Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK RESUME

“Fraud Principles”

Mata kuliah Prinsip-Prinsip Akuntansi Forensik / Kelas A

Dosen Pengampu : Prof. Anis Chariri, S.E., M.Com., Ph.D., Akt.

Disusun Oleh Kelompok 9:

1. Monica Girsang (12030117120030)


2. Mita Budi Herdiyana (12030117120055)
3. Muhammad Fajar Hidayatullah (12030117130104)
4. Monika Alfarin (12030117130121)

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020

1
CHAPTER 2
FRAUD PRINCIPLES

A. DEFINISI: APAKAH FRAUD ITU?


Fraud memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda dalam situasi yang berbeda
pula. Seseorang mungkin mengartikan bahwa fraud masuk dalam bentuk dari kecurangan
yang disengaja ( termasuk berbohong dan berbuat curang) dan fraud merupakan kebalikan
dari kebenaran, keadilan, kejujuran, dan kesetaraan. Fraud juga dapat diartikan sebagai
cedera. Seseorang dapat mengakibatkan orang lain cedera karena kekuatan atau melalui fraud.
Fraud merupakan satu kata yang memiliki banyak definisi, diantarannya adalah sebagai
berikut:
1. Fraud sebagai tindakan kriminal.
2. Corporate fraud adalah fraud yang dilakukan oleh, untuk, dan terhadap suatu
korporasi bisnis.
3. Management fraud
4. Fraud sebagai kerugian.
Definisi fraud menurut layperson adalah ketidakjujuran dalam bentuk kecurangan
yang disengaja atau kesalahan penyajian yang disengaja dari suatu fakta yang material.
Sedangkan Definisi fraud menurut ACFE dapat berupa fraud pada pekerjaan dan
penyalahgunaannya, yaitu orang yang menggunakan pekerjaannya untuk memperoleh
keuntungan personal dengan cara penyalahgunaan atau mencuri sumber daya atau aset
perusahaan. ACFE juga mendefinisikan kecurangan laporan keuangan sebagai kesalahan yang
disengaja dari kondisi keuangan suatu perusahaan yang dicapai melalui salah saji yang
disengaja atau penghilangan jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
menipu pengguna laporan keuangan. Suatu kegiatan atau aktivitas dapat dikatakan sebagai
fraud apabila terdapat kejadian/kecurangan atas transaksi atau aktivitas yang merugikan
perusahaan dan dilakukan dengan pola tertentu yang telah dirancang secara memadai.

B. SINONIM: PENIPUAN, PENCURIAN, DAN PENGGELAPAN


Meskipun ketiga hal tersebut memiliki kesamaan, namun dari sisi hukum tidaklah sama.
Misalnya, dalam hukum Inggris, pencurian diartikan sebagai mengambil dan membawa hal
milik orang lain dengan maksud untuk memilikinya, dalam pencurian tersebut pencurinnya
memiliki barang yang secara hukum bukan miliknya. Sedangkan dalam penggelapan, pelaku
secara sah merupakan pemilik barang atau properti namun digunakan oleh orang lain.

2
C. RISET KLASIK TENTANG FRAUD
Fraud secara substansi sangat merugikan baik bagi masyarakat maupun dari segi bisnis
secara individual, namun hanya sedikit orang yang mengerti tentang fraud tersebut. Untuk
mengerti falsafah fraud serta ruang lingkup dan bagaimana fraud tersebut, maka diperlukan
litelatur-litelatur terkait dengan fraud. Fraud biasanya dipersamakan dengan kejahatan kerah
putih, hal ini antara lain disampaikan oleh Edwin H. Sutherland dalam white Collar Crime;
Donald R. Cressey dalam Other People’s Money; Norman Jaspan dan Hillel Black dalam The
Thief in whit Collar; dan Frank E, Hartung dalam Crime, Law, and Society.

D. FRAUD TRIANGLE
Untuk benar-benar mencegah, mendeteksi, dan menanggapi kecurangan, stakeholders
antifraud perlu memahami mengapa fraudsters melakukan kecurangan.

Pada 1950-an, Donald Cressey didorong oleh Edwin Sutherland, yang melayani di komite
disertasi, untuk menggunakan tesis tentang mengapa seseorang dalam posisi kepercayaan
akan menjadi pelanggar kepercayaan itu. Sutherland dan Cressey memutuskan untuk
mewawancarai penipu yang dihukum karena penggelapan. Cressey mewawancarai sekitar 200
tersangka penggelapan di penjara. Salah satu kesimpulan utamanya adalah bahwa setiap
penipuan memiliki tiga kesamaan: (1) tekanan (sebagai motivasi dan kebutuhan yang tidak
dapat dipahami); (2) rasionalisasi (etika pribadi); dan (3) pengetahuan dan peluang untuk
melakukan kejahatan.
1. Tekanan (Pressure)
Tekanan (atau insentif, atau motivasi) mengacu pada sesuatu yang telah terjadi di
kehidupan pribadi penipu yang menciptakan kebutuhan stres yang memotivasi dirinya
mencuri. Biasanya motivasi itu berpusat pada beberapa tekanan keuangan, tetapi bisa juga
gejala jenis tekanan lainnya. Misalnya, kebiasaan narkoba atau perjudian.

3
2. Rasionalisasi (Rationalization)

Kebanyakan penipu tidak memiliki catatan kriminal. Faktanya, penjahat kerah putih
biasanya memiliki kode pribadi etika. Tidak jarang seorang penipu menjadi religius. Jadi
mereka hanya melakukan pembenaran atas tindakan yang dilakukannya.
3. Kesempatan (Opportunity)
Menurut penelitian Cressey, penipu selalu memiliki pengetahuan dan peluang untuk
melakukan penipuan. Faktor utama dalam timbulnya kesempatan adalah kontrol internal.
Kelemahan dalam atau ketiadaan kontrol internal memberikan kesempatan bagi penipu
untuk berkomitmen dalam kejahatan mereka.

E. CAKUPAN FRAUD
Fraud melingkupi semua ukuran bisnis, baik itu bisnis menengah maupun bisnis besar.
Organisasi-organisasi besar dan terkenal seperti ACFE, COSO, dan KPMG telah membuat
penelitian mengenai cakupan fraud di lingkungan bisnis Amerika Serikat. Berikut merupakan
hasil penelitian-penelitian tersebut:
1. COSO melakukan penelitian pada 300 Securities and Exchange Commision (SEC).
SEC merupakan lembaga pemerintah AS yang independen dan bertanggung jawab
dalam menjalankan hukum sekuritas. Pada tahun 1987 sampai 1997, dua per tiga
komisi mendapat kasus fraud. Dari kasus-kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa
Perusahaan berskala kecil yang tidak mampu atau bahkan tidak ingin
mengimplementasikan internal kontrol yang efektif merupakan faktor yang
mempengaruhi fraud dalam laporan keuangan.
2. Di tahun 2009, KPMG melakukan survei mengenai fraud. Responden dari survei
merupakan 204 eksekutif perusahaan dengan omset minimal $250 juta. Hasil survei
menyatakan bahwa pada masa mendatang farud akan tetap pada tingkatan yang
sama atau akan meningkat 12 bulan setelahnya. Hal-hal yang perlu ditingkatkan
adalah komunikasi dan pelatihan kepada pekerja, audit berbasis teknologi, teknik
monitoring, dan penilaian risiko fraud.
3. Sedangkan ACFE dalam Report to the Nation (RTTN) 2008 menyatakan bahwa
kerugian akibat fraud mencapai $994 juta (kerugian 7% dari pendapatan). Jumlah
kerugian akibat fraud telah bertambah dua kali lipat sejak tahun 1996.

4
Selain mengukur kerugian akibat fraud, ACFE RTTN juga mengukur metode-metode umum
untuk mendeteksi fraud, yaitu: (a) Uang persen (tips) dan aduan, (b) Kontrol internal, (c)
Audit internal, (d) Kebetulan (tidak disengaja), (e) dan Audit eksternal.

F. PROFIL PELAKU FRAUD


Sebagai bentuk pencegahan dan mempermudah mendeteksi fraud, sebaiknya kita
memahami ciri-ciri profil pelaku fraud. Fraud disebabkan oleh banyak faktor dari faktor
ekonomi hingga faktor individual. Sekarang kita akan mempelajari profil individu yang
berpotensi melakukan fraud. Data dari kriminologi dan sosiologi membuat generalisasi
sebagai berikut:
1. Beberapa orang jujur setiap waktu
2. Beberapa orang tidak jujur setiap waktu
3. Hampir semua orang jujur beberapa waktu
4. Beberapa orang jujur sebagian besar waktu

Dalam bukunya Lying,Cheating, and Stealing, Gwynn Nettler memberikan sudut


pandang dari orang yang curang dan seorang penipu. Orang yang berpotensi melakukan
kecurangan kebanyakan adalah orang yang telah mengalami kegagalan, tidak disukai,
implusif, memiliki tekanan untuk memperoleh suatu tujuan, dan kesusahan untuk bertahan.
Sedangkan orang yang kurang berpotensi melakukan fraud adalah orang yang memiliki hati
nurani dan cerdas karena mereka cenderung bertindak jujur serta takut untuk dihukum.
Walaupun begitu, terdapat beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi seperti sistem
yang memudahkan unuk bertindak curang dan kebutuhan individu yang berbeda tingkat.

Mengapa pekerja berbohong, berlaku curang, dan mencuri dalam pekerjaan?

Dalam buku Fraud Auditing and Forensic Accounting 4th Edition, disediakan 25
alasan mengapa pekerja melakukan kejahatan kerah putih (2006;51). Sebagai bentuk kontrol,
perusahan harus membuat kebijakan yang mengatur sikap jujur karyawannya, yaitu peraturan
yang umum, rasional, adil, dan dimaksudkan untuk melayani kepentingan ekonomi
perusahaan. Perilaku yang diatur adalah setiap perilaku yang berpotensi menyebabkan
kerugian substansial, dampak, atau kerusakan aset perusahaan. Selanjutnya, peraturan tersebut
harus dikomunikasikan, dicontohkan oleh manajemen atas, dan dipaksa bila diperlukan.
Meskipun suatu perusahaan telah melakukan hal-hal di atas, tidak memungkiri kemungkinan
tetap terjadi fraud. Alasan pekerja tetap melakukan fraud adalah tidak seimbangnya hasil yang

5
didapat dengan hukuman yang diberikan. Walaupun mendapat hukuman, tetapi hasil yang
didapat masih lebih besar.

Pencuri Tingkat Tinggi dan Tingkat Rendah

Berikut merupakan profil individu yang berpotensi melakukan penipuan tingkat tinggi:

a. Telah bekerja pada perusahaan cukup lama,


b. Memperoleh pendapatan tinggi,
c. Pria,
d. Berusia lebih dari 60 tahun,
e. Memiliki pendidikan bagus,
f. Beroperasi dalam kolusi daripada sendirian,
g. Tidak memiliki catatan kriminal.

Berikut merupakan profil individu yang berpotensi melakukan penipuan tingkat rendah:

a. Telah bekerja pada perusahaan seperti penipu tingkat tinggi,


b. Memperoleh pendapatan yang lebih rendah,
c. Dapat pria maupun wanita,
d. Berusia antara 41 samapi 50 tahun,
e. Telah menyelesaikan SMA,
f. Beroperasi sendirian,
g. Biasanya tidak memiliki catatan kriminal.

Secara umum, Hall dan Singleton menyediakan profil pelaku fraud, yaitu:

a. Memiliki posisi kunci dalam perusahaan,


b. Biasanya pria,
c. Berusia lebih dari 50 tahun,
d. Telah menikah,
e. Memiliki pendidikan tinggi.

G. SIAPA YANG SERING MENJADI KORBAN OLEH FRAUD?


Bisnis kecil (kurang dari 100 pekerja) merupakan pihak yang sering menjadi korban
dari fraud dengan rata-rata kerugian sebesar $200,000. Posisi kedua ditempati oleh bisnis
menengah (100-999 pekerja) dengan rata-rata kerugian $176,000. Hal tersebut dikarenakan

6
kurangnya pembagian kerja tanpa adanya kontrol yang memadai. Oleh karena itu,
perusahaan-perusahaan bisnis kecil harus mulai mempertimbangkan biaya perlindungan yang
layak. Biaya perlindungan yang layak berarti pengeluaran minimum untuk mendapatkan
proteksi maksimum.

H. FRAUD TAXONOMIES
Pengklasifikasian Fraud Secara Umum
Ada banyak pembagian fraud dan cara untuk mengkategorikannya, dengan klasifikasi
tersebut dapat digunakan untuk antifraud, fraud investigation, dan control antifraud,
diantaranya:

a. Invsestor dan Konsumen Frauds


Fraud dapat terjadi pada penjual, kreditor, investor, pemasok, bankir, atau otoritas
pemerintah.
b. Fraud Pidana dan Perdata
Fraud Pidana membutuhkan bukti adanya keinginan untuk melakukan
penipuan,sedangkan fraud perdata harus ada kerugian yang dideritakorban.
c. Fraud yang menguntungkan dan merugikan perusahaan
Fraud perusahaan dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu (1) fraud yang
merugikan perusahaan, dan (2) fraud yang menguntungkan perusahaan.
d. Fraud dari dalam dan dari luar perusahaan
Fraud yang dilakukan oleh perusahaan atau manajemen dikategorikan sebagai internal
fraud, sedangkan external fraud adalah yang dilakukan oleh vendor, pemasok, dan
kontraktor.
e. Manajemen dan Non-Manajemen Fraud
Fraud terjadi pada setiap level perusahaan, tidak hanya dilakukan oleh tingkat
eksekutif (pemilik perusahaan), namun juga dilakukan oleh manajer perusahaan.

Kategori Frauds Secara Spesifik


Seperti yang telah dikemukakan di awal, fraud adalah perbuatan yang secara sadar
untuk melakukan penipuan atau kecurangan. Berdasarkan jenis fraud yang dilakukan, maka
secara spesifik fraud memiliki banyak istilah lainnya, antara lain:
a. Accounts payable fabrication d. Bid rigging
b. Accountsreceivablelapping e. Cash lapping
c. Bank fraud f. Check forgery

7
g. Check kiting o. False identity
h. Consumer fraud p. False information
i. Credit card fraud q. Insurance fraud
j. Duplicity r. Material misstatement
k. Forged documents s. Overbilling
l. Industrial espionage t. Price fixing
m. Infringement of copyrights u. Procurement fraud
n. Expense account fraud v. Wire fraud

I. FRAUD TREE
ACFE telah mengembangkan model untuk mengkategorikan kecurangan yang dikenal
dengan skema kecurangan, ada sekitar 49 skema kecurangan individu yang berbeda dan
dikelompokkan berdasarkan kategori dan subkategori (lihat Tampilan 2.6).

Peraga 2.6 The ACFE Fraud Tree

8
Tiga kategori utama adalah (1) pernyataan penipuan, (2) penyalahgunaan aset, dan (3)
korupsi. Fraudulent statement biasanya dilaksanakan oleh para eksekutif. Merupakan fraud
yang mengakibatkan kerugian yang paling tinggi namun jarang terjadi. Para eksekutif yang
melakukan fraud biasanya didorong oleh motivasi yang berhubungan dengan harga saham di
bursa saham. Penyalahgunaan Aset biasanya dilaksanakan oleh karyawan dan meliputi
sejumlah besar rencana berbeda. Hal ini merupakan fraud yang paling umum terjadi akan
tetapi tidak mengakibatkan biaya tinggi. Hal ini disebabkan fraud yang dilakukan merupakan
transaksi yang tidak terlalu penting, terutama transaksi ysng dilaksanakan oleh individu, fraud
ini sulit untuk dideteksi oleh pemeriksa intern ketika dilaksanakan pengawasan internal.
Korupsi melibatkan sejumlah rencana, seperti penyuapan dan pemerasan yang pada umumnya
melibatkan seseorang di dalam perusahaan dan bekerjasama dengan seseorang di laur
perusahaan, walapun salah satu pihak tidak sacara suka rela melaksanakannya.

J. EVOLUSI FRAUD
Kebanyakan fraud mengikuti suatu pola atau langka-langkah di dalamproses
terjadinya fraud. Ada perbedaan yang dipertimbangkan tergantung pada jenis fraud. Suatu
evolusi umum pada suatu fraud antara lain sebagai berikut:

a. Motivasi
b. Kesempatan
c. Dalih, Pembenaran
d. Melaksanakan fraud
e. Mengkonversi aset menjadi kas
f. Menyembuyikan kejahatan
g. Red flag
h. Timbul kecurigaan atau mulai ditemukan
i. Menentukan prediksi bahwa terjadi fraud
j. Teori atau hipotesis atau asumsi tentang fraud yang terjadi
k. Investigasi fraud
l. Membuat laporan atas investigasi
m. Disposis, pemutusan kerja
n. Disposisi penuntutan
o. Pengadilan, penyajian bukti di pengadilan

Anda mungkin juga menyukai