Anda di halaman 1dari 38

Tugas : Kelompok

Mata Kuliah : Bioetik Profesionalisme Bidan


Dosen Pengampu : Dr. Werna Nontji, S.kp, M.Kep

FRAMEWORK DALAM PROFESIONALISME KEBIDANAN


(SKILL, ETHIC, AND LEGAL)

Disusun Oleh : Kelompok III


Ketua : Sharfina Haslin (P102191020)
Moderator : Ayu Resky Mustafa (P102191017)
Penyaji : Suci Aulia Triastin (P102191015)
Sekretaris : Andi Musdalifah (P102191018)
Observator : Fitriyanti Musrif (P102191019)
Anggota : 1. Fyzria Qudratullah (P102191016)
2. Andi Nurfadhilah (P102191021)

MAGISTER KEBIDANAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Framework dalam Professional Kebidanan” tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas salah satu
mata kuliah Bioetik Profesional Bidan.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak mendapat bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing oleh Dr. Werna Nontji,, S.Kep,.M.Kep yang senantiasa
memberikan bimbingan dan bantuan dalam proses pembuatan makalah, serta
teman – teman yang turut bekerja sama dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar dapat menjadi makalah yang lebih baik,
terutama dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
Demikian makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi kami sendiri
khususnya, dan bagi para pembaca umumnya serta, kami mengucapkan
banyak terima kasih.

Makassar, 1 Oktober 2019

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan Makalah ..................................................................................
D. Manfaat Makalah ................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
A. Definisi Profesionalisme Kebidanan ..................................................
1. Profesi ...........................................................................................
2. Profesionalisme ............................................................................
B. Framework dalam Profesionalisme Kebidanan ..................................
1. Skill...............................................................................................
2. Etika ..............................................................................................
3. Aspek Legal ..................................................................................
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................
A. Profesionalisme Kebidanan ................................................................
1. Perilaku Professional ....................................................................
2. Tujuan Profesionalisme ................................................................
3. Prinsip-prinsip Profesionalisme....................................................
B. Framework dalam Profesionalisme Kebidanan ..................................
1. Skill.................................................................................................
2. Etika ................................................................................................
3. Aspek Legal ....................................................................................
a. Otonomi Bidan dalam Pelayanan ..............................................
b. Legislasi dalam Pelayanan Kebidanan ......................................
c. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia .......
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesionalisme pada umumnya akan menunjukkan dua macam hal
yakni orang yang menyandang suatu profesi dan penampilan seorang dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Walter Jhonson
(dalam Djam’an Satori, 2008) mengartikan petugas professional sebagai
“seseorang yang menjadikan suatu tugas khusus yang mempunyai tingkat
kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan dan
mendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan yang berkadar tinggi’. (Irianti B, 2019).
Kebidanan (Midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa
berbagai disiplin Ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan
kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu
perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu manajemen
untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dari masa pra konsepsi,
masa hamil, ibu bersalin/post partum, bayi baru lahir. Pelayanan tersebut
meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan
konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan
masyarakat.
Framework dalam professional kebidanan terdiri dari skill, ethic,
legal. Skill merupakan seorang yang terlatih secara professional seperti
dokter, bidan, dan perawat yang telah di didik dan dilatih untuk
meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola kehamilan
normal, pasca kelahiran dan dalam mengidentifikasi, manajemen dan
rujukan komplikasi pada wanita dan bayi baru lahir.
Ethic merupakan proses pengambilan keputusan yang dihadapkan
dengan pilihan atau opsi seperti bidan dan dokter dalam menjalankan
praktisi otonom dan dalam penyediaan perawatan persalinan dan
menghadapi sejumlah permasalahan dimana ada dua pilihan, keputusan sulit
dan konflik terkait manajemen dan perawatan persalinan. Sangat penting bagi
bidan untuk mengetahui tentang etika, moral dan bagaimana menerapkannya
dalam praktik kebidanan sehingga seorang bidan akan terlindung dari kegiatan
pelanggaran etik ataupun pelanggaran moral yang sedang berkembang di hadapan
publik dan erat kaitannya dengan pelayanan kebidanan sehingga seorang bidan
sebagai provider kesehatan harus kompeten dalam menyikapi dan mengambil
keputusan yang tepat untuk bahan tindakan selanjutnya sesuai standar asuhan dan
kewenangan bidan.
Legal merupakan aspek hukum pelayanan kebidanan penggunaan
norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu
menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok
masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan
dan pemulihan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka penulis memberikan rumusan masalah pada
makalah ini adalah “Bagaimana Framework dalam Profesionalisme
Kebidanan (Skill, Ethic, Legal) ?”.
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah antara lain :
1. Mahasiswa mampu memahami profesionalisme kebidanan.
2. Mahasiswa mampu memahami framework dalam profesionalisme
kebidanan.
D. Manfaat Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi pembelajaran dan penambahan ilmu dan
wawasan mengenai framework dalam profesionalisme kebidanan.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan makalah ini dapat membantu dalam proses belajar dan
sebagai referensi pembelajaran perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Profesionalisme Kebidanan


1. Profesionalisme
Profesionalisme berarti memiliki sifat professional/ahli secara popular
seorang pekerja apapun dikatakan professional, seorang professional dalam
bahasa kaseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam
kerjanya biarpun keterampilan tersebut produk dari fungsi minat dan belajar
dari kebiasaan.
Perilaku profesional yang diharapkan masyarakat diantaranya :
a. Bertindak sesuai dengan keahlian dan didukung oleh pengetahuan serta
pengalaman dan keterampilan yang tinggi
b. Bermoral tinggi
c. Berlaku jujur, baik pada orang lain maupun diri sendiri
d. Tidak melakukan tindakan yang coba-coba yang tidak didukung ilmu
pengetahuan profesinya
e. Tidak memberikan janji yang berlebihan
f. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan
komersial
g. Memegang teguh etika profesi
h. Mengenal batas-batas pengetahuan
i. Menyadari dan mengenal ketentuan hukum yang membatasi gerak-gerik
dan kewenangannya
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan haruslah profesional, dikatakan
profesional bila memiliki ciri-ciri berikut ini :
a. Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam
menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
yang bersangkutan dengan bidang tadi.
b. Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu
masalah dan peka dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam
mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
c. Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya
d. Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta
terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam
memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya

B. Framework dalam Profesionalisme Kebidanan


1. Skill
Seorang yang terlatih secara professional seperti dokter, bidan, dan
perawat yang telah di didik dan dilatih untuk meningkatkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola kehamilan normal,
pasca kelahiran dan dalam mengidentifikasi, manajemen dan rujukan
komplikasi pada wanita dan bayi baru lahir.
2. Etika
Memberikan perawatan dan praktik kebidanan dengan mengacu
pada kode perilaku profesional dan etika untuk bidan dan kerangka
kerja etis dan profesional bersamaan dengan pertimbangan kebutuhan
sosial-budaya perempuan dan keluarga mereka, dan masyarakat.
Menurut Bertens, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai
sistem nilai. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika dirumuskan
dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, nilai yang
berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam konteks lain secara luas
dinyatakan bahwa “etika” adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat
moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Hal ini berhubungan
dengan prinsip-prinsip dasar dan konsep yang membimbing makhluk
hidup dalam berpikir dan bertindak serta menekankan nilai-nilai
mereka.
Peranan Etika dan Moral dalam Pelayanan Kebidanan dalam
pelayanan kebidanan merupakan issu utama di berbagai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan
kebidanan terhadap etika. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus
menjamin pelayanan yang professional dan akuntabilitas serta aspek
legal dalam pelayanan kebidanan. Sehingga disini berbagai dimensi etik
dan bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting
untuk digali dan dipahami. Moralitas merupakan suatu gambaran
manusiawi yang menyeluruh, moralitas hanya terdapat pada manusia
serta tidak terdapat pada makhluk lain selain manusia.
3. Aspek Legal
Kata Legal sendiri berasal dari kata leggal (bahasa Belanda)
yang artinya adalah sah menurut undang-undang. Atau menurut
kamus Bahasa Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-undang
atau hukum.
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu
hal yang penting dan dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang
berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggung
jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang
dilakukannya, sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan
harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based.
Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur
batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Profesionalisme Kebidanan
1) Perilaku profesional yang diharapkan masyarakat diantaranya :
a) Bertindak sesuai dengan keahlian dan didukung oleh pengetahuan
serta pengalaman dan keterampilan yang tinggi
b) Bermoral tinggi
c) Berlaku jujur, baik pada orang lain maupun diri sendiri
d) Tidak melakukan tindakan yang coba-coba yang tidak didukung
ilmu pengetahuan profesinya
e) Tidak memberikan janji yang berlebihan
f) Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh
pertimbangan komersial
g) Memegang teguh etika profesi
h) Mengenal batas-batas pengetahuan
i) Menyadari dan mengenal ketentuan hukum yang membatasi gerak-
gerik dan kewenangannya
2) Tujuan Profesionalisme
Tujuan utama dari profesionalisme dalam kebidanan adalah
untuk memastikan penyediaan yang konsisten dari hasil yang aman,
efektif, berpusat pada orang yang mendukung orang dan keluarga dan
pengasuh mereka, untuk mencapai status kesehatan dan kesejahteraan
yang optimal.
3) Prinsip-prinsip Profesionalisme
Prinsip dasar profesionalisme – Seorang yang profesional dalam
bekerja akan memiliki nilai tersendiri dihadapan orang. Kualitas
pekerjaan seorang profesional akan lebih baik dibandingkan yang lain,
dimana faktor kedisiplinan, komitmen profesi, dedikasi dan kekhususan
kompetensi yang membedakan seoran profesional dibandingkanpekerja
non-profesional. Berdasarkan konsep tersebut maka profesionalisme
membutuhkan tiga prinsip dasar yang terdiri dari :
1. Keahlian
Pekerjaan profesional biasanya menuntut adanyan suatu keahlian
khusus yang memungkinkan seseorang pekerja profesional
memberikan jasa tertentu kepada pengguna jasa profesinya.
2. Tanggung Jawab
Seorang yang sudah ahli artinya adalah orang yang memiliki
kewenangan profesional yang bertanggung jawab untuk
memunjukkan hasil kerja yang berkaitan dengan keunggulan mutu
jasa dan pengembangan profesinya, memberikan pelayanan keahlian
yang terbaik bagi kliennya, dapat menjalin hubungan baik dengan
rekannya dan kepentingan masyarakat.
3. Norma
Dalam menjalankan profesinya secara profesional maka harus
memiliki norma-norma berupa : Kesungguhan dan ketelitian; tekun,
ulet dan gigih mendapatkan hasil terbaik: Intergritas tinggi dalam
menjalankan pekerjaan; pemikiran dan tindakan harus selaras
(konsistensi) ; memiliki kesadaran untuk terus menerus
mengembangkan kemampuan, dan ; mencapai profesi yang ditekuni.
B. Framework Profesionalisme dalam Kebidanan
1. Skill
Skill- skill dalam kompetensi kebidanan diantaranya:
a. Pra-Kehamilan Dan Pemeriksaan Kehamilan.
1) Skill perawatan pra-kehamilan
a) Mengidentifikasi dan membantu mengurangi hambatan yang
terkait dengan mengakses dan menggunakan layanan
kesehatan seksual dan reproduksi
b) Menilai status gizi, status imunisasi saat ini, perilaku
kesehatan seperti merokok, kondisi medis yang ada, dan
paparan teratogen
c) Melaksanakan prosedur skrining untuk penyakit menular
seksual dan infeksi lainnya seperti HIV dan kanker serviks
d) Memberikan penyuluhan tentang suplemen gizi seperti asam
folat, asupan makanan, olahraga, memperbarui imunisasi
yang diperlukan, memodifikasi perilaku berisiko dan
pencegahan infeksi menular seksual.
2) Skill menentukan status kesehatan wanita
a) Memastikan kehamilan dan memperkirakan usia kehamilan
dari hasil anamnese, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan
USG
b) Mendapatkan riwayat kesehatan yang komprehensif
c) Lakukan pemeriksaan fisik lengkap
d) Mendapatkan sampel biologis untuk tes laboratorium
(misalnya venipuncture, tusuk jari, sampel urin dan penyeka
vagina)
e) Memberikan informasi tentang kondisi yang dapat terdeteksi
oleh pemeriksaan
f) Menilai status imunisasi dan pembaruan seperti yang
ditunjukkan
g) Mendiskusikan temuan dan implikasi potensial dengan
wanita dan saling menentukan rencana perawatan
3) Skill menilai kesejahteraan janin
a) Menilai ukuran janin, volume cairan ketuban, posisi janin,
aktivitas dan detak jantung dari pemeriksaan abdomen ibu
b) Menentukan apakah ada indikasi untuk tambahan penilaian /
pemeriksaan dan merujuk sesuai hasil pemeriksaan
c) Menilai gerakan janin dan meminta wanita hamil
menjelaskan tentang aktivitas janin yang dirasakan
4) Skill memantau perkembangan kehamilan
a) Melakukan penilaian selama kehamilan mengenai
kesejahteraan fisik dan psikologis ibu hamil, hubungan
keluarga, dan kebutuhan pendidikan kesehatan
b) Memberikan informasi mengenai kehamilan normal untuk
wanita, pasangannya, anggota keluarga atau orang
pendukung lainnya
c) Menyarankan langkah-langkah untuk mengatasi
ketidaknyamanan umum pada kehamilan
d) Memberikan informasi (termasuk tertulis dan / atau
bergambar) tentang tanda-tanda bahaya, (misalnya
perdarahan vagina, tanda-tanda persalinan prematur,
prelabour, pecah ketuban) kesiapsiagaan darurat, dan kapan
dan di mana untuk mencari bantuan
e) Tinjau temuan dan merevisi rencana perawatan dengan
perempuan sebagai kehamilan berlanjut
5) Skill mempromosikan dan mendukung perilaku kesehatan yang
meningkatkan kesejahteraan
a) Berikan dukungan emosional kepada perempuan untuk
mendorong perubahan perilaku kesehatan
b) Memberikan informasi kepada wanita dan keluarga tentang
dampak pada ibu dan janin dari kondisi risiko.
c) Konseling kepada perempuan dan menawarkan rujukan ke
orang yang tepat atau lembaga untuk bantuan dan
pengobatan
d) Menghormati keputusan perempuan tentang berpartisipasi
dalam perawatan dan program
e) Membuat rekomendasi dan mengidentifikasi sumber daya
dalam pengurangan perokok / penghentian kehamilan
6) Skill memberikan bimbingan antisipatif terkait dengan
kehamilan, kelahiran, menyusui, orang tua dan mengubah dalam
keluarga
a) Berpartisipasi dalam merujuk perempuan dan dukungan
keluarga untuk program Pendidikan dalam melahirkan
b) Menyampaikan informasi secara akurat dan jelas dan
menanggapi kebutuhan individu
c) Siapkan wanita, pasangan, dan keluarga untuk mengenali
onset persalinan, kapan harus mencari perawatan, dan
kemajuan persalinan
d) Memberikan informasi tentang kebutuhan postpartum
termasuk kontrasepsi, perawatan bayi baru lahir, dan
pentingnya pemberian ASI eksklusif untuk kesehatan bayi
e) Mengidentifikasi kebutuhan atau masalah yang memerlukan
keahlian lebih lanjut atau rujukan seperti rasa takut yang
berlebihan dan hubungan disfungsional
7) Skill mendeteksi, mengelola, dan merujuk wanita yang
mengalami komplikasi kehamilan
a) Berkolaborasi dalam perawatan atau merujuk untuk
pengobatan komplikasi
b) Melaksanakan kegiatan perawatan kritis misalnya intravena,
cairan.
c) Memobilisasi donor darah jika diperlukan
d) Transfer ke fasilitas yang lebih memadai jika diperlukan
8) Membantu wanita dan keluarganya untuk merencanakan tempat
persalinan yang tepat
a) Mendiskusikan pilihan, preferensi dan rencana kontingensi
dengan seorang wanita dan dukungan keluarga dalam setiap
mengambil keputusan
b) Memberikan informasi tentang mempersiapkan situs lahir
kepada ibu hamil dan kluarga pasien misalnya dalam
menentukan fasilitas yamg akan digunakan
c) Mempromosikan kepada ibu dan keluarga pasien dalam
ketersediaan berbagai pengaturan kelahiran
9) Skill memberikan perawatan untuk wanita dengan kehamilan
yang tidak diinginkan atau tidak tepat waktu
a) Memastikan kehamilan dan menentukan usia kehamilan,
merujuk untuk USG jika usia kehamilan tidak diketahui dan /
atau gejala kehamilan ektopik
b) Konseling wanita tentang pilihan untuk mempertahankan
atau mengakhiri kehamilan dan menghormati keputusan
akhir.
c) Memberikan perawatan antenatal mendukung jika kehamilan
berlanjut yang mengacu pada lembaga, dan pelayanan sosial
untuk dukungan dan bantuan bila diperlukan
d) Mengidentifikasi dari sejarah kebidanan, kesehatan dan
social mengenai kontraindikasi untuk pengobatan atau
aspirasi metode
e) Memberikan informasi tentang peraturan hukum, kelayakan
dan akses ke layanan aborsi
f) Memberikan informasi tentang prosedur aborsi, potensi
komplikasi, manajemen rasa sakit dan kapan untuk mencari
bantuan
g) Mengacu pada penyedia layanan aborsi atas permintaan
h) Menyediakan perawatan pasca-aborsi
 Konfirmasi hasil konsepsi dari sejarah, USG atau tingkat
HCG
 Memberikan pilihan ulasan untuk kontrasepsi dan
memulai segera menggunakan metode jelajahi respon
psikologis untuk aborsi.

b. Perawatan Selama Persalinan dan Kelahiran


a. Skill mempromosikan persalinan fisiologis dan kelahiran
1) Memberikan perawatan bagi wanita dalam pengaturan kelahiran
pilihannya, berikut kebijakan dan protokol
2) Mendapatkan riwayat obstetrik dan medis yang relevan
3) Lakukan dan menafsirkan pemeriksaan fisik terfokus wanita dan
janin
4) Memesan dan menafsirkan tes laboratorium jika diperlukan
5) Menilai respon fisik dan perilaku wanita untuk kerja
6) Memberikan informasi, dukungan dan dorongan kepada
perempuan dan dukungan orang di seluruh persalinan dan
kelahiran
7) Saling menghormati sesama petugas kesehatan
8) Mendorong kebebasan posisi gerakan dan tegak
9) Menyediakan makanan dan cairan
10) Penawaran dan dukungan wanita untuk menggunakan strategi
untuk mengatasi nyeri persalinan, dikendalikan misalnya
bernapas, air rendaman, relaksasi, pijat dan modalitas
farmakologis bila diperlukan
11) Menilai teratur parameter status ibu-janin, misalnya tanda-tanda
vital, kontraksi, perubahan serviks dan penurunan janin
12) Gunakan kemajuan persalinan tampilan grafis untuk merekam
temuan dan membantu dalam mendeteksi keterlambatan
persalinan atau komplikasi lainnya
13) Meningkatkan kontraktilitas uterus bijaksana menggunakan agen
non-farmakologis atau farmakologis untuk mencegah persalinan
non-progresif
14) Mencegah intervensi yang tidak perlu, misalnya amniotomi,
pemantauan janin elektronik, diarahkan glotis tertutup
mendorong
b. Skill mengelola kelahiran pervagina spontan aman dan mencegah
komplikasi
1) Mendukung wanita untuk melahirkan di posisi pilihannya
2) Pastikan kehadiran pasokan yang diperlukan bersih dan sumber
kehangatan
3) Pelatih wanita tentang mendorong untuk mengontrol dalam
penyajikan bagian, menghindari episiotomi rutin
4) Melakukan manuver yang tepat dan menggunakan posisi ibu
untuk memfasilitasi vertex, wajah atau kelahiran sungsang
5) Penundaan penjepitan tali pusat
6) Mengelola lilitan tali pusat
7) Menilai kondisi segera bayi baru lahir
8) Memberikan kontak kulit ke kulit dan lingkungan yang hangat
9) Memberikan plasenta dan membran dan memeriksa untuk
kelengkapan
10) Menilai kontraksi uterus, menjaga kontraksi tegas dan perkiraan
serta mencatat kehilangan darah ibu
11) Periksa daerah vagina dan perineum dalam menilai trauma, dan
memperbaiki yang diperlukan. Berikut Kebijakan Dan Protokol
c. Skill memberikan perawatan bayi baru lahir segera setelah lahir
1) Gunakan metode standar untuk menilai kondisi bayi yang baru
lahir di menit pertama kehidupan (Apgar atau lainnya); merujuk
jika diperlukan
2) Lembaga tindakan untuk mendukung pernapasan dan oksigenasi
3) Menyediakan lingkungan yang hangat yang aman untuk
memulai menyusui dan lampiran (bonding) pada jam pertama
kehidupan
4) Melakukan pemeriksaan fisik lengkap dari baru lahir di hadapan
ibu/keluarga; menjelaskan temuan dan perubahan yang
diharapkan misalnya warna ekstremitas, molding kepala.
Merujuk untuk temuan abnormal.
5) Institut yang baru lahir profilaksis misalnya infeksi mata, dan
penyakit hemoragik, sesuai dengan kebijakan dan pedoman
6) Mempromosikan perawatan oleh ibu, sering makan dan
pengamatan dekat
7) Libatkan orang mitra / dukungan dalam memberikan perawatan
bayi baru lahir
c. Perawatan Lanjutan pada Perempuan dan Bayi Baru Lahir
a. Skill memberikan perawatan pasca kelahiran untuk wanita yang
sehat
1) Riwayat Ulasan kehamilan, persalinan, dan kelahiran
2) Melakukan pemeriksaan fisik difokuskan untuk menilai
perubahan payudara dan involusi. Memonitor kehilangan darah
dan fungsi tubuh lainnya
3) Menilai suasana hati dan perasaan tentang ibu dan tuntutan
perawatan bayi
4) Memberikan strategi kontrol nyeri jika diperlukan untuk
kontraksi rahim dan trauma perineum
5) Memberikan informasi tentang perawatan diri yang
memungkinkan ibu untuk memenuhi kebutuhan bayi yang baru
lahir, misalnya makanan yang cukup, suplemen gizi, kegiatan
biasa, waktu istirahat dan bantuan rumah tangga
6) Memberikan informasi tentang seks yang aman, metode
keluarga berencana sesuai untuk periode postnatal dan jarak
kehamilan
b. Skill pemberian perawatan untuk bayi baru lahir sehat
1) Memeriksa bayi pada interval yang sering untuk memantau
pertumbuhan dan perilaku perkembangan
2) Membedakan variasi normal dalam penampilan yang baru lahir
dan perilaku dari orang-orang yang menunjukkan kondisi
patologis
3) Mengelola imunisasi, melakukan tes skrining seperti yang
ditunjukkan
4) Memberikan informasi kepada orang tua tentang lingkungan
yang aman bagi bayi, sering makan, perawatan tali pusat,
berkemih, stooling dan kontak fisik dekat
c. Skill mempromosikan dan mendukung pemberian ASI
1) Mempromosikan dini dan eksklusif menyusui tetap
menghormati pilihan perempuan mengenai menyusui bayi yang
baru lahir
2) Memberikan informasi tentang kebutuhan bayi, frekuensi dan
durasi menyusui serta berat badan
3) Memberikan dukungan dan informasi tentang menyusui selama
minimal enam bulan, termasuk menggabungkan dengan
pekerjaan, menjaga pasokan susu dan menyimpan ASI
4) Mengidentifikasi dan mengelola masalah menyusui (misalnya
mastitis, pasokan susu rendah, pembengkakan, kait yang tidak
benar)
5) Memberikan informasi kepada wanita menyusui beberapa bayi
yang baru lahir
6) Merujuk wanita untuk menyusui dukungan seperti yang
ditunjukkan
7) Advokat untuk menyusui dalam keluarga dan masyarakat
d. Skill mendeteksi dan mengobati atau merujuk komplikasi postnatal
pada wanita
1) Memberikan informasi kepada wanita dan keluarga tentang
komplikasi potensial dan kapan untuk mencari bantuan.
2) Menilai wanita selama periode postnatal untuk mendeteksi
tanda-tanda dan gejala komplikasi
3) Membedakan depresi postnatal dari kecemasan sementara
tentang merawat bayi, menilai ketersediaan bantuan dan
dukungan di rumah dan memberikan dukungan emosional
4) Memberikan konseling dan perawatan tindak lanjut untuk
perempuan dan anggota keluarga yang mengalami lahir mati,
kematian neonatal, penyakit bayi yang serius dan kondisi
bawaan
5) Memberikan langkah-langkah baris pertama untuk mengobati
atau menstabilkan kondisi diidentifikasi
6) Mengatur rujukan dan / atau pemindahan yang diperlukan
e. Skill mendeteksi dan mengelola masalah kesehatan pada bayi baru
lahir
1) Memberikan informasi kepada wanita dan keluarga tentang
komplikasi potensial dan kapan untuk mencari bantuan.
2) Menilai wanita selama periode postnatal untuk mendeteksi
tanda-tanda dan gejala komplikasi
3) Membedakan depresi postnatal dari kecemasan sementara
tentang merawat bayi, menilai ketersediaan bantuan dan
dukungan di rumah serta memberikan dukungan emosional
4) Memberikan konseling dan perawatan tindak lanjut untuk
perempuan dan anggota keluarga yang mengalami lahir mati,
kematian neonatal, penyakit bayi yang serius dan kondisi
bawaan
5) Memberikan langkah-langkah baris pertama untuk mengobati
atau menstabilkan kondisi diidentifikasi
6) Mengatur rujukan dan / atau pemindahan yang diperlukan
f. Skill memberikan pelayanan keluarga berencana
1) Menyediakan dan melindungi privasi dan kerahasiaan untuk
diskusi tentang pengetahuan keluarga berencana, tujuan untuk
membatasi dan / atau jarak anak, dan kekhawatiran dan mitos
tentang metode
2) Mendapatkan sejarah yang relevan dari penggunaan metode,
kondisi medis, nilai-nilai sosial budaya dan preferensi yang
mempengaruhi pilihan metode
3) Memberikan informasi tentang bagaimana menggunakan,
efektivitas dan biaya dari berbagai metode untuk mendukung
informasi pengambilan keputusan
4) Memberikan metode sesuai dengan ruang lingkup praktek dan
protokol atau merujuk ke operator lain
5) Memberikan penilaian tindak lanjut penggunaan, kepuasan dan
efek samping
6) Rujuk untuk wanita atau pasangan untuk prosedur sterilisasi.

2. Ethic
Etika adalah suatu studi yang sistematis tentang apa yang
seharusnya dilakukan seseorang sehubungan dengan dirinya sendiri,
manusia lain dan lingkungan, tentang apa yang benar dan studi yang
mempelajari kehidupan dan hubungan seseorang.
Etika kebidanan adalah studi tentang praktik kebidanan dengan
mengacu pada Kode Perilaku Profesional, Etika untuk Bidan dalam
kerangka kerja etis yang profesional bersamaan dengan pertimbangan
kebutuhan sosial-budaya perempuan dan keluarga mereka, masyarakat
dan masyarakat.
Etika sangat mendasar bagi praktik profesional bidan dalam
etika profesional yang mendukung semua yang dilakukan bidan dan
bagaimana fungsinya dalam masyarakat. Hubungan bidan dengan
wanita sangat penting untuk pandangan etis ini. Kesepakatan dari bidan
secara menyeluruh adalah bahwa hubungan ini adalah kemitraan yang
didasarkan pada kepercayaan pada proses normal kehamilan dan
persalinan. Bidan percaya bahwa kehamilan dan persalinan adalah
peristiwa siklus hidup yang normal, tetapi hal itu dapat menyebabkan
beberapa (sebagian kecil) kasus menjadi rumit dan berakibat pada
peristiwa yang mengancam jiwa.
Oleh karena itu, bidan memperhatikan tugas profesional mereka
dan dengan demikian tugas mereka bertindak untuk memastikan
kesejahteraan wanita yang melahirkan, bidan percaya bahwa perempuan
harus diberdayakan untuk memikul tanggung jawab atas kesehatan
mereka dan keluarga mereka. nilai inti adalah bahwa bidan memiliki
kepercayaan diri, rasa hormat, dan kepercayaan pada wanita dan
kemampuan mereka dalam melahirkan.
Secara historis, bidan sering terlibat "dengan perempuan"
sebagai agen perubahan sosial. bidan telah bertindak dalam kemitraan
dengan perempuan di banyak negara secara bersama-sama untuk
menantang pendekatan perawatan kesehatan hierarkis dan sering
paternalistik. tujuan utama dari sosial ini adalah untuk memastikan
keseimbangan kekuasaan yang lebih adil atas tubuh perempuan untuk
mempertahankan prinsip dasar kelahiran sebagai "peristiwa kehidupan
alami".
Premis dasar yang menopang etika profesional adalah bahwa
bidan dan wanita bersama-sama telah berbagi kepercayaan dan nilai-
nilai dan bahwa "pemberdayaan wanita" untuk dan selama kehamilan,
kelahiran, dan transisi ke dinamika keluarga baru adalah jantung dari
pelayanan kebidanan yang tepat. Pemberdayaan ini difasilitasi oleh dan
melalui hubungan yang erat antara bidan dan perempuan.
Kriteria kinerja dalam etika profesional :
a. Praktik sesuai dengan Kode Perilaku Profesional dan Etika untuk
Bidan.
b. Terlibat dalam pengambilan keputusan etis sehubungan dengan
tanggung jawab profesional sendiri atau dimana masalah etika
mempengaruhi pemberian layanan kesehatan atau pengambilan
keputusan klinis.
c. Bertindak sebagai advokat yang melindungi hak-hak wanita sesuai
dengan hukum dan Kode Perilaku Profesional dan Etika untuk
Bidan.
d. Menjaga kerahasiaan dan melakukan segala upaya yang wajar untuk
memastikan keamanan informasi pasien tertulis, verbal dan
elektronik.
e. Menghargai hak wanita untuk mendapat informasi sepenuhnya
membangun konteks untuk penentuan nasib sendiri dan persetujuan
berdasarkan informasi. Menghormati dan mempertahankan hak
wanita untuk privasi dan martabat.
f. Bertindak sensitif dan adil dengan mempertimbangkan
keanekaragaman, termasuk keyakinan budaya dan agama, ras, usia,
jenis kelamin, keadaan fisik dan mental, dan faktor-faktor lain yang
relevan.
g. Bekerja sama dan berkolaborasi dengan profesional dan personel
layanan kesehatan lainnya untuk memastikan praktik etis
dipertahankan
h. Praktik perawatan kesehatan kualitas perawatan menjamin
peningkatan; bertindak di mana keselamatan perawatan
dikompromikan dan jika perlu melaporkan orang lain yang mungkin
mempertaruhkan keselamatan wanita dan keluarga mereka.
i. Menunjukkan integritas profesional dan perilaku etis dalam hal-hal
di mana konflik kepentingan dapat ditafsirkan ketika memberi
nasihat tentang penggunaan obat-obatan, produk, perangkat atau
layanan.

Adapun etika kebidanan


a. Praktik sesuai dengan Kode: Standar praktik dan perilaku profesional
untuk perawat dan bidan (NMC 2015), dalam batasan kompetensi
individu, pengetahuan, dan lingkup praktik profesional, konsisten
dengan undang-undang yang terkait dengan praktik kebidanan. Ini akan
mencakup: menggunakan standar praktik profesional untuk menilai
sendiri kinerja, berkonsultasi dengan kolega profesional paling tepat
ketika perawatan membutuhkan keahlian di luar kompetensi bidan saat
ini, berkonsultasi dengan profesional kesehatan lainnya ketika
kebutuhan wanita dan bayi berada di luar lingkup praktik kebidanan,
mengidentifikasi praktik yang tidak aman dan merespons dengan tepat.
b. Praktek dengan cara yang menghormati, mempromosikan dan
mendukung hak-hak, minat, preferensi, kepercayaan dan budaya
individu. Ini akan mencakup: menawarkan saran keluarga berencana
yang sensitif secara budaya, memastikan bahwa tenaga kerja wanita
konsisten dengan keyakinan dan preferensi agama dan budaya mereka,
berbagai peran dan hubungan dalam keluarga dan mencerminkan
keyakinan, preferensi, dan pengalaman agama dan budaya yang
berbeda.
c. Praktik sesuai dengan undang-undang yang relevan. Ini akan mencakup:
praktik dalam kerangka hukum kebidanan kontemporer, menunjukkan
pengetahuan tentang undang-undang yang berkaitan dengan hak asasi
manusia, peluang yang setara, kesetaraan dan keragaman, dan akses ke
catatan klien. Ini juga akan mencakup menunjukkan pengetahuan
tentang undang-undang yang berkaitan dengan kesehatan dan kebijakan
sosial yang relevan dengan praktik kebidanan, menunjukkan
pengetahuan tentang masalah etika kontemporer dan dampaknya
terhadap praktik kebidanan dan mengelola kompleksitas yang timbul
dari dilema etika dan hukum.
d. Menjaga kerahasiaan informasi. Ini akan mencakup: memastikan
kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis dan verbal yang diperoleh
dalam kapasitas profesional, mengungkapkan informasi tentang individu
dan organisasi hanya kepada mereka yang memiliki hak dan perlu
mengetahui informasi ini, dan hanya sekali bukti identitas dan hak untuk
pengungkapan telah diperoleh.
e. Bekerja secara kolaboratif dengan tim dan lembaga perawatan kesehatan
dengan cara yang: menghargai kontribusi mereka terhadap kesehatan
dan perawatan, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara
efektif dalam perawatan wanita, bayi dan keluarga mereka, mengakui
sifat pekerjaan mereka dan konteks di mana itu terjadi. ditempatkan.
Tim dan agensi layanan kesehatan yang lebih luas akan mencakup
mereka yang bekerja di: layanan kesehatan, perawatan sosial, jaminan
sosial, tunjangan dan perumahan, saran, bimbingan dan konseling,
perlindungan anak dan hukum.
f. Mengelola dan memprioritaskan tuntutan yang bersaing. Ini akan
mencakup: memutuskan siapa yang paling baik ditempatkan dan paling
mampu memberikan intervensi khusus untuk perempuan, bayi dan
keluarga mereka dan mengingatkan manajer untuk kesulitan dan
masalah dalam pemberian layanan.
g. Mendukung penciptaan dan pemeliharaan lingkungan yang
mempromosikan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan wanita,
bayi, dan lainnya. Ini akan mencakup: mencegah dan mengendalikan
infeksi, meningkatkan kesehatan, keselamatan dan keamanan di
lingkungan tempat bidan bekerja, apakah itu di rumah wanita, di
komunitas, klinik atau di rumah sakit.
h. Berkontribusi pada pengembangan dan evaluasi pedoman dan kebijakan
dan membuat rekomendasi untuk perubahan dalam kepentingan
perempuan, bayi dan keluarga mereka. Mengevaluasi kebijakan akan
mencakup: pertimbangan bukti terbaik yang tersedia, memberikan
umpan balik kepada manajer tentang kebijakan layanan dan mewakili
pandangan dan pengalaman bidan yang dipertimbangkan dalam konteks
kebijakan kesehatan dan perawatan sosial yang lebih luas demi
kepentingan perempuan, bayi dan keluarga mereka.

3. Aspek Legal
Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
dengan membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang,
selanjutnya menurut kamus besar Bahasa Indonesia, jika dikaitkan dengan
masalah kesehatan diartikan pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam
hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu
gangguan kesehatan tertentu.
Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009, dalam
Ketentuan Umum, terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih
mengarahkan pada obyek pelayanan yaitu pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada jenis upaya, meliputi upaya peningkatan
(promotif) pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif).
Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam
Kepmenkes. RI Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart profesi
bidan, Pelayanan Kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang
dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Aspek legal didefinisakn sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dari segi hukum
yang berlaku di indonesia. Tujuan aspek legal dalam pelayanan kebidanan
adalah dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan praktik
bidan perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perundang-undangan
serta memberikan kejelasan batas-batas kewenangannya dalam
menjalankan praktik kebidanan.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan,
pengertian Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan
norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk menjadi
sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
dan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok
masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan
dan pemulihan kesehatan.
a. Otonomi Bidan dalam Pelayanan
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu
hal yang penting dan dituntun dari suatu profesi, terutama profesi yang
berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah
pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan
oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based.
Akuntabiliti diperkuat dengan satu landasan hukumyang mengatur
batas-batas wewang profesi yang bersangkutan.Dengan adanya
legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi
kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar
profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus
ditingkatkan mutunya melalui :
1) Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2) Penelitian dalam kebidanan
3) pengembangan ilmu dan tehknologi dalam kebidanan
4) Akreditasi
5) Sertifikasi
6) Registrasi
7) Uji Kompetensi
8) Lisensi
b. Legislasi dalam Pelayanan Kebidanan
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian
kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan
kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakan dan pengabdiannya. (IBI)
Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) sekarang adalah dengan mengadakan uji kompetensi terhadap para
bidan, minimal sekarang para bidan yang membuka praktek atau
memberikan pelayanan kebidanan harus memiliki ijasah setara D3. Uji
kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun ke
dunia kerja. Uji kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah
tenaga kesehatan tersebut layak bekerja sesuai dengan keahliannya.
Mengingat maraknya sekolah-sekolah ilmu kesehatan yang terus
tumbuh setiap tahunnya.
Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak
bisa menjalankan profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah
memiliki surat izin yang dikeluarkan setelah lulus uji kompetensi.
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada
masyarakat terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk
perlindungan tersebut adalah meliputi :
1) Mempertahankan kualitas pelayanan
2) Memberi kewenangan
3) Menjamin perlindungan hukum
4) Meningkatkan profisionalisme
c. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
1) UUD 1945
Amanat dan pesan mendasar dan UUD 1945 adalah UUD
1945 upaya pembangunan nasional yaitu pembangunan disegadan
bidang guna kepentingan keselamatan, kebahagiaan dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia secara terarah, terpadu dan
berkesinambungan.
2) UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Tujuan dan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga
Negara Indonesia melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar
mampu mempunyai daya saing adalah bagaimana peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
dibentuk sejak janin di dalam kandungan, masa kelahiran dan masa
bayi serta masa tumbuh kembang balita. Hanya sumber daya
manusia yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi
perubahan serta mampu bersaing.
3) Penyiapan Sumber Daya Manusia.
Karena pertayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama
kurun kesehatan reproduksi wanita, sejak remaja, masa calon
pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode
interval, masa klimakterium dan menopause serta memantau
tumbuh kembang balita serta anak pra sekolah.
4) Visi Misi Indonesia Sehat 2015
Visi Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah derajat
kesehatan yang optimal dengan strategi: Paradigma sehat,
Profesionalisme, JPKM, dan Desentralisasi.
Aspek legislasi bidan Indonesia adalah melalui tahapan sebagai berikut:
1) Sertifikasi
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui
kegiatan pendidikan formal maupun non formal (Pendidikan
berkelanjutan). Lembaga pendidikan non formal misalnya organisasi
profesi, rumah sakit, LSM bidang kesehatan yang akreditasinya
ditentukan oleh profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non formal
adalah berupa sertifikat yang terakreditasi sesuai standar nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:
2) Ijasah
merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu, mempunyai
kekuatan hukum atau sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan
diperoleh dari pendidikan formal.
3).Sertifikat
Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa
diperoleh dari kegiatan pendidikan formal atau pendidikan
berkelanjutan maupun lembaga pendidikan non formal yang
akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
Tujuan sertifikasi antara lain:
a. Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:
 Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi.
 Meningkatkan mutu pelayanan.
 Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan.
b. Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:
 Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
(kompetensi) tenaga profesi.
 Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.
 Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
(kompetensi) pendidikan tambahan tenaga profesi.
 Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan
tambahan tenaga profesi.
 Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.
4). Registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi
harus mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic
guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan
profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh badan tesebut.
Registrasi bidan adalah proses pendaftaran, pendokumentasian
dan pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi
minimal kopetensi inti atau standar penampilan minimal yang
ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan
praktik profesinya. (Registrasi menurut keputusan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 900/MENKES/SK/VII/2002)
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan
mendapatkan haknya untuk ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi
beberapa persyaratan administrasi untuk lisensi. Tujuan dilakukannya
registrasi antara lain:
a. Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi
kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang
pesat.
b. Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam
penyelesaian kasus mal praktik.
c. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Alur proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai
berikut, bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan
mengirimkan kelengkapan registrasi kepada kepala Dinas Kesehatan
Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB (
surat ijin bidan ) selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima
Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No.
900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi ijasah bidan,
fotokopi transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter,
pas foto sebanyak 2 lembar.
SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta
merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan atau
SIPB (surat ijin praktik bidan). SIB tidak berlaku lagi karena: dicabut
atas dasas ketentuan perundang-undangan yang berlaku, habis masa
berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.
5). Lisensi
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah
atau yang berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada
tenaga profesi yang teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Lisensi
adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan
pekerjaan yang telah ditetapkan IBI.Tujuan umum lisensi adalah untuk
melindungi masyarakat dari pelayan profesi. Tujuan khusus dari lisensi
adalah memberikan kejelasan batas wewenang dan menetapkan sarana
dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk
SIPB (Surat Ijan Praktik Biadan). SIPB adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan
praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang
menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
atua Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah bidan, surat
persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter, rekomendasi
dari organisasi profesi, pas foto.
Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah
terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan
keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan
melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan
keterampilan inilah yang diaplikasikan dengan rencana
diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang mengurus SIPB
atau lisensi. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya
dan dapat diperbaharui kembali. (Farelya & Nurrobikha, 2015

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan utama dari profesionalisme dalam kebidanan adalah
untuk memastikan penyediaan yang konsisten dari hasil yang aman,
efektif, berpusat pada orang yang mendukung, keluarga dan pengasuh
mereka, untuk mencapai status kesehatan dan kesejahteraan yang
optimal.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
konsisten secara terus menerus yang memungkinkan seseorang menjadi
kompeten.
Etika profesi merupakan nilai - nilai atau norma – norma yang
menjadi pegangan suatu profesi dalam mengatur tingkah lakunya. Bidan
merupakan suatu profesi, karenanya dalam menjalankan profesinya
harus bersikap profesional. Prinsip etika profesi terdiri dari tanggung
jawab, keadilan dan otonomi
Dalam menjalankan praktik pelayanan kebidanan, seorang bidan
diharuskan menempuh proses yang telah ditetapkan oleh pemerintah
diantaranya proses registrasi, lisensi dan sebelumnya bidan diharapkan
mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi
sebagai syarat dalam pemberian pelayanan kebidanan. Praktik
pelayanan kebidanan diatur dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan dan diperkuat dengan diterbitkannya Permenkes No.
1464/MENKES/X/2010 yang mengatur tentang registrasi dan praktik
bidan.
B. Saran
1) Profesionalisme kebidanan sangat penting untuk bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan haruslah profesional.
2) Sebagai bidan sebaiknya mengetahui framework dalam
profesionalisme kebidanan (skill, ethic, legal) agar dapat diterapkan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Farelya, G., & Nurrobikha. (2015). Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan.


Yogyakarta: Deepublish.

International Confederation of Midwives (ICM). (2018). ICM International


Definition of the Midwife. Netherland: Author

Kementrian Kesehatan RI (2016) Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam


Praktik Kebidanan. Jakarta, Indonesia: K. H. Endah Widhi Astuti

Nursing & Midwifery Council. Doman 2: Professional and Ethic Practice.


London, United Kingdom: Author.

Pan American Health Organization (2014). Toolkit for streangthening


professional midwifery in the American. Washington DC, America:
Author.
Ristica, O. D., & Julianti, w. (2014). Prinsip Etika dan Moralitas dalam
Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai