Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada saat sekarang penggunaan pembangkit energy listrik tenaga minyak bumi, batu
bara, dan gas alam sangatlah tidak effisien karena akan mengalami kehabisan akibat
persediaan yang semakin berkurang. Hal ini tentu saja membuat kita mencari alternative
yang dapat memecahkan masalah ini. Salah satu alternatifnya adalah pembangkit listrik
energy pasang surut. Selain dengan persediaan yang tiada habisnya teknologi ini juga
ramah terhadap lingkungan dan dapat diperoleh secara cuma – cuma.
Suatu inovasi baru dengan cara memanfaatkan sumber energi alternatif yang sampai
sekarang belum dimanfaatkan sebagai solusi untuk mengatasi masalah kelistrikan
dikembangkan melalui penelitian ini. Salah satu sumber energi yang melimpah dan tidak
akan pernah habis adalah energi lautan, diantaranya energi pasang surut, yang banyak
ditemukan di wilayah perairan Indonesia.
Indonesia dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar 1.929.317
km2, Indonesia seharusnya bisa menerapkan teknologi alternatif ini. Apalagi dengan
bentangan Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan Utara ke Selatan 1.930 km
telah mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Di
musim Barat, gelombang air laut naik dari biasanya di sekitar Pulau Jawa. Fenomena
alamiah ini mempermudah pembuatan teknik pasang surut tersebut.
Teknik pasang surut air laut dimulai dengan pembuatan dam yang nantinya akan
menjadi tempat masuknya air saat pasang dan air kembali saat surut. Pergerakan air laut
melewati dam akan menggerakkan turbin sehingga menghasilkan energy. Teknik lain dari
pemanfaatan energy pasang surut air adalah dengan menggunakan turbin bawah laut.

I.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui mekanisme pemanfaatan energy pasang surut air.


2. Untuk mengetahui teknik pengembangan energy pasang surut air.

1
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan energy pasang surut dibandingkan
energy terbarukan lainnya

I.3 Manfaat

1. Agar pembaca dapat menambah lebih banyak wawasan tentang energy terbarukan
terutama energy pasang surut air.
2. Agar pembaca dapat membedakan energy pasang surut air dengan energy dari
gelombang laut.
3. Agar pembaca dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi energy pasang
surut air.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PENGERTIAN

Pasang-surut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni
suatu gerakan vertikal (naik turunnya air laut secara teratur dan berulang-ulang) dari
seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut.
Gerakan tersebut disebabkan oleh pengaruh gravitasi (gaya tarik menarik) antara bumi
dan bulan, bumi dan matahari, atau bumi dengan bulan dan matahari. Puncak gelombang
disebut pasang tinggi (High Water/RW) dan lembah gelombang disebut surut/pasang
rendah (Low Water/LW). Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah
disebut rentang pasang-surut atau tunggang pasut (tidal range) yang bisa mencapai
beberapa meter hingga puluhan meter. Periode pasang-surut adalah waktu antara puncak
atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode
pasang-surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

II.2 PRINSIP DASAR

Energi pasang surut (Tidal Energy) merupakan energi yang terbarukan. Prinsip
kerja nya sama dengan pembangkit listrik tenaga air,dimana air dimanfaatkan untuk
memutar turbin dan mengahasilkan energi listrik. Energi diperoleh dari pemanfaatan
variasi permukaan laut terutama disebabkan oleh efek gravitasi bulan, dikombinasikan
dengan rotasi bumi dengan menangkap energi yang terkandung dalam perpindahan
massa air akibat pasang surut.

Prinsip kerja dari tenaga pasang surut tidak terlalu rumit. Ketika permukaan air
laut dan air dalam bendungan sama tingginya, katup saluran turbin ditutup. Pada keadaan
tersebut tinggi permukaan air dalam bendungan tetap konstan, sedangkan tinggi
permukaan air laut terus surut. Apabila perbedaan tinggi antara permukaan air laut dan air
dalam bendungan sudah cukup besar, maka katup saluran turbin dibuka sehingga air akan
mengalir dari bendungan ke laut dan menggerakan turbin hingga tinggi permukaan air
dalam bendungan turun. Proses ini terus berlangsung hingga tinggi air dalam bendungan

3
tidak cukup untuk menjalankan turbin. Dalam keadaan tersebut air laut masih surut atau
telah naik tetapi masih belum mencapai tinggi turbin sehingga belum bias masuk ke
dalam bendungan dan menggerakan turbin. Katup turbin ditutup kembali ketika waduk
kosong atau ketika tinggi permukaan air dalam waduk sama dengan tinggi permukaan air
laut. Katup turbin dibuka kembali ketika tinggi permukaan air laut telah cukup tinggi
sehingga dapat mengisi kembali air dalam bendungan. Proses tersebut terjadi berulang-
ulang mengisi dan mengosongkan air dalam bendungan untuk menggerakan turbin
sehingga dapat menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan proses pasang surut.

Gambar 1. Proses pasang.

Pada gambar 1, terlihat bahwa arah ombak masuk ke dalam muara sungai ketika
terjadi pasang naik air laut. Dalam proses ini air pasang akan ditampung ke dam
sehingga pada saat air surut air pada dam dapat dialirkan untuk memutar turbine.

Gambar 2. Proses surut

4
ketika surut, air mengalir keluar dari dam menuju laut sambil memutar turbin
seperti yang terlihat pada gambar 2 di atas.

Pada dasarnya ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi pasang surut:

1. Dam pasang surut (tidal barrages)

Pada metode ini, dam yang dibangun untuk memanfaatkan siklus pasang surut
jauh lebih besar daripada dam air sungai pada umumnya. Dam ini biasanya
dibangun di muara sungai dimana terjadi pertemuan antara air sungai dengan air
laut. Ketika ombak masuk atau keluar (terjadi pasang atau surut), air mengalir
melalui terowongan yang terdapat di dam. Aliran masuk atau keluarnya ombak
dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin pembangkit listrik tenaga pasang surut
(PLTPs). Kekurangan terbesar dari pembangkit listrik tenaga pasang surut adalah
mereka hanya dapat menghasilkan listrik selama ombak mengalir masuk (pasang)
ataupun mengalir keluar (surut), yang terjadi hanya selama kurang lebih 10 jam per
harinya. Namun, karena waktu operasinya dapat diperkirakan, maka ketika PLTPs
tidak aktif, dapat digunakan pembangkit listrik lainnya untuk sementara waktu
hingga terjadi pasang surut lagi.

2.Turbin lepas pantai (offshore turbines)

Metode lainnya ialah menggunakan turbin lepas pantai yang lebih menyerupai
pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut. Keunggulannya dibandingkan
metode pertama yaitu: lebih murah biaya instalasinya, dampak lingkungan yang
relatif lebih kecil daripada pembangunan dam, dan persyaratan lokasinya pun lebih
mudah sehingga dapat dipasang di lebih banyak tempat. Turbin ini akan mampu
menghasilkan 750-1500 kW per unitnya, dan dapat disusun dalam barisan-barisan
sehingga menjadi ladang pembangkit listrik. Energi listrik yang dihasilkan menurut
perusahaan Marine Current Turbine - Inggris adalah lebih besar dari 10 MW per 1
km2.

5
Gambar 3. Tidal turbin lepas pantai.

II.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Mekanisme suatu pusat energi pasang-surut tergantung dari faktor meteorologi


atau geofisika, antara lain, arah dan kecepatan angin, lamanya angin bertiup dan luas
daerah yang dipengaruhi pasang-surut. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut harus
diperhatikan dengan seksama. Pada pemanfaatan energi ini diperlukan daerah yang
cukup luas untuk dapat menampung air laut (reservoir area). Pada sisi lain energi ini
tidak menimbulkan bahan-bahan yang beracun (unhealthy waste), "exhaust gas",
"ask", "atmospheric radiation"

II.4 PEMBANGUNAN PLTPS DI INDONESIA

Energi pasang surut (tidal) merupakan alternatif bagi penyediaan sumber energi
masa depan. Alternatif ini diyakini ramah lingkungan, tak seperti batubara yang kini
mendominasi sektor energi Indonesia.

Pembangunan proyek yang disebut Palmerah Tidal Bridge ini, berlokasi di Selat
Larantuka, Flores Timur. Pembangunan dimulai dengan pembuatan jembatan apung
sepanjang 800 meter, pemenuhan daya sebesar 18 hingga 23 megawatt, serta penyediaan
listrik bagi 100.000 penduduk. Di tahap kedua, kapasitas daya dinaikkan menjadi 90
hingga 115 megawatt. Angka ini diyakini mampu cukupi kebutuhan lebih dari 1,5 juta
penduduk Indonesia, yang saat ini masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga
diesel (PLTD).
6
Indonesia merupakan lokasi ideal bagi tenaga pasang surut, sebab gerakan arus
lautnya sangat kuat. Selat Larantuka yang terletak di antara Flores dan Adonara memiliki
kriteria tersebut. Untuk itu, kini pemerintah sedang mempertimbangkannya sebagai lokasi
pembangunan. Palmerah Tidal Bridge juga akan memperbaiki jaringan konektivitas antar
wilayah di bagian timur Indonesia. Dengan begitu, masyarakat setempat akan dapat
merasakan akses yang lebih baik terhadap berbagai hal, seperti pendidikan, kesehatan dan
kesempatan kerja.

Setelah berbagai penelitian panjang akan dampak lingkungan dan kegunaannya


bagi masyarakat, pembangunan akan dilakukan oleh Tidal Bridge BV, sebuah perusahaan
Belanda yang miliki keahlian mengembangkan energi arus pasang surut. Pembangunan
Palmerah Tidal Bridge yang memakan biaya sebesar lebih dari Rp 7 triliun ini,
direncanakan selesai pada 2019. Proyek ini digadang-gadang akan menjadi pembangkit
energi pasang surut terbesar di dunia.

II.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya tentu pembangkit listrik


pasang surut sangat unggul yaitu pasang surut air dapat diprediksi karena dipegaruhi
oleh pergerakan bumi dan serta gravitasi bulan dan matahari, sedangkan untuk
pembangkit listrik lainnya (matahari dan angin) sangat bergantung pada perubahan
cuaca apalagi terlihat perubahan cuaca yang kadang tidak menentu sehingga sangat
sulit untuk diprediksi.

Selain efesiensi dalam hal prediksi keadaan pasang surut, pembangkit


pasang surut juga tidak menghasilkan dampak dan limbah berbahaya seperti yang
dikhawatirkan dalam pembangkit energi nuklir. Waduk atau bendungan yang dibangun
untuk pembangkit pasang surut juga dapat berperan ganda selain untuk menampung air
yang digunakan memutar turbin juga dapat berfungsi melindungi pulau dari
gelombang laut yang besar.

Efisiensi dari pembangkit listrik pasang surut sangat sebesar dengan efisiensi
80% yang tentunya sangat besar bahkan hampir tiga kali lebih besar dibandingkan

7
dengan efisiensi dari pembangkit batu bara dan minyak bumi yang memiliki efisiensi
hanya 30% saja. Pembangkit pasang surut juga mampu menghasilkan listrik sebesar
500 sampai 1000 MW.

Namun dibalik kelebihan itu pembangkit pasang surut juga memiliki


kekurangan yaitu pembangkit pasang surut sangat mahal dibangun karena medan
pembangunan yang agak sulit serta turbin yang dibutuhkan juga harus mampu tahan
terhadap tingkat korosi yang tinggi. Meskipun dalam pembangunan nya yang mahal,
namun pembangkit pasang surut hanya dibangun sekali dan dengan biaya perawatan
yang relatif rendah.

BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

1. Eenergi pasang surut air merupakan energy terbarukan yang diperoleh dari perbedaan
permukaan air. Fenomena pasang dan surut air terjadi akibat gaya gravitasi yang terjadi
antara bumi dan bulan, bumi dan matahari, atau bumi dengan bulan dan matahari.
2. Prinsip kerjanya sama dengan pembangkit listrik tenaga air, dimana air dimanfaatkan
untuk memutar turbin dan mengahasilkan energi listrik.
3. Teknik dalam pemanfaatan energy pasang surut ini adalah teknik dam pasang surut dan
teknik turbin lepas pantai.
4. Energy pasang surut air ini memerlukan investasi yang cukup besar hingga mencapai
triliun rupiah.
5. Kelebihan energy pasang surut ini adalah efiisien dan ramah lingkungan sedangkan
kekurangannya adalah biaya pembangunan yang mahal.

III.2 SARAN

8
Sebaiknya pembaca tidak hanya mengacu pada makalah ini untuk pengetahuan
mengenai energy pasang surut air, pembaca dapat menambah wawasan dengan membaca
buku dan literature lainnya.

Anda mungkin juga menyukai