Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

A. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan


Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk
lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring
merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan (Nanda
Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan
praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan
menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan
pelayanan kesehatan yang tepat.
Terdapat tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk
care terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, etika dan aspek spiritual
dalam caring terhadap orang lain yang sakit (Fry, 1988).
1. Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah
kewajiban kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat
memiliki tugas profesional untuk memberikan care”. Untuk itu, kita sebagai
perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap care sebagai kontrak
kerja kita.

2. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah,
bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam situasi
tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat memberikan
asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu merupakan suatu tindakan
yang benar dan sesuatu yang penting. Dengan care perawat dapat memberikan
kebahagiaan bagi orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain
adalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious
adalah orang yang care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih karena
dia adalah anggota suatu agama atau kepercayaan, perawat harus care
terhadap klien.

Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan


mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk
menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan cara yang
terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.
Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan
melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan
lain-lain (Nurachmah,2001; Dwidiyanti,1998; Barnhart, etal, 1994, dalam
Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985). Perawat perlu mengenali kebutuhan
komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal
klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih
ke tingkat yang selanjutnya. Perawat juga harus memberikan informasi kepada
klien. Perawat bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.
Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan
seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan
dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang
tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang
baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan,
memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan
memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari
kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain.
B. Sikap Keperawatan Yang Berhubungan dengan Caring
Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran,
sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual,
dan perawatan keluarga.
1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang
lainnya yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan
manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan
“ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik,
melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti
perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993). Kehadiran
seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena
situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan
perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan
sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kullit
dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua
jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :
a. Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan
sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan
prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan
secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
b. Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan
klien, memijat punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau
terlibat dalam pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga
diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson,
1994).
c. Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan
untuk melindungi perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari
sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan
cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan
merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan
ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat dalam memahami
dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk
mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami
klien. Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam
membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat
terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995).
Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara
klien dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
5. Caring Dalam Spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik,
baik melalui hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri,
interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan lingkungan, serta
transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien
dapatmemahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan
yang baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat;mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial,
emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring
menghubungkan manusia dengan manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi
keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi
informasi dengan perawat untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan.
Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam proses
penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga. Menunjukkan
perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan
yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik dengan anggota
keluarga klien.

C. Persepsi Perawat Tentang Perilaku Caring


Berlawanan dengan perspektif pasien, Ford (1981 dalam Morrison &
Burnard, 2009) menggunakan sampel terdiri dari hampir 200 orang perawat
untuk mendefinisikan caring dalam kata-kata mereka sendiri dan untuk
menggambarkan perilaku caring yang mereka lakukan. Sebuah kuesioner
digunakan untuk mengumpulkan data. Analisis data mengungkapkan dua kategori
mayor yang merefleksikan:

1. Perhatian tulus terhadap kesejahteraan orang lain.


2. Mempersembahkan diri sendiri.
Beberapa contoh perilaku caring yang dijelaskan oleh perawat dalam
penelitian adalah mendengarkan, menolong, menunjukan rasa hormat, dan
mendukung tindakan orang lain. Sudut pandang perawat gagal menitikberatkan
dimensi “tugas” yang ditekankan dalam penelitian lain yang melibatkan persepsi
pasien, seperti yang dilaporkan oleh Brown (1982).

Forrest (1989, dalam Morrison & Burnard, 2009) memberikan analisis


fenomenologis mengenai pengalaman perawat dalam caring terhadap pasien.
Pendekatan fenomenologis dikarakteristikkan dengan penekanannya pada
pengalaman hidup. Pendekatan tersebut berupaya memahami fenomena (dalam
hal ini caring terhadap orang lain) dari perspektif individu yang sedang diteliti.
Dengan strategi yang sangat kualitatif dan mendalam, muncul gambaran detail
yang menyampaikan beberapa faktor kompleks yang mempengaruhi caring dalam
keperawatan.
D. Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring
Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang
dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk
memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson
(1991 dalam Monica, 2008) menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari
bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang,
hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti
melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan
seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan
seseorang dalam menjalani hidup (Potter & Perry, 2005).
Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai Caring
menegaskan apa yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien
menilai efektivitas perawat dalam menjalankan tugasnya. Klien juga menilai
pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri
dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang bermakna bagi klien,
menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima Caring dan
pendekatan apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap
Caring merupakan permulaan yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan
persepsi dan harapan khusus klien. Membangun suatu hubungan yang baik
terhadap klien dapat membantu perawat mengetahui apa yang penting bagi klien.
Sikap ini juga membantu perawat mengatasi perbedaan antara persepsi perawat
dan klien tentang Caring. Perawat harus mengetahui siapa klien dan mengenali
klien agar suatu hubungan yang baik terwujud dan perawat mampu memilih
pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.

E. Cara Mengukur Perilaku Caring


Perilaku caring dapat diukur dengan beberapa alat ukur (tools) yang telah
dikembangkan oleh para peneliti yang membahas ilmu caring. Beberapa
penelitian tentang caring bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Watson (2009)
menyatakan bahwa pengukuran caring merupakan proses mengurangi
subyektifitas, fenomena manusia yang bersifat invisible (tidak terlihat) yang
terkadang bersifat pribadi, ke bentuk yang lebih obyektif. Oleh karena itu,
penggunaan alat ukur formal dapat mengurangi subyektifitas pengukuran perilaku
caring.
Tujuan pemakaian alat ukur formal pada penelitian keperawatan tentang
perilaku caring antara lain: untuk memperbaiki caring secara terus menerus
melalui penggunaan hasil (outcomes) dan intervensi yang berarti untuk
memperbaiki praktik keperawatan; sebagai studi banding (benchmarking)
struktur, setting, dan lingkungan yang lebih menujukkan caring; mengevaluasi
konsekuensi caring dan non caring pada pasien maupun perawat. Alat ukur formal
caring dapat menghasilkan model pelaporan perawatan pada area praktik tertentu,
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan proses caring dan melakukan intervensi
untuk memperbaiki dan menghasilkan model praktik yang lebih sempurna. Selain
itu, penggunaan alat ukur formal dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang hubungan caring, kesehatan dan proses kesembuhan dan
sebagai validasi empiris untuk memperluas teori caring serta memberikan
petunjuk baru bagi perkembangan kurikulum, keilmuan keperawatan, dan ilmu
kesehatan termasuk penelitian (Watson, 2009).
Pengukuran perilaku caring perawat dapat dilakukan melalui pengukuran
persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat. Penggunaan persepsi pasien
dalam pengukuran perilaku caring perawat dapat memberikan hasil yang lebih
sensitif karena pasien adalah individu yang menerima langsung perilaku dan
tindakan perawat termasuk perilaku caring (Rego, Godinho, McQueen, 2008).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk
lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam caring terdapat tiga
makna yang ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian,
bertanggung jawab, dan ikhlas. Perawat, sebagai profesional, berada di bawah
kewajiban kontrak untuk care. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat
dari perilaku caring yang dimiliki perawat. Jika perawat memiliki sikap sensitif,
simpatik, melindungi klien, memberi kenyamanan, menunjukkan kemampuan,
maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi perasaan yang dimilikinya.
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan
praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan
menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan
pelayanan kesehatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P. A. & Perry A. G. (2005). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and


Practice. 6th Ed. St. Luois, MI : Elsevier Mosby.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing : Concepts, Process, and
Practice.6th Ed. St Louis, MI : Elsevier Mosby. Hal 110-111.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Buku I
hal.164-165. Terjemahan Penerbit Salemba Medika.

Potter, P.A & Perry, A.G. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku I.
Terjemahan. Salemba Medika : Jakarta

Morrison, Paul & Philip Burnard.1997. “Caring and Communicating Hubungan


Interpersonal dalam Keperawatan”. Jakarta : EGC

Tomey, AM, Alligood, MR. 2006. Nursing Theorists. Six Edition. Mosby : US Of
America

Potter, P. A & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Buku 1.


Terjemahan. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A. J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practice. 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Tomer, Marriner and Alligood. (1998). Nursing Theorists and their Work.
Philadelphia: Mosby.
Watson, J. 2009. Assessing and Measuring Caring in Nursing and Health Sciences. 2 nd
Edition. New York
Sartika, Nanda. (2011) Konsep Caring. Diambil dari http://www.pedoman.news.com.
http://andaners.wordpress.com/2011/03/18/teori-filosofi-keperawatan-jean-
watson/ http://www.rnjournal.com/journalofnursing/caring.html. di akses pada
tanggal 26 september 2017

Http://www.fik.ui.ac.id/pkko/files/MEMBANGUN%20PRIBADI%20CARING
%20PERAWAT.doc. di akses pada tanggal 26 september 2017

Http://trilestari.staff.umm.ac.id/files/2010/01/Konsep-Caring-vs-Curing1.ppt. di akses
pada tanggal 26 september 2017.

Anda mungkin juga menyukai