1. Partai politik Masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin
(Orde Lama)
a. Partai Politik pada Masa Demokrasi Liberal
Demokrasi Liberal Indonesia (1950-1959) pada masa ini menganut sistem pemerintahan parlementer dan jumlah partai politik yang cukup banyak yaitu ada 29 partai politik, namun kondisi politik sering memana. Masa ini Indonesia memakai sistem multipartai namun sistem multipartai yang dianut tidak menguntungkan Negara karena banyaknya jumlah partai menyebabkan pertentangan antargolongan dan mengakibatkan terganggunya kehidupan berbangsa karena partai politik hanya berorientasi untuk mendapatkan kekuasaan. Sistem multipartai yang di adopsi mengakibatkan ketidakstabilan politik dan pemerintah ditandai dengan jatuh bangunnya kabinet karena kuatnya persaingan antar partai politik. Nama-nama kabinet pada masa demokrasi liberal. 1.Kabinet Natsir (September1950 - Maret 1951) 2.Kabinet Sukiman (April 1951 – Februari1952) 3.Kabinet Wilopo (April 1952 – Juni 1953) 4.Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Juli 1953 - Agustus 1955) 5.Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 – Maret 1956) 6.Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 – Maret 1957) 7.Kabinet Juanda (Maret 1957 – Juli 1959) Karena sering gonta-ganti kabinet mengakibatkan ketidakpuasan dari pemerintahan daerah, daerah merasa kurang diperhatikan dan tuntutan dari daerah ke pusat sering tidak direspons oleh pemerintah pusat dan muncullah gejala provinsialisme atau sifat kedaerahan. b. Demokrasi Terpimpin (Orde Lama) Pemilu yang berlangsung pada tahun 1955 terlihat pasang surut partai politik di Indonesia dan beberapa partai tenggelam setelah pemilu. Miriam Budiardjo membagi tiga sejarah perkembangan demokrasi Indonesia dan menetapkan 1959-1965 sebagai masa demokrasi terpimpin yang ditandai dengan dominasi presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, serta meluasnya peranan ABRI sebagai unsur politik. 2. Partai Politik Masa Orde Baru Sejak peristiwa G 30 S PKI pada tahun 1965 Indonesia mengalami pergolakan yang tercatat dalam sejarah, setelah jatuhnya dua kekuatan yang mendominasi selama masa orde lama yaitu presiden dan PKI, satu kekuatan yang tersisa adalah TNI AD. Berdasarkan surat perintahan 11 Maret 1967 atau lebih dikenal dengan SUPERSEMAR, kekuasaan presiden diberikan kepada jenderal TNI AD bernama Soeharto, pada tahun 1968 presiden soeharto menjalankan pemerintahan. Pergeseran kekuasaan dari politisi sipil ke militer terjadi yang menjadi ciri khas masa Orde Baru. Salah satu perubahan dalam tubuh partai yang dilakukan pertama kali adalah dirombaknya tokoh partai PNI, yaitu dengan menyisihkan tokoh partai yang tergolong radikal dan condong ke sayap kiri dengan tokoh sayap kanan yang moderat dan dekat dengan penguasa. Dan mulcul partai baru yaitu Partai Muslim Indonesia atau Permusi yang merupakan partai penampung aspirasi politik umat Islam yang tidak tergolong ke dalam tiga partai politik Islam lainnya yang telah ada. Strategi politik dalam masa Orde Baru menurut Ali Moertopo memiliki empat tahapan yaitu: a.Tahap penghancuran PKI b.Tahap konsolidasi pemerintahan dan pemurnian pancasila dan UUD 1945 c.Tahap penghapusan dualisme dalam kepemimpinan nasional d.Tahap Pengembalian kestabilan politik dan merencanakan pembangunan Tantangan awal bagi pemerintahan Orde Baru adalah untuk menata infrastruktur politik di mana yang menjadi fokus utama adalah penyelenggaraan pemilihan umum. Apalagi wakil rakyat yang saat itu menduduki lembaga legislatif bukanlah berdasarkan pilihan dari rakyat melainkan pengangkatan oleh presiden sebelumnya. 3. Partai Politik Masa Orde Reformasi Pada era Reformasi, partai politik terlepas dari semua belenggu yang mengekang selama ini. Rezim Orde Baru yang otoriter kemudian berganti kepada rezim reformasi yang demokratis. Presiden pertama pada era reformasi, yaitu B.J. Habibie akhirnya menerapkan kembali sistem multipartai. Selain itu, partai politik juga diperkenankan untuk tidak harus menjadikan pancasila sebagai ideologi partai. Antusiasme masyarakat dalam berpolitik waktu itu sungguh luar biasa, pada tahun 1999 tercatat sebanyak 141 partai politik dan 48 di antaranya dinyatakan memenuhi syarat untuk dapat mengikuti pemilu.