BBBBB
BBBBB
PENDAHULUAN
Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan di antara para
etikawan tentang apakah etika bersifat absolut atau relatif. Para penganut paham
etika absolut dengan berbagai argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada
prinsip-prinsip etika yang bersifat mutlak, berlaku universal kapan pun dan di
mana pun. Sementara itu, para penganut etika relatif dengan berbagai argumentasi
yang juga tampak masuk akal membantah hal ini. Mereka justru mengatakan
bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral yang berlaku umum. Prinsip atau nilai
moral yang ada dalam masyarakat berbeda-beda untuk masyarakat yang berbeda
dan untuk situasi yang berbeda pula. Tokoh berpengaruh pendukung paham etika
absolut antara lain Immanuel Kant dan James Rachels yang berpendapat bahwa
ada pokok teoretis yang umum di mana ada aturan-aturan moral tertentu yang
dianut secara bersama-sama oleh semua masyarakat karena aturan-aturan itu
penting untuk kelestarian masyarakat. Etika menjadi persoalan yang penting dalam
aktivitas bisnis saat ini, bahkan menjadi pusat sorotan bisnis kontemporer. Hal ini
dikarenakan aktivitas bisnis menimbulkan banyak perdebatan dan dilema
khususnya terkait etika dalam operasional perusahaan. Beberapa tahun terakhir
banyak perusahaan yang melakukan praktik yang tidak etis untuk mencapai
tujuannya. Praktik tidak etis yang dilakukan perusahaan antara lain adalah
penyalahgunaan penentuan harga terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan,
tidak adanya kesejahteraan dalam organisasi, perlakuan tidak adil terhadap
karyawan, tidak etis saat menjalin kerjasama dengan sesama rekan bisnis, tidak
adanya tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta berbagai pelanggaran etika
lainnya (Haurissa dan Praptiningsih: 2014). Berdasarkan hal tersebut, maka
diperlukan kajian etika berkenaan dengan bisnis agar memberi pegangan atau
orientasi dalam menjalankan operasional perusahaan. Hasil yang diharapkan
adalah dalam praktik operasional perusahaan untuk mencapai tujuannya tidak
dengan menghalalkan segala cara. Makalah ini akan membahas beberapa teori
yang tentang etika sebagai orientasi oleh pelaku bisnis dalam menjalankan
perusahaannya sehingga tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan namun
bermanfaat pula bagi masyarakat secara umum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsepsi Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang menurut Kerat (1998)
adalah adat istiadat atau kebiasaan. Perpanjangan dari adat istiadat membangun
suatu aturan kuat di masyarakat, yaitu setiap tindakan mengikuti aturan, dan
aturan tersebut membentuk moral masyarakat dalam menghargai adat istiadat
yang berlaku. Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (atau moralitas).
Meskipun keduanya terkait dengan baik dan buruknya tindakan manusia, etika
dan moral memiliki pengertian yang berbeda. Moral lebih terkait dengan nilai
baik dan buruk setiap perubahan manusia, sedangkan etika lebih merupakan
ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk tersebut (Hendar Riyadi, 2007:
114 dalam Abdul Aziz: 2013). Etika mempersoalkan norma-norma yang
dianggap berlaku, menyelidiki setiap dasar norma tersebut, serta
mempersoalkan hak dari setiap lembaga.
Etika menuntut orang agar bersikap rasional terhadap semua norma sehingga
membantu manusia menjadi lebih otonom. Otonomi (kebebasan) manusia tidak
terletak dalam kebebasan dari segala norma dan tidak sama dengan tindakan
yang sewenangsewenang, melainkan tercapai dalam kebebasan untuk
mengakui norma-norma yang diyakininya sendiri sebagai kewajibannya. Etika
merupakan pembahasan yang bersifat fungsional mengenai kewajiban-
kewajiban manusia serta tingkah laku manusia dilihat dari segi baik dan
buruknya tingkah laku terebut. Etika atau norma dibutuhkan sebagai pengantar
pemikiran kritis yang dapat membedakan antara hal yang sah dan hal yang
tidak sah, hal yang baik dan buruk, serta hal yang salah dan hal yang benar.
Etikawan dari Yunani Kuno mengembangkan berbagai pemikiran untuk
mendiskusikan berbagai cara untuk menjadikan kebahagiaan dan
kesempurnaan dalam hidup secara peripurna sesuai dengan tujuan hidup dan
cita-citanya.
B. TEORI ETIKA
Teori merupakan tulang punggung suatu ilmu. Ilmu pada dasarnya adalah
kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam (dan
sosial) yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk
menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada, sedangkan teori
adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor
tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Fungsi teori dan ilmu pengetahuan
adalah untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol. Etika sebagai disiplin
ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-
nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik.
Sebagai ilmu, etika belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Berikut ini
diuraikan secara garis besar beberapa teori yang berpengaruh.
1. Egoisme
Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan
egoisme yaitu: egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis
adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia
dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Altruisme adalah
suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan
kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya.
Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri
(self-interst). Jadi yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme
psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah
pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai
dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain,
sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan
kepentingan orang lain.
Paham/teori egoisme etis ini menimbulkan banyak dukungan
sekaligus kritikan. Alasan yang mendukung teori egoisme etis, antara
lain:
a. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri
sendiri.
b. Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yang paling
sesuai dengan moralitas sehat. Alasan yang menentang teori egoisme etis
antara lain:
a. Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan.
b. Egoisme etis bersifat sewenang-wenang.
2. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata
Inggris utility yang berarti bermanfaat. Perbedaan paham utilitarianisme
dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh
manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu,
sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang
banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat). Dari uraian
sebelumnya, paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut:
a. Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya
(akibat, tujuan, atau hasilnya).
b. Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter
yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah
ketidakbahagiaan.
c. Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
Beberapa kritik yang dilontarkan terhadap paham ini antara lain:
a. Sebagaimana paham egoisme, utilitarianisme juga hanya
menekankan tujuan/manfaat pada pencapaian kebahagiaan duniawi
dan mengabaikan aspek rohani (spiritual).
b. Utilitarianisme mengorbankan prinsip keadilan dan hak
individu/minoritas demi keuntungan sebagian besar orang
(mayoritas).
3. Deontologi
h. Hak wanita
i. Hak anak