Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.

Pada dasarnya seluruh kegiatan manusia baik kegiatan produksi maupun

kegiatan konsumsi akan menghasilkan bahan sisa atau buangan yang biasa

diistilahkan dengan sampah dan limbah. Mulai dari kegiatan perorangan, aktifitas

kelompok, perumahan, non perumahan yang terjadi di desa maupun di kota.

Wujud sampah ini bisa berbentuk padat dan semi padat yang dihasilkan dari

kegiatan manusia maupun hewan dimana keberadaanya sudah tidak digunakann

dan dimanfaatkan lagi (Tchobanoglous, 1993). Sampah menjadi salah satu masalah

serius yang dihadapi kota-kota besar, tak terkecuali Indonesia (Aryenti, 2013).

Tingginya laju pertumbuhan penduduk, perubahan pola konsumsi, serta gaya hidup

masyarakat mempengaruhi besarnya produksi sampah yang dihasilkan

(himmah,2014).

Aspek teknis pengelolaan sampah yaitu pola operasional yang meliputi

pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengolahan, pengangkutan dan

pembuangan akhir (SNI 19-2454-2002). Juga berdasarkan Undang-Undang RI

nomor 18 tahun 2008.

Perkembangan kota yang begitu cepat, membawa dampak yang serius

terhadap permasalahan lingkungan, ketidakperdulian terhadap permasalahan

pengelolaan sampah berakibat terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang tidak

memberikan kenyamanan untuk hidup, sehingga akan menurunkan kualitas

kehidupan masyarakat. Degradasi tersebut lebih terpicu oleh pola perilaku

masyarakat yang tidak ramah lingkungan, seperti membuang sampah di badan air

1
atupun got, sehingga samaph akan menumpuk dan menimbulkan berbagai masalah

turunan lainnya.

Sudah menjadi pemandangan setiap hari ketika proses pengangkutan sampat

terjadi keterlambatan maka akan terjadi penumpukan sampah serta berserakan di

area bak sampah dan pemandangan inilah yang kurang mengenakan dan

mengganggu estetika keindahan kota ditambah lagi bau dari air lindi yang bisa

menghasilkan gas metan (CH4) dalam kadar tertentu dan berbagai bau ini sangat

menyengat disekitarnya. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan kenyamanan dan

kesehatan manusia di lingkugan sekitar. Bak sampah tersebut telah menjadi tempat

bahan berbahaya, sarang bakteri dan hewan pembawa virus yang berbahaya bagi

manusia, seperti lalat, nyamuk, tikus dan organisme berbahaya lainnya.

Permasalahan dalam pengelolaan sampah tidak hanya terjadi diperkotaan,

akan tetapi bisa juga terjadi di lingkungan kampus. Adanya volume timbulan

sampah yang ada didepan kampus Universitas Muhammadiyah Kendari merupakan

konsekuensi dari proses belajar mengajar yang dilakukan. Pengelolaan sampah di

kampus UMK masih menggunakan system konvensional, yaitu metode

pengumpulan dan pengangkutan. Keterlambatan pengangkutan sampah dari TPS

ke TPA terkadang menimbulkan berbagai macam dampak negatif yang jika tidak

dilakukan penanganan yang tepat dan wadah yang sesuai akan dapat menimbulkan

pencemaran yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya. Salah satu wadah

yang diperlukan adalah pembuatan tempat penyimpanan sampah sementara. Desain

wadah TPS yang ideal, esklusif dan inovatif yang mengususng konsep 3R

2
diharapkan dapat menjadi salah satu solusi jangka menengah dalam penanganan

sampah di sari sumbernya

Filosofi sederhana dari perilaku masyarakat adalah permisalan awal mula

perancangan desainnya closet kamar mandi, berawal dari tradisi masyarakat

nomaden, tentang membuang hajat di sekitar lingkungan pemukiman, polanya

adalah ketika area yang tersedia sudah tidak ada tempat yang bersih maka spontan

akan melakukan proses pembuangan hajatnya pada area sampingnya yang masih

bersih dengan alasan sederhana kurang nyaman di dekat area yang kotor, atau ada

rasa jijik terhadap situasi itu.

Maka ketika dunia sudah mengalami kemajuan baik pendidikan, pengetahuan

dan teknogi maka dirancanglah kamar mandi dengan fasilitas closet yang eklusif,

bahkan orang akan betah dan berlama lama di dalamnya. Padahal dari segi fungsi

bak sampah dan closet kamar mandi adalah sama-sama untuk tempat membuat hajat

dan sampah. Intinya adalah manusia sudah dibekali dengan sifat senang terhadap

kebersihan dan keteraturan, meskipun dalam kehidupan, karena beberapa faktor

sehingga kelalaian dan kehilafan terhadap lingkungan banyak terjadi.

Dari hasil pengamatan peneliti salah satu kendala lain dalam proses

pengelolaan sampah adalah pada bagian partisipan masyarakat yang masih kurang.

Keterlibatan ini kadangkala dalam proses perencanaan pengelolaan, mulai dari

penanganan sumbernya sampai proses akhirnya. Biasanya masyarakat hanya

menjadi pengamat dan korban dari dampak negatif pengelolaan sampah yang

kurang tepat. Padalah di dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang

pengelolaan sampah bab IV bagian hak pasal 11 ayat 1 butir b menyatakan bahwa

3
setiap orang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,

penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Juga pada bab

IX peran masyarakat pasal 28 ayat 1 dan 2 secara gambling menyebutkan peran itu

pula.

Oleh karena hal itulah kami mencoba membuat penelitian evaluasi dan desain

ulang tempat penampungan atau pembuangan sampah sementara atau bak sampah

yang ideal, berdasarkan konsep perencanaan partisipatif dengan harapan seluruh

komponen masyarakat dapat mengambil peran dalam upaya mengurangi dampak

negatif yang ditimbulkan oleh sampah itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dibahas pada proposal ini adalah:

1. Bagaimana kondisi eksisting TPS di depan kampus Universitas

Muhammadiyah Kendari dan area sekitarnya

2. Bagaimana melakukan redesain TPS sampah di depan kamups UMK ?

3. Bagaimana mengaplikasikan kondep evaluasi dan perencanaan partisipatif

dalam melakukan redesain TPS sampah serta memadukannya dengan SNI 19-

2454-2002 ?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dan perencanaan redesain ini mencakup:

1. Lokasi perencanaan bak sampah adalah di kampus Universitas

Muhammadiyah Kendari.

2. Penelitian bersifat deskriptif dan Survey kuantitatif

4
3. Metode sampling adalah non probability sampling yakni purpose sampling.

Populasi diambil secara randon

4. Metode evaluasi dan partisipatif melalui observasi, wawancara dan kuesioner.

5. Timbulan dan densitas sampah tidak dijadikan variable penentuan dimensi

perencanaan.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini:

1. Untuk melakukan redesain TPS sampah di depan kampus Universitas

Muhammadiyah Kendari

2. Untuk mengaplikasikan konsep evaluasi dan perencanaan partisipatif dalam

redesain TPS sampah dan memadukannya dengan ketentuan SNI 19-2454-

2002

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat perencanaan ini diharapkan:

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan memperdalam wawasan tentang

masalah TPS sampah.

2. Bagi Akademik, menjadi bahan pertimbangan perencanaan dalam

pengolahan sampah yan partisipatif serta bahan referensi dan informasi bagi

peneliti selanjutnya .

3. Bagi pembaca, dapat menjadi sumber bacaan tentang pengetahuan redesain

TPS sampah dan penelitian persampahan.

5
F. Definisi Operasinal

Definisi operasional pada perencanaan ini adalah antara lain:

1. Redesain yaitu mendesain ulang model konvensional yang ada.

2. Pencemaran yaitu berubahnya komposisi lingkungan akibat kegiatan

manusia dan alam.

3. Metode penelitian deskriktif yaitu penelitian yang menggambarkan dan

menginterpretasikan obyek sesuai dengan kondisi yang ada.

4. TPS yaitu tempat penampungan sampah sementara dari masyarakat biasa

juga di istilahkan bak atau kontainer sampah.

5. TPST 3R yaitu tempat pengolahan sampah terpadu yang sudah menerapkan

prinsip reduce, recycle dan reuse.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah

1. Pengertian Sampah.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia arti sampah adalah barang yang

dibuang oleh pemiliknya karena tidak terpakai lagi atau tidak dinginkan lagi,

misalnya kotoran, kaleng minuman, daun-daunan, kertas, dan lain-lain.

Menurut WHO pengertian sampah adalah barang yang berasal dari

kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak disenangi,

ataupun yang dibuang.

Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan (manusia) yang berwujud

padat (baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai

maupun tidak terurai) dan dianggap sudah tidak berguna lagi (sehingga dibuang

ke lingkungan) (Nasih, 2010:1).

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak

kota di seluruh dunia. Semakin tinggi jumlah penduduk dan aktivitasnya,

membuat volume sampah terus meningkat. Akibatnya, untuk mengatasi sampah

diperlukan biaya yang tidak sedikit dan lahan yang semakin luas. Disamping itu

tentu saja sampah membahayakan kesehatan dan lingkungan jika tidak dikelola

dengan baik. Definisi sampah menurut Undang –Undang nomor 18 tahun 2008

adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk

padat.

7
2. Sumber-sumber Sampah

Menurut Gilbert dalam Komang Ayu (2008:19) sumber- sumber timbulan

sampah adalah sebagai berikut:

a. Sampah dari Pemukiman Penduduk.

Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga

yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan

biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat

basah, kering, abu plastik dan lainnya.

b. Sampah dari Tempat – Tempat Umum dan Perdagangan.

Tempat-tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya

orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut

mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk

tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang

dihasilkan umumnya berupa sisa – sisa makanan, sampah kering abu

plastik,kertas,dan kaleng- kaleng serta sampah lainnya.

c. Sampah dari Sarana Pelayanan Masyarakat Milik Pemerintah.

Yang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid,

rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang

menghasilkan sampah kering dan sampah basah.

d. Sampah dari Industri

Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber alam perusahaan

kayu dan lain-lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi ataupun

proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini

8
biasanya sampah basah, sampah kering abu, sisa-sisa makanan, sisa bahan

bangunan.

e. Sampah dari Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya

sampah dari kebun, kandang, lading atau sawah yang dihasilkan berupa

bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

3. Menurut Tchoabanoglous,dkk (1993) sampah menurut jenisnya terdiri dari

a. Sampah organic

b. Sampah nir-organik

Menurut slamet(1994) sampah organic adalah sampah yang mudah

membusuk, sedangkan sampah nirorganik sampah yang sukar membusuk.

B. Dampak Keberadaan Sampah

1. Dampak Negatif sampah bagi lingkungan

a. Nilai estetika

Sampah yang menumpuk dan dibiarkan pada tempat terbuka (open dump)

menyebabkan turunnya estetika tempat sekitar, menganggu keindahan

panorama setempat, bau busuk yang tidak enak dan berkembangnya

berbagai organisme patogen, tempat berkembang biak lalat yang mampu

membawa penyakit.

b. Polusi udara

Pembakaran sampah secara terbuka menimbulkan emisi gas karbon

dioksida, karbon monoksida, nitrogen monoksida, gas sulfur dan partikel-

9
partikel halus di udara yang dapat menyebabkan penyakit

pernafasan,penyakit kulit, infeksi mata dan sebagainya.

c. Kontaminasi pada air

Air hujan bersama dengan air hasil pembusukan dikenal sebagai air lindi

atau leachate akan berkumpul maupun mengalir ke parit-parit maupun ke

sungai yang ada di sekitarnya, akibatnya air sungai tercemar oleh air lindi

sehingga tidak dapat dimanfaatkan karena akan menimbulkan gatal-gatal

pada kulit.

d. Sumber penyakit

Tempat penimbunan sampah khususnya yang masih basah merupakan

tempat hidup nyamuk, lalat, insekta dan mikroba. Binatang-binatang

tersebut dapat menularkan atau menyebabkan timbulnya penyakit pada

masyarakatn sekitar tempat penampungan sampah.

Dekomposisi tanah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara

fakultatif dan secara anaerobik, apabila oksigen telah habis. Dekomposisi

aerobik akan menghasilkan cairan yang disebut leachate beserta gas.

Leachate atau lindi ini adalah cairan yang mengandung zat padat

tersuspensi yang sangat halus dan hasil penguraian mikroba.

Biasanya tdd Ca,Mg, Na, K, Fe, Cl, sulfat, posphat, Zn, Ni, CO2, N2,

NH3, H2S dan asam organik, tergantung dari kualitas sampah maka di

dalam leachate biasa juga ditemukan mikroba patogen, logam berat dan

zat lainnya.

10
e. Penyumbatan saluran air

Kebiasaan yang masih sulit dicegah yaitu masih banyaknya warga

yang mebuang ssampah dengan sengaja di selokan, ke sungai atau got,

saluran pembuangan air di kota, timbunan sampah yang tidak sengaja

akan dapat menutup saluran kota. Akibatnya air saluran meluap pada

waktu hujan. Air sugai pun ikut menjadi kotor.

f. Longsoran sampah

Penumpukan sampah yang terlalu tinggi menyebabkan longsor, jadi

sampah yang meninbunm tak terkendali dapat menyebabkan bencana

alam.

2. Dampak Positif Sampah

a. Dibuat pupuk atau kompos

Dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah. Proses dekomposisi telah

mampu mengubah sampah menjadi humus ini dilakukan pada jenis

dampah organil yang musah membusuk a.l daun-daunan oleh sebab itu

perlu dilakaukan pemilahan sampah terlebih dahulu.

b. Dimanfaatkan sebagai makanan ternak

Terlebih dahulu pada sampah dilakukan pemilahan dan pengolahan

sampah sebelum diberikan kepada ternak. Maksudnya agar ternak

terhindar dari pengaruh buruk sampah khususnya karena keberadaan B3.

Dibakar atau dipakai sebagai bahan bakar, sampah dimanfaatkan sebagai

bahan baku biogas dan briket.

11
c. Untuk menimbun rawa

Semua jenis sampah dapat dipergunakan sebagai bahan timbunan tanah

rawa namun perlu diperhatikan bahwa air rawa tsb tidak dimanfaatkan

untuk air irigasi. Hal ini perlu diperhatikan karena selama proses

pembusukan sampah dapat menimbulkan air lindi yang bersifat toksik.

C. Tempat Penampungan Sementara (TPS) Sampah

Menurut undang-undang nomor 18 tahun 2008 definisi dari tempat

penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ketempat

pendauran ulang, pengolahan dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST)

TPS atau wadah sampah dapat dibagi dalam individual dan komunal.

Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun

komunal sesuai dengan pengelompokan pengelolaan sampah.

Menurut SNI 19-2454-2002 yakni melakukan pewadahan sesuai dengan jenis

sampah yang telah terpilah yaitu:

1. Sampah Organik wadah berwarna gelap.

2. Sampah anorganik wadah berwarna terang.

3. Sampah B3 wadah berwarna merah yang diberi lambing khusus.

Kriteria lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut:

1. Wadah individual ditempatkan dihalaman muka dan dihalaman belakang untuk

sumber sampah dari hotel dan restoran.

2. Wadah komunal ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber sampah, tidak

mengganggu pemakai jalan atau sarana umum, di luar jalur lalu lintas tetapi

12
mudah untuk pengangutannya, di ujung gang keil, di sekitar taman dan pusat

keramaian, dan tak lupa pula penentuan jarak antar wadah.

Penentuan ukuran wadah yaitu menetukan ukuran volume yang ditentukan

berdasarkan jumlah penghuni tiap rumah, timbulan sampah, frekuensi pengambilan

sampah, cara pemindahan sampah dan system pelayanan.

Beberap perkembangan model TPS atau bak sampah yang ada di Indonesia

antaral lain seperti tabel (2) di bawah ini:

No Gambar Model Bak Bahan Keterangan


1
Ada yang buatan
Bahan Fiberglass
Jerman, china

2
Plastik kombinasi Banyak di produksi
konstruksi baja dalam negeri

3
Impor dari luar
Bahan murni negeri sebagian
Stenlis stil sudah produksi
dalam negeri

4
Produksi dalam
Plat Besi negeri bahkan sudah
bisa di daerah

5
Produksi dalam
Fiberglass
negeri

13
6

Dalam negeri bisa


Kontainer besi
poduksi

Bak semen dan


lokal
beton

D. TPS 3R

Pada prinsipnya, penyelenggaraan TPS 3R diarahkan pada konsep Reduce

(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (daur ulang), dimana

dilakukan upaya untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya pada skala

komunal atau kawasan, untuk mengurangi beban sampah yang harus diolah secara

langsung di TPA sampah. Seiring dengan masih terus berkembangnya teknologi

pengolahan sampah. Hingga saat ini, proses pengolahan sampah yang diisyaratkan

dalam sebuah TPS 3R adalah dengan memilah sampah menjadi sampah organik

dan sampah non organik. Sampah organik diolah secara biologis, sedangkan

sampah non organik didaur ulang agar bernilai ekonomis atau dikelola melalui bank

sampah, sedangkan sampah anorganik yang merupakan residu dari TPS 3R

Berdasarkan Permen PU nomor 3 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan

sampah sejenis sampah rumah tangga, menekankan bahwa pengurangan sampah

mulai dari sumber merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik

pemerintah maupun masyarakat. Kondisi yang ada saat ini, pemilahan dan

14
pengurangan sampah sejak dari sumbernya (rumah tangga) masih kurang memadai,

sehingga berbagai gerakan perlu ditingkatkan melalui peranan tokoh masyarakat,

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) ataupun pemerintah.

Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS

3R) merupakan pola pendekatan pengelolaan persampahan pada skala komunal

atau kawasan, dengan melibatkan peran aktif pemerintah dan masyarakat, melalui

pendekatan pemberdayaan masyarakat, termasuk untuk masyarakat berpenghasilan

rendah dan/atau yang tinggal di permukiman yang padat dan kumuh. Penanganan

sampah dengan pendekatan infrastruktur TPS 3R lebih menekankan kepada cara

pengurangan, pemanfaatan dan pengolahan sejak dari sumbernya pada skala

komunal (area permukiman, area komersial, area perkantoran, area pendidikan, area

wisata, dan lain-lain).

Penyelenggaraan TPS 3R diarahkan kepada konsep Reduce (mengurangi),

Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (daur ulang), yang dilakukan untuk

melayani suatu kelompok masyarakat (termasuk di kawasan masyarakat

berpenghasilan rendah) yang terdiri dari 400 rumah atau kepala keluarga. Dalam

pelaksanaannya pengelolaan sampah merupakan rangkaian subsistem pewadahan,

subsistem pengumpulan, subsistem pengangkutan, sub sistem pengolahan, dan

subsistem pemrosesan akhir, dimana infrastruktur TPS 3R merupakan bagian dari

sub sistem pengolahan (pada skala komunal, berbasis masyarakat).

Konsep utama pengolahan sampah pada TPS 3R adalah untuk mengurangi

kuantitas dan/atau memperbaiki karakteristik sampah, yang akan diolah secara

lebih lanjut di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. TPS 3R diharapkan

15
berperan dalam menjamin kebutuhan lahan yang semakin kritis untuk penyediaan

TPA sampah di perkotaan. Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional, untuk

meletakkan TPA sampah pada hirarki terbawah, sehingga meminimasi residu saja

untuk diurug dalam TPA sampah.

Penyelenggaraan TPS 3R harus dilakukan secara sinergi dan

berkesinambungan melalui:

1. Proses pelibatan masyarakat dan Pemerintah Daerah.

2. Proses pemberdayaan/penguatan masyarakat dan Pemerintah Daerah.

3. Proses pembinaan dan pendampingan Pemerintah Daerah untuk keberlanjutan

TPS 3R.

Dalam sistem perkotaan, maka TPS 3R berperan sebagai infrastruktur dalam

penanganan sampah. Jumlah, kapasitas, dan keberfungsiannya harus dipastikan,

karena merupakan upaya untuk mengurangi kuantitas dan/atau karakteristik

sampah yang masih harus diproses lebih lanjut pada TPA sampah, dimana

pengurangan sampah dilakukan dari sumber sampah (wadah sampah di lokasi

sumber sampah) ke wadah sampah yang ada di luar sumber sampah, sebelum

dikumpulkan atau diangkut melalui sistem kota ke TPS 3R, Tempat Pengolahan

Sampah Terpadu (TPST) berbasis institusi atau TPA sampah.

E. Pola pengumpulan sampah.

Menurut SNI 3242-2008 pengumpulan dan penyapuan sampah dari sumber

sampah dilakukan sebagai berikut:

1. Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak atau motor dengan bak

terbuka atau mobil bak terbuka bersekat.

16
2. Pngumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil

bak terbuka tanpa sekat

3. Penyapuan sampah jalan dan taman dilingkungan pemukiman dilakukan oleh

pengelola sampah lingkungan sesuai jadwal tang telah ditentukan.

Sedangkan menurut SNI 19-2454-2002, pola pengumpulan sampah terdiri dari:

1. Pola individual dan komunal langsung

2. Pola individual dan komunal tidak langsung

3. Pola penyapuan jalan dengan persyaratan juru sapu harus mengetahui cara

penyapuan untuk setiap daerah pelayanan pada area perkerasan, tanah

maupun rumput, pengumpulan sampah hasil penyapuan di jalan diangkut ke

lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA.

F. Pola Pengangkutan Sampah;

Menurut Modul C.2 Peraturan Menteri PU tahun 2013 mengenai kegiatan

pengangkutan sampah mempertimbangkan:

1. Pola Pengangkutan

a. Sistem kontainer angkat (HCS)

Container diangkut ketempat pembuangan dan dikosongkan kemudian

container dikembalikan ketempat semula atau ketempat lain. Secara ekonomi

system ini sangat menguntungkan.

Ada 3 system HCS:

1. Horst truk: truk dengan alat pengangkut dan menggunakan alat compactor

tetap

17
2. System tilf frame: truk container yang memiliki comapactor tetap dan cara

pengosongannya dengan cara memiringkan.

3. System trailer (truktraktor): container tertutup yang dilengkapi dengan

compactor tetap.

Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer angkat, pola

pengangkutan yang digunakan dengan sistem pengosongan container. Sistem

ini dapat dilihat pada gambar (1) di bawah ini:

Dengan

Kontainer

b. Sistem kontainer tetap (SCS)


Sampah dimasukan kedalam truk sampah, diangkut dan dibuang ketempat
pembuangan sampah.

18
2. Jenis peralatan atau pengangkutan sampah

a. Dump truk

b. Arl roll truck

c. Compactor truck

d. Trailer truck

3. Rute pengangkutan

a. Rute pengangkutan dibuat agar pekerja dan peralatan dapat digunakan secara

efektif

b. Pada umumnya rute pengumpulan dicoba berulang kali, karena tidak dapat di

gunakan pada segala kondisi.

4. Operasional Pengangkutan.

a. Sitem Kontainet angkat (HSC) tipe 2 dan 3

b. Sistem Kontainer tetap (SCS)

c. Pola transfer station.

5. Jenis Pelayanan Sampah

a. Curb collection: container diletakan di pinggirjalan

b. Alley collection: container berada di gang-gang

c .Set out: petugas masuk kehalaman mengambil sampah dan container di

letakan di pinggir jalan.

d. Set out set back: container diambil oleh petugas dan setelah dikosongkan

dikembalikan ketempat semula.

e. Back yard carry: petugas bertanggung jawab masuk kehalaman rumah untuk

mengambil sampah.

19
6. Aspek pembiayaan

a. Biaya Inestasi yakni sarana yang dibutuhkan untuk pengangkutan seperti truk

sampah yang digunakan.

b. Biaya operasional untuk operasi dan pemeliharaan pengangkutan sampah.

G. Evaluasi Pewadahan Sampah

Evaluasi menurut Jabar dan Aritkunto (2004) adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi

tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil

sebuah keputusan.

Wayan Budiana Suratna (2006) system pewadahan sampah umumnya

memiliki masalah sebagai berikut :

1. Proses pemilahan sampah basah dan kering di lokasi sumber sampah maupun

TPS belum dilakukan sehingga sampah tercampur

2. Pengambilan sampah dari sumber sampah menuju TPS tidak semuannya

dilakukan setiap hari sehingga mengakibatkan penumpukan pada wadah

sampah.

H. Kendala dalam pengelolaan sampah

Menurut soemirat (2003) pada saat ini terdaspat beberapa kendala dalam

pengelolaan sampah yaitu:

1. Cepatnya perkembangan tingkat hidup masyarakat yang tidak sesuai/disertai

dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan.

20
2. Cepatnya pekembangan teknologi, lebih cepat dari pada kemempuan masyarakat

untuk mengelola dan memahami persampahan.

3. Meningkatnya biaya operasi pengelolaan dalam konstruksi di segala bidang

termasuk persampahan, menimbulkan turunnya harga tanah karena daerah itu

turun estetiknya,bau dan tinggi populasi lalat. Kebiasaan pengelolaan sampah

yang tidak efisien, tidak benar menimbulkan masalah pencemaran udara, tanah

dan air.

4. Kegagakan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas, juga

ketidakmampuan orang memelihara barangnya sehingga cepat rusak.

5. Semakin sulitnya mendapatknn lahan untuk TPA sampah, selain tanah dan

formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah, juga terjadi kompetisi

yang semakin rumit akan penggunaan tanah.

6. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai

sebagai tempat pembuangan sampah.

7. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.

8. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada

tempatnya dan memelihara kebersihan

9. Pembiayaan yang tidak memadai mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan

sampah masih dikelola oleh jawatan pemerintah

10.Pengelolaan sampah di masa lalu dan masa kini kurang memperhatikan faktor

non teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat

dan bersih.

21
I. Perencanaan Partisipatif

Istilah Partisipasi menurut Mikkelsen biasanya digunakan di

masyarakat dalam berbagai makna umum, diantaranya: (2005, 53-54).

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek

(pembangunan), tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam proses pengambilan

keputusan.

2. Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih peka dalam rangka

menerima dan merespons berbagai proyek pembangunan.

3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun

kelompok yang sedang ditanyakan mengambil inisiatif dan mempunyai otonomi

untuk melakukan hal itu.

4. Partisipasi adalah proses menjembatani dialog antara komunitas lokal dan pihak

penyelenggara proyek dalam rangka persiapan, pengimplenetasian, pemantauan

dan pengevaluasian staf agar dapat memperoleh informasi tentang konteks sosial

maupun dampak sosial proyek terhadap masyarakat.

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan

yang ditentukan sendiri oleh masyarakat.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan

lingkungan, kehidupan dan diri mereka sendiri.

Tiga bentuk partisipasi (Chambers dalam Mikkelsen, 2005, 54):

1. Cosmetic Label

Sering digunakan agar proyek yang diusulkan terlihat lebih cantik sehinga

lembaga donor maupun pihak pemerintah akan mau membiayai proyek tersebut.

22
2. Coopting Practice

Digunakan untuk memobilisasi tenaga-tenaga di tingkat lokal dan mengurangi

pembiayaan pryek.

3. Empowering Process

Dimaknai sebagai suatu proses yang memampukan masyarakat lokal untuk

melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara mengatasinya,

mndapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan

sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka pilih.

Perencanaan partisipatif mulai dikenal secara luas sejak munculnya metode

partisipatif yang biasa disebut Participatory Rural Appraisal. Metode ini

menekankan adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam merencanakan

pembangunan (penyelesaian masalah) mulai dari pengenalan wilayah,

pengidentifkasian masalah sampai pada penentuan skala prioritas.

Perencanaan partisipatif saat ini mulai merambah ke tingkat makro atau lebih

pada pengembangan kebijakan, biasanya kegiatan ini lebih banyak dilakukan oleh

Lembaga Non Pemerintah (NGO’s). Selain itu perencanaan partisipatif banyak

dilakukan di tingkat mikro seperti pada tingkat masyarakat maupun di tingkat

individu.

Secara garis besar perencanaan partisipatif mengandung makna adanya

keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, mulai dari

melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara mengatasinya,

mndapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan

sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka atasi.

23
Tiga alasan utama mengapa perencanaan partisipatif dibutuhkan, yaitu

(Conyers, 1991, 154-155)

1. Alasan pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi, kebutuhandan sikap masyarakat setempat yang

tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai kegiatan atau

proram pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan

perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program

tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program tersebut.

3. Alasan ketiga adalah karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak

demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan.

J. Landasan Penelitian dan Desain

Adapun landasan perencanaan ini adalah seperti pada tabel (4) berikut :

No Landasan
Penelitian dan Nomor Tentang
desain
1 Undang-Undang 18 tahun 2008 Pengelolaan Sampah
2 Permen PU RI 3/PRT/M/2013 Penyelenggaraan sarana dan
prasarana persampahan dalam
penanganan sampah rumah tangga
dan sampah sejenis sampah rumah
tangga
3 SNI 19-2454-2002 Tata cara teknik operasional
pengelolaan sampah perkotaan
4 SNI 3242-2008 Pengelolaan sampah di
pemukiman

24
K. Alur Penelitian dan Desain

Alur dari penelitian dan perencanaan ini dari awal sampai akhir adalah seperti

diagram alur di bawah ini :

Mulai

Identifikasi Masalah

Alat dan Bahan

Pengumpulan data populasi dan sampel

Data Primer Data Sekunder


1. Data Eksisting TPS dan Dokumentasi 1. Jumlah Mahasiswa dan sifitas akademik
2. Evaluasi sikap masyarkat kampus kampus
melalui Kuesioner dan Wawancara 2. Denah Bangunan dan Layout
3. Evaluasi Usulan Pewadahan TPS 3. Data Fasilitas persampahan Kampus
4. Data harga bahan dan alat

Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan data survey observasi
2. Pengolahan data hasil kuesioner analisis perilaku, sikap
pemanfaat TPS ( perhitungan statistic)
3. Pengolahan data hasil kuesioner analisis usulan
pewadahan TPS (perhitungan statistik)

Perc. Redesain TPS Sampah


1. Gambar Bak TPS Sampah
2. Gambar Perspektif
3. Spesifikasi Teknis
4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Kesimpulan dan Saran

25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian.

Adapun waktu yang di butuhkan dalam penelitian dan desain ini adalah sesuai

dengan tabel (5) di bawah ini:

Januari Februari Maret


Tahapan perencanaan tugas Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke
akhir 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Persiapan
Survey lapangan
Penyusunan Laporan Awal
Seminar TA
Pengumpulan Data
Identifikasi dan analisa data
Penyunsunan laporan TA
Sidang Akhir
Revisi Laporan TA

Sedangkan mengenai lokasi penelitian dan perencanaan adalah pada Kampus

Universitas Muhammadiyah Kendari dan sekitarnya. Lokasi dapat dilihat pada

gambar (5) pengindraan jauh melalui google map view satelit seperti di bawah ini :

26
B. Gambaran Umum Peneletian dan Desain.

Adapun gambaran umum peneletian ini antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini di tempatkan di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah

Kendari, dimana yang menjadi populasi penetian adalah seluruh subyek

pemanfaat TPS yang ada didalam lingkungan kampus.

2. Penelitian ini menggunakan metode deskriktif yakni penelitian yang

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat kampus, kegiatan, sikap,

pandangan, tata cara yang berlaku dalam masyarakat

3. Sistem pengambilan sampel peneletian adalah dengan menggunakan metode non

probability sampling yang mana dalam penentuan jumlah sampel tidak

memerlukan perhitungan aritmatik.

4. Metode yang dipakai adalah purposive sampling, yakni teknik pengumpulan

sampel secara sederhana yang di ambil secara acak berdasarkan keputusan

peneliti dengan asumsi cukup mewakili sampel sedangkan sampel terdiri dari

beberapa strata.

5. Desain TPS yang direncanakan berdasarkan hasil saran dan pilihan subyek

pemanfaat yang diperoleh melalui hasil kuesioner terbuka untuk mendapatkan

nilai kepentingan, penilaian dan harapan. Hasil keinginan responden disesuaikan

dan diperbandingan dengan data dan tata cara desain pewadahan sampah yang

sesuai dengan SNI 19-2454-2002.

6. Metode survey dan kuesioner dalam desain TPS ini sengaja diterapkan untuk

meningkatkan partisipasi aktif seluruh pemanfaat yang ada disekitar kampus

Universitas Muhammadiyah Kendari

27
D. Identifikasi Masalah

Kegiatan identifikasi ini yakni dengan melakukan observasi dan pengamatan

langsung di lapangan tentang:

1. Kondisi umum eksisting bak sampah di area penelitian dan sekitarnya serta

didokumentasi.

2. Kondisi dan perilaku mahasiswa maupun masyarakat sekitar ketika membuang

sampah.

3. Frekuensi dan metode pengangkutan sampah oleh petugas sampah

4. Regulasi, kebijakan dan sosialisasi dari pemerintah.

F. Alat dan Bahan

1. Survey

Adapun alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan observasi dan

pengukuran bak sampah eksisting antara lain seperti tabel ( 12 ) dibawah ini :

No Alat dan Bahan Fungsi


1 Sarung tangan
2 Masker hidung
3 Kamera
4 Meter rol panjan
5 Meter rol kecil

Sedangkan alat dan bahan untuk kegiatan wawancara dan kuesioner antara

lain seperti tabel ( 13 ) di bawah ini :

No Nama Alat Fungsi


1 Pena snowman Untuk mencatat hasil wawancara
2 Pensil 2b Untuk menceklis pilihan pada kuesioner
3 Penghapus pensil Untuk menghapus salah pilih responden
2b
4 Papan komputer Pengalas untuk mencatat
5 Format Kuesioner Instrumen untuk di isi responden
6 Handphone Alat untuk merekam ketika wawancara

28
E. Pengumpulan Data Populasi dan Sampel

Adapun data yang akan di kumpulkan dalam hal ini yakni subyek penelitian

berupa pemanfaat TPS sampah dan obyek penelitian berupa sampah itu sendiri:

1. Data Primer

a. Survey kondisi eksisting tempat rencana dan dokumentasi.

Metode survey yang digunakan adalah metode observasi yakni melakukan

pengukuran dan mendeteksi variabel-variabel penunjang penelitian, dan metode

evaluasi berupa riset terhadap capaian pengelolaan pada obyek penelitian.

Adapun data yang ingin didapat antara lain; pengukuran lahan rencana, data

elevasi dan ketinggian dari permukaan laut, jarak dari pemanfaat terdekat dan

terjauh dan jumlah pemanfaat, lebar jalan, kondisi geometris, fasilitas jalan dan

lain sebagainya.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses komunikasi dipasangkan dengan sebuah

tujuan serius dan telah di rancang untuk bertukar perilaku dan bertukar tanya

jawab (Charles Stewart dan W.B. Cash). Metode Wawancara yang di gunakan

dalam kegiatan ini adalah metode terpimpin yakni menggunakan beberapa jenis

pertanyaan yang telah di sediakan sebelumnya.

c. Kuesioner

Menurut Bimo Walgito (2010). Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh responden yang akan diselidiki.

Karena sifat penelitiannya adalah deskriptif maka metode sampling yang

digunakan adalah non probability sampling yang dalam penggunaannya tak

29
harus dengan rumus statistik. Metode yang di ambil adalah purposive sampling,

yakni teknik pengumpulan sampel secara sederhana yang di ambil secara acak

berdasarkan keputusan peneliti oleh ciri dan kriteria tertentu dengan asumsi

sampel yang diambil telah mewakili populasi sampel, karena subyek yang

diteliti adalah pupulasi di dalam kampus Universitas Muhamamadiyah Kendari.

Jumlah sampel diambil secukupnya dan dianggap cukup memadai untuk

memperoleh data penelitian yang mencerminkan (representatif) keadaan

populasi. Dalam penelitian ini diambil sampel 100 responden. Sampel dibatasi

hanya 100, karena sudah dianggap mewakili jawaban populasi, alas an kedua

yakni menjaga agar ide dan usulan populasi tidak melenceng jauh dari tata cara

desain yang disarankan oleh regulasi SNI, meskipun hasil tetap akan disortir dan

dioleh lebih lanjut.

Berikut data sampel menurut klasifikasinya seperti tabel (6) di bawah ini :

No Sampel Kriteria Quota Alasan


1 Mahasiswa Mahasiswa fakultas kurikulum tentang
teknik lingkungan
Mahasiswa fakultas kurikulum tentang
pertanian media tanah
Mahasiswa fakultas
Ada kurikulum tentang
perikanan dan
air
kelautan
kurikulum tentang
Mahasiswa FKIP
Ilmu lingkungan
Staf /Pegawai Bebas 20% Memahami variabel
Penjaga
Bebas 2% Memahami variabel
/Securiti
Cleaning servis Bebas 10% Memahami variabel
2 Pekerja
Bebas 2% Memahami variabel
Kanting
3 Pekerja Toko
& Foto copy Bebas 2% Memahami variabel
ATK
4 Petugas
Bebas 2% Memahami variabel
pengangkut

30
Diagram alir tahapan langkah penelitian dengan penyebaran kuesioner seperti

di bawah ini :

Membuat surat izin penelitian

Persiapan bahan survey dan pembuatan kuesioner

Penentuan Tempat Survei dan Sampel Surey

Penyebaran Insrtumen Kuesioner


dan selanjutnay pengumpulan hasil
kuesionert kusiner

Pengolahan Data

Selesai

1. Kuesioner untuk analisis perilaku mahasiswa dan masyarakat sekitar

kampus dalam membuang sampah.

Contoh format kuesionernya yakni sebagai berikut tabel (7) berikut :

No Atribut Penilaian Ya Tidak Netral


1 Pemilihan Sampah (X1)
a. melakukan pemilahan sampah
sebelum membuangnya
b. tidak melakukan pemilahan
sampah
c. Kombinasi, kadang iya, kadang
tidak

31
2 Alat yang digunakan membuang
sampah di TPS (X2)
a. kantong Plastik
b. karung
c. keranjang sampah
3 Cara membuang sampahnya (X3)
a. berjalan dan melemparkan
sampahnya
b. berjalan dan meletakan sampah
di dalam bak
c. berjalan dan meletakan sampah
di luar bak
d. melalui kendaraan dan turun
meletakannya di dalam bak
e. melalui kendaraan dan turun
meletakannya di luar bak
f. melalui kendaraan tidak turun
dan melemparkannya ke bak
4 Kesulitan yang dihadapi saat
membuang sampah di bak (X4)
a. kondisi kotor dan bau
menyengat
b. kondisi baknya sering penuh
dan luber kemana mana
c. tidak mendapat kesulitan
5 Informasi dan sosialisasi (X5)
a. sudah pernah mendapatkan
sosialisasi pengolahan sampah
3R
b. sudah adakah aturan dan sangsi
cara membuang sampah yang
salah di lingkungannya.

2. Kuesioner untuk analisis pengangkutan dari TPS sampah

Kuesioner ini di khusus untuk pekerja penyapu dan pengangkut sampah.

Contoh format kuesionernya seperti tabel (8) berikut :

No Atribut Penilaian Ya Tidak


1 Pemilahan Sampah (X1)
a. Apakah sampah yang ada di bak sudah di
pilah
b. Apa sudah ada bak 3R di rute
pengangkutannya
2 Frekunsi Pengangkutan yang di senangi dan
rutin dilakukan (X2)

32
a. Setiap hari
b. 1 x dalam seminggu
c. 2 x dalam seminggu
3. Kesulitan dalam pengangkutan sampah (X3)
a. Apa ada kendala dengan bau dan air lindi
yang ada
b. ukuran bak yang tinggi
c. ukuran bak yang sempit
d. bak truk yang tinggi
4 Metode yang dipakai dalam mengangkut
sampah. (X4)
a. Sampah dari bak di lemparkan ke bak truck
dengan tangan kosong
b. Sampah dari bak di lemparkan ke bak truck
dengan sekopang
c. Sampah dari bak di garuk dengan pacul lalu
diletakan di karung dan lemparkan ke bak
truck
d. Sampah dari bak di lemparkan ke truck
dengan tangan kosong
e. Sampah di bak diangkat dengan alat kran
dari mobil truck khusus.

3. Kuesioner untuk pilihan dan analisis pewadahan TPS

Analisis pewadahan bak sampah merupakan analisis yang dilakukan

terhadap hasil kuesioner responden berdasarkan beberapa kategori model

wadah yang telah didesainkan bentuknya terlebih dahulu dengan

mendeskripsikan setiap komponennya.

Contoh format kuesioner I yang akan disebarkan kepada subyek populasi

sampling adalah seperti tabel (9) berikut:

No Uraian Atribut
Ya Tidak
Primer Sekunder Tersier
Bentuk tempat sampah yang
Tempat Sampah
menarik
Desain Tempat sampah tidak
1
Fisik menimbulkan bau menyengat
Penutup
Tempat sampah memiliki tutup
yang mudah di buka

33
Mampu menampung berbagai
macam ukuran sampah
Mampu menampung sampah
Ukuran
yang banyak
Tempat sampah organic
mememiliki dimensi yang besar
Tempat sampah memiliki
Penyangga
penyangga yang kuat
Terbuat dari plat logam, beton
Bahan yang kuat
Bahan beton yang kuat
Tempat samaph memiliki wadah
2 Fungsi Pemilahan
sesuai dengan jenis sampahnya
Desain Petunjuk yang jelas pada tiap
3 Papan Informasi
Visual jenis tempat sampah

Contoh format kusioner 2 seperti tabel (10) berikut :

No Gambar Model Spesifikasi Ya Tidak


1 1. Bahan baket keranjang
dari Plat logam.
2. Kapsulnya dari bak
beton cor bertulang.
3. Penutupnya dari seng
plat galvalum.
4. Memakai papan
prosedur
5. Memakai saluran dan
lantai marmer
2 1. Bahan baket keranjang
dari Plat logam.
2. Kapsulnya dari beton
cor bertulang.
3. Penutupnya dari seng
plat galvalum.
4. Tidak Memkai lantai di
pinggirnya

2. Data Sekunder

Adapun data sekunder yang diperlukan dalam perencanaan ini adalah data

pendukung yang bersumber dari pihak terkait yang perolehannya dengan

melakukan kunjungan maupun wawancara, data yang diperlukan antara lain seperti

pada tabel di bawah :

34
Berikut adalah tabel ( 11 ) tentang data sekunder dan sumber datanya

Metode
Data yang
No Nama Data Sumber Data Pengumpulan
diperoleh
data
1 Data Kantor Lurah Metode literatur a. Gambar peta
Lingkungan RWRT
b. Gambar peta tata
guna lahan
2 Data Harga Kabag Metode literatur a. Data Harga
Bahan Ekonomi Bahan Bangunan
Daerah b. Data Harga Alat
3 Jumlah Kantor Pusat Metode literatur a. Data jumlah
Mahasiswa, UMK Mahasiswa,
dosen dan staf dosen, dan staf
b. Data jumlah
fasilitas
4 Data Dinas Metode literatur a. Data
Pengelolaan kebersihan pengelolaan
sampah kota kendari sampah
b. Data
pengangkutan
sampah
c. Data alat
pengangkutan
sampah

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Survey kondisi eksisting TPS sampah rencana dan area sekitarnya.

Data hasil survey dan observasi pada TPS rencana dan sekitarnya dituankan

dalam bentuk deskriptif sesuai temuan dilapangan dan disertai dengan

dokumentasi aslinya. Data tersebut antara lain berupa:

a. Kondisi eksisting TPS rencana

b. Kondisi geometris jalan dan fasilitas jalan

c. Data lahan rencana TPS

d. Data elevasi dan ketinggian dari permukaan laut,

35
e. Jarak dari pemanfaat terdekat dan terjauh,

f. Jumlah pemanfaat,

2. Data evaluasi hasil kuesioner dari responden.

Data hasil kuesioner yang telah dibagi kepada responden selanjutnya

dikumpul lalu dianalisa datanya sesuai dengan evaluasi dan isi format rencana.

Langkah – langkah pengolahan data untuk kuesioner terbuka adalah:

1. Penyusunan data

Pada tahan ini peneliti memperhatikan apakah data yang diperlukan dan yang

sudah dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan data antara lain:

Memilih dan memasukan data yang diperlukan saja sesuai dengan tujuan

penelitian

a. Memilih data yang objektif

Bila data yang dibutuhkan diperoleh dari teknik wawancara atau angket,

maka harus dibedakan antara informasi yang dibutuhkan dengan kesan

responden.

b. Klasifikasi data

Pada tahan ini peneliti melakukan pengelompokan data sesuai dengan

kategori yang dibuat dalam definisi operasional sesuai dengan

pertimbangan peneliti sendiri berdasarkan teori maupun penelitian

sebelumnya. Contoh hipotesis penelitian: (Ya/Tidak) klasifikasi datanya (

c. Analisis data

36
Analisis data dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan bantuan

perangkat lunak komputer tergantung kemampuan peneliti dan kesulitan

dalam pengolahan data. Bantuan perangkat lunak komputer paling sering

digunakan karena sangat membantu peneliti mengolah data dan

menghemat waktu. Hal yang harus duperhatikan adalah komputer tidak

dapat memahami esensi penelitian kita, jadi peneliti harus secara benar dan

teliti melakukan pengolahan data dengan baik dan benar mulai dari

tahapan awal hingga akhir.

Tabel ( 14 ). Lembaran Kode

Nomor Nomor Pertanyaan


Responden 1 2 3 4 Dst
001
002
003
004
005
006
dst
Sumber : Notoatmodjo (2010)1

Table (15 ). Contoh Kartu Kode

1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30

Sumber : Notoatmodjo (2010)

2. Pengolahan Data dengan Komputer

Pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer biasanya terdiri

dari beberapa tahap antara lain:

37
a. Editing, merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir

atau alat ukur penelitian yang kita gunakan.

b. Coding merupakan kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi

data dalam bentuk angka/bilangan.

c. Entry, Pada tahap ini semua data yang telah di edit/sunting dan di coding

atau semua data yang sudah lengkap dimasukan kedalam aplikasi

komputer. Walaupun menggunakan program komputer, peneliti harus

paham benar dengan penelitiannya karena program tersebut tidak

memahami substansi yang diteliti, sehingga bisa saja hasilnya diperoleh,

tetapi tidak sesuai dengan substansi yang ada.

d. Processing adalah memproses data tersebut agar data yang sudah di entry

dianalisis, agar dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan

penelitian, dan membuktikan apakah hipotesis yang sudah dirumuskan

terbukti benar atau ditolak dari hasil analisis tersebut. Aplikasi komputer

yang paling sering digunakan adalah program SPSS dibandingkan dengan

aplikasi statistik lainnya. Langkah-langkah tersebut dapat dibaca pada

manual dalam modul atau buku ajar yang tersedia dari berbagai sumber.

e. Cleaning data atau pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah dientri apakah sudah betul atau ada kesalahan pada

saat memasukan data/entry data. Tahapan cleaning data antara lain:

1. Mengetahui adanya missing data

Cara untuk mengetahui ada tidaknya missing data adalah dengan

membuat list (distribusi frekuensi) dari variabel yang ada. Misalnya data

38
yang diperoleh dari 100 responden, dengan variabel Kejadian Anemia

dan Pendidikan. Contohnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

2. Mengetahui variasi data

Variasi data yang diketahui menungkinkan kita mengetahui apakah data

yang sudah di entry benar atau salah. Untuk melihat konsistensi data

dapat dilakukan dengan cara menghubungkan dua variabel. Contoh dapat

dilihat pada tabel 4 dan 5 dengan menggunakan variabel anemia dan

tingkat pendidikan.

f. Melakukan uji validasi dan uji reliabilitas data

H. Perencanaan Redesain Wadah TPS Sampah .

Bersumber dari buku modul pelatihan berbasis kompetensi bidang

persampahan oleh Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah 2,Wiyung

Surabaya,2010. Pada desain pewadahan harus memperhatikan hal sebagai

berikut:

a. Persyaratan bahan pewadahan adalah :

1. Tidak mudah rusak dan kedap air, kecualu kantong plastic/kertas.

2. Mudah untuk diperbaiki

3. Ekonomis, mudah diperoleh/dibuat oleh pemanfaat.

b. Ukuran volume pewadahan ditentukan berdasarkan :

1. Jumlah penghuni tetap setiap rumah

2. Tingkat kehidupan masyarakat

3. Frekuensi pengambilan / pengumpulan sampah.

4. Cara pengambilan sampah (manual/mekanik)

39
5. Sistem pelayanan ( individual / komunal)

6. Sumber sampah besar (hotel dan restoran) boleh dibelakang dengan

alas an estetika dan kesehatan, dengan syarat menjamin kemudahan

diambil.

c. Data yang diperlukan dalam perencanaan adalah :

1. Peta penyebaran penduduk

2. Luas daerah yang dikelola

3. Jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi pendapatan tinggi,

menengah dan rendah.

4. Jumlah rumah berdasarkan tipe

5. Besaran timbulan sampah perhari, perhitungan ini diperlukan pada

skala komunal lengkap dan untuk perencanan yang terdapat proses

pengelohan terpadu seperti TPST atau TPA.

6. Jumlah bangunan dan fasilitas umum

7. Kondisi jalan (panjang, lebar dan kondisi fisik)

8. Kondisi topografi dan lingkungan

9. Ketersediaan lahan untuk lokasi TPS

10. Karakteristik sampah

Walaupun berfungsi sebagai tempat penyimpanan sampah yang bersifat

sementara, akan tetapi harus disediakan sarana pewadahan yang sesuai

dengan volume yang ada. Pola penanganan sampah dibedakan atas

wadah individu dan komunal.

40
d. Penempatan Wadah TPS

Di Indonesia, standart tata cara pengelolaan teknik sampah perkotaan,

Departemen Pekerjaan Umum (SK SNI T-13-199-F) menyebutkan bahwa

wadah TPS sampah sebaiknya:

1. Wadah individual

- di halaman muka ( tidak di luar pagar)

- di halaman belakang ( untuk sumber sampah dari hotel dan

restoran).

2. Wadah komunal

- Tidak mengambil lahan trotoar dan tidak dipinggir jalan protocol

- Sedekat mungkin dengan sumber sampah

- Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya

- Di tepi jalan besar, pada lokasi yang mudah pengoperasiaanya

e. Pemeliharaan wadah sampah individu dan komunal

1. Wadah sampah harus dicuci bersih segera setelah dikosongkan isinya

2. Wadah sampah ditiriskan dengan cara diletakkan terbalik

3. Wadah sampah yang rusak/retak harus segera diganti.

4. Wadah sampah komunal dicuci minimal satu kali seminggu

5. Wadah sampah komunal yang terbuat dari serat kaca atau logam harus

dicat ulang minimal setiap tahun sekali

Persyaratan bahan untuk wadah sampah tidak mudah rusak dan kedap air,

ekonomis mudah diperoleh dibuat olrh masyarakat, mudah dikosongkan. Seperti

tabel (1) di bawah ini :

41
No Pola Pewadahan Individual Komunal
1 Bentuk Kotak, Silinde, Kotak, Silinde,
Kontainer, Bin (tong), Kontainer, Bin
semua bertutup, (tong), semua
kantong plastic bertutup
2 Sifat Ringan, mudah Ringan, mudah
dipindahkan dan dipindahkan dan
mudah dikosongkan mudah
dikosongkan
3 Jenis Logam, plastic, Logam, plastic,
fiberglass (GRP), fiberglass (GRP),
kayu, bamboo dan kayu, bamboo
rotan. dan rotan.
4 Pengadaan Pribadi, Instansi, Instansi Pengelola
Pengelola

I. Pembuatan Gambar Desain TPS.

Dalam penggambaran redesain TPS ini akan menggunakan aplikasi gambar

yang umum digunakan dalam keteknikan yakni: AutoCAD, aplikasi ini

banyak digunakan untuk gambar bestek 2 dan 3 dimensi yang memenuhi

unsur utama teknik menggambar dalam bidang perencanaan. Lalu Skecth Up,

Aplikasi ini banyak digunakan untuk rendering dan visualisasi gambar 3

dimensi untuk presentasi.

G. Spesifikasi Teknis Desain.

Mengikuti pola sesuai standar yang ada, serta menuangkannya dalam bentuk

deskriptif setiap komponen dan bagian desain, bahan, fungsi dan kelebihan

dan kekurangannya.

F. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Bak Sampah

Perhitungan RAB disesuai dengan daftar harga dan bahan kota kendari.

42

Anda mungkin juga menyukai