18 Kejahatan Sex Revisi Mar 2010
18 Kejahatan Sex Revisi Mar 2010
KEJAHATAN SEKSUAL
Soekry Erfan Kusuma, Ahmad Yudianto
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
PENDAHULUAN
Kejahatan seksual, sebagai salah satu bentuk dari kejahatan yang menyangkut
tubuh, kesehatan dan nyawa manusia. Ilmu kedokteran khususnya Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal mempunyai peranan penting dalam upaya pembuktian
kejahatan seksual ini.
Di dalam upaya pembuktian secara kedokteran forensik, faktor keterbatasan di
dalam ilmu kedokteran itu sendiri dapat sangat berperan, demikian halnya dengan
faktor waktu.
Angka kejadian kejahatan seksual yang diantaranya ialah perkosaan, dibeberapa
kota besar di Indonesia dalam kurun waktu dua terakhir ini meningkat. Di Jakarta angka
perkosaan pada tahun 2002 naik 20,22% (tahun 2001: 89 kasus dan tahun 2002: 107
kasus), Surabaya pada tahun 2002 sebanyak 165 kasus (naik 15,5%) dan korban
meninggal akibat kejahatan seksual di Instalasi Kedokteran Forensik RSU Dr.Soetomo
tahun 1998-2002 sebanyak 3 kasus. Di Amerika Serikat angka perkosaan pada tahun
2001 (1,7%) dan tahun 2002 (2,1%) dari tindak kejahatan yang ada.
Dalam pembuktian secara Kedokteran Forensik pada setiap kasus kejahatan
seksual sebenarnya terbatas didalam upaya pembuktian ada/tidak adanya tanda
kekerasan, tanda pergumulan atau tanda persetubuhan, disamping itu perlu juga
pembuktian terhadap perkiraan umur serta pembuktian apakah seseorang itu memang
sudah pantas atau mampu untuk dikawini atau tidak.
Pada pembuktian tersebut bantuan dokter sangat diperlukan, namun harus
disadari bahwa kamampuan dokter didalam rangka membantu mengungkap kasus
kejahatan seksual sangat terbatas sekali. sehingga tidak mungkin dokter dapat
membantu mengungkap adanya paksaan dan ancaman kekerasan mengingat kedua hal
itu tidak meninggalkan bukti-bukti medik.
Dokter hanya diminta bantuannya untuk melakukan pemeriksaan terhadap
korban, suspek dan barang bukti medik tindak perkosaan, sehingga dalam pemeriksaan
tersebut dokter diharap bisa memperjelas kasus tindak pidana.
Dokter membutuhkan suatu pemeriksaan penunjang yang ada sangkut pautnya
dengan barang bukti medik.
GANGGUAN PSIKOSEKSUAL
Faktor penyebab utama pada gangguan-gangguan ini adalah faktor psikologis.
Gangguan Psikoseksual antara lain :
Parafilia
Suatu gangguan psikoseksual dimana orang yang bersangkutan lebih memilih
kegiatan yang tidak lazim daripada yang lazim. Ciri utama parafilia ialah bahwa
fantasi atau tindakan yang tidak lazim diperlukan untuk mendapatkan kepuasan
seksual. Umumnya menyangkut: (1) kecenderungan menggunakan suatu obyek
bukan manusia untuk mendapatkan kepuasan seksual atau (2) kegiatan seksual
Kejahatan Seksual
16
Fetisyisme
Sejenis pemujaan erotis yang khas tertuju pada tubuh yang disukai, pakainnya atau
benda lainnya. Ciri utama fetisyisme adalah penggunaan benda mati sebagai cara
terpilih atau ekslusif untuk mencapai kepuasan seksual. Fetisy itu dapat berupa
bagian tubuh seorang wanita seperti rambut kepala, rambut kemaluan atau pakaian
milik seorang wanita seperti BH, kaos kaki. Dan bisa berkaitan dengan seorang
tertentu yang terlibat secara akrab (intim) dengan si-fetisyis dimasa kanak-kanak.
Pada fetisyisme ringan yang bersangkutan merupakan pusat daya tarik tetapi tidak
menyelubungi sama sekali pemilik benda itu. Sedangkan pada fetisyisme sejati telah
terjadi substitusi yang sempurna (pars pro toto), fetisy menggantikan sepenuhnya
wanita pemilik benda mati itu.
Misal fetisy pada Mannikinisme dan Pygmalionisme (arca).
Beda dengan transvestisme benda mati hanya terbatas pakaian dan perhiasan sebagai
cross-dressing, sedang pada fetisyisme tidak terbatas pada pakain saja. Penggunan
benda mati seperti vibrator untuk perangsang seksual buka merupakan fetisyisme.
Penderita ini dapat dikenakan pidana sesuai pasal 362 KUHP misal mencuri BH dari
jemuran, atau pasal 1366 KUHPerdata.
Ekshibisionisme
Memperlihatkan alat kelamin pada seseorang yang tak dikenal atau yang tidak
menduga sebelumnya, untuk memperoleh kepuasan seksual tanpa disertai usaha
untuk melakukan kegiatan seksual lebih lanjut dengan orang tersebut.
Kepuasan seksual didapat dari melihat reaksi tereperanjat, takut, kagum, jijik yang
berasal dari orang yang melihatnya. Orgasme dicapai dengan melakukan masturbasi
pada waktu atau setelah kejadian itu. Gangguan ini dimonopoli kaum pria.
Jika tertangkap basah seorang ekshibisionisme dapat dipidana menurut KUHP pasal
281.
Voyeurisme
Ciri utama dari Voyeurisme/skopofilia adalah bahwa orang bersangkutan secara
berulang mengalami dorongan yang tidak terkendali untuk mengintip, seseorang
yang sedang dalam keadaan tak berbusana, sedang melepas pakaiannya, atau sedang
melakukan kegiatan seksual (Miksoskopia).
Orgasme biasanya didapat dengan masturbasi sewaktu mengintip atau kemudian
sewaktu membayangkan dalam pikirannya apa yang telah ia saksikan.
Kejahatan Seksual
17
Transvestisme
Suatu gangguan psikoseksual dimana seorang pria heteroseksual dalam fantasinya
atau sungguh-sungguh (actual) memakai pakaian wanita untuk membangkitkan
nafsu seksual dan mendapatkan kepuasan seksual.
Berbeda dengan transvestisme, pada transeksual ada keinginan untuk
menyingkirkan alat kelamin sendiri dan hidup sebagi orang dari jenis kelamin lain
dan tidak pernah terdapat kepuasan seksual dengan cross-dressing, sedangkan
transvestit mengganggap dirinya pada dasarnya seorang pria, sedangkan transeksual
yang anatomisnya laki-laki merasakan dirinya seorang wanita
Pedofilia
Suatu parafilia dimana seorang dewasa atau adolesen memperoleh kepuasan seksual
dengan melakukan kegiatan seksual bersama seorang anak pra-remaja (heteroseks
atau homoseks). Ciri utamanya adalah bahwa berbuat atau berfantasi tentang
kegiatan seksual tersebut merupakan pilihannya atau cara yang ekslusif untuk
memperoleh kepuasan seksual.
Kegiatan seksual dapat berupa memegang/mengelus alat kelamin disertai rasa cinta,
felasio, kunilingus atau pederasti (koitus per anum).
Perbuatan pedofilia diancam pida pasal 290 ayat (2) dan (3) KUHP.
Masokisme Seksual
Suatu kegiatan seksual pria atau wanita yang bersangkutan memilih atau
menggunakan secara eksklusif cara dihina/direndahkan, diikat, dipukuli atau disakiti
secara lain untuk mendapatkan kepuasan seksual yang dilakukan secara sengaja.
Kadang-kadang masokisme menyertai transvestisme, Seorang transvestit dengan
mengenakan BH, kaos kaki dan sepatu wanita menggantungkan lehernya pada jerat
sambil memandang dirinya dikaca, untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Baik pria maupun wanita dapat menderita gangguan ini namun lebih sering wanita.
Masokis pria disebut metatropist.
Sadisme Seksual
Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara :
a. Dengan sengaja menimbulkan penderitaan psikik atau fisik pada seorang partner
yang tidak menyetujuinya.
b. Merendahkan martabat partner yang menyertujuinya disertai dengan seolah-olah
atau benar-benar menimbulkan cedera ringan yang membuat partner itu
menderita.
c. Menimbulkan luka yang ekstensif, permanen, atau dapat mematikan pada
partner yang menyetujuinya.
Sadisme biasanya terdapat pada pria. Sadisme wanita disebut metatropist.
Kejahatan Seksual
18
Dalam hal hewan bersangkutan menjadi sakit atau mengalami luka karena perbuatan
tersebut, pelakunya dapat dikenakan pidana menurut KUHP pasal 302.
Koprofilia/Coprolagnia
Kepuasan seksual didapat dengan melihat atau membayangi seseorang yang sedang
buang air besar atau melihat feses. Dapat juga dilakukan anilinctus yaitu mencium
dan menjilati anus, atau memakan feses (coprophagy).
Urofilia
Melihat perbuatan membuang air seni, merasa hangatnya air seni yang disiramkan
pada tubuh, menciumi bau air seni dan mencicipinya/meminumnya membangkitkan
nafsu seksual dan dapat memberikan kepuasan
Froteurisme
Suatu parafilia dimana orang bersangkutan lebih menyukai menggosok-gosokan alat
kelaminnya pada suatu bagian tubuh orang lain untuk mendapatkan kepuasan
seksual.
Parsialisme
Disini impuls seksual atau libido terpaku pada salah satu bagian tubuh wanita.
Misal, Seorang parsialis payudara paling menyukai wanita dengan payudara yang
besar.
Troilisme
Suatu parafilia dimana tiga orang – 2 wanita dengan 1 pria atau 2 pria dengan 1
wanita – secara bersama melakukan serangkaian kegiatan parafilia, seperti felasio,
kunilingus, pederasti atau koitus yang disertai dengan beberapa kegiatan seksual
lain.
Pluralisme
Pada pluralisme serombongan orang mengadakan pesta pora seksual, tukar-menukar
istri dan hal itu mencerminkan adanya homoseksualitas laten.
Kejahatan Seksual
19
Nekrofilia
Mayat dijadikan sebagai obyek seksual. Nekrofilia tedapat dalam 2 bentuk yaitu:
1. Korban dibunuh (pembunuhan seksual) dan mayat korban segera digunakan
sebagai obyek seksual.
2. Mayat yang sudah dikubur, yang terdapat dikamar mayat atau di bangsal
anatomi dicuri digunakan sebagi obyek seksual.
Perbuatan dengan mayat dapat berupa; menciumi, memeluk dan merba tubuh mayat,
melakukan masturbasi sambil memegang payudara dan alat kelamin atau melakukan
koitus dengan mayat. Perbuatan tersebut dapat disertai dengan membuat cacat mayat
(nekrosadisme).
Vampirisme
Dalam bentuk simbolis perbuatan seorang vampir pria dapat berupa pengisapan
darah menstruasi, juga pengisapan darah yang keluar dari luka iris oleh seorang
vampri wanita untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Transeksualisme
Merupakan gangguan Identitas Jenis Kelamin, ciri utama adalah bahwa orang
bersangkutan senantiasa merasa tidak senang pada dan tidak patut dengan seks
anatomiknya. Ia senantiasa ingin membebaskan diri dari alat kelaminnya itu dan
hidup sebagi seorang dari jenis kelamin lainnya.
Hiperseksual
Minat/keinginan yang berlebihan atau patologist untuk koitus. Hiperseksualitas pada
pria disebut Satyriasis dan pada wanita disebut.
Homoseksual
Umumnya homoseksual berarti hubungan seksual antara dua orang sejenis kelamin.
Istilah lain dalam kepustakaan adalah sexual inversion, contrary sexual feeling,
urning (homoseksual pria) dan urningin (homoseksual wanita=lesbi).
Kinsley dkk telah menyusun suatu skala penderajatan heteroseksual-homoseksual
sebagai berikut :
0 : Heteroseksual semata-mata (eksklusif)
1 : Heteroseksual lebih menonjol, homoseksual hanya kadang-kadang
2 : Heteroseksual predominan, homoseksual lebih kadang-kadang
3 : Heteroseksual dan Homoseksual sama banyaknya
4 : Homoseksual predominan, heteroseksual lebih kadang-kadang
5 : Homosekaual predominan, heteroseksual hanya kadang-kadang saja
6 : Homoseksual semata-mata
Kegiatan seksual yang bisa dilakukan dalam hubungan homoseksual:
- Manual (Masturbasi)
- Oral (misal felasio)
- Anal
- Aksiler
Kejahatan Seksual
20
- Femoral
- Dildo (penis buatan)
Dalam homoseksual pria ada yang menyukai pria remaja (Ephebolphilic:Paedophilic).
Pada lesbi menyukai gadis (Parthenophilic), wanita dewasa (Gynaecophilic), wanita
tua (Graphilic) dan anak perempuan (Corophilic)
Dalam KUHP melarang dan mengancam seorang dewasa yang melakukan hubungan
homoseksual dengan seorang yang belum sampai umur, walaupun tanpa paksaan
(KUHP pasal 292). Pasal 290 (2)(3) KUHP jika seorang dewasa melakukan perbuatan
homoseksual dengan seorang yang umurnya belum 15 tahun, tanpa paksaan
PERSETUBUHAN
Oleh kalangan hukum, persetubuhan didefinisikan sebagai perpaduan antara 2
alat kelamin yang berlainan jenis guna memenuhi kebutuhan biologis yaitu kebutuhan
seksual. Perpaduan tersebut tidak harus sedemikian rupa sehingga seluruh penis masuk
kedalam vagina (Menurut Nojor). Penetrasi yang paling ringan, yaitu masuknya ujung
penis (Glans penis) diantara kedua labium mayor (bibir luar) sudah dapat dikategorikan
sebagai senggama, baik diakhiri atau tidak diakhiri dengan orgasme/ejakulasi.
Persetubuhan yang lengkap memang diawali dengan penetrasi penis kedalam
vagina, lalu diikuti dengan gesekan-gesekan antara penis dengan vagina untuk
menimbulkan stimulus (rangsangan taktil) dan kemudian diakhiri dengan ejakulasi.
Perlu diketahui bahwa sesudah ejakulasi akan terjadi fase relaksasi dan penis akan
menjadi lemas kembali sehingga tidak mungkin lagi meneruskan, kecuali sudah melalui
fase interval yang relatif lama.
Persetubuhan yang legal (tidak melanggar hukum) adalah yang dilakukan
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Wanita tersebut adalah istri sah (sesuai UU No 1/74 tentang perkawinan) dan
ada izin (consent) dari wanita yang disetubuhi.
2. Wanita tersebut sudah cukup umur, sehat akalnya, tidak sedang dalam keadaan
terikat perkawinan dengan orang lain dan bukan anggota keluarga dekat .
Kejahatan Seksual
21
PERKOSAAN
Perkosaan ialah tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan istrinya
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Bertolak dari pengertian ini seorang suami
tidak dapat dipidana karena menyetubuhi istrinya dengan paksa.
Pasal 285 KUHP:
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan
dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun
Kejahatan Seksual
22
Benda-benda lain yang dibuang atau tertinggal ditempat kejadian seperti puntung
rokok, kotak rokok, korek api, rambut kepala, sidik jari dan lain-lain harus
diperiksa, karena benda-benda tersebut bisa memperkuat bukti.
Juga perlu dilakukan pemotretan tempat kejadian dan tanda-tanda penting yang
ditemukan serta mencari keterangan yang tinggal atau berada dekat tempat kejadian.
Pemeriksaan medis untuk korban perkosaan pada umumnya dilakukan secara berurutan
yaitu sebagai berikut : - anamnesa
- pemeriksaan fisik
- laboratorium
Anamnesa.
Anamnesa merupakan yang tidak dilihat dan tidak ditemukan oleh dokter, jadi
bukan hasil pemeriksaan obyektif. Oleh karena itu, anamnesa tidak dimasukkan dalam
visum et repertum.
Anamnesa dibuat terpisah dan dilampirkan pada visum et repertum dibawah kalimat
“keterangan yang diperoleh dari korban”.
Kejahatan Seksual
23
Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan ini dokter diharapkan untuk melaksanakan pemeriksaan
secara teliti guna mendapatkan data-data seobyektif mungkin sehingga mendapatkan
suatu kesimpulan yang akurat. Sehingga diharapkan adanya kerja sama yang baik antara
dokter dan penyidik.
Pemeriksaan fisik pada korban berbagai kejahatan seksual kurang lebih sama.
Dalam pemeriksaan fisik meliputi pencarian adanya tanda kekerasan dan tanda
persetubuhan/pergumulan. Tanda-tanda atau kelainan yang ada pada tubuh korban perlu
dicatat serapi-rapinya, apa yang tidak dicatat dalam status klinik berarti tidak pernah
diperiksa atau dikerjakan.
Pemeriksaan fisik korban terdiri dari
1. Pemeriksaan baju korban.
Pada pemeriksaan baju korban, diperhatikan apakah:
- Ada yang hilang
- Ada robekan-robekan
- Ada kancing yang hilang
- Ada bekas-bekas tanah, pasir, lumpur, bahan lain
- Ada noda darah
- Ada noda sperma
2. Pemeriksaan tubuh korban dibagi atas:
a. Pemeriksaan tubuh korban secara umum.
Setiap korban perkosaan mutlak diperlukan pemeriksaan yang teliti
guna menemukan beberapa hal yang menjadi unsur tindak pidana tersebut
yaitu unsur unsur persetubuhan dan kekerasan.
Berdasarkan bukti-bukti medik yang ditemukan akan dapat
disimpulkan kebenaran terjadinya senggama. Hanya saja, apakah senggama
dilakukan dengan paksaan atau tidak. Sangat mustahil dokter dapat
menyimpulkannya sebab bukti medik antara senggama dengan paksa dan
tidak dengan paksa tidak ada bedanya. Bukti-bukti medik juga dapat
Kejahatan Seksual
24
Tanda-tanda kekerasan
Sebenarnya yang dimaksud dengan kekerasan adalah tindakan pelaku yang
bersifat fisik dan dilakukan dalam rangka memaksa korban agar dapat
disetubuhi. Kekerasan tersebut dimaksud untuk menimbulkan ketakutan atau
untuk melemahkan daya lawan korban.
Pada pemeriksaan dicari tanda-tanda bekas kekerasan pada tubuh korban
berupa: goresan, garukan, gigitan serta luka lecet maupun luka memar dan
ini dapat dicari pada:
Daerah sekitar mulut sewaktu korban dibungkam
Daerah sekitar leher sewaktu korban dicekik
Pergelangan tangan, lengan, sewaktu korban disergap.
Payudara sewaktu digigit atau diremas-remas
Sebelah dalam paha sewaktu korban dipaksa untuk membuka kedua
tungkainya
Punggung sewaktu korban dipaksa tidur ditanah.
Kejahatan Seksual
25
Tanda-tanda persetubuhan.
Persetubuhan merupakan peristiwa dimana terjadi penetrasi penis kedalam vagina,
penetrasi tersebut dapat lengkap atau tak lengkap dengan atau tanpa disertai
ejakulasi.
Tanda-tanda langsung.
- Robeknya selaput dara akibat penetrasi penis
- Lecet atau memar akibat gesekan-gesekan penis
- Adanya sperma akibat ejakulasi
Tanda-tanda tidak langsung :
- Terjadinya kehamilan
- Terjadinya penularan penyakit kelamin
Kejahatan Seksual
26
Kejahatan Seksual
27
Kejahatan Seksual
28
Pemeriksaan Kehamilan
Untuk mengetahui adanya kehamilan dilakukan dengan memeriksa adanya HCG
dalam urine. Setelah persetubuhan membutuhkan waktu yang lama agar kadar
HCG dapat memberi hasil reaksi yang positif.
Tujuannya adalah mengetahui apakah korban hamil sebelum / sesudah terjadi
perkosaan.
Bahan pemeriksaan: Urine
Kejahatan Seksual
29
Pemeriksaan bahan lain dari tubuh korban yang dapat dipakai sebagai
petunjuk.
a. Pemeriksaan Toksikologi
Tujuan pemeriksaan toksikologi untuk mengetahui apakah korban sebelum
terjadi perkosaan telah diberi obat-obatan yang dapat menurunkan
kesadaran. Pada pemeriksaan ini diperlukan darah dan urine dari korban.
Bahan pemeriksaan: darah dan urine
Metode : - TLC
- Mikrodiffusi, dsbnya.
Hasil yang diharapkan:
Adanya obat yang dapat menurunkan atau menghilangkan kesadaran
b. Pemeriksaan substansi golongan darah dari cairan semen.
Penentuan golongan darah A,B,O dari cairan semen dengan
menggunakan teknik absorbsi inhibisi atau absorbsi eliminasi. Untuk
menentukan golongan darah pemerkosa dari cairan semen yang ditemukan
divagina kadang-kadang tidak sulit asal korban mempunyai golongan darah
yang berbeda dengan pemerkosa tersebut.
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menyingkirkan seorang pria
tertentu atau menunjang bukti lain yang melibatkan seorang pria.
Bahan pemeriksaa: Cairan vaginal yang berisi air mani dan darah.
Metode : - Serologi (ABO grouping test)
- Hasil yang diharapkan : golongan darah dari air mani berbeda
dengan golongan darah korban.
- Pemeriksaan ini hanya dapat dikerjakan bila tersangka pelaku
kejahatan termasuk golongan “secretor”.
Kejahatan Seksual
30
Kejahatan Seksual
31
KESIMPULAN
- Persetubuhan yang legal adalah yang dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
- ada ijin dari wanita yang disetubuhi
- wanita tersebut sudah cukup umur, sehat akalnya, tidak sedang terikat
perkawinan dengan oarng lain dan bukan anggota keluarganya.
- Tehnologi DNA merupakan cabang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal dan
Medikolegal yang baru, ilmu ini melengkapi dan menyempurnakan berbagai
pemeriksaan identifikasi personal pada kasus-kasus: mayat tidak dikenal,
pembunuhan, perkosaan serta paternitas.
Perbuatan Cabul
Kejahatan Seksual
32
dengan kata-kata tidak sadar, tidak ingat, sedang kata tidak berdaya berarti tidak
bertenaga atau sangat lemah, kata diketahuinya adalah rumusan dolus atau sengaja.
Dari beberapa petikan undang-undang diatas dapat dikelompokkan empat
macam persetubuhan di luar pernikahan yang dilarang dan diancam pidana penjara yaitu
perzinahan (pasal 284 KUHP), perkosaan (pasal 285 KUHP), persetubuhan dengan
wanita yang pingsan (pasal 286 KUHP), dan persetubuhan dengan wanita yang
umurnya kurang dari lima belas tahun (pasal 287 KUHP).
Pada perzinahan persetubuhan dilakukan dengan persetujuan si wanita yang
bersalah atau turut bersalah dalam tindak pidana itu. Sedang pada tiga yang lainnya
dilakukan tanpa persetujuan si wanita. Wanita yang pingsan tidak dapat memberikan
persetujuan. Persetujuan dari wanita yang tidak berdaya dan wanita yang umurnya
kurang dari lima belas tahun dianggap tidak sah, sehingga dianggap tidak ada.
Selaput dara yang utuh dapat dibagi tiga berdasarkan bentuk dan tepi
lubangnya :
1. Bentuk teratur dan tepi teratur utuh.
a. Hymen annularis: Lubang bundar di tengah atau eksentris di segmen
anterior.
b. Hymen semilunaris (Falciforme): Lubang di segmen posterior dan berbentuk
seperti bulan sabit.
c. Hymen labiiformis: Lubang berbentuk celah yang berjalan dari anterior ke
posterior dengan bibibr-bibir selaput dara di kedua sisinya.
2. Bentuk teratur dan tepi tak teratur.
Bentuk lubang bisa annular, semilunar atau labiiformis, tetapi tepi lubang
menunjukkan celah-celah (defek konginental) yang dangkal atau dalam, jika
banyak maka tergantung dari sifat celahnya. Selaput dara yang tampak terbelah-
belah disebut hymen lobatus, tampak bergerigi disebut hymen dentatus, sedang
yang tampak berumbai-rumbai disebut hymen fimbriatus. Jika celah-celahnya
sampai pada dasar, sehingga selaput dara tampak terbagi dalam sejumlah jelabir
dan disebut hymen colloriformis.
3. Bentuk teratur dan tepi teratur atau tidak teratur.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah selaput dara yang atipis (atypical),
karena lubangnya tidak ada, atau lebih dari satu, atau tidak merupakan satu
kesatuan.
a. Hymen imperforatus: selaput dara tidak berlubang.
b. Hymen bipartitus atau hymen septus: terdapat dua
lubang dengan sekat diantaranya.
c. Hymen partim septus: septrum antara kedua
lubang tidak merupakan satu kesatuan, tetapi terdiri dari dua jelabir selaput
yang saling berhadapan.
d. Hymen multiplex atau hymen colloriformis:
selaput dara terdiri dari banyak jelabir.
e. Hymen cribrosus: selaput dara berlubang banyak.
Kejahatan Seksual
33
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
SPERMATOZOA
1. Tanpa Pewarnaan
Tujuan: untuk memeriksa adanya spermatozoa yang bergerak.
Cara: cairan / lendir yang diambil dari vagina dan cervix diletakkan diatas obyek
glass yang sebelumnya telah diletakkan 1 tetes larutan NaCl 0,9%. Dengan
mikroskop pembesaran 400 – 500x dan kondensor rendah diperiksa adakah
spermatozoa yang bergerak.
Dalam waktu 2 – 3 jam setelah persetubuhan masih didapatkan spermatozoa yang
bergerak dalam vagina. Haid memperpanjang waktu itu yaitu antara 3 – 4 jam.
Kejahatan Seksual
34
2. Dengan Pewarnaan
Pewarnaan yang dapat dilakukan antara lain: Papanicolaou, Giemsa, HE, dan
Methylen blue. Malachite green adalah pewarnaan yang sederhana dan baik untuk
pemeriksaan forensik.
Cara pewarnaan Malachite green:
Bahan dibiarkan mengering di udara pada obyek glass kemudian fiksasi dengan
api.
Selanjutnya pulas sediaan dengan larutan malachite green 1% (dalam air) selama
10 – 15 menit.
Bilas dengan air.
Pulas dengan larutan eosin yellowish 1% selama 1 menit.
Bilas dengan air, kemudian keringkan.
Hasil: Basis kepala Spermatozoa berwarna merah keunguan ( purple ), dan bagian
ujungnya berwarna merah muda (pink), sedang ekornya berwarna
kehijauan.
BERCAK SEMEN
Pemeriksaan dimulai dengan melakukan pencarian (screening) terhadap seluruh
permukaan benda (pakaian, sprei, karpet ,dll) pada daerah yang mungkin mengandung
semen. Pemeriksaan yang dpat dilakukan antara lain:
1. Taktil: Seluruh permukaan diraba dengan jari jemari atau tangan, pada tekstil yang
tidak menyerap teraba sedikit kaku atau kasar permukaannya bila terdapat bercak
semen.
2. Visual: Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak semen yang segar menunjukkan
permukaan tekstil mengkilat dan translucen, sedang pada tekstil yang menyerap
dapat tidak berwarna atau kekelabu-labuan.
3. Sinar UV: Bercak semen menunjukkan flourosensi putih. Cara ini tidak begitu
memuaskan, karena bercak semen pada bahan nylon dan sutra tidak berflourosensi,
dan hasil positif juga terjadi pada deterjen, sekret vagina dan bahan urin.
4. Reagen asam fosfatase: Sehelai kertas saring dibasahi dengan air, kemudian
diletakkan pada bahan yang diperiksa dan ditekan selama 5 – 10 menit, selanjutnya
disemprot dengan reagen asam fosfatase. Hasil positif bila terbentuk warna violet
dalam waktu 30 detik – 2 menit.
Pembuatan reagen asam fosfatase:
a.Buffer: 90 ml aquades ditambah 10 gr NaCl, 0,5 ml glacial acetic acid, 1,5 gr
sodium acetate unhydrous, 0,5 ml teepol.
b. Larutankan 50 mg Naphthyl ortho phosphatase dalam 25ml buffer (a)
c.Larutankan 50 mg diazo blue B ( O-Dianisidine ) dalam 25 ml buffer (a)
d. Campurkan (b) dan (c) dan tambahkan sisa buffer (a)
e.Simpan campuran ini setelah disaring dalam botol gelap pada suhu 40C
5. Test Spot Zink: Prinsip sama dengan test Asam fosfatase hanya timbul warna merah
muda setelah disemprotkan reagen Spot Zink pada bercak semen.
Reagen Spot Zink:
10 mg 1-(2-pyridylazo)-2-naphtol (sigma Chem.) dilarutkan dalam 2 ml Triton X-
100 (Aldrich Chem.)dan dicampur dengan 98 ml 0.5 M larutan Tris (6 g tris
Kejahatan Seksual
35
DAFTAR PUSTAKA
Lee Henry C. Robert E. Gaenslen: “Advances in Forensic Sciene” vol I, Foster City,
California, 1985.
Eckert William G, Stuart H. Janes: “Interpretation of Bloodstain Eviden Crime Scems”
Elsevier New York, Amsterdam, London, 1989.
Hamdani , N. “ Ilmu Kedokteran Kehakiman “. Gramedia 1990.
Idris, AM “Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal dan Medikolegal”
Binarupa Aksara 1997.
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia th 1997.
Knight B.” Simpson’s Forensic Mediene “Arnold Int. Student’s 1997.
Dahlan S.” Ilmu Kedoktreran Forensik “ Balai Penerbit Undip 2000.
Mulyatno. “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana “, Bumi Aksara Jakarta, 1994.
Eckert,W.G: Introduction to Forensic Sciences ,CRC Press London 1997.
Kejahatan Seksual