Tugas Riyan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Nama :Fikrian Lesmana

Nomor BP :1810832024

Jurusan :Ilmu Politik

Mata kuliah :Partai Politik dan Pemilu Indonesia

1. Partai politik Masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin


(Orde Lama)

a. Partai Politik pada Masa Demokrasi Liberal


Demokrasi Liberal Indonesia (1950-1959) pada masa ini menganut sistem pemerintahan
parlementer dan jumlah partai politik yang cukup banyak yaitu ada 29 partai politik,
namun kondisi politik sering memana. Masa ini Indonesia memakai sistem multipartai
namun sistem multipartai yang dianut tidak menguntungkan Negara karena banyaknya
jumlah partai menyebabkan pertentangan antargolongan dan mengakibatkan
terganggunya kehidupan berbangsa karena partai politik hanya berorientasi untuk
mendapatkan kekuasaan. Sistem multipartai yang di adopsi mengakibatkan
ketidakstabilan politik dan pemerintah ditandai dengan jatuh bangunnya kabinet karena
kuatnya persaingan antar partai politik. Nama-nama kabinet pada masa demokrasi liberal.
1.Kabinet Natsir (September1950 - Maret 1951)
2.Kabinet Sukiman (April 1951 – Februari1952)
3.Kabinet Wilopo (April 1952 – Juni 1953)
4.Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Juli 1953 - Agustus 1955)
5.Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 – Maret 1956)
6.Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 – Maret 1957)
7.Kabinet Juanda (Maret 1957 – Juli 1959)
Karena sering gonta-ganti kabinet mengakibatkan ketidakpuasan dari pemerintahan
daerah, daerah merasa kurang diperhatikan dan tuntutan dari daerah ke pusat sering tidak
direspons oleh pemerintah pusat dan muncullah gejala provinsialisme atau sifat
kedaerahan.
b. Demokrasi Terpimpin (Orde Lama)
Pemilu yang berlangsung pada tahun 1955 terlihat pasang surut partai politik di Indonesia
dan beberapa partai tenggelam setelah pemilu. Miriam Budiardjo membagi tiga sejarah
perkembangan demokrasi Indonesia dan menetapkan 1959-1965 sebagai masa demokrasi
terpimpin yang ditandai dengan dominasi presiden, terbatasnya peranan partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis, serta meluasnya peranan ABRI sebagai unsur politik.
2. Partai Politik Masa Orde Baru
Sejak peristiwa G 30 S PKI pada tahun 1965 Indonesia mengalami pergolakan yang
tercatat dalam sejarah, setelah jatuhnya dua kekuatan yang mendominasi selama masa
orde lama yaitu presiden dan PKI, satu kekuatan yang tersisa adalah TNI AD.
Berdasarkan surat perintahan 11 Maret 1967 atau lebih dikenal dengan SUPERSEMAR,
kekuasaan presiden diberikan kepada jenderal TNI AD bernama Soeharto, pada tahun
1968 presiden soeharto menjalankan pemerintahan. Pergeseran kekuasaan dari politisi
sipil ke militer terjadi yang menjadi ciri khas masa Orde Baru. Salah satu perubahan
dalam tubuh partai yang dilakukan pertama kali adalah dirombaknya tokoh partai PNI,
yaitu dengan menyisihkan tokoh partai yang tergolong radikal dan condong ke sayap kiri
dengan tokoh sayap kanan yang moderat dan dekat dengan penguasa. Dan mulcul partai
baru yaitu Partai Muslim Indonesia atau Permusi yang merupakan partai penampung
aspirasi politik umat Islam yang tidak tergolong ke dalam tiga partai politik Islam lainnya
yang telah ada.
Strategi politik dalam masa Orde Baru menurut Ali Moertopo memiliki empat tahapan
yaitu:
a.Tahap penghancuran PKI
b.Tahap konsolidasi pemerintahan dan pemurnian pancasila dan UUD 1945
c.Tahap penghapusan dualisme dalam kepemimpinan nasional
d.Tahap Pengembalian kestabilan politik dan merencanakan pembangunan
Tantangan awal bagi pemerintahan Orde Baru adalah untuk menata infrastruktur
politik di mana yang menjadi fokus utama adalah penyelenggaraan pemilihan umum.
Apalagi wakil rakyat yang saat itu menduduki lembaga legislatif bukanlah berdasarkan
pilihan dari rakyat melainkan pengangkatan oleh presiden sebelumnya.
3. Partai Politik Masa Orde Reformasi
Pada era Reformasi, partai politik terlepas dari semua belenggu yang mengekang selama
ini. Rezim Orde Baru yang otoriter kemudian berganti kepada rezim reformasi yang
demokratis. Presiden pertama pada era reformasi, yaitu B.J. Habibie akhirnya
menerapkan kembali sistem multipartai. Selain itu, partai politik juga diperkenankan
untuk tidak harus menjadikan pancasila sebagai ideologi partai. Antusiasme masyarakat
dalam berpolitik waktu itu sungguh luar biasa, pada tahun 1999 tercatat sebanyak 141
partai politik dan 48 di antaranya dinyatakan memenuhi syarat untuk dapat mengikuti
pemilu.

Anda mungkin juga menyukai