Anda di halaman 1dari 5

A.

Manusia dan Cinta Kasih


kata cinta selain mengandung unsur perasaan aktif, juga menyatakan tindakan yang aktif,
pengertiannya sama dengan kasih saying, sehingga kalua seseorang mencintai orang lain, artinya
orang tersebut berperasaan kasih saying atau berperasaan suka terhadap orang lain tersebut. Cinta
memegang perasaan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan
dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat
dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikut yang
kokoh antara manusia dengan tuhannya sehingga manusia menyembah tuhan dengan ikhlas,
mengikuti perintahnya, dan berpegang teguh pada syariatnya.
Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk, mulai dari
seseorang yang mencintai dirinya, istrinya, anaknya, hartanya, dan tuhannya. Bentuk cinta ini
melekat pada diri manusia, potensi dan frekuensinya berubah menurut situasi dan kondisi yang
mempengaruhinya. Pada saat belum berkeluarga, seseorang akan lebih kuat cintanya kepada orang
tua, setelah berkeluarga cintanya akan Nampak terbagi untuk istri dan anaknya.
Cinta orang tua terhadap anaknya sangat kuat meskipun perangai anak itu tidak
memuaskan orang tua. Tetapi, cinta pun terwujud karena perangai utama. Cinta seseorang kepada
orang banyak memerlukan didikan dan perjuangan, yang memandang sesame manusia sebagai
kecintaan yang perlu dibela. Cinta seperti dikatakan dalam rangka perangai utama itu mengandung
kejujuran, amanat dan keadilan. Apabila cinta seseorang telah tumbuh, berarti orang itu
mengandung hikmat yang menuntut dirinya kepada kebenaran, kebijakan, dan pengorbanan.
Sebagai manifestasi perasaan cinta, manusia mempunyai banyak lambing tentang cinta.
Lambangnya dapat dengan bau bunga, warna, atau cium tangan. Seperti dikatakan oleh filsuf islam;
Al-kindi, “jika bau bunga sedap malam dicampur dengan bau mawar, akan lahir bau baru yang bias
membangkitkan, perasaan cinta dan bangga”.
Cinta tidak mudah diterangkan dan diilustrasikan dengan kata-kata. Ia memiliki daya luar
biasa pada diri manusia serta melekat dengan kuat. Cinta dapat sekonyong-konyong muncul dan
hilang sama sekali, atau terus tumbuh seperti cintanya orang tua terhadap anaknya sejak dilahirkan.
Cinta dapat dilukiskan dengan memberi, bukan meminta, sebagai dorongan mulia untuk
menyatakan eksistensi dirinya atau aktualisasi dirinya kepada orang lain. Berbagai bentuk cinta
dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Cinta Diri

Secara alamiah manusia mencintai dirinya sendiri. Sebaliknya, manusia membenci segala sesuatu
yang menghalangi hidupnya atau yang menghambat aktualisasi dirinya. Manusia membenci segala
sesuatu yang mendatangkan penderitaan, rasa sakit, dan marabahaya lainnya.

Cinta Diri erat hubungannya dengan menjaga diri. Manusia menuntut segala sesuatu yang
bermanfaat dan berguna bagi dirinya. Gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap
dirinya sendiri ialah kecintaan yang luar biasa terhadap harta benda (materi). Cinta manusia
terhadap benda berdarah daging sebab manusia beranggapan, dengan harta benda ia dapat
merealisasikan semua keinginannya guna mencapai kesenangan dan kemewahan hidup.

Sebaliknya, cinta yang mulia pun dapat hilang apabila seseorang terlalu berlebihan
mencintai dirinya. Kecintaan terhadap dirinya dapat dibuktikan apabila ia tertimpa malapetaka atau
kesulitan, manusia akan berkeluh kesah.
Sebaliknya apabila manusia memperoleh banyak harta, ia akan berhati-hati memeliharanya, bahkan
dapat melupakan fungsi social hartanya. Cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan, tetapi perlu
berimbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik. Inilah yang dimaksud dengan cinti
diri yang ideal.

2. Cinta Kepada Sesama Manusia

Cinta kepada sesama manusia. Banyak dilukiskan dan dicontohkan oleh seseorang
pembawa kebenaran (Nabi) atau oleh kelompok orang. Cinta kepada sesame manusia
merupakan watak manusia itu sendiri, selain watak manusia sebagai pembenci dan
bersifat kikir terhadap terhadap manusia lainnya. Biasanya manusia akan mudah
membenci atau kurang memperhatikan orang lain apabila ia mendapatkan kesenangan
dirinya. Akan tetapi, kita sering mendengarkan tentang seseorang yang betul-betul
mendahulukan keperluan orang lain (sesame manusia) dari pada keperluan dirinya
sendiri. Kalau boleh berkomentar tentang watak manusia dalam hal mencintai sesamanya,
Yang lebih baik tentu yang mampu menyeimbangkan cinta mereka kepada diri sendiri dengan
cinta mereka kepada sesamanya, dan membatasi keekstreman Cinta mereka.
semua pembicaraan tentang cinta kepada sesama manusia itu akan lebih jelas
pemahamannya apabila dapat diamati perilaku dan perlakuan seseorang kepada orang lain.
perlakuan yang baik ( Amaliah) kepada sesama manusia bukan dalam arti karena seseorang itu
membela, mendukung, atau berguna bagi dirinya, melainkan datang dari hati nuraninya yang
ikhlas ( murni) disertai tujuan yang mulia.
motivasi seseorang mencintai sesama manusia, menurut persepsi sosiologis,
disebabkan karena manusia itu tidak dapat hidup sendirian( manusia sebagai makhluk sosial).
manusia perseorangan ( individu) memiliki kelebihan dan kekurangan dalam segala hal
sehingga manusia akan saling menutupi kekurangannya apabila bekerja sama. menurut persepsi
agama ( Islam), mencintai sesama manusia itu merupakan kewajiban. demikian pula adanya
perbedaan warna kulit, ras, etnis, atau perbedaan fisik manusia, Justru untuk saling
memperkenalkan diri ( saling mengenal). Bahkan dalam batas suatu kepercayaan, sesama
manusia dianggap Masih saudara ( saudara seiman). dalam pepatah sering dikatakan kan
“ kalau tidak kenal maka tak sayang”, berarti makna kenal disini untuk dilanjutkan dengan
saling menyayangi atau saling mencintai di hai hai hai hai haiantara manusia.
3. Adil dan Belas Kasih
Sering orang berpendapat bahwa belas kasih atau cinta itu di atas keadilan. dengan pendapat
tersebut mereka bermaksud bahwa perilaku aku yang digerakkan kan atau dimotivasi si oleh
belas kasih itu lebih utama dari pada pekerjaan yang digerakkan (dimotivasi) oleh rasa keadilan.
pendapat tersebut dalam kenyataannyanya dapat benar dan dapat pula salah. suatu saat dapat
saja belas kasih (cinta) tuntutannya adalah keadilan.
contoh peristiwa: seorang tertangkap sedang melakukan pencurian, lalu ia meminta
maaf kepada orang banyak supaya diberi belas kasih, tidak dibawa ke kantor polisi. Peristiwa
ini dikatakan “ belas kasih di atas keadilan”, pendapat demikian salah, sebab keadilan dapat
pula memastikan ia tidak dipenjara. maka dalam peristiwa ini belas kasih dan keadilan sama
tuntutannya. dari uraiannya contoh di atas, pendapat “ belas kasih di atas keadilan” itu benar
apabila yang memberi belas kasih itu juga yang memiliki hak keadilan. Adapun pemberian belas
kasih itu dilakukan sedangkan keadilannya milik orang lain, maka pendapat “ belas kasih di atas
keadilan” itu tidak benar.
4. Pertemuan dan Cinta
Gabriel Marcel, seorang filsuf kelahiran Paris (1889- 1973), mengemukakan hakikat pertemuan
atau kehadiran dan cinta. kodrat sosial manusia atau hubungannya dengan orang lain, yang
berdua berdasarkan Kecenderungan-kecenderungan an biologis dan psikologis manusia, tidak
menghasilkan hidup bersama yang sejati. orang yang mengikuti kecenderungan-kecenderungan
itu mewujudkan hubungan dengan orang lain atas Taraf biologis dan psikologis, tetapi belum
tentu mereka bertemu dengan orang lain sebagai pribadi, sebagai Persona. Dan inilah yang
menentukan arti kodrat sosial manusia, yakni bahwa aku sebagai pribadi bertemu dengan orang
lain sebagai pribadi. maka hubungan antara orang yang dianggapnya sebagai hubungan
personalistis. “kehadiran” ini direalisasikan secara istimewa dalam Cinta. Di sini “Aku” dan
“Engkau” diangkat menjadi satu kesatuan baru yang tidak mungkin dipisahkan ke dalam dua
bagian.
pertemuan antara dua orang dapat membangkitkan rasa cinta. pertemuan yang
merupakan kontak antara dua orang ialah antara "aku" dan "engkau tanda kutip, yang saling
membuka hati melalui gerak dan kata. dalam pertemuan terjadiSaling membuka hati, saling
menyerahkan diri, terbuka, dan jujur titik dalam pertemuan pikiran-pikiran egoistis dilepaskan,
sebaliknya dibangkitkan kesediaan dalam situasi bersama. hubungan "aku" dengan "engkau
"adalah hubungan dinamis, perkembangan yang dimulai dengan kepercayaan sampai lebih
nyata dalam Cinta Dan Persahabatan.
Hubungan antara dua orang memuncak dalam hubungan cinta titik asal mula hubungan
cinta itu adalah anugerah Tuhan titik syarat cinta ialah kerendahan hati pada orang yang
memanggil, kesediaan pada orang yang dipanggil. dalam cinta unsur individualitas masih tetap
ada, hanya ditutupi dengan berbagai pengorbanan, tetapi demi cinta pula. cinta tidak dapat
diukur secara objektif.Bahkan sulit sekali untuk mengetahui apakah saya sendiri mencintai
seorang lain atau tidak karena cinta mencakup seluruh eksistensi manusia.
dalam cinta timbul communion, kebersamaan yang sungguh-sungguh komunikatif,
"mencintai"selalu mengandung suatu imbauan ( invocation) kepada sesama. kebersamaan
dalam cinta ini, menurut kodratnya, harus berlangsung terus, tidak terbatas pada satu saat
saja.Karena itu, dalam pengalaman Cinta terkadang juga bahwa "aku" mengikat diri dan tetap
setia titik kesetiaan itu sanggup membaharui dan memperkokoh cinta.
akan tetapi, suatu saat cinta dapat putus secara mendadak karena adanya penghianatan
terhadap partner dalam cinta bila yang dicintai tidak cocok dengan gambaran semula tentang
dia, Ia tetap dapat dicintai titik tetapi pada suatu saat mungkin ia mengakui aku ditipu titik ini
hanya membuktikan bahwa dalam cinta, tetap ada kemungkinan untuk memandang adanya
pelaku ketiga titik ini merupakan kritik dan kewaspadaan terhadap cinta. untuk lebih Waspada,
perlu dikaji konsep cinta dalam ajaran agama.
5. Rasa Kasihan, Cinta, dan persahabatan
Tak ada seorangpun yang mau hidup tanpa sahabat, dan yang membuat kita bermoral adalah
adanya perhatian kita secara pribadi terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita.Baru
Setelah itu,Kita memberi perhatian kepada banyak orang yang belum pernah kita temui, dan
kepada manusia pada umumnya. Persahabatan dijalin dalam bentuk pengalaman mungkin
karena kesamaan tujuan, profesi, dan sebagainya. inti persahabatan ialah adanya kesediaan
untuk saling berkorban bukan dalam konteks materi, melainkan lebih dari itu, berupa nilai-nilai
rasa kemanusiaan dan seterusnya. persahabatan juga dapat terjalin karena berada dalam situasi
yang sama dalam konteks hubungan sosial, atau pandangan yang sama, atau jalan pikiran yang
sama dalam menghadapi suatu kehidupan. persahabatan pun dapat juga meregang karena
adanya perbedaan dalam berbagai segi (segi merintis persahabatan). Bahkan sampai pada taraf
konflik kalau perbedaan segi-segi tersebut sangat tajam.
Perasaan kasihan secara harfiah berarti "merasa dengan". dalam pengertian ini,
perasaan-perasaan sosial kita yang paling mendasar, dasar seluruh moralitas dan merupakan
perekat emosional yang menghimpun masyarakat dan akhirnya seluruh kemanusiaan bersama-
sama Titik adanya rasa kasihan yang ditanamkan dalam akhlak, membantu seseorang menjadi
pemurah. sebab sering terdapat dikotomi antara tuntutan moralitas dengan watak egois.
Rasa kasihan adalah seperti emosi, mempunyai kekuatan untuk mendorong kita. sering
kita bertindak memberikan bantuan kepada orang, bukan karena dorongan hati atau merasa
kasihan, sebelum kita mengerti apa permasalahannya.Tetapi perlu diingat bahwa rasa kasihan
selalu menyangkut kepentingan dan kebahagiaan orang lain. walaupun ada istilah "kasihan
diri", umumnya orang tidak dapat berbicara tentang mengasihi diri sendiri.
Rasa kasihan tidak hanya sekadar perekat yang menghimpun orang bersama-sama
melalui perhatian timbal balik. rasa kasihan merupakan hubungan konseptual antara persoalan-
persoalan pribadi seseorang yang paling spontan dan tuntutan-tuntutan moralitas yang
diarahkan oleh orang lain.
Rasa kasihan merupakan sentimen yang kita rasakan terhadap orang lain ataupun
kepada binatang. sentimen dalam hal ini adalah suatu emosi yang abstrak. sentimen ini tidak
membeda-bedakan orang yang kita kenal dengan baik dan orang yang tidak kenal. tetapi, rasa
kasihan ini juga dapat merupakan bibit dari apa yang dinamakan cinta.
Rasa kasihan yang lebih intim dan ditunjang oleh berbagai emosi, dikelompokkan ke
dalam pola hubungan cinta titik cinta ini pengertiannya khusus sekali, bahkan sifatnya eksklusif.
Seseorang dapat saja, tetapi sahabat "sejati" sedikit sekali jumlahnya, terbatas hanya untuk
sekelompok kecil orang yang terpilih yang paling dikenal dan yang paling diperhatikan.Cinta
malah lebih khusus lagi, kerap terbatas pada anggota keluarga sendiri atau pada kelompok yang
intim. dan cinta "romantic "adalah emosi yang terbatas pada seseorang dan hanya pada satu
orang, seperti misalnya dalam lembaga perkawinan. tetapi, ada bermacam-macam cinta (Bukan
dalam arti romantis) yang berlaku bagi siapa saja, di mana saja tanpa kecuali (cinta kristiani).
dan Al-Quran kata dikatakan:
"sesungguhnya seluruh orang mukmin itu bersaudara." (QS. 49:10)
Dalam ajaran islam, mengasihani dan mencintai lebih ditekankan dalam Uinteks
theologi,Dan gambaran mengasihani dan mencintainya dengan gambaran "saudara" ( pertalian
keluarga) meskipun dalam praktik ditunjukkan kepada orang yang tidak ada pertalian darah.
cinta sebagai satu-satunya dasar hidup manusia sejak lama dan berabad, telah menjadi fokus
perhatian manusia. dalam berbagai aspek kehidupan, seperti nyanyian dan seterusnya, cinta
selalu dijadikan "segala-galanya" meskipun dalam praktik sering kita melihat perbuatan-
perbuatan yang jauh dan bertolak belakang dengan simbol-simbol cinta, seperti perang,
sadisme, dan sebagainya.Maka kita bertanya, Kapan tegaknya cinta di dunia ini?
6. Cinta Menurut Ajaran Agama
Ada yang berpendapat bahwa etika Cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan
agama. Hidup tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta
dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengung-dengungkan lewat lagu dan organisasi
perdamaian dunia tetapi di lain pihak, dalam praktik kehidupan, cinta sebagai dasar hidup jauh
dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia titik tidak
kurang Seorang nabi yang bernama Ibrahim as. mendapatkan kritik tentang cinta. suatu saat
Ibrahim as. mendambakan seorang anak. setelah lahir anak yang dicintainya (Ismail as.),
ternyata cinta Ibrahim as.Kepada anaknya dapat menggeser cintanya kepada penciptanya
sendiri sehingga Tuhan mencobanya dengan menyuruh Ibrahim as.Menyembelih anaknya titik
perintah ini menumbuhkan konflik dalam diri Ibrahim, Siapa yang harus dicintai, Tuhan atau
anaknya.
Cuplikan peristiwa ini memberikan indikasi kepada kita bahwa cinta harus
proporsionalDan adil, jangan lupa diri karena cinta. untuk itu agama memberikan tuntutan
tentang cinta. berbagai bentuk cinta ini terdapat di dalam Al-Qur’an.
a. Cinta Diri
Al-Qur’an telah mengungkapkan Cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri,
kecenderungan untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan
menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya, melalui ucapan
Nabi SAW bahwa Seandainya dia mengetahui hal-hal yang gaib, tentu dia akan memperbanyak
hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan:
“... Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku akan memperbanyak
kebaikan bagi diriku sendiri dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan….” (QS. 7:188)
Demikian pula :
"manusia tidak jemu-jemu memohon kebaikan, tetapi jika mereka ditimpa malapetaka,
dia menjadi putus asa lagi putus harapan." (QS. 41:49)

Anda mungkin juga menyukai