Anda di halaman 1dari 28

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL

DENGAN METODE GRANUL BASAH

Disusun oleh :

1. Ely Noperda PO.71.39.1.18.090 RPL


2. Hermayuti PO.71.39.1.19.098 RPL
3. Mardiana PO.71.39.1.19.108 RPL
4. Mariatol Adna PO.71.39.1.19.109 RPL
5. Novita PO.71.39.1.19.116 RPL
6. Zulkipli PO.71.39.1.19.133 RPL

Kelas : RPL

Dosen Pembimbing :
Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti,Apt,M.Kes

Nilai Paraf

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE


GRANULASI BASAH

I. Tujuan
Mahasiswa mampu membuat sediaan tablet dengan Acetaminofen sebagai zat
berkhasiat secara granulasi basah.

II. Teori
1. Pengertian tablet
Tablet merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan
dari segi formulasi. Beberapa keuntungan sediaan tablet diantaranya ialah
sediaan lebih kompak, biaya pembuatannya lebih murah, dosisnya tepat, mudah
pengemasannya, sehingga penggunaannyalebih praktis jika dibandingkan
dengan sediaan lain. Tablet dibuat dari bahan aktif dan bahan tambahan yang
meliputi bahan pengisi, penghancur, pengikat dan pelicin(Lachman et al, 1994)

2. Jenis sediaan tablet


A. Berdasarkan prinsip pembuatan
1. Tablet Kempa atau Tablet Kempa Standar , dibuat dengan cara
pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul
menggunakan pans/cetakan biasa.
2. Tablet Kempa Ganda
Tablet dalam kategori ini biasanya dibuat untuk salah satu dari kedua
alasan, yaitu untuk memisahkan secara fisika atau kimia bahan-bahan
yang tidak dapat bercampur, atau untuk menghasilkan produk dengan
kerja ulang atau produk dengan kerja yang diperpanjang.
B. Berdasarkan tujuan penggunaan
1. Tablet Aksi Diperlama dan Tablet Salut Enterik
Bentuk sediaan tablet aksi diperlama dimaksudkan untuk melepas obat
sesudah penundaan beberapa lama, atau setelah tablet melalui satu
bagian saluran cerna ke bagian lainnya.
2. Tablet Salut Gula dan Tablet Salut Cokelat
Peranan utama kedua tablet salut ini untuk mendapatkan bentuk obat yang
menarik, mengkilap, serta mudah untuk menelannya, memberi rasa atau
untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau
bahan obat.

3. Tablet Kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah di mulut sebelum ditelan dan
bukan untuk ditelan utuh. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk
memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan
mudah kepada anak-anak atau orang tua, yang mungkin sukar menelan
obat utuh.
4. Tablet Buccal dan Sublingual
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diletakkan di dalam mulut, agar
dapat melepaskan obatnya sehingga diserap langsung oleh selaput lendir
mulut. Kedua jenis tablet ini biasanya kecil dan rata, diletakkan di antara
pipi dalam dengan gigi (tablet buccal), atau dibawah lidah (tablet
sublingual). Obat-obat yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar
memberikan efek sistemik
5. Troches dan Lozenges (Tablet Isap)
Penggunaan kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk memberi efek lokal
pada mulut atau kerongkongan. Bentuk tablet ini umumnya digunakan
untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada
influenza.
6. Dental Cones
Dental cones merupakan suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang
untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan
gigi.
C. Tablet yang Diberikan dengan Cara Lain
 Tablet Implantasi (Tablet Depo)
Tablet ini dimaksudkan untuk ditanam di bawah kulit manusia atau hewan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan efek obat dalam jangka waktu yang
lama, berkisar dari satu bulan sampai satu tahun.
 Tablet Vaginal
Tablet ini dimaksudkan agar dapat larut secara perlahan-lahan, dan
melepaskan obat yang terkandung di dalamnya ke rongga vagina.

D. Tablet yang Digunakan untuk Membuat Larutan


 Tablet Effervescent
Tablet effervescent dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara cepat
dengan menghasilkan CO2 secara serentak
 Tablet Dispensing
Tablet ini dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume
tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu
larutan obat dengan konsentrasi tertentu.
 Tablet Hipodermik
Tablet hipodermik dilarutkan dalam air steril untuk injeksi untuk disuntikkan
di bawah kulit.
 Tablet Triturasi
Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, dibuat dengan cetakan
atau dibuat dengan kompresi, dan biasanya mengandung sejumlah kecil
obat keras. Tablet triturat ini digunakan untuk memberikan jumlah terukur
yang tepat untuk peracikan obat.

3. Kriteria tablet
Kriteria umum dalam sediaan tablet sebagai berikut : (Agoes, 2008)
a. Disolusi obat optimal sesuai dengan ketentuan spesifikasi / farmakope.
b. Ketersediaan hayati sesuai dengan tujuan penggunaan (pelepasan segera
atau modifikasi).
c. Ketelitian dan keseragaman kandungan obat dalam setiap takaran.
d. Stabilitas ; termasuk stabilitas bahan aktif ; formulasi tablet secara
menyeluruh, waktu hancur, kecepatan dan jumlah bahan aktif terdisolusi dari
tablet untuk jangka tunda.
e. Penerimaan pasien, sedapat mungkin produk jadi harus berpenampilan
menarik, termasuk warna, ukuran, rasa, dan lain sebagainya sehingga secara
maksimal dapat diterima pasien dan mendorong pasien untuk mengikuti
ketentuan penggunaan obat.
f. Manufakrutabilitas
Rancangan formulasi memungkinkan untuk memproduksi bet obat secara
efisien, ekonomis, praktis selama produksi dan reproduksibel.

4. Keuntungan dan kerugian tablet


a. Keuntungan
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,
yaitu :
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan
pengemasan, penyimpanan danpengangkutan).
2. Mengandung zat aktif yang tepat.
3. Sediaan tablet adalah kering sehingga zat aktif lebih stabil.
4. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah yang besar dengan volume
yang kecil.
5. Tablet sangat cocot untuk zat aktif yang sulit larut air.
6. Pelepasan zat aktif dapat diatur.
7. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutup rasa dan bau
yang tidak enak.
8. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana dan cepat sehingga biaya
produksinya lebih rendah.
9. Pemakaian oleh penderita lebih mudah (Lachman et al, 1994).
b. Kerugian
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai beberapa
kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan).
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
 Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
 Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup
besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau
kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus
diformulasi sedemikian rupa).
 Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,
atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban
udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan
kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet
jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling
banyak dijumpai di perdagangan.

5. Metode pembuatan tablet


Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi
basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan
sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan
dibuat tablet.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :

A. Granulasi Basah
Yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel
yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang
tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini
biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas
(Lachman et al, 1994).
 Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik.
2. Meningkatkan kompresibilitas.
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai.
4. Mengontrol pelepasan.
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
6. Distribusi keseragaman kandungan.
7. Meningkatkan kecepatan disolusi.
 Kekurangan metode granulasi basah :
1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
2. Biaya cukup tinggi.
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.

 Langkah-langkah dalam metode granulasi basah :


1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan
Bahan aktif, pengisi, penghancur ditimbang sesuai yang dibutuhkan,
bahan pengisi biasanya laktosa, kaolin, manitol, amylum, gula bubuk.
2. Pembuatan granulasi biasa
Agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper ke dalam
cetakan mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah
campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir ke dalam
cetakan disebut granulasi.
3. Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul
Umumnya granulasi basah ditekan melalui ayakan no 6 atau 8, lalu
disalurkan kedalam fludbeddriers dibuat granul dengan menekankan
pada alat yang dibuat berlubang-lubang.
4. Pengeringan
Kebanyakan granul dikeringkan dalam area pengering dengan system
sirkulasi udara dan pengendalian temperatur, pada metode ini granul
dikeringkan pada keadaan tertutup dan diputar-putar sambil dialirkan
udara yang hangat, pada proses ini campuran serbuk yang akan dibuat
granul diubah menjadi larutan atau suspensis dan disemprotkan,
dikeringkan dalam fluidizedbed untuk menghasilkan granul yang
seragam dan mudah mengalir.
5. Pengayakan kering
Setelah dikeringkan granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang
lebih kecil dari yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli.
6. Pencampuran bahan pelicin
Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelicir kering ditambahkan
ke dalam granul.
7. Pembuatan tablet dengan kompresi
Cara kerjanya memasukkan granul ke dalam ruang cetakan dan
dikempa oleh kedua gerakan punch atas dan die bawah (Ansel, 1989).
B. Granulasi Kering
Disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien
dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang
selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih
besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat
granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya
didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif
yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau
zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban (Lachman et al,
1994).
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi.
2. Zat aktif susah mengalir.
3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab.
 Keuntungan cara granulasi kering adalah:
1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan
pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan
waktu.
2. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.
 Kekurangan cara granulasi kering adalah:
1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.
2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan
terjadinya kontaminasi silang.

C. Metode Kempa Langsung


Yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif
dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya,
namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya,
serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.

 Keuntungan metode kempa langsung yaitu :


1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit.
2. Lebih singkat prosesnya, karena proses yang dilakukan lebih sedikit
maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih
singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak
tahan lembab
4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati
proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa
langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari
granul ke partikel halus terlebih dahulu.
 Kerugian metode kempa langsung :
1. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif
dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang
selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat
aktif di dalam tablet.
2. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar
memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi
pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan
laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa
langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama
pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif
dalam granul terganggu.
3. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan
harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik;
kohesifitas dan adhesifitas yang baik.

6. Formula Tablet
R/ Zat berkhasiat :
Pengisi
Pengikat
Penghancur
Pelincir
Zat tambahan :
Pewarna
Penambah rasa
Penyalut
Pembasah

7. Bahan Tambahan Tablet


a. Bahan Pengisi
Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan untuk
membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya tablet yang
mengandung zat aktif dengan dosis kecil memerlukan zat pengisi yang banyak.
Jika dosis besar maka pengisi sedikit atau tidak sama sekali.
Contoh zat pengisi :
1. Avicel (mikrokristalin selulosa)
2. Kalsium sulfat trihidrat
3. Kalsium fosfat dibasic
4. Laktosa
5. Sukrosa
6. Dekstrosa
7. Manitol
8. Emdex dan Celutab (Lachman Industri)

b. Adsorben
Manfaat adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika tablet
basah maka tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja menyerap lelehan zat
aktif.
Adsorben harus memiliki titik leleh yang tinggi. Dengan titik leleh tinggi setelah
terjadi lelehan pertama akan terbentuk massa yang bertitik leleh lebih tinggi.
Contoh: Avicel, Bolus alba, Kaolin, bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat,
Aerosil.

c. Pengikat
 Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
 Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth, gelatin).
 Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa, etilselulosa,
hidroksipropilselulosa.
 Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit membutuhkan
bahan.
1. Amilum pragelatinasi
2. Gelatin
3. Larutan akasia
4. PVP
5. Selulosa
a. Metil selulosa
b. CMC Na
c. Etil selulosa
d. Polivinil alkohol

d. Flavour (Lachman Industri)


 Digunakan untuk tablet kunyah.
 Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering, biasanya
sebagai fasa luar, sedangkan yang cair ditambahkan dengan menyemprotkan
ke dalam massa cetak.
 Flavour yang digunakan adalah bentuk flavour oil yang diabsorbsikan ke
adsorben.
 Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75%.

e. Disintegran (Penghancur)
Fungsi : untuk memecah tablet
Cara pakai : saat granulasi dan sebelum dicetak (paling baik).
1. Starch (amylum)
2. Starch 1500
3. Sodium starch glycolate (primogel, explotab)
4. Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol)
5. Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum)
6. Clays.
7. Alginat (asam alginat dan Na-alginat)

f. Lubrikan
Konsentrasi optimum : 1%
 Fungsi : sebagai eksipien untuk menghilangkan gesekan/friksi saat
pengempaan dan penarikan tablet ke luar cetakan.
 Jenis:
Water soluble: banyak digunakan untuk tablet larut air seperti
tablet/serbukeffervescent.
Water insoluble: paling banyak dan digunakan konsentrasi rendah.
 Mekanisme:
Fluid type lubricant
Membentuk lapisan cair antara massa cetak dengan logam cetakan.
Dapat meninggalkan noda pada tablet.
Dengan berinteraksi antara gugus polar lubrikan dengan molekul pada
permukaan logam. Tipe ini memiliki adheren terhadap cetakan lebih baik.
 Lubrikan dapat menyebarkan tekanan saat pengempaan dan
meningkatkan bobot jenis partikel secara keseluruhan.
 Semakin kecil ukuran granul, dibutuhkan lubrikan yang semakin banyak.
 Secara umum lubrikan dapat memperlama waktu hancur tablet dan
menurunkan kecepatan disolusi karena sifatnya yang hidrofob.
 Perhatian: aspirin tidak stabil dengan adanya senyawa alkaline, misalnya
lubrikan alkalin stearat. Penggantinya dapat digunakan talk..
 Lubrikan carbowax seringkali diberikan dalam bentuk larutan alkohol.
 Ketika lubrikan ditambahkan saat granulasi, mereka akan membentuk
lapisan di sekitar granul sehingga dapat mengurangi kerusakan tablet
setelah dikempa. Pembentukan lapisan ini juga akan menyebabkan tablet
menjadi labih berpori, elastik, mudah melar, dan memberikan hasil tablet
yang lebih besar sehingga tablet mudah pecah.
 Lubrikan seringkali ditambahkan secara kering ketika semuanya telah
homogen, dan dicampur pada 2-5 menit akhir dari total waktu
pencampuran 10-30 menit.
 Metode penambahan lubrikan di akhir (sebagai fasa luar-setelah granul
dibentuk) memberikan hasil yang lebih baik terhadap kekerasan tablet
dan kemudahannya untuk dikeluarkan dibandingkan dengan metode
penambahan lubrikan saat dilakukan granulasi.
 Sebagai lubrikan tunggal, Mg-lauril sulfiat pada konsentrasi yang lebih
rendah dapat dikombinasi dengan Mg-stearat.
Water soluble lubricant Water insoluble lubricant
Asam borat : 1%
Logam (Mg, Ca, Na) stearat : ¼-2%
Sodium chlorid : 5% Asam stearat : ¼-2%
DL-Leusine :1-5% Sterofex : ¼-2%
Carbowax 4000/6000 : 1-5% Talk : 1-5%
Sodium oleat : 5% Waxes: 1-5%
Sodium benzoat : 5%
Stearowet :1-5%
Sodium asetat : 5%
Sodium lauril sulfat : 1-5% dapat pula sebagai pengikat,
Mg-lauril sulfat : 1-2% dikombinasi dengan Mg-stearat
Sodium benzoat + sodium asetat: 1-5%

g. Glidan
 Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni.
 Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati untuk zat
aktif yang penguraiannya dikatalisis oleh Fe.
1. Cab-O-Sil : 5-10%
2. Corn starch : 5-10%
3. Aerosil : 1-3%
4. Talk : 1-5%
5. Syloid : 0,1-0,5%

h. Anti Adheren
 Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien adalah DL-
Leusine.
 Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis tinggi
karena cenderung terjadi picking.
1. Talk : 1-5%
2. Logam stearat : <1%
3. Cab-O-Sil : 0,1-0,5%
4. Syloid : 0,1-0,5%
5. Corn starch : 3-10%
6. DL-Leusine : 3-10%
7. Na-lauril sulfat : <1%

6. Kontrol Kualitas
a. Pemeriksaan Sebelum tabletting
Merupakan pemeriksaan pada masa granul basah dan kering.
b. Pemeriksaan Selama dan setelah Tabletting
1. Penampilan Umum (organoleptis)
2. Keseragaman kadar zat aktif
3. Keragaman Bobot
4. Kekerasan tablet (Hardness)
5. Kerapuhan Tablet (friability)
6. Waktu Hancur (disintegration time)
7. Kecepatan Kelarutan (dissolution)

III. Tinjauan Zat Berkhasiat


1. Penggunaan Acetaminophen
Paracetamol adalah jenis obat yang termasuk kelompok analgesik atau
pereda rasa sakit. Obat ini dipakai untuk meredakan rasa sakit ringan hingga
menengah. Obat ini juga bisa dipakai untuk menurunkan demam. Dianjurkan
untuk mengonsumsi paracetamol sebanyak 500 mg hingga 1 gram tiap 4-6 jam
sekali.
Paracetamol mengurangi rasa sakit dengan cara mengurangi produksi zat
dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin adalah unsur yang
dilepaskan tubuh sebagai reaksi terhadap rasa sakit. Paracetamol menghalangi
produksi prostaglandin, sehingga tubuh menjadi tidak terlalu fokus pada rasa
sakit. Paracetamol juga bekerja dengan memengaruhi bagian otak yang
berfungsi mengendalikan suhu tubuh. (Obat-Obat Penting
Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-Efek Sampingnya)

2. Efek Samping
Tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah.
Pada penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati dan
pada dosis diatas 6 gram mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversible.
Pada dosis diatas 10 gram persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-
metabolit mengikat diri pada protein dengan gugusan –SH di sel sel hati dan
terjadilah kerusakan irreversible. Dosis diatas 20 gram berefek fatal (Obat-Obat
Penting Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-Efek Sampingnya)

3. Kelebihan Dosis
Dapat menimbulkan a.l. mual, muntah dan anoreksia. Penanggulangannya
dengan cuci lambung, disamping perlu pemberian zat penawaran (asam-amino
N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah
intoksikasi. (Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-Efek
Sampingnya)
4. Mekanisme Aksi

Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim


siklooksigenase (COX: cyclooxigenase), dan penelitian terbaru menunjukkan
bahwa obat ini lebih selektif menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas
antipiretik dan analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah karena
dibatasi beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar peroksida dapat
lokasi inflamasi. Hal lain, karena selektivitas hambatannya pada COX-2,
sehingga obat ini tidak menghambat aktivitas tromboksan yang merupakan zat
pembekuan darah.

5. Farmakologi Zat Berkhasiat


Derivat-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin yang dahulu banyak
digunakan sebagai analgeticum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari
peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya
analgetis dan antipiretis, tetapi tidak anti radang. Resorpsinya dari usus cepat
dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-nya ca 25%, Plasma t½-nya 1-
4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini
diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang dieksresi dengan kemih
sebagai konjugat-glukuronida dan sulfat (Obat-Obat Penting
Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-Efek Sampingnya)

6. Farmakodinamika
 Efek Kejang dan Parkinson
Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan
syaraf pusat. Semua analgesik perifer memiliki khasiat sebagai antipiretik
yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan
rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan
vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai
keluarnya banyak keringat. Misalnya parasetamol, asetosal, dll. Dan
berkhasiat pula sebagai antiinflamasi , anti radang atau antiflogistik. Anti
radang sama kuat dengan analgesik, digunakan sebagai antinyeri atau
rematik contohnya asetosal, asam mefenamat, ibuprofen. Anti radang yang
lebih kuat contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja serentak
sebagai anti radang dan analgesik contohnya indometazin.
 Efek Analgetik
 Sebagai Antitusivum (Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-
Efek Sampingnya)

IV. Preformulasi Zat Berkhasiat dan Tambahan


1. Acetaminophen
Acetaminophen adalah zat aktif atau zat berkhasiat yang digunakan
dalam formula farmasi dimana khasiat dari acetaminophen adalah analgetik dan
antipiretikum. Acetaminophen berbentuk serbuk atau hablur yang berwarna
putih, memiliki rasa pahit tetapi tidak memiliki bau. Acetaminophen memiliki
kelarutan yang agak sukar larut dalam air sehingga dibutuhkannya pelarut
seperti alcohol atau pensuspensi lainnya, acetaminophen memiliki pH dalam
larutan 5-7.
2. Magnesium Stearat(Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition hal
404-407)

Magnesium stearate sangat baik, putih bercahaya, endapan atau gilingan,


serbuk ringan dari bobot jenis besar yang rendah, dan rasa yang ciri khas.
Serbuk berminyak untuk disentuh dan mudah menempel pada kulit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air; sedikit
Larut dalam benzene panas dan etanol panas (95%).
Suhu lebur : 117–1500C.Berat Jenis : 0.159g/cm3. OTT dengan asam kuat, basa,
dan garam iron. Hindari campuran dengan bahan oksidator kuat. Magnesium
stearate tidak bisa digunkan pada produk yang mengandung aspirin, beberapa
vitamin, dan kebanyakan garam alkaloidal.
Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan : Magnesium stearate stabil dan harus
disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat yang sejuk, tempat
kering.Kegunaan : Lubrikan ¼-2
3. Kolidon (FI Ed III Hal 698)
Cairan tidak berwarna sampai kuning pucat,bau khas.Jarak didih tidak
kurang dari 95 % tersuling pada suhu antara 167° - 172° . indeks bias 1,498 –
1,561.memiliki bobot 0,915 g – 0,918 g per ml.
4. Lactosa (FI Ed III Hal 338)
Serbuk hablur,putih,tidak berbau,rasa agak manis.Kelarutan : Larut dalam
6 bagian air,larut dalam 1 bagian air mendidih,Sukar larut dalam etanol (95%)
P,Praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Keasaman-kebasahan pH larutan 10 % b/v 4,0 sampai 6,5.Penyimpanan dalam
wadah tertutup baik.Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan.
5. Aquadest (FI III Hal 96)
Cairan jernih,tidak berwarna,tidak berbau,tidak mempunyai rasa.BM
18,02 . Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

V. FORMULASI
 Formula Acuan

Sumber : Pharmaceutical Technology of BASF Excipient

 Usulan formula
Acetaminophen 500 mg
Polivinil Pirolidon (PVP) I 4%
Polivinil Pirolidon (PVP) II 3,33 %
Magnesium Stearat 1%
Pewarna Strawberry q.s
Aquadest q.s
Lactosa Monohidrat ad 200 mg

 Perhitungan Bahan

Direncanakan Bobot 1 tablet = 600 mg


Dibuat sebanyak = 100 tablet + 20 tab

= 120 tablet

1. Acetaminofen = 500 x 120 Tablet = 60.000 mg

2. Kolidon I = x 600 x 120 = 2.880 mg

3. Kolidon II = x 600 x 120 = 2.398 mg

4. Magnesium Stearat = x 600 x 120 = 720 mg

5. Aquadest = q.s
6. Lactosa Monohidrat = 600 x 120 (60.000 + 2.880 + 2.398 + 720 )
= 72.000 – 65.998 = 6002 mg

 Penimbangan Bahan
1. Acetaminofen = 60.000 mg
2. Kolidon I = 2.880 mg = 3000 mg
3. Kolidon II = 2398 mg = 2400 mg
4. Magnesium Stearat = 720 mg = 700 mg
5. Aquadest = q.s
6. Lactosa Monohidrat = 6.002 mg = 6.000 mg

 Alat dan Bahan

Alat Bahan

Stamper Mortir Acetaminofen

Ayakan Beaker gelas Lactosa Monohidrat


Batang pengaduk Sudip Kolidon
Gelas Ukur Erlenmeyer Magnesium Stearat

Botol tablet Neraca gram Pewarna Strawbery

Anak timbangan Sendok plastik Aquadest

Kertas perkamen Penutup botol

 Pembuatan
1. Keringkan Granul
2. Campurkanlah Massa I (kolidon 1 air )
3. CampurkanAcetaminophen dan lactosa (Massa II)
4. Campurkan Massa I , Massa II ,
5. Keringkan, dan ayak dengan mesh no 12
6. Campurkan dengan Massa III (Kolidon 2 dan Magnesium Stearat)
7. kempa tablet dengan kekuatan tekanan yang tinggi (20 KN) dengan mesin
pemutar.
8. Masukkan kedalam botol dan beri penandaan

VI. Hasil Evaluasi dan Pembahasan


1. Evaluasi Granul
a. Granulometri
Granulometri adalah analis ukuran dan repartisi granul (penyebaran
ukuran-ukuran granul). Dalam melalukan analisis granulometri disunakan
susunan pengayak dengan berbagai ukuran mesh terbesar dileetakan
paling atas dan di bawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin
kecil
Caranya:
1. Timbang 100 gr granul
2. Letakan granul pada pengayak paling atas
3. Geratkan mesin 5-30 ment, tergantung dari ketahan granul pada
getaran
4. Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
5. Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak
Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran
granul. Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda. Granulometri
berhubungan dengann sifat aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan.
Aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul mengkuti kurva distribusi
normal.

Hasil :

b. Kecepatan Alir
Waktu aliran adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah
granul melalui bang corong yang diukur dalam sejumlah zat yang mengalir
dalam sewaktu-waktu tertentu. Untuk 10 gram granul waktu alirnya tidak
boleh lebih dari 1 detik. Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot
tablet. Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah
pemeriksaan laju alirnya.
Rumus :
Kecepatan alir = w/t
Dimana w = massa granul (g)
t =waktu (detik)
Untuk mengukur laju alir adalah dengan menghitung waktu yang dibutuhkan
sejumlah granul untuk dapat bebas melewati corong (Voight, 1994)
Tabel Laju Alir Terhadap Sifat Alir
Laju Alir (gr/detik) Sifat Aliran

>10 Bebas mengalir


4-10 Mudah mengalir
1,6-4 Kohesif
<1,6 Sangat kohesif

(Aulton, 2001)
Cara pengukuran :
Alat yang digunakan : Stopwatch,corong
Syarat : Tidak boleh >10 detik untuk granulsejumlah 10 gram
Prosedur :
1. Granul ditimbang 10 gram
2. Granul dimasukkan kedalam corong yang bagian bawahnya ditutup lebih
dahulu.
3. Setelah seluruh granul masuk, siapkan stopwatch lalu buka tutup bagian
bawah corong lalu biarkan granul mengalir. Hitung kecepatan alir
menggunkan stopwatch . Waktu alir tidak boleh lebih dari 1 detik

Hasil :
W (massa granul) t (waktu)
Kecepatan
1 2 3 1 2 3
Alir

Rata-rata

Kecepatan Alir =

= 10/1,01

= 9,9009

Pembahasan :
c. Sudut Diam
Sudut diam adalah sudut tepat yang terjadi antara timbunan partikel
berbentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk
dituang kedalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama
dengan 300 menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir dengan bebas, bila
sudut lebih besar dari 400 biasanya daya mengalirnya kurang baik.
Tabel .Hubungan antara Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir
Sudut Henti Sifat Aliran

<25 Sangat baik


25-30 Baik
30-40 Cukup
>40 Buruk
Sumber : United State Pharmacopoeial 32th,2009
Rumus : Tan α = h/r
Dimanah : h : tinggi kerucut
r :jari-jaribidangdasarkerucut
Cara pengukuran :
Alat : Kertasmillimeter,penggaris
Syarat : sesuaidengan table
Prosedur :
1. Sesaatsetelahgranul di alirkandaric orong,
granulakanmembentukgundukanberbentukkerucutpadakertasmilimeter
2. Ukur diameter dantinggikerucuttersebutdanmasukkankedalamrumus

Hasil :
r (jari-jari bidang dasar
h (tinggi kerucut)
kerucut)
Sudut
Diam 1 2 3 1 2 3

Rata-rata

Tan α =

= 1/3,5 =0,2857
α = 15,9446

Pembahasan :
d. Kompresibilitas (Voight 1994)
Kompresibilitas adalah kemampuan granul untuk tetap kompak dengan
adanya tekanan. Uji kompresibilitya dilakukan dengan alat yang disebut bulk
density.
Rumus :
Persen kompresibility dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
%kompresibilitas = (BJ Mampat – BJ Bulk) x 100 %
BJ Mampat
Syarat % kompresibilitas yang baik adalah 5-15% menurut table berikut :
Tabel . Presentase Komprebilitas Terhadap Sifat Alir Granul
%kompresibilitas Sifat Alir
5-15 Sangat baik
12-16 Baik
18-21 Cukup baik
23-35 Buuruk
35-38 Sangat buruk
>40 Sangat buruk sekali

Hasil :
Massa Volume sebelum pemampatan Volume setelah pemampatan
25 gram 51 41

BJ Bulk : 25 / 51=0,4901 BJ Mampat : 51 / 41= 1.2439

%kompresibilitas = 1,2439 – 0,4901 x 100%


BJ Mampat (1,2439)
= 0,7538 / 1,2439
= 60,5%

Pembahasan:

2. Evaluasi tablet
a. Pemeriksaan Organoleptik (Ansel, 1989)
Pemeriksaan organeleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan
(mengkilap atau kusam), tekstur permukaan (halus atau kasar), derajat
kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda asing (rambut, tetesan
minyak, kotoran). Warna yang tidak seragam dan adanya kecacatan pada
tablet selain dapat menurunkan nilai estetikanya juga dapat menimbulkan
persepsi adanya ketidak seragaman kandungan dan kualitas produk yang
buruk.
Hasil :

No Pemeriksaan Organoleptik Hasil

1 Warna

2 Rasa

3 Bau

4 Penampilan

5 Tekstur Permukaan

6 Kerusakan Beberapa Tablet

7 Kontaminasi Benda Asing

b. Keseragaman ukuran (Ansel, 1989)


Ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan inilah yang
berhubungan dengan proses pembuatan tablet, karena harus terkontrol sampai
perbedaan 5 % dari nilai rata-rata. Pengontrolan ketebalan tablet diperlukan
agar dapat diterima oleh konsumen dan dapat mempermudah pengemasan.

Hasil :

Tablet Ke- Diameter Ketebalan


1
2
3
4
5

Jumlah ( )

Rata-rata ( )

Diameter yang baik :

Diperoleh Range Diameter :

Pembahasan :
c. Keseragaman kesediaan
1. Keseragaman bobot (Depkes RI, 1979)
Bobot tablet yang dibuat harus diperiksa secara acak untuk
memastikan bahwa setiap tablet mengandung obat dengan jumlah yang
tepat. Syarat keseragam bobot menurut Farmakope Indonesia Edisi III
adalah bila bobot rata-rata lebih kurang 300 mg, jika ditimbang satu
persatu tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satupun tablet
yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya.
Alat yang digunakan : Timbangan

Cara pengukuran : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet .


Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satupun yang bobotnya
menyimpan g dari bobot rata-rata lebih dari yang ditetapkan kolom B.

BOBOT PENYIMPANGAN BOBOT


RATA-RATA RATA-RATA DALAM %

A B
25 mg 15 % 30 %
ataukurang
26 mg - 150 10 % 20 %
mg
151 mg - 300 7,5 % 15 %
mg
Lebihdari 300 5% 10%
mg

Rumus :

Bobot rata-rata =

Penyimpangan =
Hasil :

Tablet Ke- Bobot (gram) %Penyimpangan


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Jumlah ( )

Rata-rata ( )

Pembahasan :

d. Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat
bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness
tester (Banker and Anderson, 1984).
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan
talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott,
1971).Keseragaman minimum 4 kg diukur dengan alat Hardness tester.
Caranya :
Ambil masing-masing 6 tablet dari tiap batch , yang kemudian diukur
kekerasanya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Letakkan sebuah tablet
dengan posisi tegak diantara anvit dan punch, lalu tablet dijepit dengan cara
memutar sampai tablet pecah dan retak. Pada saat tersebut angka yang
ditunjukkan oleh jarum adalah kekerasan tablet tersebut.

Hasil:

Uji Kekerasan Tablet Menggunakan


Tablet Ke-
Hardness Tester
1
2
3
4
5
Rata-rata ( )

.
Pembahasan : Seperti yang diketahui bahwa range untuk uji kekerasan
adalah 4-8 kg. pada hasil uji kekerasan tablet ini didapatkan rata-rata
kekerasan tablet yaitu 5,1 kg. hal ini membuktikan bahwa sediaan tablet ini
telah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

e. Friabilitas atau kerapuhan tablet (Lachman,1994)


Friabilitas dinyatakan dengan presentase selisih bobot sebelum dan
sesudah pengujian dibagi dengan bobot mula-mula .
Alat yang digunakan : Friabilator
Cara pengukuran :
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari
sebunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan kedalam friabilator dan diputar sebanyak 100 kali putaran selama
4 menit , jadi kecepatan putaranya 25 putaran per menit. Setelah selesai,
keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang kembali seluruh
tablet dengan seksama. Kemudian hitung persentase kehilangan bobot
sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari 1 %

Hasil :
Berat 20 tablet sebelum diuji (W1) =
Berat 20 tablet setelah diuji (W2) =

Friabilitas =

Pembahasan :

f. Waktu Hancur
Tidak lebih dari 15 menit untuk tablet biasa dan 60 menit untuk tablet
bersalut gula dan selaput.
Nama alat : Disintegration Tester tipe ZT 2-Erweka
Cara kerja :

1. Pengujian waktu menggunakan 6 buah tablet


2. Masukkan tablet pada masing-masing tabung kecil dari keranjang.
3. Masukkan 1 cakram pada tiap-tiap tabung.
4. Gunakan air bersuhu 37 +/_ 2 c sebagai media yang ada di penangas air
yang ditermostatisasi.
5. Setelah alat dioperasikan ,keranjang akan bergerak keatas dan kebawah
sebanyak 30 kali dalam semenit.
6. Tablet hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji
merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas. Bila 1 tablet
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan waktu yang
ditambah sebanyak 15 menit. Semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15
menit untuk tablet tidak bersalut dan untuk tablet bersalut waktunya 60
menit.

Hasil :
Diperoleh waktu hancur untuk 6 tablet =

Pembahasan :
VII. ETIKET DAN BROSUR
Etiket

Brosur
Kotak

Paramol 500 Reg No: DB.36758 Ai


10 blister @ 10 tablet Batch : 764851
Tiap tablet mengandung : MD/ED : 05. 2019/ 05 2022
Paracetamol 500 ng HET : 76.000,-

Simpan dibawah suhu 30°C terlindung dari cahaya

Paramol 500
Paracetamol 500 mg
10 blister @ 10 tablet

PT. RPL Farma


RPL
Palembang Indonesia
Paramol 500
Paracetamol 500 mg
10 blister @ 10 tablet

RPL PT. RPL Farma


Palembang Indonesia

Daftar Pustaka
Anief,Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat teori dan praktik. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Anief,Moh. 2007. Farmasetika Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Bühler, Volker. 2008.Pharmaceutical Technology of BASF Excipient. BASF the
chemical company
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
Direktorat Jenderal POM Depkes RI. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kasim, Fauzi dkk. 2016. ISO Indonesia Vol. 50. Jakarta: PT Isfi Penerbitan.
Lachman L., Lieberman H. A., Kanig J.L.,1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri
diterjemahkan oleh Suyatni S., Edisi II,UI Press,Jakarta
Tjay,Hoan,Tan dkk.2007.Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-Efek
Sampingnya.Jakarta.PT Elex Media Komputindo.
Van duin, C.F.1947.Buku Penuntun Ilmu Resep dalam praktek dan teori. Jakarta.
Soeroengan

Anda mungkin juga menyukai