Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak B dengan asma bronkiale didapatkan:

Pada pengumpulan data subjektif, pada keluhan utama anak mengeluh sesak napas
kemarin, pada riwayat penyakit sekarang didapat bahwa sejak 3 hari sebelumnya anak
mengalami batuk dan pilek, ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa gejala klinik dari
asma diantaranya adalah Batuk kering yang intermitten dan mengi merupakan gejala kronis
yang sering dikeluhkan pasien. Pada anak yang lebih tua dan dewasa mengeluhkan sukar
bernafas dan terasa sesak di dada. Pada anak yang lebih kecil sering merasakan nyeri yang
nonfokal di bagian dada. Simptom respiratori ini bisa lebih parah pada waktu malam
terutamanya apabila terpapar lebih lama dengan alergen. Orang tua sering mengeluhkan anak
mereka yang asma mudah letih dan membatasi aktivitas fisik mereka (Nelson, 2007).

Pada riwayat penyakit keluarga didapat bahwa ayah dari anak B juga menderita
asma,ini sesuai dengan faktor predisposisi terjadinya asma yaitu faktor genetik
mempengaruhi terjadinya asma, Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa frekuensi napas anak B 35 kali per menit,
pada auskultasi pada dada terdengar wheezing, ini sesuai dengan gejala klinik yang
dikemukakan oleh Boguniewicz (2007), mengi merupakan karakteristik yang utama pada
pasien asma. Jika bronkokonstriksi bertambah parah, suara mengi akan lebih jelas
kedengaran dan suara pernafasan menghilang. Menurutnya lagi, sianosis pada bibir dan nail
beds akan terlihat disebabkan oleh hipoksia. Takikardia dan pulsus paradoxus juga bisa
terjadi. Agitasi dan letargi merupakan tanda-tanda permasalahan pada pernafasan.

Penegakan diagnosa dilakukan dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik,


diagnosa ditegakkan melalui keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit sebelumnya, dan pada pemeriksaan penunjang meliputi frekuensi pernapasan,
wheezing, ini sesuai dengan standar penegakan diagnosa asma yang telah ditetapkan oleh
Depkes RI (2009) yaitu Diagnosis asma yang tepat sangat penting, sehingga penyakit ini
dapat ditangani dengan semestinya, mengi (wheezing)dan atau batuk kronik berulang
merupakan titik awal penegakan diagnosa.Secara umum untuk menegakkan diagnosa asma
diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Selama melakukan asuhan keperawatan pada anak “B” dengan asma di Poli Anak
RSU Haji-Surabaya, dapat diambil kesimpulan, bahwa:

1. Hasil pengkajian pada anak dengan asma meliputi pengkajian berupa data subyektif
dan obyektif, mahasiswa dapat menganalisis data sehingga dapat ditemukan masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien.
2. Masalah yang ditemukan diprioritaskan untuk mendapatkan asuhan yang tepat dan
sesuai
3. Rencana keperawatan diususun berdasarkan teori dan dilaksanakan sesuai kebutuhan
pasien dan kondisi yang ada.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik.

5.2.2 Bagi keluarga


Berusaha meningkatkan pengetahuan dan menambah informasi dengan membaca
serta bertanya kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan kemampuan mengenai
kesehatan khususnya asma dan timbulnya penyebab timbilnya asma pada anak.

Anda mungkin juga menyukai