Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang muncul dari otot polos uterus.
Mioma uteri sering dikenal dengan leiomioma atau uterine fibroids. Kejadian
mioma sebesar 20 – 40% pada wanita usia diatas 35 tahun. Mioma lebih sering
terdapat pada wanita ras kulit hitam (afrika-amerika) dibandingkan wanita ras
kulit putih.1,2

Penyebab pasti dari tumor ini hingga kini belum diketahui secara jelas.
Mioma biasanya tidak terdeteksi sebelum pubertas dan berespon terhadap
hormon, umumnya tumbuh hanya selama usia reproduksi. Tumor ini dapat
tumbuh terisolasi atau tumbuh dengan jumlah multipel, dengan berbagai variasi
ukuran.3,4

Walaupun umumnya mioma bersifat asimtomatis, mioma dapat


menimbulkan berbagai komplikasi seperti metoragia dan menoragia, nyeri, retensi
urin, nyeri punggung bawah, konstipasi, bahkan infertilitas sehingga dapat
memperburuk kualitas hidup wanita. Mioma merupakan salah satu indikasi
terbanyak dilakukan histerektomi di Amerika Serikat dan Australia.1,3 Maka dari
itu, penting untuk mengetahui lebih dalam mengenai mioma sehingga penegakan
diagnosis dan terapi dapat dilakukan lebih dini.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Manuruki Tamalate Jeneponto

Suku/bangsa : Makassar / Indonesia

Pekerjaan : IRT

Status pernikahan : Kawin

Status Berobat : Rawat Inap

Bangsal : Cempaka

Tanggal Masuk : 10 November 2019

No. RM : 66 02 23

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Nyeri perut bagian bawah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS Pelamonia Makassar dengan keluhan nyeri yang
dirasakan lebih dari biasanya pada bagian perut bawah. Nyeri dirasakan
memberat sejak ± 1 minggu yang lalu. Nyeri yang dirasakan semakin
bertambah dan terasa menjalar dari perut bagian bawah ke bagian paha,

2
sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya dan mengganggu kualitas
tidurnya. Pasien mengatakan pernah keluar darah yang menggumpal dari
vaginanya. Siklus haid pasien teratur 28 hari tidak ada yang berubah.
Nyeri saat haid di sangkal, pasien merasa sering lemas, nyeri senggama
disangkal, perdarahan berlebih saat haid diakui, teraba benjolan
disangkal. Untuk BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien tidak
merasakan demam.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini beberapa kali dan
sembuh dengan sendirinya.
 Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal.
 Riwayat asma : disangkal.
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
 Riwayat kencing manis : disangkal.
 Riwayat konsumsi alkohol dan rokok : disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat asma : disangkal.
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
 Riwayat kencing manis : disangkal.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sudah menikah selama ± 25 tahun yang lalu. Pasien memiliki 3
anak, bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tinggal bersama suaminya.

III. PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum : baik.
 Kesadaran : compos mentis
 Vital sign
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit dan kuat angkat
Respiratory rate : 20 x/menit

3
Suhu : 36,5˚C
 Status gizi : Kesan gizi baik

a. Status Internus
Kepala : Normocephal.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-)
Hidung : Deviasi (-), secret (-)
Telinga : Nyeri tarik (-), nyeri tekan (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)
Leher : deviasi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Torak :
- Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis
sinistra, nyeri tekan (-).
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal.
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan.
- Pulmo :
Inspeksi : statis, dinamis, retraksi (-).
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-.

Abdomen : Tampak datar, simetris. Nyeri tekan suprapubik (+).


Ekstremitas
Superior : akral dingin (-/-), udem kedua tangan (-/-)
Inferior : akral dingin (-/-), udem kedua kaki (-/-)
b. Pemeriksaan ginekologi
 Pemeriksaan genitalia eksterna :
Inspeksi : massa (-), hiperemis (-), fluor albus (-), darah (-).

4
Palpasi : nyeri tekan (-).
 Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.

IV. RESUME
Pasien Ny. M, wanita 47 tahun datang ke RS Pelamonia Makassar dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah.

Dari anamnesis didapatkan, keluhan nyeri yang dirasakan lebih dari


biasanya pada bagian perut bawah. Nyeri dirasakan memberat sejak ± 1 minggu
yang lalu. Nyeri yang dirasakan semakin bertambah dan terasa menjalar dari
perut bagian bawah ke bagian paha, sehingga mengganggu aktivitas sehari-
harinya dan mengganggu kualitas tidurnya. Pasien mengatakan pernah keluar
darah yang menggumpal dari vaginanya. Siklus haid pasien teratur 28 hari tidak
ada yang berubah. Nyeri saat haid di sangkal, pasien merasa sering lemas, nyeri
senggama disangkal, perdarahan berlebih saat haid diakui, teraba benjolan
disangkal. Untuk BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien tidak merasakan
demam.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran kompos mentis. Tekanan


darah 130/90 mmHg, nadi 83 kali/menit, regular, kuat angkat. Frekuensi nafas 20
kali/menit, suhu 36,5°C.

Pada pemeriksaan genetalia eksterna : tidak ada kelainan. Pemeriksaan


genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.

V. DIAGNOSIS
Mioma Uteri.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium tanggal 10 November 2019.
 Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 6,4 11,7-15,5

5
Lekosit 13,78 3,6 -11
Eritrosit 3,64 3,8 – 5,2
Hematokrit 22,6 35 – 42
Trombosit 612 150-440

 Kimia klinik
Glukosa sewaktu 83 70-200
 Imunologi
HBsAg Non reaktif (-) Non reaktif (-)
 Hemostasis
Clotting Time 9’45” 6 – 15
Bleeding Time 1’15” 1,0 – 3,0
VII. PENATALAKSANAAN
 Infus RL 28 tpm.
 Transfusi PRC 2 bag.
 Histerektomi.

VIII. MONITORING
a. Perbaikan kondisi umum pasien.
b. Tanda vital pasien.

IX. EDUKASI
a. Pasien diberitahu mengenai penyakitnya dan penyebab dari penyakitnya
tersebut.
b. Pasien diberitahu tentang tindakan operasi yang akan dilakukan dan
persiapan-persiapan sebelum operasi.

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terdiri dari otot polos dan
jaringan ikat fibrus. Tumor ini sering juga disebut leiomioma atau fibromioma.
Tumor ini memiliki struktur padat yang mengandung matriks ekstraselular berupa
kolagen, fibronectin, dan proteoglikan.1,5 Tumor ini merupakan tumor jinak yang
paling sering ditemui pada pelvis wanita. Jumlahnya bisa muncul tunggal, tapi
lebih sering dijumpai multipel serta memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari
ukuran mikroskopik (1 mm) sampai dengan ukuran 20 cm dan mengisi hampir
seluruh ruang abdomen.1,3 Mioma dapat muncul di dalam uterus, pada permukaan
luar uterus, atau didalam otot uterus itu sendiri. Pertumbuhan mioma bervariasi,
bisa tetap berukuran kecil selama bertahun-tahun dan tiba-tiba tumbuh pesat atau
tumbuh perlahan selama bertahun-tahun.

B. Epidemiologi
Mioma merupakan tumor jinak paling sering terjadi pada wanita usia
reproduktif.2 Mioma terdeteksi pada 20 – 25% wanita usia reproduktif dan 30 –
40% wanita usia diatas 40 tahun.3 Pada wanita berkulit hitam ras afrika – amerika,
kejadian mioma lebih sering dan gejala mioma yang lebih buruk dibandingkan
dengan wanita berkulit putih. Pertumbuhan mioma uteri tergantung pada hormon
estrogen dan progesteron sehingga tumor ini hampir tidak terdeteksi sebelum
pubertas, cenderung membesar selama kehamilan, dan setelah masa menopause,
ukuran mioma mulai mengecil.1,4

7
C. Etiopatogenesis
Penyebab pasti dari terjadinya mioma uterus sampai saat ini belum
diketahui dengan jelas. Transformasi neoplastik dari myometrium menjadi mioma
melibatkan mutasi somatik myometrium normal dan interaksi kompleks dari
hormon steroid seks dan beberapa protein faktor pertumbuhan lokal. Hormon
estrogen dan progesteron sering dikaitkan dalam perkembangan mioma uteri,
namun mekanisme patogenesisnya masih belum diketahui secara pasti. Estrogen
memicu pembentukan matriks ekstraseluler sehingga membuat tumor membesar.
Progesteron meningkatkan aktivitas mitotik pada wanita muda dan
memungkinkan terjadi down regulation apoptosis tumor.2

Terdapat faktor risiko dan protektif dari mioma uteri secara terinci dapat
dilihat pada Tabel 1. Faktor risiko major pada perkembangan mioma yaitu
peningkatan usia dan ras keturunan afrika.

Tabel 1. Faktor yang dapat memengaruhi terjadinya mioma uteri 1

Faktor risiko Faktor protektif

- Nulipara - Jumlah paritas


- Menarche awal (< 10 tahun) - Menarche lambat (> 16 tahun)
- Riwayat keluarga yang memiliki - Penggunaan kontrasepsi oral
mioma
- Obesitas
- Usia > 40 tahun
- Ras afrika – amerika

Mekanisme pengaruh variasi ras dalam kejadian mioma uteri masih belum
diketahui pasti. Beberapa studi menunjukkan penyebabnya diduga akibat
perbedaan biosintesis dan atau metabolisme estrogen masing-masing ras serta
perbedaan ekspresi dan fungsi reseptor hormo steroid masing-masing ras.
Menarche awal diduga meningkatkan risiko mioma uteri karena makin muda

8
menarche, makin lama terpapar hormon steroid ovarium. Hubungan obesitas
dengan mioma uteri dalam beberapa literature masih inkonsisten. Obesitas
dapat meningkatkan risiko mioma uteri karena resistensi insulin bersamaan
dengan meningkatnya kadar androgen dan Insulin Growth Factor-1 (IGF-1).
Selain itu, kadar estrogen yang meningkat pada wanita obesitas yang
disebabkan oleh peningkatan aromatisasi androgen (konversi androgen
menjadi estrogen) oleh jaringan lemak perifer.3

Terdapat hubungan berbanding terbalik antara risiko mioma dengan


jumlah paritas meskipun mekanismenya belum jelas. Diduga adanya paritas
artinya terdapat penurunan siklus menstruasi dan kehamilan menyebabkan
perubahan pada hormon ovarium, faktor pertumbuhan, kadar reseptor
estrogen, dan perubahan jaringan uterus. Involusi uterus selama masa
postpartum dapat mengurangi ukuran mioma. Melahirkan anak pada usia 25 –
29 tahun memiliki efek protektif paling besar dalam perkembangan mioma
uteri. Penggunaan kontrasepsi oral dari beberapa literature masih
menimbulkan hasil yang inkonsisten.3

D. Klasifikasi
Berdasarkan lokasinya pada uterus, mioma dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, yakni : 1,2

 Mioma intramural : bentuk yang paling umum. Mioma ini terdapat di


dinding uterus di antara serabut miometrium, berbentuk nodul
berkapsul yang terisolasi dalam berbagai ukuran. Tumor ini dapat
menimbulkan distorsi dari ruang uterus atau permukaan luar uterus.
Jika tumor ini muncul dalam jumlah tunggal dapat menyebabkan
pembesaran uterus yang simetris.
 Mioma submukosum : Mioma jenis ini berada di bawah endometrium
dan tumbuh menonjol ke dalam rongga uterus, serta mengadakan
perlekatan dengan uterus melalui pedicle/tangkai dan dapat tumbuh

9
menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myoma
geburt). Tumor ini sering dihubungkan dengan abnormalitas dari
susunan endometrium dan dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
 Mioma subserosum : Mioma jenis ini tumbuh keluar dinding uterus
sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma
subserosum ini dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum
menjadi mioma intraligamenter. Bila mioma subserosum ini tumbuh
pada jaringan disekitar struktur pelvis, dikenal dengan istilah parasitic
leiomyoma.
Diluar organ uterus, hanya sekitar 0,4% mioma dapat tumbuh di serviks.
Mioma sangat jarang ditemukan pada ovarium, tuba, vagina, vulva. Jenis mioma
berdasarkan lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.6

Gambar 1. Klasifikasi mioma berdasarkan lokasinya pada uterus 6

Sewaktu-waktu mioma dapat mengalami proses degenerasi dan nekrosis


akibat lemahnya suplai darah menuju mioma. Mioma dapat berdegenerasi menjadi

10
beberapa bentuk, yaitu degenerasi hialin, kalsifikasi, kistik, merah, myxoid, dan
lemak.

E. Manifestasi Klinis
Gejala dari mioma bervariasi tergantung dari ukuran, jumlah, dan
lokasinya. Kebanyakan wanita dengan mioma bersifat asimtomatis; gejala muncul
dalam 10 – 40% wanita yang menderita penyakit ini. Adapun gejala yang
mungkin timbul antara lain :1,2,4

a. Perdarahan uterus abnormal (AUB)


AUB merupakan gejala yang paling sering dihubungkan dengan mioma
uteri, muncul hingga > 30% wanita yang menderita penyakit ini. Tipe
perdarahan yang muncul adalah menoragia (perdarahan berlebih saat periode
menstruasi yaitu > 80 ml), metoragia, atau kedua-duanya. Mekanisme pasti
terjadinya peningkatan perdarahan belum jelas. Tekanan fibroid terhadap
dinding uterus dapat menyebabkan jaringan endometrium mengalami
perdarahan lebih dari normal. Normalnya ketika periode menstruasi, otot uterus
mengalami kontraksi sehingga mengurangi perdarahan akibat menstruasi.
Adanya mioma dapat menganggu kontraksi uterus penuh sehingga memicu
perdarahan. Mioma dapat memicu terjadinya pembentukan pembuluh darah
baru menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus, sehingga memicu
keluhan haid yang berat. Perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan
penderita mengalami anemia defisiensi besi.

b. Nyeri
Mioma yang tidak berkomplikasi biasanya tidak menyebabkan nyeri.
Nyeri akut dihubungkan dengan mioma, biasanya disebabkan oleh torsi mioma
yang bertangkai (peduncle) atau infark yang progresif menjadi degenerasi
dalam mioma. Nyeri bisa timbul akibat kontraksi miometrium yang disebabkan
oleh mioma subserosum. Beberapa pasien dengan mioma intramural
mengeluhkan dismenore yang muncul lagi setelah beberapa tahun periode

11
menstruasi bebas nyeri. Nyeri akibat mioma bisa muncul saat berhubungan
seksual (dispareunia).

c. Penekanan
Begitu mioma membesar, akan memberi sensasi seperti rasa berat pada
pelvik atau gejala tekanan pada organ-organ penting disekitarnya. Mioma yang
menekan saluran kencing dapat menimbulkan pasien sering kencing bahkan
bisa terjadi retensi urin. Bila menekan saluran pencernaan, dapat menimbulkan
konstipasi dan disfungsi saluran cerna. Bila menekan vena pada pelvik, dapat
menimbulkan kongesti dan edema pada ekstrimitas bawah.

d. Gangguan reproduksi
Infertilitas akibat adanya mioma tidak biasa terjadi. Adapun mekanisme
mioma dapat menimbulkan infertilitas sebagai berikut : (1) mioma dapat
tumbuh di kornu dapat menimbulkan oklusi transportasi tuba normal atau
implantasi ovum yang terfertilisasi. (2) gangguan kontraksi ritmis uterus
dimana kontraksi ritmis ini diperlukan untuk motilitas sperma dalam uterus. (3)
Perubahan histopatologi endometrium dan kavum uteri sehingga menganggu
implantasi embrio.

e. Kelainan berhubungan dengan kehamilan


Kehamilan memiliki efek yang bervariasi dan tidak terprediksi pada
pertumbuhan mioma, tergantung dari genetik individu, faktor pertumbuhan,
dan reseptor mioma lokal. Sebagian besar mioma tidak bertambah ukurannya
selama kehamilan. Jarang keberadaan mioma dalam kehamilan menimbulkan
luaran yang tidak diinginkan. Adapun beberapa efek yang dapat ditimbulkan
mioma dalam kehamilan seperti abortus, persalinan preterm, ketuban pecah
dini (KPD), pertumbuhan janin terhambat (PJT), plasenta previa, solusio
plasenta, perdarahan post partum (HPP), rest placenta. Kehamilan dengan
adanya mioma meningkatkan risiko untuk operasi sesar.5

12
F. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan 95% dari hasil
pemeriksaan fisik bimanual. Ukuran uterus diukur sesuai dengan ukuran
gestasi dan ditentukan dengan pemeriksaan abdomen dan pelvik.1

 Pemeriksaan Abdominal
Mioma uteri dipalpasi teraba massa padat, batas jelas, dapat
digerakkan, dan tanpa nyeri

 Pemeriksaan Pelvik
Temuan yang paling sering adalah pembesaran uterus; ukuran uterus
biasanya asimetris dan ireguler. Uterus biasanya bergerak bebas
kecuali bila ada residu Pelvic Inflammatory Disease (PID). Pada
mioma submukosum, pembesaran uterus biasanya simetris. Beberapa
mioma subserosum, sangat berbeda dari korpus uteri dan dapat
bergerak bebas, biasanya sering menunjukkan adanya tumor
adneksa/ekstra pelvis. Diagnosa mioma cervical atau mioma
submukosum pedunculated dapat dibuat pada tumor yang ekstensi ke
kanalis cervicalis; biasanya suatu mioma submukosum dapat dilihat
pada cervical os atau introitus.

b. Evaluasi dan studi diagnostik1


Studi diagnostik tambahan lain didasarkan pada presentasi
individual dan pemeriksaan fisik. Pada pasien asimtomatis dengan
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan mioma, tidak perlu dilakukan studi
diagnosis tambahan lain.

 Hemoglobin/Hematokrit (Hb / Hct)


Dilakukan pada pasien dengan perdarahan vaginal yang berlebihan.
Untuk mengetahui tingkat kehilangan darah dan penggantian yang
adekuat.

13
 Profil koagulasi dan waktu perdarahan
Dilakukan bila ada riwayat diathesis perdarahan

 Biopsi endometrium
Dilakukan pada pasien dengan perdarahan uterus abnormal yang
diperkirakan anovulasi atau berisiko tinggi untuk hiperplasia
endometrium.

 Ultrasonografi (USG)
Secara akurat digunakan untuk menilai dimensi uterus, lokasi mioma,
interval pertumbuhan, dan anatomi adneksa. Namun USG rutin tidak
meningkatkan luaran dibandingkan dengan hanya pemeriksaan fisik
saja. USG pelvik dilakukan pada situasi dimana pengambilan
kesimpulan dengan pemeriksaan fisik sulit atau kurang pasti; bila
pemeriksaan fisik suboptimal seperti dalam kasus obesitas atau
adneksa patologi, tidak dapat dibedakan dengan pemeriksaan fisik saja.
USG transvaginal (TVS) dapat membantu membedakan mioma uteri
dengan masalah pelvik lainnya, namun terkadang mioma kecil atau
tipe subserosal bisa tidak terdeteksi. Mioma yang ukurannya cukup
besar dapat menggunakan kombinasi TVS dan USG transabdominal.
Tampilan USG mioma dapat bervariasi, biasanya tampak simetris,
batas tegas, hipoekoik dan masa heterogen. Namun, area kalsifikasi
atau perdarahan dapat tampak hiperekoik dan degenerasi kistik dapat
terlihat anekoik. Penggunaan histeroskopi dapat meningkatkan
sensitivitas dalam mendeteksi mioma tipe submukosal.

 Evaluasi cavitas endometrium dengan hysteroscopy atau


hydrosalfingografy bisa digunakan pada pasien dengan mioma uteri
dan infertilitas atau abortus berulang.

14
G. Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk mioma uteri antara lain:

a. Kehamilan
Pada fibroid dengan degenerasi kistik, uterus membesar dan lunak
sehingga memiliki penampakan klinis yang sama dengan kehamilan.
Berdasarkan penampakan payudara, serviks yang lunak, tes kehamilan,
dan USG menyingkirkan keraguan.3

b. Hematometra
Disebabkan oleh stenosis servikal dengan gejala uterus membesar,
amenore sekunder. USG dan tes kehamilan dapat menyingkirkan
hematometra.3

c. Adenomiosis
Gejala klinis hampir sama dengan mioma uteri. Uterus dengan ukuran 12
minggu atau pembesaran ireguler uterus mengarah pada diagnosis
fibroma. Adenomiosis cenderung lebih lunak. USG dapat menegakkan
diagnosis.3

d. Uterus bikornus
Untuk menegakkan diagnosa dipakai histerogram, histeroskopi, dan USG.3

e. Endometriosis
Gejala klinis hampir sama, tapi uterus dalam ukuran normal dan melekat
dengan massa pelvis.3

f. Kehamilan ektopik
Ektopik yang kronik dengan pelvic hematocele dapat memberikan kesan
fibroid, dengan anamnesa yang baik dan USG dapat menyingkirkan
keraguan.3

g. Penyakit Radang Panggul Kronik

15
Riwayat dan gejala klinis mungkin sama, tapi massa radang lebih lunak
dan uterus terfiksir dengan ukuran normal.3

h. Tumor jinak ovarium


Subserus atau pedunculated mioma mirip dengan tumor ovarium. USG
dapat menunjukkan asal tumor tapi asal tumor yang sebenarnya diketahui
dari laparotomi.4

i. Tumor ganas ovarium


Fibroid dapat didiagnosa sebagai tumor ganas ovarium. Laparotomi perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosa.4

j. Karsinoma Endometrium
Dapat timbul bersamaan dengan mioma pada perempuan lanjut usia. Perlu
dilakukan kuretase untuk menyingkirkan keganasan.4

k. Miomatous polip
Penonjolan ke dalam ostium uteri dapat menyerupai produk konsepsi dan
kanker serviks. Riwayat penyakit dan biopsi dapat menegakkan diagnosa.4

H. Penatalaksanaan
Tatalaksana ideal mioma uteri mencakup 4 hal, yaitu : meredakan tanda
dan gejala, mengurangi ukuran mioma secara berkelanjutan, menjaga fertilitas,
dan menghindari komplikasi.1 Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan
bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam
bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan
gangguan atau asimptomatik. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan
evaluasi setiap 6 – 12 bulan.7 Ketika menopause, sebagian mioma dapat terhenti
pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang
berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat, agar dilakukan tindakan segera. 1

16
Pengobatan Konservatif

Hormon seks berperan penting dalam pertumbuhan mioma. Penggunaan


hormon sebagai terapi memungkinkan dalam mengecilkan mioma dan meredakan
gejala dari pasien. Beberapa terapi hormon dapat digunakan untuk meredakan
perdarahan menstruasi berat dan nyeri menstruasi sementara. Terapi tersebut
dapat juga mengecilkan mioma, tetapi tidak dapat menghilangkan sepenuhnya.
Terapi hormon biasanya digunakan dalam jangka waktu singkat karena risiko efek
samping dan terapi ini memiliki efek selama obat ini digunakan, bila dihentikan
akan kambuh kembali seketika. Beberapa pilihan terapi hormon yaitu : GnRH
agonis, progestin (dalam bentuk pil atau AKDR), pil kombinasi estrogen-
progesteron. 1,5,6

GnRH agonis bekerja memicu siklus menstruasi baru pada hipotalamus.


Normalnya, GnRH ini diproduksi dari hipotalamus menuju kelenjar pituitari
memicu sekresi hormon FSH dan LH dimana kedua hormon tersebut
menstimulasi ovarium untuk menghasilkan estrogen dan progesteron. Obat ini
bekerja pada tempat yang sama seperti GnRH, tetapi menghasilkan efek yang
berlawanan dengan hormon alami GnRH. Kadar estrogen dan progesteron akan
menurun, menstruasi berhenti, sehingga pertumbuhan mioma berhenti dan
ukurannya berkurang, dan anemia sering membaik sementara waktu. Dengan kata
lain, obat ini menimbulkan efek menopause sementara. 1,5,6

GnRH agonis biasa digunakan sebagai obat untuk mengecilkan ukuran


mioma sebelum prosedur operasi. Obat ini dapat menghentikan atau mengecilkan
ukuran mioma, mengurangi perdarahan menstruasi dan nyeri, memperbaiki
anemia. Obat ini tidak bisa digunakan dalam jangka panjang (kurang dari 6 bulan)
karena efek samping yang dihasilkan seperti efek menopause. Obat ini
meningkatkan risiko osteoporosis bila digunakan lebih dari setahun. Selain itu,
produksi estrogen yang menurun sehingga wanita yang menggunakan obat ini
tidak dapat hamil. Beberapa efek samping lain yang dapat ditimbulkan seperti
sensasi panas (hot flashes), berkeringan, dan infeksi vagina. Bila penggunaan obat

17
ini dihentikan, kadar hormon dapat kembali normal sehingga dapat hamil kembali.
1,5,6

Kontrasepsi hormonal dalam bentuk oral (progestin atau kombinasi


estrogen-progesteron) atau AKDR hormonal (levonorgestrel), keduanya secara
signifikan dapat mengurangi AUB dalam 12 bulan. Berdasarkan hasil studi
eksperimen didapatkan levonorgestrel (Mirena) secara signifikan mengurangi
AUB lebih besar dibandingkan kontrasepsi oral dalam 12 bulan (reduksi rerata
91% vs 13% per siklus ; p < 0,001). Tidak seperti GnRH agonis, kontrasepsi
hormonal lainnya tidak dapat mengecilkan ukuran mioma, hanya sebagai obat
meredakan gejala yang ditimbulkan oleh mioma. AKDR hormonal dapat
menimbulkan efek samping berupa nyeri abdominal, jerawat, bertambahnya berat
badan, dan payudara tegang. Kontrasepsi oral dapat menimbulkan efek samping
berupa pusing, mual, retensi cairan, dan payudara tegang. Kontrasepsi oral dapat
meningkatkan risiko trombosis, khususnya pada wanita tua yang merokok. 1,5,6

Beberapa pilihan obat lain yang digunakan dalam kasus mioma adalah
Asam traneksamat dan NSAID. Asam traneksamat merupakan agen
antifibrinolitik nonhormonal yang secara signifikan dapat menurunkan jumlah
AUB. Obat ini dapat digunakan sebagai pilihan bila pasien masih menginginkan
memiliki keturunan. NSAID merupakan obat antiinflamasi dan antiprostaglandin
yang bisa digunakan dalam mengatasi nyeri akibat mioma dan menurunkan
jumlah perdarahan. Efek penurunan jumlah perdarahan dari NSAID kurang efektif
bila dibandingkan efek dari levonorgestrel atau asam traneksamat dalam tiga
bulan. Sama seperti kontrasepsi oral, NSAID dan asam traneksamat tidak dapat
mengurangi ukuran mioma uteri, hanya mengontrol jumlah perdarahan akibat
mioma uteri serta meredakan nyeri. 1,5,6

Pengobatan Operatif

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)


dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM), indikasi tindakan
operatif pada mioma uteri yaitu : (1) Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap

18
terapi konservatif, (2) curiga adanya keganasan pada uterus, (3) mioma saat
menopause, (4) infertilitas karena oklusi tuba atau gangguan pada cavum uteri, (5)
nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu, (6) gangguan berkemih maupun
obstruksi traktus urinarius, (7) anemia akibat perdarahan. Tindakan operatif yang
dapat dilakukan yaitu miomektomi, histerektomi. 1,2

Miomektomi adalah pengambilan mioma tanpa pengangkatan uterus.


Tindakan ini menjadi pilihan bila pasien masih ingin memiliki keturunan atau
mempertahankan rahim. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor
bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh
anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.1,2

Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih


memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per
abdominam atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus
lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya
prolaps uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis
uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran
teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya. 1,2

Salah satu pilihan lain terapi pada mioma uteri yaitu embolisasi arteri
uterina. Tindakan ini menjadi pilihan bila pasien tidak mau rahimnya diangkat
atau menghindari operasi karena komorbid kesehatan atau pilihan pribadi.
Tindakan ini merupakan tindakan radiologi intervensi dimana agen oklusi
diinjeksikan pada satu atau dua arteri uterina sehingga menimbulkan emboli arteri
uterina, menurunkan suplai darah pada rahim dan mioma. Kontraindikasi tindakan
ini yaitu hamil, infeksi rahim atau adneksal aktif, alergi terhadap kontras

19
intravena, dan insufisiensi ginjal. Adapun algoritma manajemen mioma uteri
dapat dilihat pada Gambar 2. 1,2

Gambar 2.2. Algoritma Manajemen Mioma Uteri1

I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada pasien mioma uteri antara lain:

a. Torsi.
Subserosum pedunculated myoma dapat mengalami rotasi pada
perlekatannya dengan uterus, sehingga vena mengalami oklusi dan tumor
dipenuhi oleh darah. Nyeri abdomen yang berat sering dijumpai dan
memerlukan tindakan operatif secepatnya. Sangat jarang terjadi, tumor
mendapatkan suplai darah dari perlekatannya dengan organ di dekatnya
dan akhirnya melekat pada organ tersebut, yang disebut wandering fibroid
atau parasitic fibroid. 5,6

20
b. Perdarahan kapsular.
Jika vena besar pada permukaan tumor pecah, perdarahan intraperitonial
yang profuse dapat menyebabkan syok hemoragik akut.5,6

c. Infeksi.
Infeksi dapat terjadi jika massa tumor keluar dari kavum uteri dan kontak
dengan vagina yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum atau
sepsis, sehingga harus segera dioperasi.5,6

d. Karsinoma Endometrium
Ca endometrium dihubaungkan dengan fibromioma pada wanita dengan
umur diatas 40 tahun yang didapatkan pada 3% kasus. 5,6

e. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,65%
dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran mioma saat
menopause. 5,6

J. Prognosis
Histerektomi dengan pengangkatan seluruh mioma bersifat kuratif. Seteleh
miomektomi, uterus dan cavitasnya dapat kembali ke bentuk yang normal. Satu
hal yang penting diperhatikan adalah adanya resiko rekuren setelah miomektomi.
Penelitian menunjukkan adanya insiden sekitar 2-3% pertahun dari symptomatic
myoma setelah miomektomi.3

21
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan data Ny. M, wanita 47 tahun datang ke RS


Pelamonia Makassar dengan keluhan nyeri perut bagian bawah. Keluhan nyeri
yang dirasakan lebih dari biasanya pada bagian perut bawah. Nyeri dirasakan
memberat sejak ± 1 minggu yang lalu. Nyeri yang dirasakan semakin bertambah
dan terasa menjalar dari perut bagian bawah ke bagian paha, sehingga
mengganggu aktivitas sehari-harinya dan mengganggu kualitas tidurnya. Pasien
mengatakan pernah keluar darah yang menggumpal dari vaginanya. Siklus haid
pasien teratur 28 hari tidak ada yang berubah. Nyeri saat haid di sangkal, pasien
merasa sering lemas, nyeri senggama disangkal, perdarahan berlebih saat haid
diakui, teraba benjolan disangkal. Untuk BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien
tidak merasakan demam.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran kompos mentis. Tekanan


darah 130/90 mmHg, nadi 83 kali/menit, regular, kuat angkat. Frekuensi nafas 20
kali/menit, suhu 36,5°C. Pada pemeriksaan genetalia eksterna : tidak ada kelainan.
Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan teori
pada tinjauan pustaka yang disebutkan mengenai tanda dan gejala mioma uteri.

Penanganan pada pasien dengan mioma uteri berupa total abdominal


hysterectomy (TAH) merupakan terapi definitif mioma uteri sekaligus akan
menyebabkan pasien tidak akan menstruasi lagi. TAH dipilih dengan beberapa
pertimbangan, yaitu usia pasien 47 tahun dimana wanita biasanya pada usia
tersebut sudah mengalami menopause. Pasien sudah memiliki 3 orang anak
dengan anak terakhir berusia 19 tahun. Bila pasien menolak untuk diangkat
rahimnya, maka alternatif bisa dilakukan miomektomi, tetapi ada risiko untuk
muncul mioma kembali. Penatalaksanaan berupa terapi hormon, NSAID, asam

22
traneksamat efektif dalam meredakan gejala yang ditimbulkan mioma, tetapi tidak
mengecilkan atau menghilangkan mioma tersebut.1,2

23
BAB V

KESIMPULAN

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terdiri dari otot polos dan
jaringan ikat fibrus. Tumor ini sering juga disebut leiomioma atau fibromioma.
Tumor ini memiliki struktur padat yang mengandung matriks ekstraselular berupa
kolagen, fibronectin, dan proteoglikan.1,5 Tumor ini merupakan tumor jinak yang
paling sering ditemui pada pelvis wanita. Jumlahnya bisa muncul tunggal, tapi
lebih sering dijumpai multipel serta memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari
ukuran mikroskopik (1 mm) sampai dengan ukuran 20 cm dan mengisi hampir
seluruh ruang abdomen.1,3
Mioma merupakan tumor jinak paling sering terjadi pada wanita usia
reproduktif.2 Mioma terdeteksi pada 20 – 25% wanita usia reproduktif dan 30 –
40% wanita usia diatas 40 tahun.3
Gejala dari mioma bervariasi tergantung dari ukuran, jumlah, dan
lokasinya. Kebanyakan wanita dengan mioma bersifat asimtomatis; gejala muncul
dalam 10 – 40% wanita yang menderita penyakit ini. Adapun gejala yang
mungkin timbul antara lain :1,2,4

 Perdarahan uterus abnormal (AUB).


 Nyeri.
 Penekanan.
 Gangguan reproduksi.
 Kelainan berhubungan dengan kehamilan.

24
TINJAUAN KEISLAMAN

Dalam Islam, melahirkan dan memiliki keturunan adalah hal yang sangat
dianjurkan. Beberapa dalil dari Alquran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menunjukkan hal tersebut. Diantaranya firman Allah:

َ ‫فَ آاْلنَ َبا ِش ُروهُن َوا آبتَغُوا َما َكت‬


‫َب َّللاُ لَ ُك آم‬

“Maka sekarang campurilah mereka (istri-istri) dan carilah/harapkanlah apa


yang telah ditetapkan Allah untukmu.” (QS. Al Baqarah [2]: 187)

Imam Ibnu Katsir –rahimahullah– ketika menafsirkan “apa yang telah


ditetapkan Allah untukmu” berkata, “Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Anas, Syuraih al
Qadhi, Mujahid, Ikrimah, Said bin Jubair dan yang lainnya mengatakan bahwa
yang dimaksud adalah anak. (Tafsir Al Qur`an Al Adzim: 1/512)

Adapun dalil dari Sunnah di antaranya adalah hadis:

» ‫« ت َزَ و ُجوا آال َود ُودَ آال َولُودَ فَإِنِِّى ُمكَاثِ ٌر بِ ُك ُم األ ُ َم َم‬

“Nikahilah oleh kalian wanita yang pencinta dan subur, karena aku akan
berbangga dengan banyaknya kalian kepada umat-umat yang lain.” (HR Abu
Dawud: 2052, dishahihkan Al Albany dalam Jami As-Shahih: 5251)

Hadis di atas adalah perintah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam


kepada umatnya agar menikah dengan wanita yang subur, agar ia dapat
melahirkan anak yang banyak. Beliau ingin jika umat Islam banyak anak, maka
semakin banyak pengikutnya sehingga beliau dapat berbangga dengan banyaknya
jumlah pengikut pada hari kiamat kepada nabi-nabi yang lain dan umatnya.

Anjuran Islam ini juga ditunjukkan oleh hadis:

َ ‫ أَ آو َولَ ٍد‬، ‫ أ َ آو ِع آل ٍم يُ آنتَفَ ُع ِب ِه‬، ‫ار َي ٍة‬


ُ ‫صا ِلحٍ َيدآعُو لَه‬ ِ ‫صدَقَ ٍة َج‬ ٍ ‫ط َع َع َملُهُ ِإال ِم آن ثَال‬
َ :‫ث‬ َ َ‫ِإذَا َماتَ ا آبنُ آدَ َم ا آنق‬

25
“Jika seorang anak Adam mati, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga:
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang berdoa untuknya.”
(HR Muslim)

Anak adalah karunia. Kehadiran mereka adalah nikmat. Anak dan


keturunan memang dapat melahirkan ragam kebaikan. Dalam kehidupan rumah
tangga, anak-anak dan keturunan ibarat tali pengikat yang dapat semakin
menguatkan hubungan pasangan suami istri. Dan dari sana lah kemudian akan
tercipta keharmonisan dalam rumah tangga; sakinah, mawaddah dan rahmah.
(Dari ceramah Syaikh Sa’ad As-Syitsry, Ahkam Al Maulud)

Dari sisi ini saja, anak-anak dengan sendirinya merupakan rizki Allah bagi
manusia. Karena rizki sejatinya adalah segala hal yang bermanfaat dan
menyenangkan penerimanya. Belum lagi dari sisi yang lain, Allah menjanjikan
bahwa setiap anak yang terlahir akan Allah jamin rizkinya. Allah berfirman:

ٍ ‫َو َال ت َ آقتُلُوا أ َ آو َالدَ ُك آم ِم آن ِإ آم َال‬


‫ق نَحآ نُ ن آَر ُزقُ ُك آم َو ِإيا ُه آم‬

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan,


Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al An’am [6]:
151)

Selanjutnya, jika anak-anak itu adalah anak-anak yang shaleh dan


shalehah, yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, maka semakin
bertambahlah karunia yang Allah berikan kepada kedua orang tuanya. Hidup kian
berkah dengan kehadiran mereka. Bisa jadi, kerja keras orang tua mendidik anak-
anaknya menjadi hamba-hamba Allah yang shaleh menjadi sebab semakin
berkahnya rizki yang didapatkan. Karena orang tua yang sungguh-sungguh
mendidik anak-anaknya, berarti ia telah bertakwa kepada Allah. Dan Allah
berfirman tentang buah dari ketakwaan:

ُ ‫ َويَ آر ُز آقهُ ِم آن َحي‬. ‫ق َّللاَ يَجآ عَ آل لَهُ َم آخ َر ًجا‬


ُ‫آث َال يَحآ ت َ ِسب‬ ِ ‫َو َم آن يَت‬

26
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
(QS. Ath Thalaq [65]: 2-3)

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Cruz MSDD La, Buchanan EM. Uterine Fibroids: Diagnosis and


Treatment. Am Fam Physician. 2017;95(2):100–7.

2. Hadibroto RB. Mioma uteri. Maj Kedokt Nusant. 2005;38(3):255–60.

3. Evans P, Brunsell S. Uterine fibroid tumors: Diagnosis and treatment. Am


Fam Physician. 2007;75(10):1503–8.

4. Sparic R, Mirkovic L, Malvasi A, Tinelli A. Epidemiology of uterine


myomas: A review. Int J Fertil Steril. 2016;9(4):424–35.

5. Parker WH. Etiology, symptomatology, and diagnosis of uterine myomas.


Fertil Steril. 2007;87(4):725–36.

6. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Spong CY, Dashe J. Williams


Gynecology 3rd ed. New York: McGraw Hilll; 2014. 234-7 p.

7. RSUP Sanglah. Panduan Praktek Klinis SMF Obstetri dan Ginekologi.


Denpasar: SMF Obgyn RSUP Sanglah Denpasar; 2015. 378-85 p.

28

Anda mungkin juga menyukai