Anda di halaman 1dari 2

Tujuan:

Menentukan besar muatan elementer partikel elektron


(Menentukan nilai elemneter e dalam sebuah tetesan minyak dengan perangkat
eksperimen yang tersedia. Nilai muatan elementer adalah 1,60217653 x 10-19 C)

A. Latar belakang
Pengukuran muatan elementer telah diupayakan oleh Thompson sejak
berhasil menentukan nilai e/m untuk electron. Dalam eksperimennya, Thompson
menggunakan “kamar kabut” (cloud chamber) temuan C.T.R.Wilson. Tetapi
Thompson gagal. Dia tidak dapat menemukan jejak-jejak tetes air bermuatan
seperti yang diharapkan untuk menentukan muatan elementer. Namun demikian,
dalam percobaan tersebut, Thompson mengamati keberadaan tetes-tetes air di
sekitar ion bermuatan yang membentuk semacam kabut. Dari kabut ini,
Thompson mengukur muatan total Q setelah melewatkannya pada sebuah
kapasitor. Kabut ion tersebut akan menyebabkan terjadinya pegosongan muatan
pada kapasitor yang dilaluinya. Thompson kemudian menentukan jumlah N
tetesan dalam kabut tersebut dengan membagi volume total air dalam kabut
dengan volume satu tetesan. Hasilnya memberikan nilai rata-rata muatan per
tetesan, Q/N, yang kemudian diambil sebagai nilai hasil pengukuran muatan
elementer.
Metode Thompson kemudian diperbaiki oleh H.A. Wilson dengan cara
melakukan pengukuran dua jenis kecepatan yaitu keceatan ke bawah akibat berat
tetesan dan kecepatan ke atas akibat pengaruh medan listrik. Dari kedua
pengukuran kecepatan ini, Wilson menentkan massa dan muatan tetesan. Untuk
mengukur kecepatan tetesan, Wilson mengamati puncak kabut tetesan yang tajam.
Wilson menemukan bahwa dengan adanya medan listrik, terdapat dua atau
bahkan tiga puncak kabut yang bergerak dengan kecepatan yang bervariasi. Ini
berarti terdapat tetesan yang mengandung satu, dua, dan lebih muatan elementer.
Dalam masa perkembangan inilah, pada tahun 1907 Robert Andrews
Milikan dan L. Begeman memulai penelitiannya pada topic yang sama.
Bersamaan Begeman, Milikan membuat perangkat yang sama dengan kamar
kabut Wilson. Tetapi dengan sebuah baterai berdaya tinggi yang dimilikinya saat
itu, Milikan dapat menghasilkan medan listrik yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan percobaan sebelumnya. Medan listrik yang besar ini sangat membantu
dalam mengaati tetesan air tunggal, bukan dalam bentuk kabut tetesan. Pada tahun
1909, Milikan akhirnya mempublikasikan hasil pengukuran muatan fundamental
yang didasarkan atas pengamatan tetesan air bermuatan ini. Walaupun Milikan
megklaim telah mengeliminasi setiap kesalahan yang mungkin akibat evaporasi
dengan mengamati tetesan yang berada dalam kesetimbangan dengan gas yang di
sekelilingnya, belakangan diketahui bahwa tetesan seperti itu tidak dapat
diperoleh secara reliable. Dari sinilah muncul ide untuk mengganti air dengan
minyak. Milikan selanjutnya bekerja sama dengan Harvey Fletcher, seorang
mahasiswa pascasarjana bimbingannya yang lain, dalam eksperimen tetesan
minyak ini.
Pada tahun 1910 Milikan pertama kali mempublikasikan hasil pengukuran
yang dilakukannya bersama Fletcher. Tetesan minyak dihasilkan dengan
menggunakan atomizer, sebuah alat yang dikenalkan oleh J.Y,Lee dua tahun
sebelumnya di Laboratorium Ryerson untuk studi gerak Brownian. Dalam
makalah itu, Milikan menulis, “Tuan Harvey Fletcher dan saya, yang telah bekerja
bersama-sama dalam eksperimen ini sejak Desember 1909 telah mempelajari tetes
minyak ini antara bulan Desember dan Mei sebanyak satu hingga dua ribu tetesan
minyak yang memiliki muatan mula-mula antara 1 dan 150, dan kami lakukan
dengan berbagai jenis zat, seperti minyak, raksa, dan gliserin, dan dalam setiap
kasus kami temukan bahwa muatan dari sebuah tetesan sebenarnya merupakan
sebuah perkalian dari nilai muatan terkecil yang kami ketahui muatan tersebut
berasal dari udara yang ditangkap oleh tetesan.

Anda mungkin juga menyukai