Anda di halaman 1dari 3

Kanker merupakan masalah kesehatan masyarakat yang bisa menimpa semua orang.

Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia
bertambah 6,25 juta orang. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
kematian yang disebabkan kanker meningkat dari tahun ke tahun (Hawari, 2009). Kanker
payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar
air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh infiltratif, destruktif, serta bermetastase (
Suryana, 2008)..

enyakit keganasan kanker dapat diobati dengan pembedahan, penyinaran atau kemoterapi
sitostatika, hormon terapi, imunoterapi, hipertermi. Sering kali cara-cara ini dikombinasikan.
Kemoterapi dengan sitostatika dapat menyembuhkan hanya sejumlah kecil jenis kanker (Tjay
dan Rahardja, 2007). Sitostatika mempunyai efek yang dapat merugikan seperti gangguan
gastrointestinal (emetogenik). Berdasarkan sifat emetogeniknya obat kemoterapi dibagi
menjadi 3 (tiga), yaitu emetogenik berat, sedang dan ringan (Dyah, 2008).

Efek samping kemoterapi

Efek toksik kemoterapi terdiri dari beberapa toksik jangka pendek dan jangka panjang
(Desen, 2008). Efek toksik jangka pendek meliputi: depresi sumsum tulang, reaksi
gastrointestinal (mual, muntah, ulserasi mukosa mulut, diare), trauma fungsi hati (infeksi
virus hepatitis laten memburuk dan nekrosis hati akut), trauma fungsi ginjal (sistitis
hemoragik, oliguria, uremia, nefropati asam urat, hiperurikemia, hiperkalemia, dan
hiperfosfatemia), kardiotoksisitas, pulmotoksisitas (fibrosis kronis paru), neurotoksisitas
(perineuritis), reaksi alergi (demam, syok, menggigil, syok nafilaktik, udem), efek toksik
local (tromboflebitis), dan lainnya (alopesia, melanosis, sindroma tangan-kaki/ eritoderma
palmar-plantar). Sedangkan efek jangka panjang meliputi: karsinogenisitas (meningkatkan
peluang terjadinya tumor primer kedua), dan infertilitas. Menurut Saleh (2006), toksisitas
umum yang diakibatkan oleh obat-obatan kemoterapi yaitu mielosupresi (seperti anemia,
leucopenia, trombositopenia), mual muntah, ulserasi membran mukosa, dan alopesia
(kebotakan).

Kemoterapi adalah komponen penting dari perawatan untuk banyak kanker, dan obat
anti kanker baru merupakan salah satu bidang pengembangan farmasi terbesar [1, 2].
Namun, sifat kemoterapi berarti bahwa sementara merusak sel-sel kanker itu juga
merusak sel-sel sehat, yang mengarah ke efek samping [3].
Efek samping dari kemoterapi mempengaruhi kesehatan fisik, kualitas hidup seseorang [4-
6] dan keadaan emosi (Allison)

Kemoterapi adalah komponen penting dari perawatan untuk banyak kanker, dan obat
anti kanker baru merupakan salah satu bidang pengembangan farmasi terbesar [1, 2].
Namun, sifat kemoterapi berarti bahwa sementara merusak sel-sel kanker itu juga
merusak sel-sel sehat, yang mengarah ke efek samping [3].
Efek samping dari kemoterapi mempengaruhi kesehatan fisik, kualitas hidup seseorang [4-
6] dan keadaan emosi

1) Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam pertama
pemberian, misalnya mual dan muntah.
2) Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa
hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.
3) Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.
4) Effek samping yang terjadi kemudian ( Late Side Effects) yang timbul dalam
beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.

Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap
penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan
psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.
1. Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi
sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah
mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah
biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung
tidak melebihi 24 jam.
2. Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel
darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah
(anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi
segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan
kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu
diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi
sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu
pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar
leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu
keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat
mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada
traktus gastrointestinal.
3. Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada
kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan
otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit,
reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang
dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.
4. Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi,
sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru umumnya
iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya
karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf,
uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.
Katsung, B.G. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Ed. ke-6 ECG. Jakarta 2001

Anda mungkin juga menyukai