Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita senantiasa ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena curahan rahmat
serta karunianya lah kami akhirnya sampai pada tahap menyelesaikan laporan hasil survey
Arsitektur Landscape Stadion Utama Riau.

Kami juga sadar bahwa pada makalah ini tetap ditemukan banyak kekurangan serta
jauh dari kesempurnaan. Dengan demikian, kami benar benar menantinya adanya kritik dan
saran untuk perbaikan makalah yang hendak kami tulis di masa yang selanjutnya, menyadari
tidak ada suatu hal yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Kami berharap makalah sederhana ini bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama
untuk para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada perkataan yang tidak
berkenan di hati.

Pekanbaru,21 November 2018

Penulis

ARSITEKTUR MELAYU (Rumah Iman Zinuddin-Desa Lalang, Siak) i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B.Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C.Tujuan Pengamatan ......................................................................................................... 1
D.Metode Pengumpulan Data…… ..................................................................................... 2

BAB II METODE KEGIATAN


A.Diskusi Kegiatan ............................................................................................................. 3
B. Metode Survey ............................................................................................................... 3

BAB III IDENTIFIKASI BANGUNAN


A. Lokasi Bangunan ......................................................................................................... 4
B. Data Umum .................................................................................................................. 4
C. Pengukuran dan Penggambaran Ulang ........................................................................ 5
D. Identifikasi Elemen Bangunan ..................................................................................... 6

BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan dan Saran .................................................................................................... 10

ARSITEKTUR MELAYU (Rumah Iman Zinuddin-Desa Lalang, Siak) ii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur lanskap adalah ilmu seni perencanaan (planning) dan perancangan
(design) serta pengaturan dari pada lahan, penyusun elemen-elemen alam dan buatan
melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya dengan memperhatikan keseimbangan
kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, hingga pada akhirnya dapat
tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis.

Lanskap, sering diberi pengertian oleh ahli geografi dengan bentang alam atau
kenampakan di atas permukaan bumi termasuk komponen penyusun hasil kegiatan dan
pengaruh manusia. Pengertian ini memberikan suatu indikasi bahwa cakupan dari
bentang alam terdiri atas elemen fisik, elemen biotis dan elemen dari hasil budidaya
manusia. Bentang alam ini dapat ditetapkan berdasar batas-batas yang diinginkan. Ini
berarti bahwa lanskap dapat ditetapkan dalam dimensi skala makro, meso dan dapat pula
dalam dimensi mikro. Oleh karena itu sangat luasnya pengertian lanskap, maka penulis,
termasuk Zonneveld dan Foreman (1990), lanskap diberikan pengertian, termasuk hal-
hal sebagai berikut :

1.Lanskap selalu terdiri atas hasil dari proses alam dan buatan manusia dalam jangka
waktu tertentu, saat ini dan pada waktu yang lalu.
2.Lanskap selalu berubah dari waktu ke waktu. Tetapi perubahannya tidak dalam tingkat
yang sama. Perubahan ada yang secara gradual tetapi ada perubahan yang tiba-tiba
karena suatu bencana alam. Apabila terjadi perubahan yang mendadak pasti akan terjadi
proses pemulihan yang terjadi secara perlahan hingga mencapai keseimbangan baru.

Keseimbangan ini dapat ditandai dari parameter fisik, kimia dan biologik. Meskipun
dinamika lanskap ini terjadi kadang-kadang tidak terduga, tetapi dalam waktu tertentu
dapat diprediksi seperti proses suksesi atau proses degradasi.

3.Lanskap merupakan sistem terbuka. Sistem ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal. Lanskap dapat dipahami dengan memperhatikan daur materi, aliran energi dan
organisma.
4.Lanskap sangat beraneka ragam (heterogeneous) dalam susunan horizontal dan
vertikal. Dalam aspek vertikal dapat diketemukan pada lapisan yang ada di atmosfer,
tegakan hutan dan lapisan tanah. Sementara susunan horizontal dapat diketemukan batas-
batas land from (bentuk lahan), land unit (unit lahan) dan land use (penggunaan lahan).

Dalam skala makro, lanskap dapat ditetapkan mulai dari puncak gunung hingga batas
cakrawala di mana perairan laut sebagai batas, atau daratan dengan batas garis pantai.
Lanskap yang demikian ini adalah lanskap dalam perspektif geomorfologi. Tetapi
lanskap dapat pula, ditetapkan dalam skala meso yaitu suatu kota atau pedesaan.
Sementara dalam skala mikro, bentang alam dapat ditetapkan dalam batas seuatu
kawasan. Apabila diperhatikan, pada hakekatnya bentang alam dalam skala makro
merupakan permukaan bumi. Secara fisik, permukaan bumi ini terdiri atas darat, udara
dan laut. Ketiga komponen tersebut disebut fisiografi. Jadi fisiografi adalah permukaan
ARSITEKTUR MELAYU (Rumah Iman Zinuddin-Desa Lalang, Siak)| 1
bumi yang terdiri atas darat, udara dan laut (Lobeck, 1939). Ketiga komponen
permukaan bumi ini, dipelajari dalam ilmu yang berbeda. Komponen daratan dipelajari
dalam ilmu geomorfologi, udara dipelajari dalam ilmu meteorologi, dan komponen laut
dipelajari dalam ilmu oseanologi

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan Masalah dalam pengamatan ini adalah :

1.3 Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan dari pengamatan ini adalah:

1.4 Lingkup Pembahasan


1.5 Metode Pembahasan
1.6 Kerangka Pola Pikir
1.7 Sistematika Pembahasan

ARSITEKTUR MELAYU (Rumah Iman Zinuddin-Desa Lalang, Siak)| 2


BAB II
TINJAUAN TAMAN SEBAGAI RUANG PUBLIK

2.1 Pemahaman Umum Ruang Publik


2.2.1 Pengertian Umum Ruang Publik
Ruang publik adalah ruang yang berfungsi untuk tempat menampung aktivitas
masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok, dimana bentuk ruang
publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan (Rustam
Hakim,1987).Menurut Carr dkk (1992), tipologi ruang publik penekanan kepada
karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya. Carr dkk membagi tipologi
ruang publik diantaranya adalah: Jalan, taman bermain, jalur hijau, perbelanjaan
dalam ruang, ruang spontan dalam lingkungan hunian, ruang terbuka komunitas,
square dan plaza, pasar, tepi air. Carr dalam Carmona, et al (2003) mengemukakan
adanya keterlibatan pasif (passive engagement) dan aktif (active engagement) dalam
pemanfaatan ruang publik. Kedua bentuk pengalaman ini terjadi sebagai akibat
adanya proses interaksi tersebut, dimana pengguna ruang publik dapat melakukan
interaksi dengan cara yang berbeda. Ruang sebagai wadah harus mampu
menyediakan lingkungan yang kondusif bagi terpenuhinya syarat interaksi, yaitu
memberi peluang bagi terjadinya kontak dan komunikasi sosial. Interaksi sosial
dapat terjadi dalam bentuk aktivitas yang pasif seperti sekedar duduk menikmati
suasana atau mengamati situasi dan dapat pula terjadi secara aktif dengan
berbincang bersama orang lain membicarakan suatu topik atau bahkan melakukan
kegiatan bersama.Sedangkan menurut Roger Scurton (1984) setiap ruang publik
memiliki makna sebagai berikut: sebuah lokasi yang didesain seminimal apapun,
memiliki akses yang besar terhadap lingkungan sekitar, tempat bertemunya
masyarakat/pengguna ruang publik dan perilaku masyarakat pengguna ruang publik
satu sama lain mengikuti norma-norma yang berlaku setempat. Ruang Publik Secara
Ideal Menurut Carr, ruang publik harus memiliki tiga hal yaitu responsif, demokratis,
dan bermakna. Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat
digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas yang memiliki fungsi
lingkungan hidup. Artinya ruang publik dapat digunakan oleh masyarakat umum dari
berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta akses bagi berbagai
kondisi fisik manusia. Memiliki arti ruang publik harus memiliki tautan antara
manusia, ruang, dan dunia luas dengan konteks sosial. Dengan kata lain, ada sistem
pemaknaan dalam ruang publik.

2.2.2 Pengertian Taman


3 Taman adalah sebuah area atau sebidang tanah yang ditanami berbagai tumbuhan dan
diberikan beberapa komponen tambahan yang bermanfaat bagi manusia. Komponen
didalam taman terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang saling mendukung satu
sama lain. Komponen biotik taman, antara lain: manusia, hewan, dan tumbuhan.
Sedangkan komponen abiotik taman, antara lain: tanah, air, udara, dan cahaya matahari.
Pada sebagian taman terdapat beberapa komponen tambahan seperti air mancur, jalan

ARSITEKTUR MELAYU (Rumah Iman Zinuddin-Desa Lalang, Siak)| 3


setapak, kolam, gazebo, ayunan, dan berbagai hiasan lain yang dapat menambah nilai
estetika taman. Pada umumnya taman dibuat untuk menyusun, menanam, dan menata
berbagai tanaman, seperti pohon, rumput, dan bunga sebagai salah satu upaya
penghijauan. Tujuan umum dibuatnya taman adalah untuk menjadikan suatu area
menjadi lebih indah, sejuk, nyaman, dan tertata secara rapi.
4
5 Berdasarkan kepemilikannya taman dibedakan menjadi dua, yaitu taman pribadi dan
taman umum.
6 1. Taman pribadi, yaitu taman yang dibuat dan digunakan untuk kepentingan pribadi
(perorangan). Tujuan dibuatnya taman pribadi bermacam-macam, tergantung pada
keinginan seseorang. Ada yang untuk keindahan, penyejuk, atau bahkan tempat bermain
anak. Taman pribadi biasanya dibuat di rumah atau lahan milik pribadi, misalnya taman
di pekarangan rumah, taman di halaman belakang rumah, taman diatap rumah (rooftop),
dan sebagainya.
7
8 2. Taman umum, yaitu taman yang dibuat di tempat-tempat umum, dan dapat digunakan
oleh orang banyak. Taman umum biasanya dibuat untuk memberikan manfaat pada
orang banyak serta menambah nilai estetika dari suatu tempat, misalnya taman
perumahan, taman kantor, taman kota, dan sebagainya.

8.2.1 Pengertian Taman Sebagai Ruang Publik


Ruang dalam suatu wilayah perkotaan diorganisasikan secara rasional dan fungsional,
cenderung dizonasikan ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah, yaitu hunian-kerja-
rekreasi (Sunaryo, 2010). Taman kota hadir sebagai lokasi yang dapat digunakan oleh
masyarakat untuk melakukan rekreasi aktif maupun pasif. Keberadaan taman di dalam kota
merupakan respon langsung terhadap tuntutan spesifik dari masyarakat maupun dari kota
itu sendiri. Perkembangan taman kota pun tidak bisa dipisahkan dari pola perkembangan
kota secara keseluruhan. Harga tanah yang kian tinggi dan sempitnya ruang terbuka yang
tersisa dalam kota, mau tidak mau harus ada usaha untuk meningkatkan kegunaan taman
secara intensif (Arifin, 1991). Fungsi taman kota tidaklah hanya sebagai pengisi ruang di
suatu wilayah perkotaan, namun taman kota memiliki peran dalam aspek lanskap,
pelestarian lingkungan serta estetika. Lebih lanjut, taman kota merupakan salah satu
kebutuhan bagi masyarakat. Manusia tidak hanya membutuhkan sandang, pangan dan
papan saja, namun manusia juga membutuhkan ruang untuk relaksasi dan kontak sosial,
seperti teori hirarki kebutuhan yang dikemukan oleh Abraham H. Maslow.

ARSITEKTUR MELAYU (Rumah Iman Zinuddin-Desa Lalang, Siak)| 4


Hirarki yang paling mendasar atau pertama dari kebutuhan manusia adalah kebutuhan
fisiologis (phisiological needs). Manusia akan selalu didorong untuk memenuhi kebutuhan
yang paling mendasar. Kebutuhan sarana dan prasarana kota bagi masyarakat tidak hanya
berupa bangunan atau jalan, namun masyarakat juga butuh ruang terbuka berupa taman-
taman kota untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Taman kota merupakan bagian dari
RTH publik yang dalam penyediaannya memang menjadi tanggung jawab pemerintah tingkat
kota. Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Metro 2011-2031, mencantumkan menganai arahan fungsi pembangunan
RTH, yaitu sebagai kawasan resapan air, rekreasi, tempat olahraga, tempat bermain anak-
anak, buffer zone kawasan sempadan sungai dan industri. Taman kota sebagai bagian dari
RTH termasuk dalam kawasan lindung. Kawasan lindung yaitu wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sunber daya
alam dan sumber daya buatan. Berikut adalah ketentuan tentang taman kota sebagai
kawasan lindung.

2.2 Unsur-Unsur Ruang Publik

Bentuk dari ruang publik bergantung pada pola dan susunan massa bangunan.
Menurut sifatnya ruang umum dapat dibedakan menjadi dua , yaitu:

1. Ruang Tertutup Umum, yaitu ruang yang terdapat di dalam bangunan.


2. Ruang Publik Umum, yaitu ruang yang terdapat di luar bangunan.
Definisi ruang publik umum dapat diuraikan sebagai berikut :

 Bentuk dasar dari ruang publik umum selalu terletak di luar massa bangunan.
 Dapat dimanfatkan dan dipergunakan oleh setiap orang.
 Memberi kesempatan untuk bermacam – macam kegiatan.

ARSITEKTUR MELAYU (Rumah Iman Zinuddin-Desa Lalang, Siak)| 5


Contoh ruang publik umum adalah jalan, pedestrian, taman lingkungan, plaza,
taman kota, dan taman rekreasi.

Definisi ruang publik khusus dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bentuk dasar ruang publik selalu terletak di luar massa bangunan.


2. Dimanfaatkan untuk kegiatan terbatas dan dipergunakan untuk keperluan khusus /
spesifik.
Contoh ruang publik khusus adalah taman rumah tinggal , taman lapangan upacara,
daerah lapangan terbang , dan daerah untuk latihan kemiliteran. Menurut
kegiatannya, ruang publik terbagi atas dua jenis , yaitu ruang publik aktif dan ruang
publik pasif.

1. Ruang publik Aktif, adalah ruang publik yang mempunyai unsur – unsur kegiatan di
dalamnya. Misalkan bermain, olahraga, jalan-jalan, dan lain-lain. Ruang publik ini dapat
berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja, penghijauan tepi
sungai sebagai tempat rekreasi, dan lain-lain.
2. Ruang publik Pasif, adalah ruang publik yang di dalamnya tidak mengandung unsur –
unsur kegiatan manusia. Misalkan penghijauan tepian jalur jalan, rel kereta api, bantaran
sungai, ataupun penghijauan daerah yang bersifat alamiah. Ruang publik ini berfungsi
sebagai keindahan visual dan fungsi ekologis semata.
Ditinjau dari Segi Bentuk Menurut Rob Rimer (Urban Space) bentuk ruang publik
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Ruang publik berbentuk memanjang (koridor) pada umumnya hanya mempunyai batas
pada sisi-sisinya, misalkan, bentuk ruang publik jalan, dan bentuk ruang publik sungai.
2. Ruang publik berbentuk membulat pada umumnya mempunyai batas di sekelilingnya,
misalkan, bentuk ruang lapangan upacara, bentuk ruang area rekreasi, dan bentuk ruang
area lapangan olahraga.
Berdasarkan sifatnya ada dua jenis ruang publik, yakni :

1. 1. Ruang publik Lingkungan adalah ruang publik atau ruang yang disengaja dibuat untuk
memenuhi fungsi tertentu yang terdapat pada suatu lingkungan yang sifatnya umum
2. 2. Ruang publik Antar Bangunan adalah ruang publik yang tidak disengaja yang terbentuk
oleh massa bangunan. Ruang publik ini mempunyai fungsi antara dapat bersifat umum
ataupun pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya.
Menurut Utermann dan Small terdapat tiga fungsi ruang publik bila dihubungkan
dengan bidang arsitektur , yaitu :

1. Ruang publik untuk kenyamanan (jalan setapak , jalur hijau , taan dan daerah bermain).
2. Ruang publik serius (area parker dan ruang – ruang pelayanan lainnya).
3. Ruang publik untuk menciptakan bentuk dan citra.
Adapun ruang terbuang yakni ruang mati atau ruang “sisa” yang ada pada bangunan
adalah ruang yang di dalam desain harus dihindari. Bila ini terjadi maka
perancangan ruang yang diolah menandakan belum adanya pemikiran secara utuh
terhadap pemanfaatan tapak secara keseluruhan. Ruang luar menurut kesan
fisiknya terbagi atas :
ARSITEKTUR MELAYU (Rumah Iman Zinuddin-Desa Lalang, Siak)| 6
1. Ruang positif, yairu suatu ruang publik yang diolah dengan perletakan massa bangunan/
objek tertentu yang melingkupinya dan memberikan manfaat disebut ruang positif.
Biasanya di dalamnya terkandung berbagai kepentingan dan kegiatan manusia.
2. 2. Ruang negatif, yaitu ruang publik yang menyebar dan tidak berfungsi dengan jelas serta
bersifat negative , biasanya terjadi secara spontan tanpa kegiatan tertentu. Terbentuk
dengan tidak terencanakan, tidak terlingkup dan tidak termanfaatkan dengan baik sesuai
dengan kebutuhan. Dapat pula terbentuk akibat adanya ruang yang terbentuk antara dua
atau lebih bangunan yang tidak direncanakan khusus sebagai ruang publik.

2.3 Ruang Publik Sebagai Kawasan


2.3.1 Aktivitas pada Ruang Publik
Ruang Terbuka Publik harus dapat diakses secara fisik maupun visual oleh
masyarakatRapoport (1977) menyatakan bahwa terjadinya aktivitas di suatu
lingkungan termasuk ruang publik dapat dianalisa dalam empat komponen: 1.
Aktivitas sesungguhnya (makan, berbelanja, minum, berjalan). 2. Aktivitas spesifik
untuk melakukannya (berbelanja di bazaar, minum di bar, berjalan di jalan, duduk di
lantai, makan bersama orang lain. 3. Aktivitas tambahan, berdampingan atau
terasosiasi yang mana menjadi bagian dari sistem aktivitas (berbelanja sambil
bergosip, pacaran sambil jalan jalan). 4. Aktivitas simbolik (berbelanja sebagai
konsumsi yang menyolok, memasak sebagai religi, cara menegakkan identitas
sosial). Berdasarkan klasifikasi aktivitas di atas, Rapoport (1977) juga menyatakan
bahwa sebuah aktivitas dapat terdiri dari berbagai sub aktivitas yang berhubungan
satu sama lainnya, yang dikenal dengan istilah sistem aktivitas (system of activity).
Sistem aktivitas dalam sebuah ruang publik berkaitan erat dengan 3 elemen utama.
Elemen aktivitas tersebut terbagi atas: 1. Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai activity
support kawasan. 2. Parkir 3. Pejalan kaki, berkaitan dengan pola
pergerakan/sirkulasinya Peran elemen arsitektural suatu ruang publik terhadap pola
aktivitas tidak hanya terjadi pada ruang publik itu sendiri, namun juga mempunyai
pengaruh terhadap lingkungan sekitar ruang publik tersebut, kaitannya dengan
bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya (Septariani, 2010).
2.3.2 Fasilitas Pendukung Vitalitas Ruang Publik Sebagai Kawasan

2.4 Permasalahan pada Ruang Publik

BAB III

DESAIN LANDSCAPE PADA AREA STADION UTAMA RIAU

3.1 Tinjauan Stadion Utama Riau Sebagai Lokasi Proyek

3.2 Deskripsi Proyek

ARSITEKTUR MELAYU (Rumah Iman Zinuddin-Desa Lalang, Siak)| 7


3.3 Identifikasi Program Ruang

3.4 Analisa Site

3.5 Analisa Fungsi

BAB IV

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LANDSCAPE PADA AREA


STADION UTAMA RIAU

4.1 Konsep

4.2 Siteplan

4.2 Konsep Pembagian Ruang

4.3 Konsep Pola Sirkulasi

4.4 Konsep Zonasi

4.5 Vegetasi

4.6 Hardscape

ARSITEKTUR MELAYU (Rumah Iman Zinuddin-Desa Lalang, Siak)| 8

Anda mungkin juga menyukai