Rumusan masalah :
2. Bagaimana hukum adat istiadat di Indonesia?
Setiap bangsa dan peradaban memiliki karakter masing-masing yang unik. Karakter ini
terbentuk berdasarkan sejarah dan perkembangan budaya masyarakatnya. Bahkan setiap
bangsa memiliki karakter dan kualitas tersendiri yang secara intrinsik tidak ada yang bersifat
superior atau satu sama lainnya. Hal yang sama terjadi di pembentukan sistem hukum adat
yang memiliki kaitan erat dengan budaya masyarakatnya. Hukum secara hipotesis dapat
dikatakan berasal dari kebiasaan dan selanjutnya dibuat melalui suatu aktivitas hukum.
Seperti yang dikatakan von Savigny, sistem hukum adalah bagian dari budaya masyarakat.
Hukum tidak lahir dari suatu tindakan bebas, tetapi dibangun dan dapat ditemukan di dalam
jiwa masyarakat. Jalan, jejak dan praktik budaya, tradisi, adat dan hukum informal masih
melekat, menyatu dan ada dalam praktik masyarakat Indonesia ‘modern’.
Berikut ini berapa contoh tradisi yang masih ada hingga saat ini :
6. Kepercayaan Bali
Masyarakat Bali yang menganut sistem patriliner juga menggunakan sistem kepercayaan
terhadap sesuatu yang dianggap istimewa dalam hal ini ada semacam pemujaan. Di daerah
Pasundan Jawa Barat yang hampir sebagian besar beragama Islam tapi masyarakatnya masih
banyak yang percaya dengan makam untuk meminta sesuatu. Dikalangan masyarakat Jawa
sebagaimana juga di daerah Indonesia ada yang disebut Islam santri, dan Islam kejawenan
(Islam kejawaan) atau disebut putihan (santri) atau abangan (tidak taat), kebanyakan dari
warga masyarakat ini bersikap nerimo atau menyerahkan diri kepada takdir. Bagi mereka
yang Islam taat pelaksanaan mulai Hukum Adat Indonesia 27 dari perkawinan sampai kepada
pelaksanaan ajaran agama dan kehidupan sehari-hari sesuai dengan ketentuan Islam.
7.
Ada pepatah adat di Minangkabau yang dikutip oleh Eman Suparman, yaitu berbunyi: “pusaka
itu dari nenek turun ke mamak, dari mamak turun ke kemenakan”, pusaka juga disebut
dengan pusako yang turun itu bisa mengenai gelar pusaka juga disebut dengan istilah sako
ataupun mengenai harta pusaka”. Masyarakat adat Minangkabau menganut sistem
kewarisan secara kolektif yaitu sistem kewarisan dimana harta peninggalan sebagai
keseluruhan dan tidak dapat terbagi-bagi dimiliki secara bersama-sama oleh para ahli waris.
Seperti harta pusaka tinggi yaitu harta yang dimiliki secara bersama-sama oleh kekerabatan
yang terus turun-temurun, sebagaimana pendapat Buya Hamka yang dikutip dari Cibuak Net
berikut ini adalah Pusaka Tinggi “inilah dijual tidak dimakan bali di gadai tidak dimakan sando
(sandra). “Inilah Tiang Agung Minangkabau” selama ini. Jarang kejadian pusako tinggi menjadi
pusako rendah, entah kalau adat tidak berdiri lagi pada suku yang menguasainya. Sedangkan
harta pusaka rendah adalah yang sumber dari tanah hibah, tanah dibeli, tanah pembagian
diperuntukkan (bauntuak) atau tanah yang dimiliki olehorang tua.
9.
Di daerah di Kalimantan Tengah misalnya masyarakat Daya sangat mempercayai suatu air
kehidupan dari nenek moyang untuk menyembah nenek moyang mereka yang ada di hutan.
Di daerah kalangan masyarakat adat Bugis dan Makassar yang sebagian besar sudah
menganut agama Islam, kepercayaan lama itu dapat dikatakan sudah tidak ada kecuali pada
masyarakat ToLotang atau masyarakat Toraja, yang berada Sidenreng Rappang dan
masyarakat Ammatoa di Kajang Kabupaten Bulukumba, juga merupakan suatu wilayah adat
yang ada di daerah Sulawesi Selatan.
Daerah Minahasa walaupun masyarakat adatnya pada umumnya sudah menganut Kristen.
Masih juga terdapat warga masyarakatnya yang percaya pada hal berbau mistis terhadap
nenek moyang.
Dan didaerah Maluku Utara dan Tengah walaupun menganut agama Kristen dan Islam, masih
juga ada yang percaya pada ruh-ruh halus yang harus dihormati dan diberi sajian agar tidak
mengganggu kehidupan manusia. Di daerah Irian Jaya dan daerah NTT masyarakatnya masih
hidup pada kepercayaan lama untuk penyembahan terhadap sesuatu yang dianggap gaib.
Daftat Pustaka
HUKUM ADAT INDONESIA (Suatu Pengantar) Penulis : Dr.Hj. Asmah, SH, MH Penerbit :
FAHMIS PUSTAKA Kota : Makassar Tahun : 2017
Jurnal Perempuan Vol. 20 Edisi 84 Penulis : Tim Mitra Bestari Penerbit : Yayasan Jurnal
Perempuan Kota : Jakarta Tahun : 2015