Anda di halaman 1dari 8

Unsur SIntaksis Kalimat

Berdasarkan unsur sintaksisnya, kalimat dapat terdiri atas: subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Sedangkan berdasarkan bentuknya, kalimat dapat terdiri
atas: kata, frasa, dan klausa. Berikut akan dijelaskan unsur-unsur sintaksis pembentuk
kalimat menurut alwi (2003: 326) dan Widjono (2011:148).

1. Subjek

Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat disamping unsur
predikat didalam sebuah kalimat, subjek berperan sebagai pelaku atau orang yang
malakukan kegiatan tertentu. Subjek pada umumnya berupa kata benda seperti nama
orang, binatang, tumbuhan, dan benda. Penempatan subjek yang tidak tepat akan
mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi (1) bentuk
kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk, (2) memperjelas makna,
(3) menjadi pokok pikiran, (4) menegaskan/ memfokuskan makna, (5) memperjelas
pikiran dan ungkapan, (6) membentuk kesatuan pikiran (Widjono ,2011:148)

Ciri-ciri subjek menurut Widjono (2011:148) adalah sebagai berikut.

a. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.

Contoh:

(1) Pemimpin itu bijaksana.


kalimat diatas merupakan jawaban atas pertanyaan siapa,”siapa yang bijaksana?”
jawabannya adalah pemimpin itu.

b. Dapat disertai kata ini atau itu

Contoh:

(1) Kucing ini lucu sekali.


(2) Mobil merah itu menabrak pembatas jalan.

c. Berupa kata atau frasa benda (nomina).

Subjek berupa kata, contohnya:

(1) Saya belajar bahasa Indonesia semenjak usia dini.


(2) Kami akan wisuda bulan Desember tahun ini.
Subjek berupa frasa, contohnya:

(1) Gadis cantik yang berbaju merah itu menyanyikan lagu indonesia raya
(2) Ayah dan ibu pergi ke Bandung kemarin

d. Disertai pewatas yang

Contoh:

(1) Pemimpin yang jujur disenangi masyarakat.


(2) Gadis yang menggunakan baju merah cantik sekali.

e. Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut,
berdasarkan, dan lain-lain.

Contoh:

(1) Dalam rapat itu terjadi perdebatan sengit antar anggota.


(2) Menurut kami, mereka lah penyebab terjadinya kerusuhan itu.

Pada contoh diatas, bagian yang dicetak miring bukan merupakan subjek karena
didahului kata dalam dan menurut.

f. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata
bukan

Contoh:

(1) Bukan Rita yang membawa payung itu. (benar)


(2) Tidak Rita yang membawa payung itu. (salah)

g. Merupakan bagian kalimat yang diterangkan oleh predikat

Contoh:

(1) Perempuan itu cantik sekali


(2) Anggun menanam bunga di taman

Pada kalimat (1) predikat cantik sekali menerangkan subjek perempuan itu.
Sedangkan kalimat (2) predikat menanam menerangkan pekerjaan yang sedang
dilakukan Anggun di taman.

h. Diikuti salah satu kata kerja gabungan ialah, adalah, merupakan, atau menjadi
Contoh:

(1) pantun ialah bentuk puisi yang berpola akhir a-b-a-b


(2) beliau menjadi presiden sejak tahun 2004.

i. Berpartikel -Nya

Contoh:

(1) Membacanya cukup cepat


(2) Dinginnya menusuk tulang

2. Predikat

Seperti halnya dengan subjek, predikat dalam kalimat, kebanyakan muncul secara
eksplisit. Umumnya berupa kata kerja, tetapi tidak menutup kemungkinan juga berupa
kata bilangan, kata benda, frasa keterangan, maupun kata sifat, keberadaan predikat
dalam kalimat berfungsi sebagai (1) membentuk kalimat dasar, (2) menjadi unsur
penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang dilengkapkan dan menentukan
kejelasan makna kalimat, (3) menegaskan makna, (4) membentuk kesatuan pikiran,
dan (5) sebagai sebutan (Widjono,2011.148)/

Ciri-ciri predikat menurut Widjono

a. merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana, mengapa, atau berapa. Dilihat


dari segi makna, bagian kalimat yang memberi informasi ata pertanyaan mengapa atau
bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat
menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa
dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan)
atau frasa numeralia.

Contoh:

1. burung itu berkicau indah sekali (“Apa yang dilakukan burung itu? Jawabannya
berikicau indah sekali”)

2. peserta rapatnya 20 orang. (“Berapa jumlah peserta rapat? Jawabannya 20 orang”)

b. dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan

contoh:
(1) Aisyah bukan pramugari.
(2) Delia tidak menanam jagung

c. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas.

Contoh:

(1) Kami akan berangkat ke Padang bulan depan.


(2) Dadang sebaiknya pulang lebih awal.

d. Tidak didahului kata yang jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi
perluasan subjek.

Contoh:

(1) Wanita yang memakai jilbab merah itu cantik sekali.

(2) Laki-laki yang berjalan di atas trotoar itu sangat tampan.

Frase yang bergaris bawah merupakan perluasan subjek dan bukan predikat. Frase
yang dicetak miring merupakan predikat berupa kata sifat

E. Dapat didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni

Contoh:

(1) Saya adalah mahasiswa Universitas Mulawarman.

(2) Peserta seminar yakni kalangan dosen.

F. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan.

Contoh:

(1) Saya mahasiswa. (predikat kata benda)

(2) Kami menanam seribu pohon di hutan. (predikat kata kerja).

3. Objek

Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat
perbuatan subjek. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis kalimat serta
ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek.
Biasanya predikat berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya
mengambilkan,mengumpulkan, mengambili, melempari, mendekati. Dalam kalimat,
objek berfungsi (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transtif, (2)
memperjelas makna kalimat, dan (3) membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran
(Widjono, 2011:149).

Ciri-ciri objek menurut Widjono (2011:150) adalah sebagai berikut

a. Berupa kata benda.

Contoh:

(1) Nola menulis artikel ilmiah.

(2) Bunda ke kampus mengendarai motor.

b. Tidak didahului kata depan.

Contoh:

(1) Ibu membeli di pasar buah manga itu. (kata di pasar yang berada tepat di belakang
predikat transitif bukan merupakan objek, melainkan keterangan, objeknya adalah
buah mangga itu).
(2) Paman membawa dari Palembang pempek yang lezat. (kata dari Palembang yang
berada tepat di belakang predikat transitif bukan merupakan objek, melainkan
keterangan, objeknya yaitu pempek yang lezat).

c. Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif.

Contoh:

(1) Anak-anak melempari orang gila dengan kerikil tajam.

(2) Sanny mengumpulkan perangko sejak sekolah dasar.

d. Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif.

Contoh:

(1) Ayah membeli mobil-mobilan di pasar.

(“Apa yang dibeli ayah di pasar? Jawabannya mobl mobilan”)

(2) Ayah membelikan adik mobil-mobilan di pasar.


(“Siapa yang dibelikan mobil-mobilan oleh ayah? Jawabannya adik”)

e. Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat dipasifkan.

Contoh:

(1) Dinda membersihkan rumah saya. (aktif)

(2) Rumah saya dibersihkan oleh Dinda. (pasif)

Pada kalimat (1) rumah saya menduduki objek, dan pada kalimat (2) rumah saya
menduduki fungsi subjek, sedangkan objeknya adalah Dinda.

4. Pelengkap

Pelengkap merupakan unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,


mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat (Widjono, 2011:150). Ciri-ciri
pelengkap menurut Widjono (2011:150) adalah sebagai berikut.

a. Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap
informasinya.

Contoh:

(1) Tabitha belajar

(2) Tabitha belajar bahasa Indonesia

Kalimat (1) terdiri atas subjek dan predikat, namun kalimat tersebut tidak memberikan
informasi yang jelas mengenai hal yang dipelajari Tabitha. Sedangkan kalimat (2)
terdiri atas subjek-predikat-pelengkap sehingga memberikan informasi yang lebih jelas
tentang yang dipelajari Tabitha, yaitu bahasa Indonesia.

b. terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja trasitif.

Contoh:

(1) Negara ini berlandaskan hukum.

Untuk memperjelas pemahaman mengenai perbedaan objek dan pelengkap, berikut


disajikan tabel yang menguraikan perbedaan antara objek dan pelengkap.
5. Keterangan

Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang
suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat,
waktu, cara, sebab, dan tujuan. Ciri-ciri keterangan menurut Widjono, 2011:150)
sebagai berikut.

1. Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak
jelas, dan tidak lengkap, misalnya surat undangan, tanpa keterangan menjadi tidak
komunikatif.

Contoh:

(1) Kakek datang bersama nenek. (tanpa keterangan)

(2) Kakek datang dari Yogakarta bersama nenek. (ada keterangan asal)

Kalimat (1) tidak memberikan informasi dengan jelas karena anpa mengikutsertakan
keterangan. Sedangkan kalimat (2) menjadi jelas dengan adanya keterangan asal.

2. Memiliki keleluasaan letak atau posisi (dapat di awal, akhir, atau menyisip antara
subjek dan predikat).

Contoh:

(1) Kemarin saya mengerjakan skripsi di kampus.

(2) Saya kemarin mengerjakan skripsi di kampus

(3) Saya mengerjakan skripsi di kampus kemarin.

3. Dapat berupa keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, cara, konsesif
(konsesif ditandai kata meskipun, walaupun, dan biarpun, misalnya: Saya berupaya
meningkatkan kualitas kerja meskipun diwujudkan), pengganti nomina (menggunakan
kata bahwa, misalnya: Mahasisma berpendapat bahna sekarang ini sulit mencari
pekerjaan).

Contoh:

(1) Laras sudah selesai wisuda kemarin. (keterangan waktu)

(2) Dona tampil cantik untuk acara AMI awards. (keterangan tujuan).

Anda mungkin juga menyukai