian kelompok. Kegiatan pembelajaran bisa dipertahankan jika
guru mampu memusatkan perhatian kelompok pada tugas-tugas. Misalnya, dengan
meminta siswa untuk mempresentasikan hasil karyanya atau melaporkan hasil yang
dicapai.
4. Memberi petunjuk yang jelas. Sebelum siswa melakukan kegiatan belajar, guru harus
memberikan petunjuk yang jelas, singkat, dan mudah dipahami. Tujuannya adalah
agar proses kegiatan yang dijalankan sesuai dengan prosedur dan hasil yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diinginkan.
5. Menegur dengan bijaksana. Teguran diperlukan untuk mengatasi gangguan yang
dibuat oleh seorang atau sekelompok siswa. Teguran yang diberikan hendaknya tegas
dan jelas tetapi tidak menyakiti hati siswa.
6. Memberi penguatan. Penguatan sangat diperlukan untuk menjaga tingkah laku yang
diinginkan maupun untuk mengurangi tingkah laku yang diinginkan maupun untuk
mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Siswa yang
berperilaku seperti apa yang diharapkan, diberi penguatan positif agar diikuti oleh
siswa lain. Selain itu, siswa yang mengganggu proses pembelajaran diberi penguatan
negatif seperti teguran agar berhenti mengganggu proses pembelajaran dan menjadi
“pelajaran” buat yang lain.
Keterampilan pengelolaan kuratif berkaitan dengan respons guru untuk
menanggulangi berbagai gangguan yang muncul dari siswa. Untuk mengatasinya ada
tiga jenis strategi yang dapat digunakan oleh guru, yaitu memodifikasi tingkah lak,
memecahkan masalah secara berkelompok, dan mencari solusi masalah.
1. Memodifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis masalah atau kesulitan
dan memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian
penguatan secara sistematis.
2. Pemecahan masalah kelompok. Sebaiknya guru menggunakan pendekatan
masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas melalui kerja sama di
antara siswa dan memelihara kegiatan-kegiatan.
3. Mencari solusi masalah. Setiap masalah yang muncul, guru hendaknya mencari
akar permasalahannya kemudian dicari solusi terbaik.
Ada sejumlah hal yang harus dihindari pada saat mengelola kelas, yaitu sebagai
berikut :
1. Campur tangan berlebihan. Campur tangan yang berlebihan hanya
menimbulkan kesan bahwa yang diberikan bukan perhatian simpatik,
melainkan keinginan untuk berkehendak sesuka hati.
2. Penghentian tanpa alasan. Penghentian atau semacam kesenyapan tanpa alasan
mengindikasikan bahwa guru sedang kehabisan bahan ajar.
3. Ketidakpastian. Ketidakpastian dalam pengelolaan kelas dalam pengelolaan
kelas dalam memulai dan mengakhiri pelajaran dapat mengganggu kelancaran
pembelajaran. Ketidakpastian memulai dan mengakhiri pelajaran dapat
menimbulkan tumpang tindih dalam materi pelajaran.
4. Ketidakdisiplinan. Ketidakdisiplinan dalam mengelola waktu perlu dihindari
karena dapat mengakibatkan proses pembelajaran tidak sesuai dengan target.
Ketidakdisiplinan dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan proses
pembelajaran.
Utuk mendukung pengelolaan kelas yang efektif maka prinsip-prinsip
pengelolaan kelas harus tetap menjadi pegangan. Enam prinsip pengelolaan
kelas meiputi: (1) kehangatan dan antusiasme; (2) menghadirkan tantangan;
(3) membuat variasi mengajar, variasi media dan variasi intraksi; (4)
keluwesan tingkah laku guru; (5) memberikan penekanan pada hal-hal yang
negatif; (6) penanaman nilai disiplin.

DAFTAR PUSTAKA
Barnawi & Arifin, M. 2015. Microteaching. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai