REPUBLIK INDONESIA
BIRO PERENCANAAN
SEKRETARIAT KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Daftar Isi
1. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 3
2. Kondisi Eksisting ................................................................................................................................... 5
2.1. Umum .......................................................................................................................................... 5
2.2. Sumber Data ............................................................................................................................... 8
3. Tujuan dan Manfaat............................................................................................................................... 8
3.1. Tujuan Kegiatan........................................................................................................................... 8
3.2. Manfaat Kegiatan......................................................................................................................... 9
4. Kebutuhan Sistem ............................................................................................................................... 10
4.1. Kebutuhan Umum ...................................................................................................................... 11
4.2. Kebutuhan Detail ....................................................................................................................... 12
5. Persyaratan ......................................................................................................................................... 14
6. Ruang Lingkup Dashboard .................................................................................................................. 15
7. Pembangunan Dan Implementasi ....................................................................................................... 16
7.1. Penyedia Jasa ........................................................................................................................... 16
7.2. Spesifikasi Tenaga Ahli ............................................................................................................. 16
8. Fasilitas Penunjang ............................................................................................................................. 19
9. Kriteria Penyelesaian Pekerjaan.......................................................................................................... 19
9.1. Kriteria Umum ............................................................................................................................ 19
9.2. Uji Terima Pekerjaan ................................................................................................................. 19
10. Hak Kepemilikan.................................................................................................................................. 19
11. Lokasi Kegiatan ................................................................................................................................... 20
12. Nama Dan Satuan Kerja Pejabat Pembuat Komitmen ........................................................................ 20
13. Sumber Pembiayaan ........................................................................................................................... 20
14. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan .......................................................................................................... 20
15. Jadwal Penugasan Personil ................................................................................................................ 21
2
1. Latar Belakang
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang perekonomian, antara lain pengembangan ekonomi daerah dan sektor riil.
Dalam menjalankan tugas tersebut terdapat beberapa isu strategis yang dihadapi, antara lain :
a. Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stagnan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi 5% dalam 5
(lima) tahun terakhir, cukup tinggi akan tetapi cukup jauh dari target nasional sekitar rata-rata 7%
maupun upaya untuk menghindari middle income trap.
b. Pembangunan Infrastruktur yang pesat, tidak diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sampai dengan Juli 2019, terdapat 47 proyek yang sudah selesai (Rp 278 T); 26 proyek, 1
Program Ketenagalistrikan, dan 1 program pemerataan ekonomi dalam tahap konstruksi dan mulai
beroperasi (Rp 1.337 T); 5 proyek dalam tahap konstruksi dan akan beroperasi di 2019 (Rp 306 T);
dan 65 proyek dalam tahap konstruksi dan akan beroperasi setelah 2019 (Rp 660 T).
c. Ketimpangan pembangunan antara pulau Jawa dan non-Jawa. Pulau Jawa masih merupakan
kontributor utama penyumbang andil pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan sektor industri di
Indonesia.
Untuk mencapai target pertumbuhan yang tinggi, isu strategis sebagaimana disampaikan pada butir b
di atas, sangat penting untuk dicarikan solusinya. Dalam skala yang lebih kecil pada tingkat
provinsi, isu strategis dimaksud menarik untuk diteliti lebih jauh. Pada Provinsi Jawa Tengah
misalnya, secara nasional, Jawa Tengah mempunyai arti strategis bagi perekonomian,
sebagaimana ditunjukan di dalam infografis 1.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan dari 5,23% pada tahun 2016,
menjadi 5,62% pada triwulan II – 2019. Perkembangan terakhir ini cukup menggembirakan
mengingat pada saat yang sama pertumbuhan ekonomi secara nasional tumbuh sekitar 5,05%.
Jawa Tengah juga merupakan kontributor utama dari kinerja sektor industri secara nasional,
dengan kontribusi mencapai 12, 77% ketiga tertinggi setelah Jawa Barat dan Jawa Timur dengan
kontribusi masing-masing sebesar 24,31% dan 19,20%. Sementara itu Pertumbuhan sektor industri
mengalami tren penurunan secara konsisten sejak tahun 2014, tumbuh sebesar 6,61%, menjadi
hanya sebesar 3,64% pada triwulan II – 2019. Sejalan dengan hal tersebut di atas, kontribusi
sektor industri pada PDRB Jawa Tengah juga terus mengalami penurunan, dari 35,67% di tahun
2014 menjadi sekitar 34% pada triwulan II – 2019. Hal ini sungguh ironi di tengah masifnya
pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah.
Peran dari pembangunan infrastruktur terhadap perekonomian telah diperdebatkan dalam
literatur sejak era ekonomi pembangunan klasik. Rosenstein-Rodan (1943), Nurkse (1952), dan
3
Hirschman (1957) mengklaim signifikannya peran positif infrastruktur terhadap perekonomian, dengan
alasan bahwa investasi infrastruktur merupakan kebutuhan substantif sebelum jenis investasi lainnya.
Aschauer (1989) mendukung peran positif infrastruktur dalam analisis pembangunan ekonomi,
dimana infrastruktur dapat meningkatkan konektivitas, produktivitas dan mendorong perkembangan
sektor industri. Lebih jauh, menurut Meersman dan Nazemzadeh (2017) pembangunan infrastruktur
utamanya sektor transportasi dan logistik dapat menghasilkan lapangan kerja dan nilai tambah yang
besar.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Kemenko Bidang Perekonomian, salah satu
permasalahan terjadinya gap antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan infrastruktur
yang dilakukan adalah konektivitas yang tercipta antara pusat-pusat pertumbuhan seperti kawasan
industri /kluster produksi pangan dengan proyek-proyek strategis nasional maupun sarana dan
prasarana yang dibangun oleh Kementerian/ lembaga atau pun pemerintah daerah.
4
Pada analisis yang dilakukan untuk pembangunan Bandara Kertajati dan pembangunan
Kawasan Industri di Jawa Barat misalnya, pembangunan Bandar Udara Kertajati yang baru
dibangun tidak dapat melayani potensi perpindahan penumpang karena tidak terkoneksi dengan
infrastruktur-infrastruktur pendukungnya. Sementara pada kasus kedua, konektivitas berjalan baik,
sehingga peningkatan aktivitas ekonomi terlihat nyata pada pembangunan Kawasan Industri di Kota
Surabaya dan Gresik.
Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa pembangunan infrastruktur sudah optimal dan
memberikan dampak bagi masyarakat, dalam ruang lingkup sebagai faktor konektivitas, perlu
dilakukan penguatan strategi yang lebih terintegrasi dan monitoring berbasis teknologi informasi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan sinergi yang kuat pada semua stakeholder baik di
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Dalam konteks dimaksud, kegiatan ini menjadi tugas dari Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian sesuai dengan amanat Instruksi Presiden nomor 7 tahun 2017 tentang Pengambilan,
Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Tingkat Kementerian Negara dan
Lembaga Pemerintah, untuk menilai dan memberikan pertimbangan bagi Menteri dan Kepala
Lembaga dalam setiap perumusan, penetapan dan pelaksanaan setiap kebijakan yang bersifat
strategis dan mempunyai dampak luas kepada masyarakat.
2. Kondisi Eksisting
2.1. Umum
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi diberbagai bidang, terdapat terminologi
yang dikenal dengan Dashboard Management System. Sistem ini mempunyai beberapa
manfaat, yaitu:
a. Fungsi Monitoring
Fungsi ini digunakan untuk menampilkan kondisi riil dari key performance indicator yang
dimonitor. Pada masing-masing KPI diterapkan threshold yang menentukan batas suatu
kondisi baik sedang buruk. KPI yang ditampilkan diantaranya Produk Domestik Bruto (PDB)
termasuk pertumbuhan masing-masing sektor, Nilai Tukar, Inflasi, Expor, Impor, Investasi,
Current Deficit Account (CAD), Defisit APBN, dan Harga Minyak. Fungsi Monitoring
dikombinasikan dengan visualisasi mapping untuk melihat indikator pertumbuhan ekonomi
masing-masing sektor di tiap daerah saat ini ataupun secara fundamental jangka panjang.
b. Predictive Analytics
Fungsi ini digunakan untuk menampilkan kondisi yang dapat dicapai pada kurun waktu
tertentu berdasarkan realisasi pencapaian target sampai dengan periode waktu berjalan.
5
Analisa digunakan untuk mengukur apakah setiap proyek telah terlaksana/terbangun dan
apakah pembangunannya dilakukan tepat waktu sesuai target untuk setiap tahapan
sehingga menjadi realistis untuk menjamin setiap tahapan pembangunan. Analisa tersebut
di mapping berdasarkan tempat sebenernya untuk melihat pola klaster/jenis perekonomian
berikut alur ekonomi yang terjalin untuk dipadukan dengan kebijakan dan ekonomi yang
mendominasi di daerah tersebut.
STRENGTHS OPPORTUNITIES
1. Pembangunan infrastruktur 1. Arahan presiden untuk
yang masif dilakukan di Jawa meningkatkan konektifitas
Tengah. proyek infrastruktur pada
2. Inpres 7 Tahun 2017, perintah sumber-sumber
agar Kemenko menkoordinir pertumbuhan di daerah.
kegiatan yang bersifat strategis, 2. Perkembangan Dashboard
lintas kementerian. Management System yang
dapat digunakan untuk
melakukan monitoring baik
indikator ekonomi maupun
berbagai akfititas yang
menjadi prioritas.
3. Amanat Perpres Nomor 95
Tahun 2018.
6
Tahun 2017 untuk mencapai Management System.
pertumbuhan ekonomi dan 3. Keduanya dipergunakan untuk
industri yang tinggi. mencapai pertumbuhan
ekonomi dan industri yang
tinggi.
Dengan kerangka analisis menggunakan SOAR tersebut di atas, maka dapat diformulasikan
solusi permasalahan menjadi “dengan penguatan strategi terintegrasi serta pemanfaatan sistem
monitoring dan pengendalian berbasis teknologi informasi (Dashboard Management System)
diharapkan optimalisasi pembangunan infrastruktur dapat ditingkatkan dalam mendorong
pertumbuhan sektor industri”.
Dalam membangun sistem monitoring tersebut diperlukan dukungan dari Kementerian dan
Lembaga lain. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat sebagai instansi yang mempunyai kewenangan dalam merumuskan kebijakan
pembangunan infrastruktur wilayah. Dukungan yang diberikan adalah memberikan input data terkait
proyek infrastruktur yang sudah dibangun maupun sedang dalam proses pembangunan berupa
progres dan realisasi anggarannya sebagai salah satu indikator dalam sistem monitoring tersebut.
Selain itu, dukungan dari Direktorat Angkutan Jalan, Kementerian Perubungan sebagai instansi
yang berperan dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan terkait perhubungan darat serta
melaksanakan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan transportasi darat. Dukungan
yang diberikan adalah memberikan input data terkait jalur logistik yang berperan dalam
pengembangan kawasan industri.
7
2.2. Sumber Data
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengelola sumber-sumber data dari
berbagai macam sumber data baik internal maupun eksternal seperti Kementerian
Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian PUPR,
Kementerian Kominfo, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pendidikan, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Pertahanan, Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Bea Cukai, Ditjen Pajak,
Bapepam-LK, Bank Indonesia, BKPM, BPS, PLN, Asosiasi, Bloomberg, CEIC dan sumber data
lain yang tersedia.
Disadari bahwa efektifitas dan efisiensi waktu, biaya dan tenaga menjadi sangat penting,
maka penyediaan sistem datawarehouse dengan sebuah database yang memadai mutlak
diperlukan. Selain itu, perlu ditopang oleh aplikasi Dashboard Management System yang
mampu memberikan sajian informasi yang realtime dan akurat serta mempermudah para analis
dalam melakukan analisa secara tepat dan cepat.
8
3.2. Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk Kemenko
Perekonomian, namun juga untuk stakeholders lainnya. Penerima manfaat pada pada
pelaksanaan kegiatan ini antara lain :
1) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Secara esensi, kegiatan ini dapat membantu di dalam merumuskan langkah-langkah
koordinasi dan proses debottlenecking yang diperlukan dalam mencapai sasaran
pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan sektor industri.
Secara organisasi, kegiatan ini membantu untuk menyiapkan/melatih organisasi
Keasdepan Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil serta Keasdepan Moneter
dan Neraca Pembayaran agar senantiasa adaftif terhadap perubahan/tantangan
terutama di dalam merespon permintaan/kebutuhan dari stakeholder serta mempunyai
budaya yang kuat sebagai organisasi pembelajaran (learning organization).
2) Bappenas
Sebagai alat untuk mengindentifikasi/merumuskan kebijakan yang dapat dimasukan di
dalam dokumen perencanaan, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka
panjang serta tool yang dapat dipergunakan untuk melakukan memonitor pencapaian
sasaran pembangunan nasional.
3) Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sebagai alat untuk mengidentifikasi
dan merumuskan kebijakan pembangunan infrastruktur wilayah sekaligus alat untuk
monitoring progress pembangunan infrastruktur.
4) Direktorat Angkutan Jalan
Kementerian Perhubungan. Sebagai alat untuk mengidentifikasi dan merumuskan kebijakan
terkait transportasi perhubungan darat sekaligus alat monitoring dan evaluasi jalur-jalur
yang menghubungakn dengan infrastruktur yang dibuat.
5) Bank Indonesia
Melalui kegiatan ini, dapat terbangun sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan Bank Indonesia dalam rangka menjalankan amanat Rapat Koordinasi Nasional
(Rakornas) Pengendalian Inflasi tahun 2019 untuk melaksanakan optimalisasi
pembangunan infrastruktur pertanian untuk mendorong stabilitas harga komoditas pertanian
dapat terlaksana.
9
6) Pemerintah Daerah
Kegiatan/kebijakan ini dapat membantu pemerintah daerah dalam proses penyelesaian
kerangka umum pembiayaan infrastruktur daerah dengan mengoptimalkan APBD dan
sumber-sumber pembiayaan infrastruktur lainnya. Diharapkan dapat terbangun infrastruktur
daerah yang terintegrasi dengan proyek infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah pusat.
Dalam jangka menengah-panjang diharapkan kebijakan yang dihasilkan dari kegiatan ini
mampu menekan ketimpangan antar daerah dan meningkatan laju pertumbuhan ekonomi
seluruh daerah, melalui pertumbuhan sektor industri di daerahnya.
7) Masyarakat
Dengan meningkatnya pertumbuhan sektor industri di daerah, maka diharapkan tersedia
lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan. Melalui peningkatan konektivitas, diharapkan biaya distribusi barang
antar daerah menjadi lebih rendah dan mendorong efisiensi serta kestabilan harga.
4. Kebutuhan Sistem
Pengembangan Sistem Monitoring Analisa dan Pengendalian Terpadu (Smarter) Berbasis
Teknologi Informasi Untuk Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur dalam Mendorong Pertumbuhan
Sektor Industri adalah suatu bagian dari sistem yang lebih besar. Sistem ini tidak akan
menghasilkan keluaran yang berguna apabila tidak mendapat pasokan data yang akurat, bersih dari
kesalahan dan tepat waktu. Pasokan data ini berasal dari sumber-sumber data seperti yang telah
disebutkan di bagian 5.2. Sumber-sumber data tersebut harus diambil secara realtime maupun
berkala oleh suatu alat bantu, dan selanjutnya dimasukkan secara otomatis ke dalam Data
Warehouse (gudang data). Di dalam Data Warehouse, data-data mentah ini kemudian
ditransformasikan ke dalam Data Mart yang mendukung penyajian informasi berbasis dashboard
aplikasi yang dapat didownload ke dalam format excel, pdf dan lainnya.
10
SISTEM MONITORING DAN ANALISIS PEREKONOMIAN TERPADU (SMARTER)
DATA WAREHOUSE A
KEMENTERIAN KOORDINATOR A
Data Mart BIDANG PEREKONOMIAN A
Economic Intelligence
PERSISTANCE STAGING
STAGING
11
2. Tersedianya infrastruktur datawarehouse sebagai penunjang penyimpanan data yang akan
dibangun.
3. Kemampuan untuk melakukan Monitoring dan Analisa Data.
4. Kemampuan untuk menampilkan data dalam bentuk standard report, Ad Hoc Report.
5. Kemampuan untuk menampilkan data dalam bentuk visualisasi, What If Analysis
(Dashboard).
6. Alert system dengan media aplikasi berbasis web, email dan memungkinkan SMS.
7. Tersedianya template penyiapan data, sehingga dapat digunakan oleh para analis untuk
membuat model dengan business question yang berbeda.
12
DATA WAREHOUSE KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
13
c) Visualisasi dashboard dengan mengedepankan analisa What if analysis.
E. Alert System
a) Menampilkan data yang dianggap kritis berdasarkan parameter threshold yang dinamis.
b) Media penyampaian menggunakan web dan email.
F. Ad Hoc & Standard Report
a) Menampilkan laporan-laporan hasil analisa/query data.
b) Media pelaporan yang bersifat periodik atau sesuai kebutuhan.
c) Analis dapat melakukan generate laporan sesuai dengan kebutuhan.
G. Web Collaboration
a) Media untuk menampung seluruh kegiatan aktifitas analisa, reporting, dashboard, alert
system.
b) Media global seluruh aktifitas kegiatan Pengembangan Sistem Monitoring dan
Pengendalian Berbasis Teknologi Informasi Untuk Optimalisasi Pembangunan
Infrastruktur dalam Mendorong Pertumbuhan Sektor Industri.
H. License & Support
a) Seluruh hasil pengembangan Data Warehouse dan Pengembangan Sistem Monitoring
dan Pengendalian Berbasis Teknologi Informasi Untuk Optimalisasi Pembangunan
Infrastruktur dalam Mendorong Pertumbuhan Sektor Industri menjadi milik Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dengan unlimited users.
b) Mendapatkan support penuh dari penyedia jasa selama masa pengembangan dan
pemeliharaan.
5. Persyaratan
a) Seluruh aplikasi yang dibangun berbasis web menggunakan bahasa pemrograman PHP dan
Framework Laravel dengan versi yang kompatibel dengan environment web server Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian.
b) Basis data dibangun menggunakan RDBMS yang kompatibel dengan environment DBMS server
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
c) Konsep Business Intelegent (BI) yang digunakan harus menggunakan tools yang familiar di
pasaran sehingga tidak ada ketergantungan terhadap penyedia jasa tertentu.
d) Memilki security system untuk mengatur kewenangan akses.
14
6. Ruang Lingkup Dashboard
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diatas, maka akan dikembangkan dashboard sistem
monitoring dan analisis perekonomian terpadu. Dalam dashboard tersebut akan menampilkan mulai
dari:
a. Perkembangan indikator makro yakni PDB, inflasi, nilai tukar, ekspor, impor, investasi, CAD,
defisit APBN, dan harga minyak dunia secara time series baik tahunan hingga bulanan
(disesuaikan dengan waktu penerbitan data) yang didalamnya terdapat media Early Warning
Sistem sebagai deteksi dini indikasi penurunan/kenaikan antar data.
b. Perkembangan Ekonomi Sektoral yang merupakan turunan Produk Domestik Bruto (PDB).
Perkembangan ekonomi sektoral memuat data dari Tahun Dasar sebagai kerangka yang lebih
kuat untuk mengukur profile perekonomian dalam jangka panjang. Perkembangan Ekonomi
Sektoral meliputi sektor antara lain :
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Real Estate
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R,S,T,U. Jasa lainnya
PRODUK DOMESTIK BRUTO
PDRB per Daerah
c. Pemetaan Ekonomi Spasial Sektor seluruh sektor di atas untuk seluruh wilayah di Indonesia.
Ekonomi Spasial merupakan salah satu turunan kewilayahan dari PDB sehingga perlu ditinjau
lebih dalam perkembangannya. Peninjauan seluruh Sektor diharapkan dapat mengakomodir
kepentingan analisis jangka pendek maupun jangka panjang untuk mengukur basis ekonomi
fundamentalnya.
15
d. Pemetaan lokasi pembangunan infrastruktur yang telah dibangun oleh Pemerintah Pusat/Daerah
sebagai bagian penguatan ekonomi di Jawa Tengah sebagai sampel data pada sistem yang
dibangun. Konektivitas mulai dari PSN, Program Reguler K/L, Proyek Pemprov, Proyek
Pemkot/Pemkab, Kawasan Industri, Industri Existing, Kereta Api, dan Kapasitas Jalan di Jawa
Tengah. Adapun informasi yang ditampilkan bukan hanya terkait nama, lokasi, nilai, dan sumber
pendanaan proyek saja, namun juga capaian proyek. Berkaitan dengan capaian proyek tersebut,
diharapkan terdapat perbedaan warna yang dapat menunjukan indikator capaiannya. Pemetaan
data tersebut dapat membentuk (salah satunya) sebuah kesinambungan antara sebaran sektor
industri existing dengan lokasi pembangunan infrastruktur oleh pemerintah, berikutnya dapat
melihat seberapa besar/ bagaimana pola pergerakan alur distribusi barang yang akan berkaitan
dengan analisis biayanya.
16
dalam pengembangan Data Warehouse dan Aplikasi Dashboard maupun aplikasi lainnya di
pemerintah, perbankan dan industri jasa keuangan lainnya sekurang-kurangnya 8 (delapan)
tahun. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh
kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan selama masa projek sampai
dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
2. Business Analyst – 1 orang
Bisnis analis disyaratkan seorang, yang disyaratkan sekurang-kurangnya setara Strata Satu
(S1) lulusan perguruan tinggi negeri/swasta/luar negeri, berpengalaman dalam
pelaksanaaan pekerjaan di bidang Business Analysis pembangunan sistem aplikasi dalam
pengembangan Data Warehouse dan Aplikasi Dashboard maupun aplikasi lainnya di
pemerintah, perbankan dan industri jasa keuangan lainnya sekurang-kurangnya 7 (Tujuh)
tahun. Sebagai bisnis analis, tugas utamanya adalah membuat analisa-analisa bisnis yang
dihadapi dan yang akan dikembangkan ke dalam Pengembangan Sistem Monitoring dan
Pengendalian Berbasis Teknologi Informasi Untuk Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur
dalam Mendorong Pertumbuhan Sektor Industri selama masa proyek sampai dengan
pekerjaan dinyatakan selesai.
3. System Analyst – 1 orang
Sistem analis yang disyaratkan adalah sekurang-kurangnya setara Strata Satu (S1) lulusan
perguruan tinggi negeri/swasta/luar negeri, berpengalaman dalam pelaksanaaan pekerjaan
di bidang Analisa dan penyusunan alur proses pembangunan sistem aplikasi dalam
pengembangan Data Warehouse dan Aplikasi Dashboard maupun aplikasi lainnya di
pemerintah, perbankan dan industri jasa keuangan lainnya sekurang-kurangnya 7 (Tujuh)
tahun.
4. Database Specialist – 1 orang
Database Specialist yang disyaratkan sekurang-kurangnya setara Strata Satu (S1) lulusan
perguruan tinggi negeri/swasta/luar negeri, berpengalaman dalam pelaksanaaan pekerjaan
di bidang desain dan pengembangan database pembangunan sistem aplikasi dalam
pengembangan Data Warehouse dan Aplikasi Dashboard maupun aplikasi lainnya di
pemerintah, perbankan dan industri jasa keuangan lainnya sekurang-kurangnya 6 (Enam)
tahun.
5. Data Warehouse Specialist – 1 orang
Data Warehouse Specialist yang disyaratkan adalah sekurang-kurangnya setara Strata
Satu (S1) lulusan perguruan tinggi negeri/swasta/luar negeri, berpengalaman dalam
pelaksanaaan pekerjaan di bidang pengembangan ETL pembangunan sistem aplikasi
17
dalam pengembangan Data Warehouse dan Aplikasi Dashboard maupun aplikasi lainnya di
pemerintah, perbankan dan industri jasa keuangan lainnya sekurang-kurangnya 6 (Enam)
tahun
6. Application Specialist – 4 orang
Application Specialist yang disyaratkan sekurang-kurangnya setara Strata Satu (S1) lulusan
perguruan tinggi negeri/swasta/luar negeri, berpengalaman dalam pelaksanaaan pekerjaan
di bidang pemrograman dalam pembangunan sistem aplikasi dalam pengembangan Data
Warehouse dan Aplikasi Dashboard maupun aplikasi lainnya di pemerintah, perbankan dan
industri jasa keuangan lainnya sekurang-kurangnya 5 (Lima) tahun.
7. Dashboard Specialist – 2 orang
Dashboard Specialist yang disyaratkan sekurang-kurangnya setara Strata Satu (S1) lulusan
perguruan tinggi negeri/swasta/luar negeri, berpengalaman dalam pelaksanaaan pekerjaan
di bidang desain pembangunan sistem aplikasi dalam pengembangan aplikasi dashboard
maupun aplikasi lainnya di pemerintah, perbankan dan industri jasa keuangan lainnya
sekurang-kurangnya 5 (Lima) tahun.
8. UI/UX Designer – 1 orang
UI/UX Designer yang disyaratkan sekurang-kurangnya setara Strata Satu (S1) lulusan
perguruan tinggi negeri/swasta/luar negeri, berpengalaman dalam pelaksanaaan pekerjaan
di bidang design yang kreatif dan dinamis dalam pembangunan sistem aplikasi dalam
pengembangan Data Warehouse dan Aplikasi Dashboard maupun aplikasi lainnya di
pemerintah, perbankan dan industri jasa keuangan lainnya sekurang-kurangnya 5 (Lima)
tahun.
9. Quality Assurance – 1 orang
Quality Assurance yang disyaratkan sekurang-kurangnya setara Strata Satu (S1) lulusan
perguruan tinggi negeri/swasta/luar negeri, berpengalaman dalam pelaksanaaan pekerjaan
di bidang pengujian sistem aplikasi dalam pengembangan Data Warehouse dan Aplikasi
Dashboard maupun aplikasi lainnya di pemerintah, perbankan dan industri jasa keuangan
lainnya sesuai dengan standar best practise pengembangan aplikasi sekurang-kurangnya 4
(Empat) tahun.
10.Technical Writer – 1 orang
Technical Writer yang disyaratkan sekurang-kurangnya setara Strata Satu (S1) lulusan
perguruan tinggi negeri/swasta/luar negeri, berpengalaman dalam pelaksanaaan pekerjaan
di bidang penyusunan dokumen pembangunan sistem aplikasi dalam pengembangan Data
18
Warehouse dan Aplikasi Dashboard maupun aplikasi lainnya di pemerintah, perbankan dan
industri jasa keuangan lainnya sekurang-kurangnya 3 (Tiga) tahun.
8. Fasilitas Penunjang
Lingkungan tempat bekerja yang berhubungan dengan workstation, telepon domestik, line fax, dan
barang-barang yang dapat dihabiskan (kertas, toner tinta dan lain-lain) harus disediakan dan
menjadi tanggung jawab penyedia jasa. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hanya
menyediakan ruangan kerja dan jaringan internet.
19
11. Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jl. Lapangan Banteng
Timur No. 2 – 4 Jakarta Pusat 10710.
WAKTU (BULAN)
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 1 Thn
1 User Requirement
2 Design System
II Tahap Development
3 Development
4 Unit Test
IV Tahap Deployment
8 Stress Test
10 BAST
11 GARANSI
20