TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4. Klasifikasi
Berat-ringannya asma ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain gambaran klinik
sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejalan malam hari, pemberian obat B-2 agonis
dan uji faal paru) serta obat-obat yang digunakan untuk mengontrol asma (jenis obat,
kombinasi obat dan frekuensi pemakain obat). Tidak ada pemeriksaan tunggal yang dapat
menentukan berat ringannya suatu penyakit. Dengan adanya pemeriksaan klinis termasuk
uji faal paru dapat menentukan kalisifikasi menutur berat-rinagnya asma yang sangat
penting dalam penatalaksanaannya.
Klasifikasi derajad asma pada anak secara arbiteri Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA)
membagi 3 derajad penyakit, yaitu :
a. Asma episodik jarang
b. Asma episodik sering
c. Asma persisten
Parameter Asma episodik Asma episodik Asma persisiten
klinis,kebutuhan obat jarang seing
dan faal paru asma
1. Frekuensi serangan < 1x/bulan >1 kali/bulan Sering, hampir
sepanjang tahun,
tidak ada periode
bebas serangan
2. Lama serangan < 1 minggu >1 minggu Biasanya berat
3. Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
4. Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
malam
5. Tidur dan aktifitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
6. Pemeriksaan fisik Normal (tidak mungkin terganggu Tidak pernah normal
diluar serangan ditemukan (ditemukan
kelaianan) kelainan)
7. Obat pengendali Tidak perlu perlu Perlu
(anti inflamsi)
8. Uji faal paru (diluar PEF atatu FEV > PEF atatu FEV PEF atatu FEV , 60%
serangan) 80% <60%-80%
9. Variabilitas faal Variabilitas >15% Vaiabilitas >30% Variabilitas >50%
paru (bila ada
serangan)
Sumber : Rahajoe N, dkk, pedoman nasional Asma anak; UKK Pulmonologi, PP IDAI 2004
2. Asma saat Serangan
Klasifikasi derajad asma berdasarkan frekuensi seranagn dan obat yang digunakan sehari-
hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat ringannya serangan. Global Intiative for
Asthma (GINA) melakukan pembagian derajad serangan asma berdasarkan gejala dan tanda
klinik, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laborstorium. Derajad serangan menentukan terapi
yang akan diterapkan. Adapun klasifikasi tersebut adalah asma serangan ringan, asma
serangan sedang dan asma serangan berat.
Perlu dibedakan antara asma 9aspek kronik) dengan seranagn asma (aspek akut).
Sebagai contoh seorang pasien asma perssiten berat dapat mengalami serangan ringan saja,
tetapi ada kemungkinan pada pasien pada paseien yang tergolong episodik jarang
mengalami ashma serangan berat.
Dalam melakukan penilaian berat ringannya serangan asma, tidak harus lengkap.
Untuk setiap pasien. Penggolongan harus diartikan sebagai prediksi dalam menangani
pasien asma.
Parameter
klinik, fungsi
faal paru, Ancam henti
laboratorium Ringan Sedang Berat Nafas
Sesak Berjalan Berbicara Istirahat
(breathless) Bayi ; menangis Bayi : Bayi ;
keras Tangis pendek Tidak mau
dan lemah makan/minum
Kesulitan
menetek dan
makan
Posisi Bisa berbaring Lebih suka Duduk
duduk bertopang
lengan
Bicara Kalimat Panggal kalimat Kata-kata
kesadaran Mungkin iritabel Biasanya iritabel Biaanya iritabel kebingungan
wheezing Sedang, sering Nyaring Sangat nyaring, Sulit/tidak
hanya pada sepanjang terdengar tanpa terdengar
akhir ekspirasi ekspirasi dan stetoskop
inspirasi
sianosis Tidak ada Tidak ada ada nyata
Penggunaan Biasanya tidak Biasanya ya ya Gerakan
obat bantu paradok torako-
respiratorik abdominal
retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal/hilang
retraksi ditambha ditambah napas
interkostal dengan retraksi cuping hidung
supraterna
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun,
dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat
terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan
dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe
ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau
persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan
lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir
terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas
antara anak perempuan dan laki-laki.
b. Keluhan utama
Pada anak yang lebih tua dan dewasa mengeluhkan sukar bernafas dan terasa
sesak di dada. Pada anak yang lebih kecil sering merasakan nyeri yang nonfokal
di bagian dada. Simptom respiratori ini bisa lebih parah pada waktu malam
terutamanya apabila terpapar lebih lama dengan alergen. (Nelson, 2007)
c. Riwayat penyakit sekarang
Tanda dan gejala asma seperti mengi berulang dan/ atau batuk persisten
d. Riwayat penyakit terdahulu
Pernah mengalami asma sebelumnya,
e. Riwayat penyakit keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami asma. Karena keturunan
sangat berpengaruh. (rahajoe, 2010)
faktor genetik juga turut berpengaruh terhadap kejadian asma.
Kecenderungan seseorang untuk menghasilkan IgE diturunkan dalam
keluarga (Abbas et al, 2007). Pasien yang alergi terhadap alergen sering
mempunyai riwayat keluarga yang turut menderita asma dan ini
membuktikan bahwa faktor genetik sebagai faktor predisposisi asma
(Cockrill et al, 2008)
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga,. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga danb debu
Menurut Tatum dan Shapiro (2005) dalam Eder et al (2006) ada juga
bukti yang menyatakan bahwa udara yang tercemar berperan dalam
mengurangkan fungsi Universitas Sumatera Utara paru, mencetuskan
eksaserbasi asma seterusnya meningkatkan populasi pasien yang dirawat di
rumah sakit.
g. Riwayat psikososial keluarga
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur
dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan
bereaksi dengan marah dan merasa bersalah (Greenberg, C.Smith,1992).
h. Kegiatan sehari-hari
Pola nutrisi
Apakah anak memakan, makanan sebagai pencetus alergen.
Pola aktivitas
Orang tua sering mengeluhkan anak mereka yang asma mudah letih dan
membatasi aktivitas fisik mereka (Nelson, 2007)
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas.
Pola tidur dan istirahat
Akan terganggu karena bisa mengalami asma nokturnal yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Anak yang alergi rinitis bisa juga terjadi gangguan tidur,
Personal hygiene
Kebiasaan mandi setiap harinya.
2. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum tampak lemah,kesadaran composmentis sampai koma,
pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan),nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, sampai bradikardi.
2. Pemeriksaan Fisik (Akib,2008)
Muka : penilaian sianosis, pada pasien asma sserangan sedang-berat
dapat ditandai dengan sianosis, sianosis pada bibir dan nail beds akan
terlihat disebabkan oleh hipoksia (Boguniewicz 2007)
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis alergi dan fungsi
olfaktori (Karnen B.;1994, Laura A. Talbot;1995).
Dada :
Inspeksi
Dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke
bawah disebabkan oleh udara dalam paru-paru susah untuk dikeluarkan
karena penyempitan jalan nafas. Frekuensi pernafasan meningkat dan
tampak penggunaan otot-otot tambahan
Palpasi.
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil
fremitus. Pada asma, paru-paru penderita normal karena yang menjadi
masalah adalah jalan nafasnya yang menyempit (Laura A.T.;1995).
Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah disebabkan karena
kontraksi otot polos yang mengakibatkan penyempitan jalan nafas
sehingga udara susah dikeluarkan dari paru-paru (Laura A.T.;1995).
Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi
lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan
wheezing karena sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus
dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran
napas menjadi sangat meningkat (Karnen B .;1994).
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan faal paru
Uji fungsi paru dengan spirometer
Uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan dengan lari
bebas, udara dingin dan kering
Variabilitas PEFR atau FEV, > 20%
Kenaikan > 20% PEFR/FEV, setelah pemberian bronkodilavator
inhalasi
Penurunan >20% PEFR/FEV, setelah provokasi bronkus