Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan


suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Potter
dan Perry 2005).

Pada kasus penulis melakukan pengkajian pada Ny. R dengan post op


SC dengan hepatitis B di ruang rawat inap kebidanan RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukiittinggi. Klien sebelumnya memiliki riwayat SC 1x. Pada
tanggal 2 Agustus 2018 didapatkan data Klien mengatakan badan terasa
lemah, klien mangatakan badan terasa letih, klien mengatakan kepala terasa
pusing, klien mengatakan terdapat luka post op SC di perutnya, klien
mengatakan luka post SC masih tertutup verban, klien mengatakan nyeri pada
luka post op SC, klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul, klien
mengatakan skala nyeri 5-6, klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri terasa terutama saat bergerak, klien
mengatakan nyeri berlangsung 5-7 menit, klien mengatakan tidak dapat
melakukan aktivitas sendiri, klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga,
klien mengatakan mengapa anaknya dirawat terpisah dengannya, klien
mengatakan kapan ia dapat bertemu dengan anaknya. TD : 100/70
mmHg.Nadi : 86.RR : 22x.menit.Suhu : 36,7°C

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil HGB : 9,1 (g/dL)


RBC : 3,65(10^6/uL) HCT : 27,1 (%) WBC : 21,46 (10^3/uL) PLT : 284
(10^3/uL) dan pada pemeriksaan Serologi didapatkan hasil HBsAg Reaktif
yang mengartikan bahwa klien positif menderita Hepatitis B.

Selama tahap pengkajian penulis tidak mengalami kesulitan dan


hambatan dalam pengumpulan dan informasi yang dibutuhkan, hal ini
dikarenakan adanya kerja sama yang baik dari klien dan perawat di ruang
rawatan kebidanan RSAM Bukittinggi.

B. Diagnosa
Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan
dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan
ditetapkan sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan
(Potter dan Perry, 2005).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus menurut
Nanda NIC NOC (2015) antara lain :
1. Kekuran volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
2. Nyeri akut b.d prosedur invasif.
3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri.
4. Resiko infeksi b.d luka post op.
5. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum.
6. Gangguan pola tidur b.d nyeri.
7. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. R antara lain :
1. Kekuran volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
2. Nyeri akut b.d prosedur invasif.
3. Resiko infeksi b.d luka post op.
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi.

Setelah diagnosa diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa


diagnosa yang tidak muncul pada kasus yaitu Intoleransi aktifitas b.d
kelemahan umum, Gangguan pola tidur b.d nyeri..

C. Intervensi

Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan


dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan
ditetapkan sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan
(Potter dan Perry, 2005).
Dalam penyusunan rencana keperawatan penulis menggunakan rencana
keperawatan yang telah disusun oleh Nanda, NIC,NOC sebagai standar. Pada
perencanaan tinjauan kasus dan tinjauan teoritis dilakukan sejalan dengan
intervensi yang dilakukan pada kasus maupun teori. Adapun pada tahap
pelaksaan ini dapat dilakukan dengan baik karena pada tahap perencanaan telah
direncanakan seoptimal mungkin sesuai dengan kondisi klien, sehingga
kesulitan yang mungkin terjadi dapat diatasi. Selain itu keberhasilan tahap ini
dikarenakan adanya kerja sama yang baik antara penulis, klien dan petugas
perawat di ruang rawatan kebidanan RSAM Bukittinggi.

D. Implementasi

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter dan Perry, 2005).

Berdasarkan dari perencanaan keperawatan pada Ny. R peneliti


melakukan beberapa aktifitas pada masing-masing diagnosa. Peneliti
melakukan komunikasi setiap tindakan dan kegiatan yang dilakukan,
penyuluhan, memberikan asuhan keperawatan langsung, menjalin hubungan
saling percaya. Asuhan keperawatan berupa tindakan telah dilakukan kepada
Ny. R dengan diagnosa sebagai berikut :

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.


Pada masalah keperawatan kekurangan volume cairan
implementasi yang diberikan kepada klien adalah pemberian produk darah
karena hasil laboratorium klien didapatkan HB : 9,1 (g/dL)
sehinggadilakukan pemberian transfusi darah kepada klien sebanyak 1 kolf
(250 cc) dengan golongan darah A.
2. Nyeri akut b.d prosedur pembedahan.
Pada masalash keperawatan nyeri akut pada klien, selain dengan
memberikan obat analgetik, penulis juga memberikan manajemen nyeri
dengan menganjurkan klien untuk relaksasi nafas dalam. Implementasi
yang dilakukan didukung dengan penelitan tentang “Efek Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Dan Guuded ImagerybTerhadap Pnurunan
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesare”, yang mana didapatkan
hasil bahwa sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan guided
imagery terjadi perubahan intensitas nyeri, dimana responden hanya
mengalami dua tingkat nyeri yaitu sedang (35,0%) dan nyeri ringan
(65,0%). Tidak ada lagi yang mengalami nyeri hebat dan sangat hebat.
Efek relaksasi nafas dalam dan guided imagery membuat responden
merasa rileks dan tenang (Chandra dkk, 2013).
3. Hambatan mobilitas fisik b.d intoleransi aktivitas
Pada masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik pada klien
diberikan implementasi tentang mobilisasi dini. Sebagaiman
aimplementasi ini telah dilakukan pada penelitian yang berjudul “
Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post Sectio
Caesarea”, yang mana didapatkan hasil setelah dilakukan mobilisasi dini
pada ibu post op SC hasil penelitian menunjukkan dari 31 responden
melakukan mobilisasi dengan baik terdapat 28 responden (55%) yang
penyembuhannya cepat dan 3 responden (9,7%) penyembuhannya lambat
(Kurnia,2013).
4. Resiko infeksi b.d prosedur invasif.
Pada masalah keperawatan resiko infeksi dilakukan implementasi
perawatan luka pada luka post op SC klien. Perawatan luka post op SC
klien dengan mengganti verban dan membersihkan luka dengan
menggunakan cairan Nacl 0,9% dan gentamicin.
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi.
Pada masalah keperawatan defisiensi pengetahuan dilakukan
implementasi yaitu pendidikan kesehatan berupa penyuluhan dilakukan
pada keluarga dan klien, dimana penulis menjelaskan semua tentang
penyakit hepatitias B mulai dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
komplikasi, penatalaksanaan, serta makanan yang baik bagi klien post
section secarea, serta pantangan makanan bagi klien post section secarea.
Pada penyuluhan klien dan keluarga dapat memahami tentang penyakit
yang diderita klien adalah penyakit yang cukup serius dan bahkan sulit
diobati.
E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan penatalaksanaan yang sudah berhasil dicapai (Potter dan Perry,
2005).

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.


Masalah keperawatan kekurangan cairan pada klien teratasi setalah
dilakukan pemberian produk darah. Konjungtiva klien tidak anemis lagi,
akral teraba hangat, CRT < 3 detik, mukosa bibir lembab. TD : 110/80
mmHg. Nadi : 90x/menit. RR : 20x/menit. S : 37,1°C.
2. Nyeri akut b.d prosedur pembedahan.
Nyeri pada klien teratasi, skala nyeri 3. Klien dapat mengatasi nyerinya
dengan obat analgetik dan teknik nafas dalam.
3. Hambatan mobilitas fisik b.d ntoleransi aktivitas.
Masalah hambatan mobiltas fisik pada klien tearatasi. Klien sudah dapat
merubah posisi, sudah mampu turun dari tempat tidur, klien mampu ke
kamar mandi sendiri, klien mampu melakukan aktivitas sendiri seperti
makan, BAB dan BAK, aktivitas dibantu keluarga seperti mengganti
pakaian, klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga sebagian.
4. Resiko infeksi b.d
Masalah resiko infeksi teratasi sebagian luka post op SC masih tertutup
verban, luka post op SC masih terasa nyeri, klien mulai mengerti cara
mencuci tangan yang baik dan benar, klien dan keluarga mulai mengerti
cara mencuci tanagn yang baik dan benar, klien dan keluarga mau
mempraktekkan cuci tangan yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi.
Masalah defisiensi pengetahuan pada klien teratasi. Klien dan keluarga
mengerti dengan penjelasan yang diberikan. Klien mengatakan akan
melakukan perawatan diri dengan tepat. Klien diperbolehkan pulang.

Anda mungkin juga menyukai