Anda di halaman 1dari 10

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengumpulan data yang

dimulai bulan Maret – Mei 2016 di Asrama Muzamzamah-Chosyi’ah Pondok

Pesantren Darul ‘Ulum Peterongan Jombang yang meliputi : gambaran umum

lokasi, karakteristik data umum meliputi: data pengetahuan, dan data mekanisme

koping pada remaja putri yang mengalami PMS.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Data Umum

5.1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Asrama Putri Muzamzamah-Chosyi’ah

Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang yang merupakan salah satu

Asrama putri di yang berada di dalam area Pondok Pesantren Darul Ulum

Jombang. Terdiri dari 1 rumah pengasuh asrama, 35 kamar santri SMP dan

SMA, 14 kamar Mahasiswi, 1 aula, ± 8 kamar mandi untuk santri SMP-

SMA dan Mahasiswi. Jumlah santri di asrama ini adalah ± 750 orang.

5.1.1.2 Karakteristik demografi responden

Responden yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

sebanyak 25 orang responden. Karakterisik responden akan ditampilkan

dalam bentuk tabel yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum

keadaan responden yaitu: umur dan pendidikan.


Tabel 5.1 Karakteristik Data Umum

Frekuensi Persentase
No Data Umum
(N) (%)
1. Umur
a. 12 tahun 15 60
b. 13 tahun 10 40

2. Pendidikan
a. SMP 25 100
b. SMA 0
Sumber: Data Primer 2016

Dari Tabel 5.1 di atas di dapatkan sebagian besar responden berumur 12

tahun yaitu sebanyak 15 (60%) responden dan sebagian kecil berumur 13

tahun sebanyak 10 (40%) responden. Sedangkan untuk pendidikan sebanyak

25 (100%) responden dalam jenjang pendidikan SMP.

5.1.2 Data Khusus

5.1.1.3 Karakteristik Pengetahuan PMS Pada Remaja Putri

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan

Frekuensi Persentase
No Pengetahuan Remaja
(N) (%)
1 Baik 2 8
2 Cukup 11 44
3 Kurang 12 48
Jumlah 25 100
Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas dapat digambarkan bahwa

pengetahuan remaja yang baik sebanyak 2 (7 %) responden, pengetahuan

remaja yang cukup sebanyak 11 (44 %) responden, pengetahuan remaja

yang kurang sebanyak 12 (48 %) responden.


5.1.1.4 Karakteristik Mekanisme Koping Pada Remaja Putri

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Mekanisme Koping

Frekuensi Persentase
No Mekanisme Koping
(N) (%)
1 Maladaptif 14 56
2 Adaptif 11 44

Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan Tabel 5.5 di atas didapatkan mekanisme koping pada

remaja putri yaitu mekanisme koping maladaptive sebanyak 14 (56 %)

responden, dan mekanisme koping adaptif sebanyak 11 (44 %) responden

5.1.1.5 Hubungan Pengetahuan dengan mekanisme koping pada remaja putri

Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan dengan mekanisme koping pada remaja


putri yang mengalami PMS di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum .

Mekanisme Koping
Total
Pengetahuan Adaptif Maladaptif
N % N % N %
1. Baik 1 4 1 4 2 8
2. Cukup 4 16 3 12 11 44
3. Kurang 6 24 10 40 12 48
Jumlah 11 44 14 56 25 100
Uji Korelasi Chi Square ρ = 0,000
Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan Tabel 5.4 sebanyak 6 responden (24%) berpengetahuan

kurang dan memiliki mekanisme koping maladaptive.

Dari hasil uji korelasi Chi Square dengan tingkat kemaknaan α< 0,05

didapatkan nilai signifikan (ρ) sebesar 0,000 yang berarti H0 ditolak H1

diterima maknanya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

mekanisme koping pada remaja putri yang mengalami premenstrual


syndrome di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Remaja Putri tentang PMS

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas didapatkan pengetahuan remaja

tentang PMS kurang yaitu sebanyak 12 responden (48%) yang diperoleh

dari hasil kuesioner pada pertanyaan nomor 5 yaitu dimana mereka tidak

paham tentang gejala fisik pada saat PMS, pertanyaan nomor 6 yaitu dimana

mereka kurang paham psikologis saat PMS, pertanyaan nomor 7 yaitu

tentang faktor yang mempengaruhi peningkatan PMS, pertanyaan nomor 8

yaitu kapan waktu terjadinya PMS dan pertanyaan nomor 10 tentang

anjuran umum menangani PMS. Pengetahuan tentang PMS baik yaitu

sebanyak 2 responden (8 %) yang diperoleh pada hasil kuesioner pada

pertanyaan pengertian PMS, factor penyebab dan yang mempengaruhi PMS.

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu dari manusia,

yang sekedar menjawab “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam

dan sebagainya. Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhdap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).. Pengetahuan responden yang kurang tentang pms

disebabkan oleh usia. Pada penelitian ini didapatkan hampir sebagian

responden berusia 12 tahun. Semakin matang usia seseorang akan dapat

memudahkan dalam menerima atau perilaku yang positif. Usia


mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikirnya seseorang.

Sedangkan informasi dapat diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal sehingga informasi tersebut dapat memberikan pengaruh dan

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan (Notoatmodjo,

2010).

Selain informasi, pendidikan juga berpengaruh terhadap

pengetahuan. Saat mengenyam pendidikan SMA, materi yang diperoleh

lebih banyak dan mendalam daripada saat di bangku SMP. Materi yang

diajarkan di SMP akan ditindaklanjuti di SMA, dan dijabarkan lebih detail.

Apalagi jika pengetahuan itu berhubungan dengan kesehatan reproduksi

remaja seperti menstruasi , keputihan, perubahan fisik, premenstrual

syndrome dan sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh Azwar (2011),

bahwasannya pendidikan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh

terhadap kemampuan individu dalam menyerap informasi yang ada.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sondang Sidabutar

(2012) yang menjelaskan bahwa pengetahuan tentang PMS sangat

dibutuhkan oleh remaja saat PMS. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan

tentang pms meliputi pengertian, penyebab, gejala yamn meliputi fisik,

psikologis dan emosional dan penanganan yang dianjurkan ketika pms

sangat penting untuk menjadi bekal remaja ketika mereka mengalami pms.

Semakin banyak informasi yang diterima dan diberikan makan semakin

banyak pula pengetahuan yang mereka dapatkan.


5.2.2 Mekanisme Koping pada Remaja Putri

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa mekanisme

koping maladaptive sebanyak 14 responden (56%) yang diperoleh dari hasil

kuesioner pada item pernyataan nomor 3 dan 8 (Denial) adalah respon

penolakan pada hal yang dialami dimana responden seakan tidak mau

menerima kenyataan saat gejala-gejala pms itu datang, pernyataan nomor 4

(Substance Use) adalah penggunaan obat-obatan dari 12 responden ada 6

responden yang menggunakan obat penurun rasa nyeri dan obat penenang

ketika pms, pernyataan nomor 16 (Behavioral Disengagement) adalah

responden merasa menyerah menghadapi gejala pms yang datang,

pernyataan nomor 26 (Self Blame) adalah responden menyalahkan dirinya

sendiri jika gejalan pms yang dialami itu datang dan pernyataan nomor 28

(Humor) adalah responden merasakan perasaan yang lebih sensitive ketika

pms datang yaitu tertawa dan menganis sendiri. Untuk mekanisme koping

adaptif sebanyak 11 responden (44%) yang diperoleh dari hasil kuesioner

pada item pernyataan nomor 1 (self distraction) adalah dimana responden

biasanya melakukan kegiatan yang bisa mengalihkan pikiran dari gejala pms

yang dialami seperti membaca buku atau beristirahat, pada item pernyataan

nomor 2 dan 7 (active coping) adalah dimana responden tetap bersikap

positif meskipun sedang mengalami gejala pms, item pernyataan nomor 5

dan 15 (Use of emotional support) adalah dimana responden lebih sering


mencari dukungan atau penghiburan dari orang lain misalanya curhat

terhadap teman dekat atau terhadap guru, pernyataan nomor 10 (Use of

instrumental support) adalah dimana responden mendapat bantuan dari orang

lain bisa saja bantuan dari pemberian ilmu pengetahuan tentang gejala pms

yang dialami sehingga responden tersebut tidak perlu khawatir jika gejala

pms muncul, pernyataan nomor 14 (Planning) adalah responden sudah

menyiapkan cara atau strategi yang akan dilakukan saat pms , pernyataan

nomor 17 (Positive Reframing) adalah responden melihat dari sudut pandang

positif tentang gejala pms yang dialami, pernyataan nomor 20 (Acceptance)

adalah responden menerima keadaan yang sedang dialaminya.

Remaja putri atau responden yang mengalami gejala PMS akan

mengalami penurunan efisiensi kegiatan di sekolah. Penurunan efisiensi

dapat berupa penurunan konsentrasi belajar, rasa malas, terganggunya

komunikasi dengan teman misalnya mudah tersinggung dan emosi tidak

terkontrol. Ini dapat terjadi baik di lingkungan sekolah maupun di rumah,

juga dimungkinkan terjadinya penurunan prestasi belajar dan peningkatan

absensi kehadiran, sehingga untuk mengatasi dampak dari PMS maka

perlunya mekanisme koping bagi remaja putri.

Mekanisme koping yang digunakan pada setiap individu menghadapi

PMS berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi dan kemampuan

menyelesaikan masalah tersebut. Setiap individu akan mengalami stres

karena adanya stimulus (stressor), dimana stimulus tersebut dapat

menimbulkan perubahan cara berfikir atau masalah (stres) yang


memerlukan cara menyelesaikan atau menyesuaikan kondisi terhadap

masalah tersebut (coping) sehingga individu dapat belajar menjadi lebih

baik atau menjadi adaptif (Rasmun, 2008). Mekanisme koping bisa saja

dipengaruhi adanya faktor pendidikan dan pengetahuan. Semakin tinggi

pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang maka akan

menghasilkan perilaku dan mekanisme koping yang baik dan juga

sebaliknya (Sunaryo, 2004).

Hal ini sesuai dengan penelitian Farming, Nasrudin dan Budu yang

menjelaskan bahwa premenstrual coping (mekanisme koping saat pms)

sangat diperlukan bagi remaja saat mengalami pms. Hal ini menunjukkan

bahwa mekanisme koping saat remaja meliputi mekanisme koping adaptif

dan maladaptive. Mekanisme koping yang baik pada remaja akan

menghasilkan mekanisme koping yang adaptif dan akan meringankan

gejala-gejala yang dialami ketika pms .

5.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Mekanisme Koping Pada Remaja Putri

di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Peterongan Jombang.

Hasil penelitian tingkat pengetahuan dihubungkan dengan

mekanisme koping pada remaja putri yang mengalami PMS menggunakan

uji Chi Square dengan tingkat signifikan α=0,005 menunjukkan α=0,000

yang berarti ada hubungan tingkat pengetahuan dengan mekanisme koping

pada remaja putri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 6

responden (24%) berpengetahuan kurang dan memiliki mekanisme koping

maladaptive sebanyak 10 responden (56%).


Pengetahuan sangat mempengaruhi dalam kehidupan, pengetahuan

yang kurang dapat mempengaruhi proses pikir, seperti halnya perasaan yang

muncul saat mengalami gejala pms yaitu cemas, bingung, sedih stress,

mudah tersinggung (Desmita,2012). Pengetahuan yang dimiliki seseorang,

apalagi bila hal tersebut berhubungan dengan dirinya dan diyakini dapat

memberikan perubahan yang positif maka individu akan berusaha untuk

menggalinya dan mengkaitkan dengan pengetahuan yang lain. Hal ini

terjadi karena kurangnya pengetahuan remaja tentang perubahan-perubahan

fisiologis yang terjadi di awal masa pubertas mereka, sehingga keluarga

harus mampu memberikan dukungan berupa informasi, emosi kepada

remaja tersebut. Pengetahuan tentang PMS sangat dibutuhkan untuk

memenuhi keingin tahuannya dalam meminimalkan kecemasan, karena

PMS akan dialami oleh semua wanita. PMS dapat menimbulkan reaksi

positif maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila mereka sudah

dipersiapkan dan mendapat informasi tentang adanya gejala-gejala pms

maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya,

tetapi bila mereka kurang mendapatkan informasi maka akan merasakan

pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, mekanisme koping

maladaptive yang paling banyak dilakukan oleh remaja putri adalah denial

yaitu mereka menolak bahwa gejala pms yang mereka alami sedang terjadi.

Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang pms yang

membuat mereka merasa cemas, sedih dan juga depresi.


Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Melani Selvia dan

Karjiyem (2014) yang menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan tentang pms dengan pengananan pms pada remaja putri

di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Hal ini terbukti bahwa pengetahuan

tentang pms akan dapat mempengaruhi penanganan pms yang juga termasuk

mekanisme koping saat remaja sedang pms. Maka semakin baik atau tinggi

pengetahuan seseorang maka akan menghasilakn mekanisme koping yang

baik atau adaptif pula.

Anda mungkin juga menyukai