Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan eliminasi merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis (Maslow,1950)
dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa (zat racun) yang tidak diperlukan oleh tubuh.
Contohnya BAB, BAK, dan pengeluaran keringat. Jika zat-zat tersebut tidak dikeluarkan,
maka zat akan mempengaruhi sistem dan fungsi organ lainnya. Oleh sebab itu proses
eliminasi sangat diperlukan guna mengeluarkan zat racun yang masih ada dalam tubuh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
 Apa yang dimaksud dengan eliminasi?
 Masalah apa saja yang dapat terjadi pada proses eliminasi?
 Apa saja faktor yang mempengaruhi eliminasi?
 Bagaimana cara membantu pasien eliminasi?

C. Tujuan
 Mengetahui pengertian eliminasi
 Mengetahui masalah yang dapat terjadi pada proses eliminasi
 Mengetahui faktor yang mempengaruhi eliminasi
 Mengetahui cara membantu pasien untuk eliminasi baik di tempat tidur
maupun di toilet
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Eliminasi Bowel
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh
yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan
dalam pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari
mulut sampai anus.
1. Anatomi Fisiologi saluran pencernaan bawah

Anatomi fisiologi saluran pencernaan bawah :

Saluran pencernaan bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus
terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Sedangkan usus besar
terdiri atas empat bagian yaitu sekum, kolon, apendiks, dan rektum.

a. Usus Halus

Panjang usus halus kira-kira 6 meter, dengan diameter 2,5 cm. Usus
merupakan lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Serat dan ototnya berbentuk sirkuler dan longitudinal, yang
memungkinkan terjadinya segmentasi (motilitas usus dalam mencampur dan
mendorong kimus). Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan makanan
berlangsung di sini. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan
ileum.

1. Duodenum : adalah saluran berbentuk C dengan panjang sekitar 25 cm yang


terletak di bagian belakang abdomen, mengitari kaput pankreas. Duodenum
digambarkan dalam 4 bagian, yaitu : 1). Bagian I, mengarah ke kanan. 2). Bagian II,
mengarah ke bawah. 3). Bagian III, mendatar ke kiri dan ke depan vena kava inferior
dan aorta. 4). Bagian IV, mengarah ke atas dan bersambungan dengan jejenum.
2. Jejenum dan ileum. Setelah duodenum, bagian usus halus berikutnya adalah
jejenum yang diikuti dengan ileum. Panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900
cm. Tidak ada perbedaan yang jelas di antaranya. Jejunum berukuran agak
besar,memiliki dinding yang tebal, lipatan membran mukosa yang lebih banyak, dan
plak peyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan ileum terletak di dalam rongga
peritonium,kecuali sepanjang garis perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh
percabangan arteri mesenterika superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk
menyekresi cairan usus, menerima getah empedu dan getah pankreas, mencerna
makana, mangabsorbsi air, garam dan mineral, serta menggerakkan isi usus melalui
kontraksi segmen pendek dan peristaltik rush (gelombang peristaltik usu yang kuat)
yang menggerakkan isi usus lebih cepat (John Gibson, 2002).
b. Usus Besar

Usus besar,atau intestinum mayor, memiliki panjang kurang lebih 1,5 m dan
diameter 5-6 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk kimus
( makanan setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien dan
elektrolit.

Usus mensekresi mucus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Fungsi usus besar
adalah untuk menyerap air dan makanan, sebagai tempat tinggal bakteri coli, dan
tempat penampungan feses (Syaifuddin, 1994). Bagian-bagian usus besar meliputi
sekum, apendiks, kolon (asendens, tranversus, desendens, sigmoid), rectum, dan anus.

Kolon yang merupakan bagian terbesar usus besar berfungsi mengabsorpsi air
dan nutrient, member perlindungan dengan mensekresi mucus yang akan melindungi
dinding usus dari trauma akibat feses dan aktivitas bakteri, serta menghantarkan sisa
makanan sampai ke anus melalui kontraksi. Kolon bergerak dalam 3 cara, yaitu :

1. Haustral shuffling, yakni gerakan mencampur kimus untuk membantu absorpsi air.
2. Kontraksi haustral, yakni gerakan mendorong materi cair dan semi padat di sepanjang
kolon.
3. Peristaltik, yakni gerakan berupa gelombang menuju anus.

2. Fisiologi defekasi
Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon yang
disebabkan oleh refleks gastrokolon. Refleks ini biasanya paling jelas terlihat setelah
sarapan dan sering diikuti oleh keinginan kuat untuk buang air besar. Ketika gerakan
massa di kolon mendorong isi kolon ke dalam rectum, terjadi peregangan rectum yang
memicu refleks defekasi.
Terdapat 3 refleks defekasi yg terjadi:
1. Refleks Defekasi Intrinsik
Menurut Syaifuddin (1994), refleks deefekasi intrinsic berlangsung seperti
diuraikan pada gambar 4.3.

Sfingfer internal
Didahului dengan melemas, tetapi
transpor feses ke
sfingferdalam
eksternal (m. levator)
rektum
Ototrelaksasi
usus lain
secra
berkontraksi,
volunteer, terjadi
dan
Rektum
Terjadi
tekanan
peristaltic
rangsangan
yang
dihasilkan
penuh
di kolon
reflex
oleh
mengakibatkan
asendens,
otot-otot
defekasi
Feses
ketegangan
pada
sigmoid,
akan
pleksus
abdomen.
terdorong
(distensi
dan
mesentrikus
rektum
rectum)
ke anus
2. Refleks Defekasi Parasimpatis
Refleks defekasi parasimpatis berlangsung seperti pada gambar 4.4 (John Gibson,
2002).

Feses masuk ke rektum

Pesan aferen ditramsimisikan


disepanjang saraf parasimpatis
eferen untuk mencapai kerja otot
Terjadi rangsangan pada saraf
rektum

Selanjutnya rangsangan
ditransmisikan di sepanjang saraf
parasimpatis aferen menuju pars
sakralis medulla spinalis

Menghasilkan kombinasi reflex dan


usaha volunter :

- Terjadi relaksasi sfingter


anus
- Kontraksi otot kolon
- Kontraksi otot perut dan
diagfragma
- Dasar panggul naik
- Terjadi defekasi
- Sfingter berkontraksi,
mengeluarkan feses

3. Upaya Volunter
Selain kedua mekanisme reflex di atas, defekasi juga bisa terjadi karena
upaya volunter seperti yang terlihat pada gambar 4.5 :

Kontraksi otot abdomen dan


diagfragma

Tekanan intraabdomen meningkat


Otot levator anus kontraksi

Menggerakkan feses melalui saluran


anus

Terjadi defekasi

Dipermudah dengan :

- Fleksi otot femur


- Posisi saat defekasi seprti
jongkok

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi Bowel


a. Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut
kontrol defekasi menurun.
b. Diet
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya
makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c. Intake Cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.
d. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak
sepanjang colon.
e. Fisiologis
Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga
menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
g. Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas untuk
BAB dan kebiasaan menahan BAB.
h. Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan
klisma dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.
i. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
j. Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-
kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama
24-48 jam.
k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis,
epesiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.
l. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekas
4. Masalah Eleminasi Bowel :

a. Konstipasi
Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras
melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak
teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres, psikologis, obat-obatan,
kurang aktivitas, usia.

b.Fecal Infaction

Masa keras yang dilipatan rektum yang mengakibatkan oleh retensi dan
akumulasi material feses yang berkepanjangan.
c.Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya
chyme melewati usus, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang
cukup untuk menyerap air.
d.Inkontinensia Alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas
yang melalui saraf spinter anus
e.Kembung
Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan
disetnsi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan
obat-obatan dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
gas.
f.Hemorroid
Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan
didaerah tersebut.
5. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Eliminasi Bowel

a. Pengkajian
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), pengkajian pada pasien dengan gangguan

eliminasi fekal meliputi :


1) Riwayat keperawatan
a) Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
b) Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola
c) Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur
d) Diet : makanan yang mempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan,

makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak
e) Cairan : jumlah dan jenis minuman per hari
f) Aktivitas : kegiatan sehari-hari
g) Kegiatan yang spesifik
h) Penggunaan medikasi : obat-obatan yang mempengaruhi defekasi
i) Stres : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau bagaimana

menerima
j) Pembedahan atau penyakit menetap
2) Pemeriksaan fisik
a) Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, tenderness
b) Rectum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemoroid, adanya

massa, tenderness
3) Keadaan feses
Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnormal dalam feses, lendir
4) Pemeriksaan diagnostik
a) Anuskopi
b) Proktosigmoidoskopi
c) Rontgen dengan kontras
b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi bowel adalah sebagai
berikut :

1. Konstipasi berhubungan dengan :


 Defek persyarafan, kelemahan pelvis, immobilitas akibat cedera medulla
spinalis dan CVA
 Penurunan respon berdefekasi
 Nyeri akibat hemorrhoid
 Efek samping tindakan pengobatan (antasida, laksantif, anastesi)
 Menurunnya peristaltic akibat stress
2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang
berlebihan atau diare
3. Inkontinensia berhubungan dengan:
 Menurunnya tingkat kesadaran
 Gangguan spinkter anus
 Gangguan neuromuskuler
 Fecal impaction

c. Perencanaan

Tujuan :

1. Mengembalikan pola eliminasi normal


2. Kembeli ke kebiasaan defekasi yang regualr
3. Intake cairan dan makanan adekuat
4. Olah rag ateratur
5. Rasa nyaman terpenuhi
6. Integritas kulit dapat dipertahankan
7. Konsep diri baik
Kriteria hasil :

1. Untuk klien dengan konstipasi :

 Konsistensi feses lunak


 Pola dfekasi normal
 Tidak ada distensi abdomen, flatus dan rektum terasa penuh sebelum defekasi
 Defekasi nyaman
 Diet dan cairan seimbang (8-10 gelas perhari, makanan tinggi serat)
 Latihan teratur setiap hari (minimal 15 menit berjalan/berlari)
 Tidak menahan defekasi
 Menggunakan laksatif seperlunya

1. Untuk klien dengan diare :

 BAB tidak lebih dari 2 kali sehari


 Konsistensi feses baik
 Status hidrasi baik : kulit baik, urin output 60 ml/jam
 Bebas dari nyeri abdomen dan iritasi perianal

1. Untuk klien dengan inkontinensia bowel :

 Pertahankan pola defekasi yang teratur


 Inkontinensia berkurang
 Bebes iritasi perianal dan bau
 Berpertisipasi dalan program training bowel
 Interaksi sosial baik

d. Implementasi

Mendukung defekasi normal/teratur

Perawat harus mempertahankan :


 Privacy dan kanyamanan klien : sampiran, tidak menggunakan bedpan orang lain,
diperlukan WC yang tertutup
 Dukung waktu yang tepat untuk dfekasi
 Berikan diet dan nutrisi yang adekuat :

Untuk klien dengan diare :

 Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan


 Makan makanan sedikit tapi sering dan berikan makana yang lunak
 Berikan minuman yang mengandung tinggi potasium
 Hindari minuman yang terlalu dingin dan terlalu panas karena dapat menstimulasi
peristaltik usus
 Hindari makanan berserat dan makanan pedas

Untk klien dengan flatulens :

 Hindari makanan yang mengandung bicarbonat dan permen karet karena dapt
meningktkan masuknya udara
 Hindari kol, buncis, bawang merah dan kembang kol

 Barikan latihan :

Pada klien dengan kelemahan otot abdomen dan pelvik, lakukan latihan isometrik :

 Pada posis supine, kencangkan otot perut dan tarik kedalam, tahan selama 10 detik
 Lakukan 5-10 kali pada setiap latihan
 Lakukan latihan 4x /hari
 Penggunaan obat : katartik/laksatif/pencahar, supposituria dan antidiare :

Katartik/laksatif :

 Meningkatkan pergerakan usus dan melunakkan feses


 Efek obat ditentukan oleh besarnya dosis
 Indikasi : untuk konstipasi, pre radilogic examination dan pembedahan
 Untuk lansia sebaiknya berikan natural laxative (diet tinggi serat dan inteke cairan
adekuat)
 Kontraindikasi : nausea, vomiting, colic, nyeri abdoment

Antidiare :

 Sebagai pelindung lapisan mukosa dan melindungi dari iritasi (demulcent)


 Menyerap gas dan zat toksik dari feses (sdsobent)
 Astringent

Supposituria :

 Dapat melunakan feses, mengeluarkan CO2 dan menstimulasi saraf direktal


 Dimasukan sampai melebihi spingter anal internal
 Gunakan sarung tngan disposible
 Berikan lubrikasi

1. Membantu pasien menggunakan bedpan


2. Memasukkan rektal tube
3. Indikasi : distensi abdomen
4. Persiapan alat
5. Pelaksanaan
6. Merupakan suatu tindakan memasukan cairan secar berlahan-lahan kedalam rektum
dan kolon melalui anus dengan mengunakan kanul rektal.
7. Tujuan :
1. Merangsang peristaltik usus dan defekasi
2. Membersihkan kolon untuk persiapan oprasi
3. Terapi : mengurangi kadar kalsium yang tinggi dengan natrium polystyrene
sulfonate/kayexalate enema, mengurangi bakteri dengan neomisin
4. Persiapan kolon untuk pemeriksaan diagnostik
5. Klasifikasi :
6. Cleansing enema : merangsnag peristaltik dengan mengiritasi kolon melalui
pemasukan sejumlah cairan. Efektif setlah 5-10 menit. Ada 2 macam :
1. Enema tinggi : membersihkan semua kolon dengan 1000 ml cairan
(dewasa). Biasanya dilakuakn untuk pemeriksaan diagnostik
2. Enema rendah : hanya membersihkan rektum dan kolon sigmoid
dengan 500 ml. Selama tindakan posisi klien dipertahankan miring
kiri.
3. Carminative enema : bermanfaat untuk mengeluarkan flatus dan
merangsang peristaltik dengan memasukan 60-180 ml cairan (dewasa)
4. Retention enema : dilakukan dengan memasukan minyak kedalam
rektum dan sigmoid. Bermanfaat untuk melembutkan feses dan
melicinkan rektum/anal sehingga dapt memfasilitasi pelepasan feses.
5. Return flow enema/harris flush : bermanfaat untuk melepaskan flatus
dengan menggunakan 100-200 ml cairan sehingga dapat merangsang
peristaltik usus dan mengeluarkan feses
6. Tipe enema
1. Tap water : 500-1000 ml

1. Mengeluarkan feses secara manual


2. Enema/huknah/klisma

Diberikan berlahan untuk mencegah keracunan air dan kelebihan sirkulasi

 Normal saline fisiologis (lebih aman)

9 ml NaCl dalam 1000 ml air atau 1 sdt garam meja dalam 500 ml air. Cocok untuk bayi
dan anak-anak karena dapat menjaga keseimbangan cairan

 Cairan hipertonik 120-180 ml

Untuk klien yang tidak toleran dengan cairan yang banyak dan tidak cocok untu anak-
anak

 Cairan sabun

5 ml sabun (1sdt) dalam 1000 ml air hangat atau normal salin (perry & potter, 1994) atau
20 ml sabun dalam 1000 ml air ( kozier 1991).

 Minyak seperti minyak zaitun

90-120 ml minyak (preparat komersial), contoh sodium phospat

 Carminative

Contoh MGW solution (30 ml magnesium, 60 ml Gliserin dan 90 ml air)

 Perhatian :
o Frekuens enema yang terlalu sering dapat merusak reflek defekasi normal

o Cairan sabun yang terlalu banyak dapat mengiritasi mukosa kolon

o Cairan hipertonik seperti phospat akan mengiritasi mukosa dan menarik cairan
disekitar jaringan kolon (osmosis)
o Cairan hipotonik seperti air dapt diserap masuk kealiran darah, akibatnya bisa
terjadi keracunan air. Cairan ini tidak aman bagi klien dengan gangguan ginjal
dan jantung (gagal jantung akut)
o Jenis enem ayang akan diberikan harus dikolaborasikan dengan dokter

o Suhu : 40-43 C (105-110 F) untuk dewasa, 37,7 C (100F) untuk anak, 33 C


(untuk oil retentin enema). Suhu yang terlalu tinggi dapat menginjury mukosa
bowel dan suhu yang telalu rendah dapat menyebabkan spasme otot spingter
dan teras tidak nyaman
o Jumlah cairan yang diberikan tergantung macam, usia dan kemampuan klien

o Lamanya pemberian enema terganyung tujuan dan kemampuan spingter,


biasanya 5-10 menit
o Ukuran kanul : dewas 22-30 Fr, anak-anak 14-18 Fr dan bayi 12 Fr

o Persiapan alat

 Sarung tangan
 Kontainer enema, tube dan klem, kanul rektal
 Cairan enema :
 Termometer
 Jelly, perlak
 Selimut mandi
 Tissue dan bengkok
 Bedpan
 Baskom, waslap
 Sabun, handuk

Paket enema :

 Sarung tangan
 Paket enem adengan rektal tip
 Jelly
 Perlak
 Handuk mandi
 Tissue dan bengkok
 Bedpan
 Baskom, waslap, handuk dan sabun
 Pelaksanaan
o Persiapan klien : jelaskan tujuan dan prosedur

o Persiapan alat dan bawa dekat dengan klien

o Perawat mencuci tangan

o Jaga privacy klien : usahakan hanya membuka daerah rektal dengan memaki
penutup/handuk, pasang sampiran, pasang pengaman tempat tidur, dan atur
tinggi tempat tidur
o Atur posisi klien : miring kiri dan kaki kanan ditekukkearah umbilikus

o Tempatkan perlak dibawah bokong klien

o Perawat memasang sarung tangan

o Mengisi cairan irigator dan klem

o Memeriksa kehangatan cairan irigator dengan ujung bagian luar dari


pergelangan tangan
o Melumasi ujung kanul dengan jelly 6-8 cm

o Menentukan letak anus dengan mencari celah antara kedua bikong dengan
tangan nondominan
o Menganjurkan klien relaks dan nafas dalam

o Memasukan ujung kanul perlahan-lahan : dewasa (7,5-10 cm), anak-anak (5-


7,5 cm) dan bayi (2,5-3,75)
o Mengalirkan cairan klisma dengan membuka klem, kemudianmeninggikan
secara bertahap dan perlahan sampai setinggi 30 cm untuk enema rendah
(maksimal 45 cm) dan 7,5 cm untuk bayi
o Memeperhatikan kenyamanan klien, menurunkan kecepatan aliran dengan
cara menurunkan irigator atau mengklem selang jika klien merasa kram
o Klem selang jika semua cairan telah dimasukan

o Menempatkan tissue disekitar anus dan kanula sambil menarik kanula


perlahan
o Menjelaskan klien bahwa rasa distensi normal dan menganjurkan klien
menahan selam amungkin
o Menempatkan peralatan

A. Konsep Eliminasi Urine


1. Pengertian
Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai hasil filtrasi dari
plasma darah di glomelurus.
Menurut para ahli definisi eliminasi urine adalah :
a. Arthonah (2004)
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia.
b. Tarwoto dan Wartonah (2015)
Eliminasi urine adalah proses pembungan sisa metabolism tubuh baik berupa urine taupun
bowel feses.
c. Ambarwati (2009)
Eliminasi urine adalah proses pembungan dan terdiri dari eliminasi arine dan eliminasi alvi.

B. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine


Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, kandung
kemih, dan uretra.

1. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut), terdiri atas ginjal
sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan
volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai
zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat-
zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih
satu juta) yang merupakan unit dari struktur ginjal. Melalui nefron, urine disalurkan ke dalam
bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.

2. Kandung Kemih
Kandung kemih (buli-buli—bladder) merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot
halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat beberapa lapisan jaringan
otot yang paling panjang, memanjang ditengah dan melingkar yang disebut sebagai detrusor,
berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Pada dasar kandung kemih
terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai
otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga
uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar
bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi
kendor dan terjadi kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam
kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan
rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan
terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter.

C. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra
pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai
tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri
atas tiga bagian, yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian yang berongga (ruang). Pada
wanita, uretra memiliki panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan
urine kebagian luar tubuh.

C. Proses Berkemih
Berkemih (mictio, mycturition, voiding atau urination) adalah proses pengosongan
vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika
urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian
reseptor). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-
450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol
berkemih yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls/rangsangan
melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi otot
detrusor dan relaksasi otot sfingter internal.

Komposisi urine :
1. Air (96%)
2. Larutan (4%)
a. Larutan Organik
Urea, amonia, kreatin, dan uric acid.
b. Larutan Anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat, magnesium, dan fosfor. Natrium
klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.

D. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine.


A. Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output atau jumlah
urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, kopi
juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

B. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih


Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam vesika urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan
jumlah pengeluaran urine.

C. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam
kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet.

D. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal
ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi.

E. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

F. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat memengaruhi pola berkemih. Hal
tersebut dapat ditemukan pada anak-anak, yang lebih memiliki kecenderungan untuk
mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil. Namun dengan bertambahnya usia,
kemampuan untuk mengontrol buang air kecil meningkat.
G. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti diabetes melitus, dapat memengaruhi produksi urine.

H. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur masyarakat yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.

I. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam keadaan sakit.

J. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalan membantu proses berkemih adalah
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine.

K. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan
penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.

L. Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya,
pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemihseperti intravenouspyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat
memengaruhi produksi urine. Kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
F. Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika
urinaria. Atau, retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Kandungan urine normal dalam vesika
urinaria adalah sebesar 250-450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut urine merangsang
refleks untuk berkemih. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung sebanyak
3000-4000 ml urine.

Tanda-tanda klinis pada retensi :


a. Ketidaknyamanan daerah pubis
b. Distensi vesika urinaria
c. Ketidaksanggupan untuk berkemih
d. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
e. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
f. Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
g. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih

Penyebabnya yaitu :
a. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
b. Trauma sumsum tulang belakang
c. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
d. Sfingter yang kuat
e. Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia yaitu :
proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, dan penggunaan obat
narkotik atau sedatif. Inkontinensia urine terdiri dari :

a. Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine tanpa sadar, tetapi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk
berkemih.
Kemungkinan penyababnya yaitu :
a. Penurunan kapasitas kandung kemih
b. Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (infeksi saluran
kemih.
c. Minum alkohol atau kafein
d. Peningkatan cairan
e. Peningkatan konsentrasi urine
f. Distensi kamdung kemih yang berlebihan

Tanda-tanda inkontinensia dorongan :


a. Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
Spasme kandung kemih.

b. Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.

Kemungkinan penyebabnya adalah :


a. Disfungsi neurologis
b. Kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan
c. Trauma atau penyakit yang memengaruhi saraf medula spinalis
d. Fistula
e. Neuropati

Tanda-tanda inkontinensia total :


a. Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan.
b. Tidak ada distensi kandung kemih
c. Nokturia
d. Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
c. Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine
kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.

Kemungkinan penyebanya adalah :


a. Tekanan intra abdomen tinggi (obesitas)
b. Distensi kandung kemih
c. Otot pelvis dan struktur penunjang lemah

Tanda-tanda inkontinensia stres :


a. Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
b. Adanya dorongan berkemih
c. Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)

d. Inkontinensia Refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume
kandung kemih mencapai jumlah tertentu.

Kemungkinan penyebab :
a. Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)

Tanda-tanda inkontinensia refleks :


a. Tidak ada dorongan untuk berkemih
b. Merasa bahwa kandung kemih penuh
c. Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interval teratur

e. Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran
urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.

Kemungkinan penyebab :
a. Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda inkontinensia fungsional :
a. Adanya dorongan untuk berkemih
b. Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine

3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak
atau orang jompo, umumnya pada malam hari.
Faktor penyebab enuresis yaitu :
a. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b. Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak
diketahui yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
c. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah
besar.
d. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara
kandung atau cekcok dengan orang tua).
e. Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa
dibantu untuk mendidiknya.
f. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan.
g. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas.

4. Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding
perut untuk drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada
kandung kemih.

G. Perubahan Pola Eliminasi Urine


Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami
gangguan pola eliminasi urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan
motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas :
1. Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi
berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa
tekanan asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis. Frekuensi yang tinggi dijumpai pada
keadaan stres atau hamil.

2. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia
jika tidak berkemih. Pada umunya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam
mengontrol sfingter eksternal dan perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada
mereka.

3. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan
pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma, dan striktur uretra.

4. Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besra oleh ginjal tanpa
adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada penderita diabetes
melitus, defisiensi anti diuretik hormon (ADH), dan penyakit ginjal kronik.

5. Urinaria Supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal,
urine diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.

H. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine.


A. Pengkajian Keperawatan.
1. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputo bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya.
2. Pola berkemih meliputi
a. Frekuensi berkemih.
Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam.
b. Urgensi.
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang sering ketoilet karena takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih.
c. Disturia.
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkmih.
d. Poliuria.
Keadaan produksi urine yang abnormal dalam jumlah besar tanpa adanya peningkatan asupan
cairan.
e. Urinaria Supresi.
Keadaan produksi urine yang berhenti secara mendadak. Secara normal, produksi urine oleh
ginjal pada orang dewasa memiliki kecepatan 60-120ml/jam (720-1440ml/hari)
f. Volume urine.
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24
jam. Berdasarkan usia, volume urine normal dapat ditentukan :
No Usia Jumlah/hari

1 1 hari – 2hari 15-600ml

2 3 hari – 10 hari 100-300ml

3 10 hari – 2 bulan 250-400ml

4 2 bulan – 1 tahun 400-500ml

5 1-3 tahun 500-600ml

6 3-5 tahun 600-700ml

7 5-8 tahun 700-1000ml

8 8-14 tahun 800-1400ml

9. 14 tahun – dewasa 1500ml

10. Dewasa tua Kurang lebih 1500ml


g. Faktor yang memengaruhi kebiasaan buang air kecil :
h. Diet.
i. Gaya hidup.
j. Tingkat aktivitas.
k. Stress psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
l. Keadaan urine, meliputi :
N Keadaan Normal Interpretasi
o

1. Warna Kekuning-kuningan Urine berwarna orange gelap menun


jukkan adanya pengaruh obat, sedangkan
warna merah dan kuning kecoklatan
mengidentifikasikan adanya penyakit.

2 Bau Aromatic Bau menyengat merupakan indikasi


adanya masalah seperti infeksi/pengguna
an obat tertentu.

3 Berat jenis 1.010-1.030 Menunjukkan adanya konsentrasi urine.

4. kejernihan Terang dan transparan Adanya kekeruhan karena mukus.

5. PH Sedikit asam (4,5-7,5) Dapat menunjukkan keseimbangan asam-


basa

6. Protein Molekul protein yangDapat menunjukkan keseimbangan asam-


besar seperti :basa, pada kondisi kerusakan ginjal,
albumin, hitrogten,molekul tersebut dapat melewati saringan
globulin tidak dapatmasuk ke urine.
disaring melalui ginjal
urine.

7. Darah Tak tampak jelas. Hematuria menunjukkan trauma atau


penyakit pada saluran kemih bagiabn
bawah.

8. Glukosa Adanya sejumlahApabila menetap terjadi pada pasien


glukosa dalam urinediabetes mellitus.
tidak berarti bila
hanya bersifat
sementara.

m. Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti tanda retensi urine, inkontinensia ujrine,
enuresis dll.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan :
a. Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomaly saluran urinaria.
b. Penurunan kapasitas/iritasi kandung kemih akibat penyakit.
c. Kerusakan pada saluran kemih.
d. Efek pembedahan saluran kemih.
e. Hambatan lingkungan ke kamar mandi.
2. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan :
a. Kerusakan mobilitas.
b. Hambatan lingkungan.
c. Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (lansia).
3. Inkontinensia refleks berhubungan dengan :
Gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada medulla
spinalis.
4. Inkontinensia stress berhubungan dengan :
a. Penurunan tonus otot (pada lansia)
b. Ketidakmampuan kandung kemih mengeluarkan urine akibat kelainan kongenital.
5. Inkonteninsia total berhubungan dengan :
a. Defisit komunikasi/persepsi.
6. Inkontinensia dorongan berhubungan dengan :’
a. Penurunan kapasitas kandung kemih akibat penyakit infeksi, trauma, faktor penuaan dll.
b. Iritasi pada reseptor peregang kandung kemih akibat penggunaan alkhohol dll.
7. Retensi urine berhubungan dengan :
a. Adanya hambatan pada afingter akibat penyakit struktur, BPH, dll.
b. Strss/ketidaknyamanan.
8. Perubahan body image berhubungan dengan inkontinensia, ureterostami, eneuresis.

C. Perencanaan Keperawatan.
Tujuan :
1. Memahami arti eliminasi urine.
2. embantu mengosongkan kandung kemih secara penuh.
3. Mencegah infeksi.
4. Mempertahankan integritas kulit.
5. Memberi rasa nyaman.
6. Mengembalikan fungsi kandung kemih.
7. Memberikan asupan cairan secara cepat.
8. Mencegah kerusakan kulit.
9. Memulihkan self esteem/ mencegah tekanan emosional.
Rencana Tindakan :
1. Monitor / observasi perubahan faktor, tanda gejala terhadap masalah perubahan eliminasi
urine, retursi dan inkontinensia.
2. Kurangi faktor yang memengaruhi masalah.
3. Monitor terus perubahan retensi urine.
4. Lakukan kateterisasi.

D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan.


1. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan.
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine berbeda-beda, maka
pengambilan/pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya.
2. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal.
Menolong buang kecil dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan
membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar kecil sendiri di kamar
kecil menggunakan alat penampung (urinal) dengan tujuan menampung urine dan
mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah).
3. Melakukan kateterisasi.
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukan kateter ke dalam kandung kemih
melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan.
4. Menggubakan kondom kateter.
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan
kondom kateter pada pasien yang tidak mampu mengontrol berkemih.cara ini bertujuan agar
pasien dapat berkemih danmempertahankannya.

E. Evaluasi Keperawatan.
1. Miksi secara normal,ditunjukan dengan kemampuan pasien berkemih sesuai dengan asupan
cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat kompresi pada kandung
kemih, /kateter.
2. Menggosaokan kandung kemih, ditunjukan dengan berkurangnya distensi, volume urine
residu dan lancarnya kepatenan drainase.
3. Mencegah infeksi ,ditunjukan dengan tidak adanya tanda infeksi,tidak ditemukan adanya
disurya, urginsi, frekuensi, rasa terbakar.
4. Mempertahankan intregitas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi
dan kulit sekitar uriterostomi kering.
5. Melakukan bladden training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan
mampu berkemih di saat ingin berkemih.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini menjelaskan ringkasan Asuhan Keperawatan yang dilakukan kepada Tn. B
dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal, yang dilaksanakan pada tanggal
15-17 Juni 2016. Asuhan Keperawatan ini di mulai dari pengkajian keperawatan, diagnose
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2016
Nomor Register : 627622
Diagnosa Medis : Batu Ginjal.
Tanggal Masuk : 13 Juni 2016

1 . IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. B
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Warakas No.4
Sumber Biaya : BPJS
Sumber Informasi : Klien dankeluarga.

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri pada pinggang bagian sebelah kiri dan
muncul secara berulang-ulang. Nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan rasanya sampai
ujung penis. Klien merasakan nyeri sejak 5 hari yang lalu.
b. Kronologis Keluhan :
5 hari yang lalu klien mengalami nyeri pinggang yang hebat, akhirnya keluarga klien di
bawah ke RSUD KOJA.
1. Faktor pencetus :kekurangan minum air putih
2. Timbulnya keluhan : Mendadak
3. Lamanya : 5 hari.
4. Upaya mengatasi : Dibawa ke rumah sakit.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.


a. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) :
Tidak Ada.
b. Riwayat Kecelakaan :
Tidak Ada.
c. Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan dan berapa lama) :
Tidak Ada.
d. Riwayat pemakaian obat :
Tidak ada

4. Riwayat Psikososial dan Spiritual


a. Adakah orang yang terdekat dengan pasien : Istri
b. Interaksi dalam keluarga
1. Pola komunikasi : terbuka
2. Pembuat keputusan : Istri
3. Kegiatan Kemasyarakatan : Tidak Ada
c. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : tidak ada
d. Mekanisme koping terhadap penyakitnya : Tidur
e. Masalah yangvmempengaruhi pasien : tidak ada
f. Persepsi pasien terhadap penyakitnya :
1. hal yang difikirkan saat ini : ingin cepat sembuh.
2. Harapan setelah menjalani perawatan : ingin segera kumpul bersama keluarga.
g. Tugas perkembangan menurut usia saat ini : menikah.
h. Sistem nilai kepercayaan
1. nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan saat ini : tidak ada
2. aktivitas agama kepercayaan yang dilakukan : tidak ada

5. Kondisi lingkungan rumah


Padat penduduk.

6. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit


a. Pola Nutrisi
a. Frekwensi makan : 3x sehari
b. Nafsu makan : baik
c. Jenis makanan dirumah : nasi dan lauk pauk
d. Makanan yang tidak disukai : tidak ada.
e. Kebiasaan sebelum makan : berdoa.

b. Pola eliminasi
1. BAK
a. Frekwensi : 7-8 x/hari
b. Warna : kuning jernih
c. Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada
2. BAB
a. Frekwensi : 2-3 x/hari
b. Warna : kecoklatan
c. Bau : khas
d. Konsistensi : lembek
e. Keluhan : tidak ada
f. Pencahar : tidak ada.

C. Pola Personal Hygiene


1. Mandi
a. frekwensi : 2x sehari
b. waktu : pagi dan sore
c. sabun : Ya

2. Oral Hygiene :
a. frekwensi : 2x sehari
b. waktu : pagi dan sore
c. pasta gigi : Ya

3. Cuci Rambut
a. Frekwensi : 1x sehari
b. Waktu : sore hari
c. Shampo : Ya

4. Pola istirahat dan tidur


a. Lamanya tidur : 7-8 jam/hari
b. Tidur siang : Ya

5. Pola Aktivitas dan Latihan


a. kegiatan dalam pekerjaan : tidak ada
b. waktu bekerja : pagi
c. olahraga : tidak
d. jenisnya : tidak ada
e. frekwensi : tidak ada.
f. Keluhan dalam beraktivitas : pergerakan tubuh.

6. Pola kebiasaan yang memepengaruhi kesehatan


a. Merokok : Ya
1. Frekwensi : 5 x sehari
2. Jumlah : 1 bungkus 2 hari
3. Lama pemakaian : sudah lama

b. Minuman Keras : tidak


1. frekwensi : tidak ada
2. jumlah : tidak ada
3. lama pemakaian : tidak ada

7. Pola kebiasaan dirumah sakit


a. Pola nutrisi
1. Frekwensi : 3x sehari
2. Berat badan : 54 kg Tinggi badan : 153cm

b. Pola personal hygiene


1. Mandi
a. Frekwensi : 1x sehari (dilap saja)
b. Waktu : pagi
c. Sabun : tidak

2. Oral hygiene :
Frekwensi : tidak ada
Waktu : tidak ada
Pasta gigi : tidak ada

c. Pola istirahat dan Tidur


1. Lamanya tidur : 8-10 jam perhari
2. Tidur siang : Ya
3. Pola aktivitas dan latihan
Keluhan dalam beraktivitas : pergerakan tubuh

C. PENGKAJIAN FISIK
1. Kepala
a. Bentuk : simetris
b. Keluhan : tidak ada

2. Mata
a. Posisi mata : simetris
b. Kelopak mata : normal
c. Pergerakan bola mata : normal
d. Konjungtiva normal
e. Kornea : normal
f. Sklera : normal
g. Pupil : isokor
h. Otot-otot mata : normal
i. Fungsi penglihatan : baik
j. Tanda-tanda radang : tidak ada
k. Pemakaian kaca mata : tidak ada
l. Pemakaian lensa kotak : tidak ada

3. Hidung
a. Reaksi alergi : tidak ada
b. Cara mengatasi : tidak ada
c. Pernah mengalami flu : pernah
d. Ada sinus : tidak ada

4. Telinga
a. Daun telinga : normal
b. Karakteristik serumen : tidak ada
c. Kondisi telinga : normal
d. Cairan dalam telinga : tidak ada
e. Perasaan penuh di telinga : tidak ada
f. Tinitus : tidak ada
g. Fungsi pendengaran : normal
h. Bantu pendengaran : tidak ada

5. Mulut dan tenggorokan


a. Keadaan mulut
1. Gigi : caries
2. Penggunaan gigi palsu ; tidak ada
3. Stomatitis : tidak ada
4. Lidah kotor : Ya
5. Salifa : tidak
b. Gangguan berbicara : tidak ada
c. Kesulitan menelan : tidak ada
d. Pemeriksaan gigi terakhir : tidak ada
6. Pernafasan.
a. Jalan nafas : bersih
b. Pernafasan : tidak sesak
c. Menggunakan alat bantu nafas : tidak
d. Frekwensi : tidak ada
e. Irama : teratur
f. Kedalaman dalam
g. Batuk : tidak
h. Sputum : tidak ada
i. Konsistensi : tidak ada
j. Terdapat darah : tidak ada
k. Suara nafas : normal

7. Sirkulasi
a. Sirkulasi perifer
1. Nadi : 90x/menit, Irama : teratur, Denyut : kuat
2. Tekanan Darah :140/90 mmHg
3. Temperatur kulit : dingin
4. Warna kulit : pucat
5. Pengisian kapiler : 2/detik

b. Sirkulasi jantung
1. Kecepatan denyut apical : 81 kali/menit
2. Irama : teratur
3. Sakit dada : tidak ada

8. Sistem Hematologi
a. Hb : 13 Gr/dl
b. Ht : 23,1 vol%
c. Leukosit : tidak ada
d. Hematokrit : 23,1%
e. Trombosit : 249 Ribu/ul
f. Mengeluh kesakitan : tidak ada

9. Neurologis
a. Tingkat kesadaran : Compos mentis
b. Orientasi :
1. Waktu : Klien mengenal waktu.
2. Tempat : Klien mengenal tempat.
3. Orang : Kien mengenal orang
c. Nilai GCS : E = 4. V=5, M=6
d. Riwayat kejang : tidak ada
e. Kekuatan menggenggam : kuat
f. Pergerakan ekstremitas : aktif

10. Abdomen dan Nutrisi


a. Muntah : tidak ada
b. Mual : tidak ada
c. Nafsu makan : baik
d. Nyeri daerah perut : Ya.
e. Rasa penuh di perut : Ya.
f. Karakteristik nyeri : kiri bawah.
g. Hepar : tidak teraba
h. Abdomen : baik
i. Bising usus : 10x/menit

9. Eliminasi
a. BAB
1. Frekwensi : 1x sehari
2. Diare : tidak ada
3. Warna feces : coklat
4. Konsistensi feces : setengah padat
5. Konstipasi : tidak ada.

b. BAK
1. Pola rutin : 6X/hari (terkontrol)
2. Jumlah/24 jam : 400 ml
3. Warna : kuning pekat
4. Distensi : tidak ada

10. Kulit
a. Turgor kulit : elastis/baik
b. Warna kulit : normal.
c. Keadaan kulit : baik
d. Keadaan rambut
1. Tekstur : baik
2. Kebersihan : Ya

13. Muskuloskeletal
a. Kesulitan dalam pergerakan : Ya
b. Sakit pada tulang, sendi, kulit : tidak
c. Fraktur : tidak ada
d. Kelainan bentuk tulang sendi : normal

14. Sistem kelemahan tubuh


a. Suhu tubuh : 36,5 derajat Celcius
b. BB sebelum sakit : 54 kg
c. BB setelah sakit : 54 kg
d. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

15. Penatalaksanaan
No. Nama Obat Dosis Untuk diagnosa Jam pemberian Cara
pemberian

1. Ketorolac 2x30mg Rasa nyaman: 11.00 wib dan 23.00 wib Injeksi IV
nyeri

2. Batugin 2x30mg Eliminasi 11.00 wib dan 23.00 wib Injeksi IV


urine

3. Rl 20 tpm 14.00 Infusan

4. Natrium 2x30mg Eliminasi Urine 11.00 dan 23.00 wib Injeksi IV


Bikarbonat

5. Tamsulosin 1x0,4mg Eliminasi urine 08.00 wib Obat Oral

6. Aspirin 3x500mg Rasa nyaman 08.00, 13.00, 17.00 wib Obat Oral
nyeri

RESUME
Tn. B berumur 44th datang ke IGD RSUD. Koja diantar oleh keluarganya pada tanggal 15
Juni 2016 pada pukul 11.05 wib dengan keluhan utama klien mengeluh nyeri pinggang kiri
hilang timbul. Selanjutnya klien di periksa oleh tenaga medis dan dilakukan tindakan
memasang infus ke pasien.Klien dinyatakan terdiagnosa penyakit batu ginjal. Kemudian klien
dipindahkan ke ruang perawatan lantai 8 Blok D pada pukul 13.05 wib. Pada tanggal 15 Juni
2016 saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri
dan rasanya sampai penis. Klien mengatakan nyerinya sejak 5 hari yang lalu. Klien
mengatakan kurang minum. Klien mengatakan sakit saat buang air kecil.
TTV klien TD :140/90mmHg.
Suhu : 36,5 oC,
RR: 22x/menit.
Nadi : 90x/menit.
Setelah dilakukan pengkajian, klien ditemukan masalah keperawatan yaitu gangguan rasa
nyaman nyeri, gangguan elimininasi urine dan gangguan personal hygiene. Klien terpasang
infus RL 500ml 20 t/m.

DATA FOKUS
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

No Data Subyektif Data Obyektif

1 Klien mengatakan nyeri pada Klien tampak


daerah perut memegangi perutnya

Klien mengatakan nyerinya Skala nyeri klien 3 jika


sudah sejak 5 hari yang lalu. di ukur dengan skala
nyeri.
Kien mengatakan nyerinya dari
pinggang sebelah kiri menjalar Klien tampak meringis
sampai daerah penis. kesakitan.

Klien mengatakan nyerinya Klien tampak lemas.


seperti dililit
Klien tampak minum
Klien mengatakan lemas. sedikit.

Klien mengatakan minumnya Klien tampak sakit saat


hanya sedikit. miksi.

Klie mengatakan kurang Urine klien tampak


minum. berwarna kuning dan
jernih
Klien mengatakan sakit saat
buang air kecil. Klien tampak belum
Klien mengatakan urinnya mandi selama dirawat.
berwana kuning pekat.
Klien tampak lesuh.
10. Klien mengatakan selama
10. Badan
dirawat belum mandi. (hanya klien teraba
dilap) lengket.

11. Klien mengatakan 11. Klien terpasang infus RL


badannya
gatal 20t/m 500ml.

12. Klien mengatakan 12. TTV Klien :


badannya
lesuh.
TD : 140/90 mmHg.
13. Klien mengatakan tidak pernah
Nadi :
sikat gigi selama dirawat
90x/menit.
dirumah sakit.

RR :
14. Klien mengatakan tidak cuci
22x/menit.
rambut selama dirawat.

Suhu : 36,5
derajat celcius.

13. Klien terlihat terpasang


infus RL 20t/m 500ml.

14. Klien tampak giginya


terlihat tidak segar.

15. Balance Cairan

Intake :
Infus : 500 cc

Minum : 600 cc

Makan : 400 cc +

1500 cc

Output :

Urine : 400 cc

BAB : 50 cc

Keringat :50 cc

IWL : 810 cc +

1310 cc

Balance Cairan = Intake


– Output

=
1500cc-1310cc

= 190 cc

ANALISA DATA
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal
No Tanggal Data Masalah Etiologi

1. 15 JuniDS : Gangguan b.d


2016 rasa nyamaninflamasi
Klien mengatakan nyeri pada daerahdan nyeri sekunder
perut terhadap
iritasi batu
Klien mengatakan nyerinya sudah
sejak 5 hari yang lalu.

Kien mengatakan
nyerinya dari pinggang
sebelah kiri menjalar sampai daerah
penis.

Klien mengatakan nyerinya seperti


dililit.

DO :

1. Klien tampak memegangi perutnya

2. Skala nyeri klien 3 jika di ukur

dengan skala nyeri.

3. Klien tampak meringis kesakitan.

1. Klien tampak lemas.

2. TTV Klien :

TD : 140/90mmHg.
Nadi : 90x/menit.

RR : 22x/menit.

Suhu : 36,5◦ᴄ.

DS :

1. Klien mengatakan lemas. Perubahan b.d


sumbatan
2. Klien mengatakan minumnya hanya Eliminasi di daerah
sedikit. Urine uretral.
2. 15 Juni
2016Klien mengatakan kurang minum.

4. Klien mengatakan sakit saat buang air


kecil.

5. Klien mengatakan
urinnya berwana kuning pekat

DO :

1. Klien tampak lemas.

2. Klien tampak minum sedikit.

3. klien tampak sakit saat buang air


kecil.

4. Urine klien tampak berwarna

kuning pekat.

5. Klien tampak lemas

6. Balance Cairan

Intake :

Infus : 500 cc

Minum : 600 cc

Makan : 400 cc +

1500 cc

Output :

Urine : 400 cc

BAB : 50 cc

Keringat : 50 cc

IWL : 810 cc +

1310 cc

IWL : (15XBB)

24 jam
= (15x54kg)

24 jam

= 33,75 cc/24 jam

Jadi, kalau dalam 24 jam

= 33,75 x 24

= 810cc/24jam

Balance Cairan = Intake –Output

=1500cc-1310cc

= 190 cc

ANALISA DATA
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

No. Tanggal Data Masalah Etiologi

3.
15 JuniDS : Personal Keterbatasan
2016 Klien mengatakan Hygiene Fisik
selama dirawat belum
mandi (hanya dilap)

Klien mengatakan
badannya gatal.

Klien mengatakan
badannya lesuh.

Klien mengatakan tidak


mencuci rambut selama
dirawat

DO:

Klien tampak belum


mandi selama dirawat.

Klien tampak lesuh.

Badan klien teraba


lengket.

Klien tampak tidak

menggosok gigi selama


dirawat di rumah sakit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal.

No. Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf


Ditemukan Teratasi
Dx

1. Gangguan rasa nyaman nyeri 15 juni 2016 _


b.d inflamasi sekunder
terhadap iritasi batu

Perubahan eliminasi urine


b.d
2. 15 Juni 2016 _
sumbatan di daerah uretral
3. Personal Hygiene : (Mandi
dan oral hygiene) b.d
keterbatasan fisik 15 Juni 2016 17 Juni
2016

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th


No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Ras


Hasil
Dx

1. 15 Juni DS : Setelah dilakukanMandiri : 1. Untuk


2016. tindakan me
Klien mengatakan nyeri pada daerah keperawatan 1.Obs TTV klien. TTV klie
perut kepada Tn. B selama
2. Kaji skala nyeri klien.2. Untuk
3x24 jam masalah
Klien mengatakan nyerinya sudah mengetahu
Nyeri b.d
sejak 5 hari yang lalu. 3. Jelaskan penyebab
peningkatan
nyeri klien. Skala ny
frekuensi/dorongan
Kien mengatakan nyerinya dari klien
kontraksi
pinggang sebelah kiri menjalar 4. Berikan posisi yang
ureteral teratasi :
nyaman. berkurang
sampai daerah penis. tidak
1. Klien dapat
Kolaborasi :
menunjukkan rasa
Klien mengatakan nyerinya seperti 3. Memba
nyeri berkurang / 1. Berikan obat injeksi
dililit. klien ag
hilang setelah Ketorolac 30 mg menget
dilakukan asuhan penyeb
keperawatan. 2. Berikan obat Aspirintersebut.
500 mg
2. Klien tampak rileks. 4. Memba
klien ag
3.Skala nyeri mendapa
klien berkurang yaitu posisi ya
1. nyaman

DO :
4. Klien dapat dan
istirahat
1. Klien tampak memegangi perutnya

2. Skala nyeri klien 3


jika di ukur dengan skala nyeri.

3.Klien tampak meringis kesakitan.

4. Klien tampak lemas.

TTV Klien :

TD : 140/90mmHg.

Nadi : 90x/menit.

RR : 22x/menit. Suhu : 36,5◦ᴄ.


RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :BatuGinjal

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasiona

Dx

2. Kamis, DS : Setelah dilakukan tindakanMandiri : 1. untuk


keperawatan kepada Tn. B mengetahui
16 Juni Klien mengatakan lemas. selama 3x24 jam masalah
1. Obs pemasukan pemasukan
2016 Perubahan eliminasi urinedan pengeluaranpengeluaran
Klien mengatakan b.d stimulasi kandungkarakteristik urin. karakteristik
minumnya hanya sedikit. kemih oleh batu klien
2. Tentukan
Klien mengatakan kurang dapatteratasi pola 2. Agar meng
minum. berkemih pola berk
1. Menunjukkan polanormal normal pasie
Klien mengatakan sakit saat eliminasi urine
pasien.
buang air kecil kembali normal. 3. Untuk
3. Obs peningkatanmengetahui
Klien mengatakan urinnya 2. Aliran urine lancar. pemasukan cairanpeningkatan
berwana kuning pekat
: 3 – 4 liter/hari. pemasukan
3. Klien berkemih
pada klien.
dengan jumlah 4. Obs semua
normal dansepertibiasanya. urin, catat adanya
4. untuk
keluaran batu. mengetahui s
urine dan a
pengeluaran
atau tidak.

Kolaborasi :

1. Berikan injeksi
Batugin 30 mg

2. Berikan injeksi
DO :
Natrium

Klien tampak lemas. Bikarbonat 30 mg

Klien tampak minum sedikit.

Klien tampak sakit saat buang


air kecil
Urine klien tampak
berwarna kuning pekat

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Dx

3. Jum`at, DS : Setelah dilakukan tindakan keperawatan


1. Bantu klienmembersihkan
kepada Tn. B selama 3x24 jam masalahdiri.
17 Juni Klien mengatakan selama gangguan personal hygiene
2016 dirawat belum mandi. berhubungan denganketerbatasan fisik2. Kaji

Klien mengatakan badannyaDapat teratasi : Kemampuan


gatal.
1. Badan klien klien
Klien mengatakan badannya
lesuh. terlihat segar Dalam
melakukanperawatan diri
Klien mengatakan tidak
2. Klien tidak lesu lagi.
mencuci rambut selama di 3. Beritahu
rawat 3. Badan klien tidaklengket lagi.
Klien tentang pen
kebersihan diri.

DO:

Klien tampak belum


mandi selama dirawat.

Klien tampak lesuh.

Badan klien teraba lengket.

Klien tampak tidak


menggosok gigi selama di
rawat

IMPLEMENTASI
NamaKlien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
DiagnosaMedis : Batu Ginjal.

No. Hari/Tanggal Implementasi Paraf


Dx

1. Rabu, Mandiri :
15 Juni 2016
1. Mengobservasi TTV klien.
10.00 wib
R:

TD : 140/90 mmHg.

Nadi : 90x/menit.

RR : 22x/menit.

Suhu : 36,5 derajat celcius.


1. Mengkaji skala nyeri klien.

Nyeri klien masih 3 jika diukur dengan skala nyeri.

2. Memberikan posisi yang nyaman

R : klien tampak nyaman dengan posisinya.

11.00 wib Kolaborasi :

1. Memberikan obat injeksi Ketorolac 30 mg

13.00 wib

2. Memberikan obat Aspirin 500 mg

Kamis,

16 Juni 2016 Mandiri :

10.00 wib 1. Mengobservasi TTV klien.

R:

TD : 140/90 mmHg.

Nadi : 92x/menit.

RR : 22x/menit.

Suhu : 36 derajatcelcius.

2. Mengkaji skala nyeri klien.


Nyeri klien di skala 2 jika di ukur dengan skala

nyeri.

3. Berikan posisi yang nyaman

R : klien tampak mau diberikan posisi yang nyaman.

11.00 wib Kolaborasi :

Memberikan obat injeksi Ketorolac 30mg

R : Klien sudah diberikan obat.

13.00 wib

Memberikan obat Aspirin 500mg

R : Klien sudah diberikan obat.

Jum`at,

17 Juni 2016
Mandiri :

10.0 Wib 1. Mengobservasi TTV klien.

R:

TD : 130/80 mmHg.

Nadi : 90x/menit.

RR : 22x/menit.
Suhu : 36,5 derajatcelcius.

Mengkaji skala nyeri klien.

R : Nyeri klien di skala 1 jika di ukur dengan skala nyeri.

3. Memberikan posisi yang nyaman

R : klien tampak mau diberikan posisi yang nyaman.

Kolaborasi :

11.00 wib 1. Memberikan obat injeksi Ketorolac 30mg

R : Klien tampak sudah diberikan obat

13.00 wib 1. Memberikan obat Aspirin 500mg

R : Klien tampak sudah di berikan obat

IMPLEMENTASI

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th


No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

NoDx Hari/Tanggal Implementasi Paraf


2. Rabu, Mandiri :

15 Juni 2016 1. Mengobservasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin.

10.00 wib R : klien tampak mau di observasi urinenya.

2. Mengobservasi peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4 liter/hari.

R :klien tampak mau untuk peningkatan cairan perhari

3-4 liter.

3. Menghitung balance cairan

Intake :

Infus : 500 cc

Minum : 600 cc

Makan : 400 cc +

1500 cc

Output :

Urine : 400 cc

BAB : 50 cc

Keringat : 50 cc

IWL : 810 cc +
1310 cc

IWL : (15XBB)

24 jam

= (15x54kg)

24 jam

= 33,75 cc/24 jam

Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24

= 810cc/24jam

Balance Cairan = Intake –Output

=1500cc-1310cc

= 190 cc

4. Mengobservasi semua urin, catat adanya keluaran batu.

R :klien tampak mau dilihat urinnya, dan belum ada batu

yang keluar.

Kolaborasi :
Memberikan injeksi Batugin 30mg.

R : Klien tampak sudah diberikan obat.

11.00 wib

Memberikan injeksi Natrium Bikarbonat 30mg.

R : Klien tampak sudah diberikan obat.

Mandiri :

1. Mengobservasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin.

Kamis, R :klien tampak mau di observasi urinenya.

16 Juni 2016

10.00 wib 2. Mengobservasi peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4 liter/hari.

R : klien tampak masih tidak mau untuk peningkatan

Cairan perhari 3-4 liter.

3. Menghitung balance cairan.

R : Intake :
Infus : 500 cc

Minum : 600 cc

Makan : 400 cc +

1500 cc

Output :

Urine : 450 cc

BAB : 50 cc

Keringat : 50 cc

IWL : 810 cc +

1360 cc

IWL : (15XBB)

24 jam

= (15x54kg)

24 jam

= 33,75 cc/24 jam

Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24

= 810cc/24jam

Balance Cairan = Intake –Output


=1500cc-1360cc

= 140 cc

4. Mengobservasi semua urin, catat adanya keluaran batu.

: klien tampak mau dilihat urinnya dan belum ada batu yang keluar.

Kolaborasi :

1. Memberikan injeksi Batugin 30mg

R : Klien tampak sudah diberikan obat.

2. Memberikan injeksi Natrium Bikarbonat 30mg

11.00 wib R : Klien tampak sudah diberikan obat.

Mandiri :

1. Mengobservasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin.

R : klien tampak mau di observasi urinenya.

2. Mengobservasi peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4 liter/hari.


Jum`at, R : klientampakmauuntukpeningkatancairanperhari 3-4 liter.

17 Juni 2016 3. Menghitung balance cairan

10.00 wib R :Intake :

Infus : 500 cc

Minum : 600 cc

Makan : 400 cc +

1500 cc

Output :

Urine : 440 cc

BAB : 50 cc

Keringat : 50 cc

IWL : 810 cc +

1350 cc

IWL : (15XBB)

24 jam

= (15x54kg)

24 jam

= 33,75 cc/24 jam


Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24 = 810cc/24jam

Balance Cairan = Intake –Output

=1500cc-1350cc

= 150 cc

4. Mengobservasi semua urin, catat adanya keluaran batu.

: klien tampak mau dilihat urinnya dan belum ada batu yang keluar.

Kolaborasi :

Memberikan injeksi Batugin 30 mg.

R : Klien tampak sudah diberikan obat.

Memberikan injeksi Natrium Bikarbonat 30 mg.

R : Klien tampak sudah diberikan obat.

11.00 wib
IMPLEMENTASI

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th


No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal.

No Hari/Tanggal Implementasi Paraf


Dx.

3. Rabu, Mandiri :

15 Juni 2016 1. Membantu klien membersihkan diri.

10.00 wib R : klien tampak mau dibantu saat dibersihkan badannya.

Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan

diri.

: klien tampak mau dikaji dalam melakukan perawatan

diri.

3. Memberitahu klien tentang penkes kebersihan diri.

: klien tampak mau mendengarkan saat diberitahu

tentang penkes kebersihan diri.


Kamis, Mandiri :

16 Juni 2016 1. Membantu klien membersihkan diri.

10.00 wib R : klien tampak mau dibantu saat dibersihkan badannya.

2. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan

diri.

: klien tampak mau dikaji dalam melakukan perawatan diri.

3. Memberitahu klien tentang penkes kebersihan diri.

: klien tampak mau mendengarkan saat diberitahu

tentang penkes kebersihan diri.

Mandiri :

Jum`at, 1. Membantu klien membersihkan diri.

17 Juni 2016 R : klien tampak mau dibantu saat dibersihkan badannya.

10.00 wib

2. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri.

: klien tampak mau dikaji dalam melakukan perawatan

diri.
3. Memberitahu klien tentang penkes kebersihan diri.

: klien tampak mau mendengarkan saatdiberitahu

tentang penkes kebersihan diri.

EVALUASI

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th


No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :BatuGinjal

No Hari/Tanggal Evaluasi Paraf


Dx

1. Rabu, S : - Klien mengatakan nyeri pada daerah perut


15 Juni 2016
-Klien mengatakan nyerinya sudah sejak 5 hari yang lalu.

- Klien mengatakan nyerinya seperti dililit.

O : - Klien tampak memegangi perutnya

Skala nyeri klien 3 jika di ukur dengan skala nyeri.


- Klien tampak meringis kesakitan.

- Klien tampak lemas.

A :Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : LanjutkanIntervensi

Kamis, S : - Klien mengatakan nyerinya masih terasa.


16 Juni 2016
- Klien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kiri

menjalar sampai penis.

O : - klien tampak meringis kesakitan.

- klien tampak memegangi perutnya.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P :Lanjutkan Intervensi.
Jum`at, 17 JuniS : - Klien mengatakan nyerinya masih terasa.
2016
- Klien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kiri
Juni 2016
menjalar sampai penis.

O : - klien tampak meringis kesakitan.

- klien tampak memegangi perutnya.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P :Lanjutkan Intervensi.

EVALUASI

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th


No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

NoDx Hari/Tanggal Evaluasi Paraf

2. Rabu, S : - Klien mengatakan lemas.


15 Juni 2016 - Klien mengatakan
minumnya hanya sedikit.

- Klien mengatakan sakit


saat buang air kecil

- Klien mengatakan urinnya


berwana kuning pekat.

O : - Klien tampak lemas.

- Klien tampak minum


sedikit.

- Klien tampak
kesakitan saat miksi.

A : Tujuan tercapai, masalah


belum teratasi.

Kamis,
P : Lanjutkan Intervensi.
16 Juni 2016

S : - Klien mengatakan sakit


saat miksi.

- Klien mengatakan urinnya


berwana kuning dan jernih.

O : - Klien tampak
kesakitan saat miksi.

- Urine klien tampak


berwarna kuning dan jernih.

Jum`at,

17 Juni 2016 A : Tujuan tercapai, masalah


belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.

S : - Klien mengatakan lemas.

- Klien mengatakan
minumnya hanya sedikit.

- Klien mengatakan sakit


saat miksi.

O : - Klien tampak lemas.

- Klien tampak minum


sedikit.
- Klien tampak
kesakitan saat miksi.

A : Tujuan tercapai, masalah


belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.

EVALUASI

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th


No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

NoDx Hari/Tanggal Evaluasi Paraf

3. Rabu, S : - Klien mengatakan selama


15 Juni 2016 dirawat belum mandi.

- Klien mengatakan
badannya gatal.

- Klien mengatakan
badannya lesuh.

- Klien mengatakan tidak


cuci rambut selama di rawat

O : - Klien tampak belum


mandi selama dirawat.

- Klien tampak lesuh.

- Badan klien teraba


lengket.

A :Tujuan tercapai,
masalah teratasi.

Kamis,
16 Juni 2016 P : pertahankan Intervensi.

S : - Klien mengatakan selama


dirawat belum mandi.

- Klien mengatakan
badannya gatal.

- Klien mengatakan
badannya lesuh.
O : - Klien tampak belum
mandi selama dirawat.

- Klien tampak lesuh.


Jum`at,
- Badan klien teraba
17 Juni 2016 lengket.

A :Tujuan tercapai,
masalah teratasi.

P : Pertahankan Intervensi

S : - Klien mengatakan selama


dirawat belum mandi.

- Klien mengatakan
badannya gatal.

- Klien mengatakan
badannya lesuh.

O : - Klien tampak belum


mandi selama dirawat.

- Klien tampak lesuh.

- Badan klien teraba


lengket.
A :Tujuan tercapai,
masalah teratasi.

P : Pertahankan Intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Tn.B dengan Gangguan Eliminasi Urine
yaitu Batu Ginjal di ruangan 805 Lantai 8 RSUD Koja Jakarta Utara. Maka bab ini penulis
akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus. Adapun pembahasan ini meliputi
proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksaan keperawatan dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses kepeawatan yang dilakukan dimana penulisan
berusaha mengkaji klien secara menyeluruh melalui aspek bio-psikososial dan spritual. Hasil
dari pengkajian berupa data dasar, data khusus, data penunjang pemeriksaan fisik, membaca
catatan medis dan catatan perawatan. Pada tahap pengkajian tidak ada kesenjangan antara
teori dan kasus. Penyebab eliminasi urine dengan gangguan batu ginjal disebabkan oleh
kurangnya minum.
Faktor pendukung adalah dimana klien dan keluarga klien sangat koperatif, adapun faktor
penghambat adalah kurangnya buku referensi yang tersedia dan alternatif permasalahan
adalah lebih sring lagi untuk membaca buku referensi-referensi yang lain.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan terhadap kesenjangan antara teori dan kasus jika pada teori
terhadap 8 diagnosa keperawatan yaitu:
1. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan ketidakmampuan saluran kemih akibat
anomaly saluran urinaria.
2. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan kerusakan mobilitas.
3. Inkontinensia refleks berhubungan dengan gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan
arkus refleks akibat cedera pada medulla spinalis.
4. Inkontinensia stress berhubungan dengan penurunan tonus otot (pada lansia)
5. Inkonteninsia total berhubungan dengan defisit komunikasi/persepsi.
6. Inkontinensia dorongan berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih akibat
penyakit infeksi, trauma, faktor penuaan dll.
7. Retensi urine berhubungan dengan adanya hambatan pada afingter akibat penyakit struktur
8. Perubahan body image berhubungan dengan inkontinensia, ureterostami, eneuresis.

Sedangkan pada kasus terdapat 3 diagnosa yaitu: diagnosa pertama: Gangguan rasa nyaman
nyeri b.d inflamasi sekunder terhadap iritasi batu, kedua: Perubahan eliminasi urine b.d
sumbatan di daerah uretral, ketiga: personal hygiene yang berhubungan dengan keterbatan
fisik. Ada 7 diagnosa secara teori yang tidak ditemukan pada kasus. Karena pada kasus tidak
ditemukan tidak ada data-data yang menunjang untuk diagnose tersebut. Sedangkan ada 2
diagnosa yang diangkat pada kasus tetapi tidak terdapat pada teori yaitu diagnosa Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri dan diagnosa Personal Hygiene. Penulis dapat mengangkat diagnose
tersebut karena penulis dapat menemukan data-data yang menunjang untuk diagnose tersebut.

C. Intervensi / Perencanaan
Setelah masalah keperawatan dapat diterapkan maka perlu penetapan rencana keperawatan
untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut.Kegiatan perencanaan
ini meliputi : memperioritaskan masalah, merumuskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria
hasil serta tindakan.
perumusan tujun pada asuhan keperawatan berdasarkan pada merode SMART (spesifik,
measurable, asureble, reality dan time) yaitu secara spesifik dapat diukur maupun diatasi
dengan tindakan keperawatan.
Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus penulis berusaha
memperiotaskan berdasarkan kebutuhan menurut maslow. Intervensi yang dilakukan sesuai
pada teori pada waktu pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang seharusnya
perencanaan waktu melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari
Kriteria hasil yang ada pada tujuan perencanaan, ketika hari terakir pelaksaan belum
terpenuhi dikarenakan keterbatasan waktu, keterbatasan perawat.
Penulisan menemukan faktor penghambat dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan
karena kurangnya faktor pendukung buku referensi untuk menetapkan rencana asuhan
keperawatan sesuai dengan teori.

D. Impementasi / Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan dari rencana tindakan yang telah disusun.Setiap tindakan keperawatan
yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap
klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan
pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk serta tindakan yang
diberikan kepada klien.
Melakukan tindakan keperawatan penggunaan tiga tahap yaitu independent, dependent dan
interpendent.Tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh perawat tanpa penunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan yang
lainnya. Dependen adalah tindakan yang sehubung dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis. Interpendent adalah tindak keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerja samadengan tenaga kesehatan yang lain, misalnya tenaga social, ahli
gizi, dan dokter, ketrampilan yang harus dimiliki oleh perawat dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomator.
Dari beberapa perencanaan keperawatan yang sudah direncanakan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul sudah tercapai.

E. Evaluasi
Ada tahap evauasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk memulai kebersihan pemberian
asuhan keperawatan.
Apakah tujuan keperawatan berhasil. Evaluasi dilakukan sesuai dengan konsep pada diagnosa
pertama : gangguan rasa nyaman nyeri yang berhubungan dengan inflamasi sekunder
terhadap iritasi batu, kedua : sumbatan di daerah uretral berhubung dengan eliminasi urine.
Ketiga resiko personal hygine yang berhubungan dengan keterbatasan fisik.
Adapun faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat
ruangan dengan keluarga klien cukup kooperatif.Faktor penghambat adalah kurangnya buku
referensi yang tersedia, alternatif permasalahan adalah lebih giat dalam mencari buku
referensi dan lebih giat lagi membaca.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan
uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke
bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian
dikeluarkan melalui uretra.

Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam


tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan
dalam pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari
mulut sampai anus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin yaitu pertumbuhan dan


perkembangan, sosiokultural, psikologis, kebiasaan seseorang, tonus otot, intake cairan
dan makanan, kondisi penyakit, pembedahan, pengobatan, dan pemeriksaan Diagnostik.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi bowel yaitu usia, diet, intake
cairan, aktivitas, fisiologis, pengobatan, gaya hidup, prosedur diagnostik, penyakit,
anastesi dan pembedahan, nyeri, kerusakan sensorik dan motorik.

Masalah- masalah pada eliminasi urin yaitu retensi urin, inkontinensia urin,
dan enuresis. Sedangkan masalah-masalah eliminasi bowel yaitu konstipasi, fecal
infaction, diare, inkontinensia alvi, kembung, dan hemorroid.

B. Saran

Saran kami agar dengan penulisan makalah ini adalah perawat dapat menerapkan cara
membantu pasien untuk eliminasi dengan tetap menjaga kenyamanan dan privasi pasien,
sehingga pasien akan tetap terjaga pola eliminasinya.
DAFTAR PUSTAKA

AlimulHidayat, A. Aziz. 2006. PengantarKebutuhanDasarManusia. Aplikasidan Proses


Keperawatan.Jakarta :SalembaMedika

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: EGC

TarwotoWartonah, 2011. KebutuhanDasarManusiadan Proses Keperawatan.Edisi 5.Jakarta


:SalembaMedika

Anda mungkin juga menyukai