Anda di halaman 1dari 33

PRAKTIKUM FISIKA LINGKUNGAN

ANALISIS KEBISINGAN

“MASJID KAMPUS UNIVERSITAS DIPONEGORO”

Disusun Oleh:

- M. Amin Maulana (21080117110002)


- Rasyidah Rofifah (21080117120006)
- Farah Dhifak (21080117120009)
- Eunice Natania Putri P (21080117120021)
- Nurullah (21080117120028)
- Ma'alif Miftahul Jannah (21080117120035)
- Sheila Nurul Adhana (21080117120039)
- Sifa Amalia (21080117120041)
- Mustika Vina Izdihar (21080117130046)
- Uun Fahruan Eroika (21080117130053)
- M. Maulana Gilbran (21080117130054)
- Hriandita Trifena E. (21080117130056)
- Ryaas Rasyid (21080117140046)

DAPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena hanya
atas rahmat dan berkatnya sehingga laporan praktikum analisis kebisingan ini
dapat dibuat dan diselesaikan dengan baik.
Tugas ini disusun sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Fisika Lingkungan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Program
Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Selanjutnya terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Eng. Agus Setyawan, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika
Lingkungan atas penjelasan materi yang diberikan.
2. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa.
3. Teman-teman sekelompok yang saling bekerja sama dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari berbagai
kekurangan, oleh karena itu penyusun menerima semua kritik dan saran untuk
kemajuan. Penyusun berharap kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Semarang, 14 Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 5
1.5 Pembatasan Masalah ................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 6
2.1 Pengertian Bising ................................................................................................ 6
2.2 Sumber Bising ..................................................................................................... 8
2.3 Pengaruh Bising................................................................................................... 9
2.4 Pernyataan Tingkat Kebisingan ........................................................................ 10
2.5 Pengukuran Kebisingan ..................................................................................... 13
2.5.1 Metode Pengukuran ................................................................................. 14
2.5.2 Metode Perhitungan ...................................................................................... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 17
3.1. Alat yang Digunakan ............................................................................................. 17
3.2. Diagram Kerja ........................................................................................................ 17
BAB IV PENGOLAHAN DATA .............................................................................................. 19
BAB V PEMBAHASAN ........................................................................................................ 28
BAB VI PENUTUP ............................................................................................................... 31
6.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 31
6.2. Saran ...................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 32

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Era Globalisasi saat ini tidak kita pungkiri bahwa teknologi menjadi sebuah
kebutuhan, diamana teknologi dapat mempermudah kehidupan manusia baik di
industri maupun di rumah. Berbagai alat-alat pun mulai diciptakan. Perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pun mulai berlomba-lomba
menciptakan alat-alat mereka.

Lebih dari itu, tanpa kita pungkiri juga bahwa sebenarnya pembuatan alat-alat
berteknologi ini tidak selalu berdampak positif , namun juga berdampak negatif,
yang kemungkinan bisa membahayakan manusia.

Alat-alat teknologi tersebut juga hampir semuanya disertai dengan produk


kebisingan. Seperti alat music, pembersih lantai, alat penyedot debu, gerinda
listrik, kendaraan bermotor dan masih banyak lagi.

Penggunaan alat-alat ini dalam jangka waktu yang lama dan terus-menerus
dapat merusak pendengaran manusia, tidak menutup kemungkinan bisa
menyebabkan ketulian.

Bising adalah bunyi atau suara yang yang tidak di kehendaki oleh
pendengaran yang dapat menurunkan daya dengar seseorang. Kebisingan juga
dapat kita artikan sebagai bunyi yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk di tempat kerja.

Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di
tempat kerja. Seiring dengan proses industrialisasi yang disertai dengan kemajuan
teknologi dan pertumbuhan ekonomi, kebisingan tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan teknologi dan kemajuan industrialisasi.

Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang


dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah di
atas 60 dB. Oleh sebab itu, para karyawan yang bekerja di pabrik dengan

4
intensitas bunyi mesin di atas 60 dB, maka harus dilengkapi dengan alat
pelindung (penyumbat) telinga, guna mencegah gangguan-gangguan pedengaran.

Selain itu kebisingan juga dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah


seperti pada penelitian menemukan bahwa sebesar 95,9% pekerja mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik dan 69,% pekerja yang mengalami
peningkatan tekanan darah diastolik.

Tembalang merupakan salah satu daerah di kota Semarang yang penduduknya


cenderung padat oleh mayoritas Mahasiswa karena terdapat kampus UNDIP.
Kelompok kami melakukan percobaan di salah satu titik di daerah Tembalang
khususnya di UNDIP yakni di Masjid Kampus Universitas Diponegoro dimana
merupakan salah satu titik dengan tingkat kebisingan yang cukup tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah tingkat kebisingan di sekitar Masjid Kampus Universitas
Diponegoro sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.48
Tahun 1996 tentang batas kebisingan pada suatu tempat?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kebisingan disekitar
Masjid kampus Universitas Diponegoro?
3. Bagaimana untuk mengurangi tingkat kebisingan di sekitar Masjid kampus
Universitas Diponegoro ?

1.3 Tujuan
Mengetahui tingkat kebisingan di Masjid Kampus Universitas Diponegoro

1.4 Manfaat
1.4.1 Mengenal aplikasi alat Sound Level Meter

1.4.2 Mengetahui tingkat kebisingan di suatu area penelitian

1.5 Pembatasan Masalah


Pengukuran kebisingan dilakukan di areal Masjid Kampus Universitas
Diponegoro, Tembalang, Semarang.

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bising


Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak
dikehendaki. Dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang
dapat menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif (peningkatan
ambang pendengaran) maupun secara kwalitatif (penyempitan spektrum
pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas , frekuensi, durasi, dan
pola waktu.

Berikut beberapa pengertian menurut beberapa sumber :

a. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999


Menyebutkan bahwa kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat
kerja yang berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.
b. Suma’mur (1995)
Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-
getaran melalui media elastis dan jika bunyi tersebut tidak dikehendaki,
maka bunyi dinyatakan sebagai kebisingan. (Suma'mur. 1995.
Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja. Jakarta: PT Toko
Gunung Agung.)
c. Griefahn (2000)
Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan. Oleh karena itu
merupakan stress tambahan dari suatu pekerjaan. Gangguan psikologi
tersebut dapat berupa rasa kurang nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,
emosi dan lain-lain.
d. Wilson
Bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang
merambat dari suatu sumber getar akibat perubahan kerapatan dan tekanan
udara. Kebisingan merupakan terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki

6
termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh
transportasi dan industri, sehingga dalam jangka waktu yang panjang akan
dapat mengganggu dan membahayakan konsentrasi kerja, merusak
pendengaran (kesehatan) dan mengurangi efektifitas kerja. (Wilson,
Charles E. 1989. Noise Control : Measurement, Analysis and Control of
Sound and Vibration. New York, USA: Harper & Row Publisher, Inc.)
e. Irwandi
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki.
Secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan
berbagai frekuensi. (Irwandi R., 2007, Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit
Terkait Kerja, Dalam: http://libraryusu.ac.id/download/ft/07002746.pdf,
Dikutip tanggal 16 Maret 2018.)
f. (KepMenLH No.48 tahun 1996)
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
g. (KepMenNAKER No.51 Tahun 1999).
Semua suara tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
h. Hani AR.
Bising diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari aktivitas alam seperti bicara dan aktivitas buatan manusia seperti
penggunaan mesin. Kebisingan mempengaruhi kita baik secara fisiologis
maupun psikologis. Terkadang kebisingan yang ada di sekitar kita
merupakan gangguan yang bisaa, akan tetapi kebisingan yang keras dan
berlangsung secara terus menerus dapat menyebabkan gangguan
kesehatan. (Hani, AR 2010. Fisika Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.)

7
i. Bising adalah suara yang mengganggu atau tidak dikehendaki yang
merupakan aktivitas alam (bicara, pidato) dan buatan manusia (bunyi
mesin) (Tjan et al, 2013).
j. Babba.
Kebisingan merupakan salah satu sumber bahaya dari faktor fisika yang
sering dijumpai di tempat kerja (Babba. 2007. Hubungan Intensitas
Kebisingan di Tempat Kerja dengan Peningkatan Tekanan Darah. Tesis.
Semarang: Universitas Diponegoro.)
k. WHS
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat
mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang
yang terpapar (WHS, 1993).

Sedangkan , menurut Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I.


No.718/MENKES/PER/XI/1987 tentang kebisingan yang berhubungan
dengan kesehatan bahwa kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak
dikehendaki sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan.

2.2 Sumber Bising


Menurut Mediastika (2005), sumber bising terdiri atas sumber bergerak
dan sumber diam. Contoh dari sumber diam adalah industry atau pabrik
dan mesin-mesin konstruksi. Sedangkan contoh dari sumber bergerak,
misalnya kendaraan bermotor, kereta api, dan pesawat terbang. Industri
menjadi sumber bising karena menggunakan peralatan mesin yang
memiliki frekuensi rendah sehingga menghasilkan bising dan getaran.
Kereta api dikategorikan bising karena gesekan roda kereta api dengan rel
kereta api yang terbuat dari bahan keras sehingga menimbulkan decitan.
Kebisingan juga muncul dari klakson dan mesin kereta api. Sedangkan
kebisingan pada pesawat terbang dihasilkan oleh mesin yang berbobot
dengan menghasilkan tenaga yang kuat sehingga menghasilkan getaran
dan bunyi bising saat tinggal landas, terbang rendah, dan mendarat.

8
Sedangkan menurut suma’mur (1995) sumber bising dapat diklasifikasikan
dalam 2 kelompok, yaitu :

a. Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-
mesin gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin,
komputer, pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.
b. Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel,
transportasi.

Dari kedua sumber bising tersebut di atas, tingkat bising yang sangat
tinggi diproduksi dalam beberapa bangunan industri oleh proses pabrik
atau produksi. Tingkat bunyi sumber-sumber bising tertentu, yang
diukur dengan meter tingkat bunyi. Tingkat bising rata-rata yang biasa
dapat dilihat pada Tabel 1.

Table 1 tingkat bising rata-rata biasa

No. Sumber Bising Tingkat Bising (dB)


1. Rumah tenang pada umumnya 42
2. Jalan pemukiman yang tenang 48
3. Mobil penumpang di lalulintas 70
4. Mobil penumpang di jalan raya 76
5. Lalu lintas kota pada jam sibuk 90

2.3 Pengaruh Bising


Kebisingan yang terjadi pada suatu daerah mempunyai pengaruh penting
terhadap kesehatan masyarakat, kenyamanan hidup masyarakat, pada binatang
ataupun gangguan pada ekosistem alam. Dampak dari kebisingan pada manusia
yaitu dapat merubah ketajaman pendengaran, mengganggu pembicaraan dan
mengganggu kenyamanan. Secara umum kebisingan dapat diartikan sebagai
suara yang merugikan terhadap manusia dan lingkungannya (Suratmo, 1995
dalam Latief dan Azmy, 2011).

9
Menurut Habsari (2003),pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah
sebagai berikut :
a. Menurunkan kenyaman dalam bekerja.
Tidak semua tenaga kerja terganggu akan kebisingan yang ada. Ini
disebabkan mereka sudah sangat terbiasa oleh kondisi yang ada dalam
jangka waktu yang cukup lama.
b. Mengganggu komunikasi/percakapan antar pekerja.
Kesalahan informasi yang disampaikan, terutama bagi pekerja baru dapat
berakibat fatal.
Mengurangi konsentrasi.
Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara atau permanen.
Tuli akibat kebisingan (Noise Induce Hearing Loss = NIHL).

2.4 Pernyataan Tingkat Kebisingan


a. Nilai ambang Batas Kebisingan
Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap
aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari
atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di
tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata
yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus tidak
lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu
maksimum bekerja terdapat pada tabel 2
No. TINGKAT KEBISINGAN PEMAPARAN
(dBA) HARIAN
1. 85 8 jam
2. 88 4 jam
3. 91 2 jam
4. 94 1 jam
5. 97 30 menit
6. 100 15 menit
b. Zona Kebisingan
Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan

10
- Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi
tempat penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial &
sejenisnya.
- Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi
perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi.
- Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi
perkantoran, Perdagangan dan pasar.
- Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi
industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.
Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation
Association)
- Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus
dihindari
- Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu
memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug)
- Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff
- Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug
c. Standar Tingkat Kebisingan di Indonesia
Setelah pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis
apakah kebisingan tersebut dapat diterima oleh telinga. Berikut ini
standar atau kriteria kebisingan yang ditetapkan oleh berbagai
pihak.

Keputusan Menteri Negara Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999


tentang nilai ambang batas kebisingan. lihat Tabel 2.3 untuk lebih
jelas.
1. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan
Koperasi No.SE 01/MEN/1978 “Nilai Ambang Batas yang
disingkat NAB untuk kebisingan di tempat kerja adalah
intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya

11
daya dengar yang tetap untuk waktu kerja yang terus menerus
tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu” “NAB
untuk kebisingan di tempat kerja ditetapkan 85 dB (A)”.
2. Nilai Ambang Kebisingan menggunakan acuan Keputusan
Menteri tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999
3. Standard Kebisingan Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.718/Men/Kes/Per/XI/1987, tentang
kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan
d. Tingkat Kebisingan Statistik
- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 12.00
- L3 diambil pada jam 13.00 mewakili jam 12.00 - 15.00
- L4 diambil pada jam 16.00 mewakili jam 15.00 – 18.00
- L5 diambil pada jam 19.00 mewakili jam 18.00 - 22.00
- L6 diambil pada jam 22.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
- L7 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
- L8 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00
e. Tingkat Kebisingan Ekivalen
Model yang dipergunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan
rerata dalam interval waktu tertentu. Salah satu perhitungan tingkat
tekanan bunyi adalah tingkat tekanan bunyi ekuivalen dimana nilai
tertentu bunyi yang fluktuatif selama waktu tertentu setara dengan
tingkat bunyi yang steady state pada selang waktu yang sama.
Tingkat tekanan bunyi rata-rata terhadap waktu ( Leq ) dapat
ditentukan melalui persamaan :
Li
1
Leq  10 log (  ti 1010 ) dBA
T
Deviasi standar dari Tingkat Li kebisingan ekuivalen adalah :
atau Leq  10 log ( Pi 10 1 ) 10

N 2
   Pi L2i  ( Pi Li ) 2 
 i 1 
ti = Lamanya waktu dengan Tingkat Kebisingan Li
T = ∑ ti = t1 + t2 + t3 + ……….

12
Pi = ti/T = fraksi waktu

f. Tingkat Kebisingan Siang Malam


Model yang dipergunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan
lingkungan.
- Interval Siang : 16 jam (06.00 – 22.00)
- Interval Malam : 8 jam (22.00 – 06.00
Persamaannya adalah sebagai berikut :
L LM  5
1 S

LSM  10 log [ {( 16)10 10  (8)10 10


}] dBA
24

2.5 Pengukuran Kebisingan


Bunyi memiliki intensitas yang berbeda – beda. Intensitas bunyi
adalah energi bunyi rata-rata yang ditransmisikan melalui gelombang
bunyi menuju arah perambatan dalam media seperti udara, air dan benda
lain (SNI 7231 th 2009). Intensitas bunyi yang semakin tinggi dapat
menyebabkan kebisingan. Kebisingan menurut KEPMEN LH No. 48 th
2009 merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan
adalah ukuran energy bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel
disingkat dB.

Untuk menentukan tingkat kebisingan, digunakan alat Sound


Level Meter. Sound level meter juga disebut decibel meter dan dosimeter
kebisingan, alat ini dibuat untuk mengukur sebuah tekanan suara dari
suatu peristiwa tertentu. Alat ini digunakan dimanamana dan alat ini
merupakan instrument yang penting untuk para pekerja sebagai pelindung
pendengaran. Sound Level Meter perlu dikalibrasi terlebih dahulu untuk
mengambil data dari tingkat kebisingan yang biasanya dapat dilakukan di
berbagai tempat diantaranya yaitu di pabrik atau lokasi konstruksi.

13
SLM juga berfungsi untuk mengukur kebisingan antara 30 – 130
dB dalam satuan dBA dari frekuensi antara 20 – 20.000 Hz. Sound Level
Meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat beroa
frekuensi/berat suara yang akan ditampilkan pada dB-SPL. 0.0 dB-SPL
adalah ambang pendengaran, dan sama dengan 20uPa (micropascal).
Dalam rangka untuk menjamin kerataan SLM ada toleransi tambahan yang
ditentukan untuk berbagai frekuensi dan mikrofon juga.(Haekal dan Delvi,
2015)

SLM Kelas-0 bekerja untuk mengkalibrasi SLMs lain dan dapat


digunakan untul pengukuran kebissingan presisi yang sangat tinggi di
ruang control dan/atau untuk penelitian akademis.

SLM Kelas-1 dan Kelas-2 yang paling banyak digunakan okeh


acousticians, professional sound system, desainer industry / rpdusan dan
peneliti dia akademisi dan pemerintah. Pengukuran yang dilakukan dengan
tingkat akurasi ini umumnya diterima sebagai bukti dalam penyelesaoan
sengketa hokum. Sedangkan SLM Kelas-3 dibatasi untuk noise survey
meters dan dosimeter. (Haekal dan Delvi, 2015)

2.5.1 Metode Pengukuran


Menurut Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No 48 tahun 1996,
pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi
dB(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan
dilakukan setiap 5 (lima) detik.
b. Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai
fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5
detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Waktu

14
pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara
pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 12 jam (LS)
pada selang waktu 06.00 – 18.00 dan aktivitas dalam hari selama 12
jam (LM) pada selang 18.00 - 06.00. Setiap pengukuran harus dapat
mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4
waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit
4 waktu pengukuran, sebagai contoh:
 L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - 09.00
 L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 12.00
 L3 diambil pada jam 13.00 mewakili jam 12.00 - 15.00
 L4 diambil pada jam 16.00 mewakili jam 15.00 – 18.00
 L5 diambil pada jam 19.00 mewakili jam 18.00 - 22.00
 L6 diambil pada jam 22.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
 L7 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
 L8 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00

2.5.2 Metode Perhitungan


LS = 10 log 1/16 {T1.100,1 L1 + ... + T5.100,1 L4} dB(A)

LM dihitung sebagai berikut:

LM = 10 log 1/8 {T5.100,1 L6 + ... + T8.100,1 L7} dB(A)

Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui tingka


kebisingan maka, perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM
dihitung dari rumus:

LSM = 10 log 1/24 {12.100,1 LS + 12.100,1 (LM+5)} dB(A)

Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas


pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan
pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Evaluasi hasil pengukuran dengan
baku mutu kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi +3 dBA
(Sasongko dan Hadiyarto, 2000)

15
Tabel Lampiran SK Menteri Negara

Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996

2.6 UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN

16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat yang Digunakan


1. Sound Level Meter, sebagai alat untuk mengukur tingkat kebisingan
suatu daerah

3.2. Diagram Kerja

MULAI

Mengkalibrasi sound level


meter

Mencatat tingkat kebisingan


tiap 5 detik selama 10 menit

SELESAI

17
1.3 Diagram skematik Sound Level Meter

Data kebisingan yang didapatkan:


1.4. Gambar Alat

Gambar 3.3 Beberapa alat yang digunakan,dari kiri ke kanan : Sound


level meter (SLM), dan Stopwatch.

18
BAB IV PENGOLAHAN DATA

Pada interval :
06.00-09.00, data diambil pada pukul 08.00
09.00-14.00, data diambil pada pukul 11.10
14.00-17.00, data diambil pada pukul 14.00
17.00-22.00, data diambil pada pukul 17.15
22.00-24.00, data diambil pada pukul 20.30
24.00-03.00, data diambil pada pukul 02.00
03.00-06.00, data diambil pada pukul 04.30

Dari pengukuran yang telah dilakukan di Masjid Kampus Universitas


Diponesgoro didapat data sebagai berikut :
L1 (06.00-09.00)
Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Rata - rata
ke
1 57,7 58 62,1 63,4 58 66 63 64 62 59 58 55 60,53333333
2 56,1 57 59,3 57,5 56,6 59 63 65 63 55 58 60 59,15833333
3 62,1 59 58,4 55,6 54,5 53 50 53 59 60 58 55 56,5
4 56,7 59 60,5 57,1 55,9 59 61 62 66 64 63 59 60,35
5 55,9 52 57,8 58,9 56,7 56 58 59 64 68 69 68 60,32666667
6 69,4 73 68,3 69 65,7 57 50 56 57 55 52 56 60,625
7 51,9 50 52,3 55,8 57,6 59 60 65 64 66 67 63 59,21666667
8 60,4 66 69,4 67,9 64,4 60 63 62 67 69 63 60 64,3
9 57,8 54 55,6 56,3 60,4 65 69 66 61 57 57 55 59,5
10 56,5 58 58,9 62,3 61,9 62 63 59 57 56 57 55 58,76666667
Rata-rata Total 59,92766667

19
700
Rata-rata Total
600
10
500
9
400
8
300 7
200 6

100 5

0 4
3
2

L2 (09.00-14.00)

Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Rata - rata
ke
1 69,1 70 70,4 72 68,8 68 65 72 67 67 64 72 68,8
2 70 70 66,2 73,2 69,7 69 66 70 67 66 67 74 69,03333333
3 71,3 70 66,5 68,2 70,2 70 66 71 60 63 67 70 67,88333333
4 70,3 69 67 69 72,2 73 63 71 69 65 65 72 68,91666667
5 69,6 69 66,6 70 71,3 71 67 72 67 68 67 70 69,09166667
6 70,2 68 68,7 68,3 69,7 71 68 72 68 66 69 70 69,15
7 71,2 72 72,3 67 66,7 70 70 68 70 68 66 69 69,23333333
8 68,4 75 68,2 67,8 69 70 69 69 70 70 70 71 69,75833333
9 67,8 69 67 69,4 69,6 68 70 66 70 68 72 67 68,625
10 66,8 66 70,4 708 69,3 71 70 69 72 68 67 65 121,8333333
Rata-rata Total 74,2325

20
1400
Rata-rata Total
1200
10
1000
9
800
8
600 7
400 6

200 5

0 4
3
2

L3 (14.00-17.00)

Meni 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Rata - rata
t ke
1 49 52 59 45 43 55 65 71 43 45 51 63 53,5
2 53 50 60 66 59 55 52 48 44 50 72 48 50
3 50 56 64 46 53 58 60 56 62 58 49 51 56,3333333
4 62 70 73 61 57 49 71 63 58 47 52 47 61,6
5 51 53 48 49 63 45 69 55 69 60 52 48 51,8333333
6 57, 49, 67, 57 48, 57, 58, 60, 63 58 46 56
55,5
2 1 1 8 8 9 6 ,2
7 54 57 49 52 50 44 58 69 57 65 65 47 54,3333333
8 62 53 48 60 56 47 51 58 52 69 49 58 57,8
9 70 48 67 52 59 50 55 49 53 58 47 63 57,7142857
10 64 60 53 46 55 48 60 66 72 66 52 61 59,6666666
Rata-rata Total 55,8280952

21
700
Rata-rata Total
600
10
500
9
400
8
300 7
200 6

100 5

0 4
3
2

L4 (17.00-22.00)
Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Rata - rata
ke
1 64,2 60 65,5 62,6 59,7 62 63 70 62 57 60 66 62,625
2 63,1 59 65,9 61,2 63,1 61 60 67 65 61 60 62 62,33333333
3 63,1 63 63,3 64,7 68,7 63 60 61 68 65 61 66 63,775
4 64,2 68 58,3 68,7 59,5 64 64 61 61 63 63 67 63,48333333
5 60,2 66 63,1 62 60,3 68 56 67 62 63 61 69 63,09166667
6 65,5 67 63,1 59,2 60,7 65 59 65 64 62 68 67 63,69166667
7 63,3 66 55,8 62,4 58,2 68 65 59 65 61 69 66 63,29166667
8 61,1 63 59,2 65,5 67 62 67 68 60 60 64 76 64,31666667
9 61,3 65 59.Y 63,9 63,3 61 63 62 63 60 66 65 63,05454545
10 67,7 66 60,7 64,6 59,2 62 62 67 62 59 62 66 63,1
Rata-rata: Total 63,27628788

22
800
700 Rata-rata: Total

600 10

500 9

400 8

300 7

200 6

100 5

0 4
3
2

L5 (22.00-24.00)
Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Rata-Rata
1 52 74 58 47 58 50 52 52 50 60 57 54 55,45455
2 47 46 60 49 61 54 50 52 45 42 45 42 50,09091
3 50 46 47 48 47 49 61 63 62 51 43 65 51,54545
4 62 56 49 49 59 60 65 61 57 54 52 56 56,72727
5 54 64 52 66 49 54 55 76 55 48 44 48 56,09091
6 59 50 53 52 60 64 52 40 45 47 44 56 51,45455
7 51 48 48 63 57 55 54 54 44 68 51 62 53,90909
8 53 49 56 47 45 70 51 38 45 45 44 51 49,36364
9 47 50 46 60 58 51 49 43 60 50 50 45 51,27273
10 51 50 50 59 52 51 65 61 55 43 54 48 53,72727
Rata-Rata Keseluruhan 52,96364

23
700
Rata-Rata Keseluruhan
600
10
500 9
400 8
7
300
6
200 5
100 4
3
0
2

Rata-Rata
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
1

L6 (24.00-03.00)
Rata-
Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Rata
1 44 34 33 34 46 28 23 28 42 26 33 27 33,16667
2 31 31 38 36 41 52 44 37 52 48 38 41 40,75
3 49 40 33 32 20 33 46 31 72 35 32 34 38,08333
4 23 19 24 24 26 33 38 54 37 33 42 27 31,66667
5 25 17 28 31 35 45 42 27 34 24 34 21 30,25
6 39 45 54 3 25 44 43 36 29 31 18 52 34,91667
7 38 35 26 20 47 39 38 33 27 32 20 19 31,16667
8 25 39 24 31 32 37 20 40 48 43 33 20 32,66667
9 34 31 31 37 19 33 43 61 31 40 26 22 34
10 20 19 22 21 37 36 32 37 34 32 31 38 29,91667
Rata-Rata Keseluruhan 33,65833

24
450
400 Rata-Rata Keseluruhan
350 10
300 9
250 8
200 7
150 6
100
5
50
4
0
3

Rata-Rata
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
2

L7 (03.00-06.00)
Rata-
Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Rata
1 46 62 45 44 41 43 47 66 50 50 59 51 50,33333
2 43 47 40 40 37 39 38 39 38 41 39 42 40,25
3 42 42 39 42 41 42 39 52 48 39 32 36 41,16667
4 40 41 46 43 38 50 50 54 66 72 54 37 49,25
5 39 37 35 45 39 40 35 40 45 45 50 65 42,91667
6 40 40 39 49 40 43 57 54 71 50 48 54 48,75
7 50 43 49 60 48 51 54 46 47 43 50 50 49,25
8 47 41 43 39 39 40 46 39 41 48 54 50 43,91667
9 48 47 57 59 70 68 59 53 61 46 49 44 55,08333
10 52 67 54 51 51 47 44 45 44 42 43 45 48,75
Rata-Rata Keseluruhan 46,96667

25
600
Rata-Rata Keseluruhan
500
10
400 9
8
300
7
200 6

100 5
4
0
3

Rata-Rata
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
2

Nilai Rata-Rata Kebisingan


80 74.2
70 63.2
59.9
55.8 52.9
60
46.9
50
40 33.6
30
20
10
0
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7

Nilai Rata-rata Kebisingan dari L1 sampai L7

LS dihitung sebagai berikut :

LS = 10 log 1/16 { T1.10(0.1 . L1)


+ T2.10(0.1 . L2) + T3.10(0.1 . L3) + T4.10(0.1 .
L4)
} dB(A)

= 10 log 1/16 { 3 . 10(0.1 . 59,93) + 5 . 10(0.1 . 74,23) + 3 . 10(0.1 . 55,83) + 5 .


10(0.1 . 63,28 )} dB(A)

= 10 log 1/16 { 3 . 10(5,993) + 5 . 10(7,423) + 3 . 10(5,583) + 5 . 10(6,328 )}


dB(A)

26
= 10 log 1/16 { 3 . 984011,1 + 5 . 26485001,39 + 3 . 382824,7 + 5 .
2128139,04} dB(A)

= 10 log 1/16 { 2952033,3 + 132425006,93 + 1148474,1 +


10640695,2} dB(A)

= 10 log 1/16 {147166209,53} dB(A)

= 10 log 9197888,09 dB(A)

= 69,63 dB(A)

LM dihitung sebagai berikut :

LM = 10 log 1/8 {T5.10(0.1 . L5)


+ T6.10(0.1 . L6) + T7.10(0.1 . L7) } dB (A)

= 10 log 1/8 { 2 . 10(0.1 . 52,96364 ) + 3.10(0.1 . 33,65833) + 3 . 10(0.1 . 46,96667) } dB


(A)

= 10 log 1/8 { 2 . 105,296364 + 3 . 103,365833 + 3 . 104,696667 } dB (A)

= 10 log 1/8 { 2. 197862,73 + 3 . 2321,84 +3 . 49735,56} dB (A)

= 10 log 1/8 { 39573,46 + 149206,68 + 149206,68} dB (A)

= 10 log 1/8 { 337986,82} dB (A)

= 10 log { 42248,35} dB (A)

=46,26 dB (A)

Untuk mengetahui apakah kebisingan sudah melampaui tingkat kebisingan maka


perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM dihitung dengan rumus :

L SM = 10 log 1/24 {16.10(0.1 . LS)


+ 8.10(0.1 . LM) } dB (A)

= 10 log 1/24{16.10(0.1 . 69,63 ) + 8.10(0.1 . 46,26) } dB (A)

= 10 log 1/24 {16.106,963 + 8.104,626 } dB (A)

= 10 log 1/24 {16 . 9183325,96 + 8 . 42266,86} dB (A)

= 10 log 1/24 {146933215,36 + 338134,88} dB (A)

= 10 log 1/24 {147271350,24} dB (A)

= 67, 87 d

27
BAB V PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di Daerah


Tembalang Semarang, lebih spesifiknya di Masjid Kampus Universitas
Diponegoro

Kami telah melakukan pengukuran kebisingan pada hari Sabtu, 20 Juni


2015 di Masjid Kampus Universitas Diponegoro Pengukuran kebisingan
dilakukan selama 24 jam dengan interval waktu kurang lebih 3 jam sekali.
Pengambilan data dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit.

Menurut SK Menteri Lingkungan Hidup RI No. :KEP-


48/MENLH/11/1996 tingkat kebisingan untuk tempat ibadah atau sejenisnya
adalah sebesar 55 dBA. Dari hasil perhitungan didapat bahwa tingkat
kebisingan di Masjid Kampus Universitas Diponegoro berada dia atas
ambang batas yaitu 67,86 dBA.

Dari pengambilan data yang telah dilakukan, kami menyimpulkan bahwa


terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kebisingan antara lain:

1. Kendaraan
Faktor yang mempengaruhi kebisingan adalah banyaknya kendaraan yang
melintas di dekat tempat pengukuran. Data yang diambil di kebisingan
sangat variatif, dikarenakan pengambilan data berlokasi dekat jalan raya
sehingga data yang diperoleh berubah secara fluktuatif.
2. Aktifitas
Aktifitas di lokasi pengambilan data juga berpengaruh terhadap data yang
diperoleh. Pada pengukuran yang telah dilakukan aktifitas yang sangat
mempengaruhi adalah kendaraan yang lewat.
3. Waktu pengukuran
Faktor ini berkaitan dengan teknik pengambilan data. Idealnya waktu
pengambilan data harus bisa mewakili dari interval yang telah ditentukan.

28
Pada pengkuran yang telah dilakakukan, waktu yang dilakukan adalah 10
menit untuk interval 3 jam. Porsi waktu yang telah dilakukan kurang
efektif karena kurang dapat merepresentasikan interval yang dibutuhkan.
Sebaiknya waktu yang digunakan adalah 1:6 dari waktu yang dibutuhkan,
sehinga waktu yang paling efesien.
4. Lokasi pengambilan data
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kebisingan di area daerah
Perumahan Graha Estetika adalah lokasi pengambilan data. Hal ini dapat
mempengaruhi data yang beragam karena letak pengambilan data berada
di dekat jalan raya, cenderung banyak kendaraan melintas. Selain itu, sifat
jalan raya yang membelok sehingga para pengendara melewati jalan
tersebut dengan kecepatan yang rendah sehingga deru mobil atau motor
lebih kedengaran ketika lewat.

Dari pengukuran yang dilakukan dapat memberikan gambaran


terhadap tingkat kebisingan di lokasi tersebut. Agar pengukuran lebih
valid, maka pengukuran harus dilakukan dengan standar yang stabil dan
jelas.

Solusi mengatasi Kebisingan di Tembalang

Solusi untuk mengatasi kebisingan, diantaranya :


1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya
Hal ini bisa dilakukan dengan menempelkan alat peredam suara pada
alat yang bersangkutan. Pada waktu sekarang penelitian dan perencanaan
yang disertai teknologi modern, mesin-mesin baru yang mutakhir tidak
lagi banyak menimbulkan kebisingan. Suara yang ditimbulkan juga sudah
tidak lagi mengganggu dan membahayakan lingkungan.

2. Penempatan penghalang pada jalan transmisi

29
Usaha ini dilakukan dengan jalan mengadakan isolasi ruangan atau
alat-alat penyebab kebisingan dengan jalan menempatkan bahan-bahan
yang mampu menyerap suara sehingga suaara-suara yang keluar tidak lagi
merupakan gangguan bagi lingkungan.
3. Pemakaian sumbat atau tutup telinga
Cara ini terutama dianjurkan kepada orang yang berada di sekitar
sumber kebisingan yang tidak dapat dikendalikan, seperti ledakan. Alat
penyumbat telinga ini bisa mengurangi intensitas kebisingan kurang lebih
24 dB. Selain itu, bagi orang yang bekerja di ruangan dengan kebisingan
di atas 100 dB diharuskan memakai tutup telinga.

30
BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Pada pengukuran kebisingan di daerah Masjid Kampus ini didapatkan


beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Kebisingan di daerah Masjid Kampus berada diatas ambang batas
yaitu 67,87 dBA. menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.48
Tahun 1996 tingkat kebisingan untuk tempat ibadah atau sejenisnya
adalah 55 dBA. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa tingkat
kebisingan di Masjid Kampus Undip berada di atas ambang batas
kebisingan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan di daerah Masjid Kampus yaitu
aktivitas manusia dan kendaraan umum, serta kurangnya vegetasi di sekitar
area daerah Masjid Kampus.
3. Penanganan yang dapat dilakukan adalah menambah pepohonan disekitar
Masjid dan pagar penghalang di sekitarnya untuk mereduksi kebisingan

6.2. Saran
1. Dalam melakukan pengukuran kebisingan sebaiknya memilih lokasi
yang cukup strategis.
2. Dalam pengambilan data kebisingan sebaiknya dilakukan secara teliti untuk
mendapatkat hasil yang optimal.

31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Prosedur Pengukuran Tingkat Kebisingan. 16 Maret 2018.
http://www.indonesian-publichealth.com/prosedur-pengukuran-tingkat-
kebisingan/

Buchari. (2007). Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. USU


Repository, 3.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:Kep-48/MENLH/ 11/ 1996


tentang Baku Tingkat Kebisingan Tanggal 25 Nopember 1996

Latief, Muhammad Syavir Dan Muhammad Fathien Azmy. 2011. Pengaruh


Pemanfaatan Landasan Pacu Baru Bandar Udara Sultan Hasanuddin
TerhadaPermukiman Di Sekitarnya.Volume 5 : Desember 2011: Jurusan Teknik
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Mediastika, Christina E. 2005. Akustika Bangunan. Jakarta: Erlangga

Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.718/MENKES/PER/XI/1987 tentang


Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi tenaga Kerja Dengan
Manfaat Lebih dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
Prabu, Putra. Pengukuran, Nilai Ambang dan Zona Kebisingan. 16 Maret 2018.
https://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/pengukuran-nilai-ambang-
dan-zona-kebisingan/

Suma’mur P.K. 1995. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta:


Gunung Agung.
Qirom,Haekal dan Delvi F.R “Teknik Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya”. Dikutip pada 16 Maret 2018.
https://www.scribd.com/doc/315730950/Makalah-Sound-Level-Meter

32
Rizka Desi Amalia, S. J. (2015). Analisis Pengendalian Kebisingan di Area Body
Minibus Perusahaan Karoseri Tahun 2015 . Jurnal Kesehatan Masyarakat,
6.

Ronald De K.E., 2003. Noise, Brain And Stress. Endocrine Regulation


SNI 7231 Tahun 2009 tentang Pengukuran Kebisingan di Tempat Kerja.

Soetirto I. 1990.Tuli Akibat Bising ( NoiseInduced Hearing Loss ). Dalam:


Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi Ke-
3.Jakarta: Balai Penerbit FK UI

Suma’mur P.K., 1996. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja,


CV. Gunung Agung, Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai