Anda di halaman 1dari 35

BAB IV

TINJAUAN KHUSUS

4.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dimulai pada tanggal 23

Mei 2019 dan berakhir pada tanggal 6 Juli 2019. Ketentuan waktu kerja yang telah

disepakati dengan pihak penyedia jasa adalah sebagai berikut :

 Hari kerja : Senin/Jumat (Lima hari seminggu)

 Jam kerja : 08.00 – 11.00 WITA dan 13.30 – 16.00 WITA

Selama kurun waktu 45 hari, secara rinci kegiatan-kegiatan yang dilakukan

dapat dilihat pada laporan (terlampir) beserta daftar hadir dan jadwal pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Pada laporan ini dikhususkan pada pembahasan mengenai pekerjaan Lapis

Permukaan (AC-BC) pada STA 0 + 650 sampai 0 + 850.

4.2 Lapis Aspal AC-BC (Asphalt Concrete-Bearing Course)

Sukirman, S., 2008 menyatakan bahwa Beton Aspal (Laston, AC) terbagi atas

tiga jenis yaitu, AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara (AC-BC), AC Lapis

Pondasi (AC-Base). Beton Aspal Lapis Aus (AC-WC) adalah merupakan lapisan

paling atas dari struktur perekerasan yang berhubungan langsung dengan roda

kendaraan, mempunyai tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan Beton Lapis

Antara (AC-BC). Beton Aspal Lapis Antara (AC-BC) mempunyai ukuran maksimum

agregat 25,4 mm. Bila campuran aspal AC-Bc menggunakan aspal modifikasi maka

26
dikenal sebagai AC-BC modified (Rancangan Spesifikasi Umum Bidang jalan dan

Jembatan, Divisi VI Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010).

Lapis Aspal Beton (Laston) lebih dikenal juga dengan nama AC-BC (Asphalt

Concrete-Binder Course). Lapisan ini merupakan bagian dari lapis permukaan

diantara lapis pondasi atau (Base Course) dengan lapis Aus (Wearing Course) yang

bergradasi agregat gabungan rapat/menerus, umumnya digunakan untuk jalan-jalan

dengan beban lalu lintas yang cukup berat (Sukirman, S., 2008).

Menurt pedoman peremcanaan campuaran beraspal panas (1999 :5), adalh

lapisan pnututp konstruksi pekerjaan jalan yang mempunyai nolai strukturl.

Campuran ini terdiri atas agregat bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur,

dihampar dan dipadatkan dengan keeadaan panas pada suhu tertentu.

Sedangkan menurut silvia Sukirman (1999:10) adalah suatu lapisan pada

konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai

gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.

Beberapa jenis beton aspal campuran panas, namun dalam laporan ini jenis

beton aspal campuran panas yang ditinjau adalah lapis permukaan AC-BC.

Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan

menyebarkan lapisan dibawahnya, berupa muatan kendaraan (gaya vertical) gaya rem

(horizontal) dan pukulan roda kendaraan (getaran). Karena sifat penyebaran, maka

beban yang diterima masing-masing lapiasan berbeda dan semakin kebawah semakin

besar.

27
Lapisan yang paling atas disebut lapisan permukaan diman lapisan permukaan

ini harus mampu menerima seluruh jenis beban yang bekerja. Oleh karena itu lapisan

permukaan mempunyai fungsi :

 Lapisan perkerasan penahan beban roda, harus mempunyai stabilitas tinggi

untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.

 Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh kearasnya tidak meresap

kelapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut.

 Lapis aus, lapisan yang langsung menerima gaya rem dari kendaraan

sehingga mudah menjadi aus.

Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh

lapisan lain yang ada dibawahnya. Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut diatas,

pada umumnya lapisan permukaan dibuat dengan mengguanakan bahan pengikat

aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan

daya tahan yang lama.

Aspal beton (AC) terdiri dari tiga macam campuran :

1. Laston Lapis Pengikat (AC-BC)

2. Laston Lapis Aus (AC-WC)

3. Laston Lapis Pondasi (AC-Base)

yang ukuran masing-masing agregatnya adalah 25.4 mm, 19 mm, dan 37.5 mm,

Ketiga lapisan perkerasan lentur tersebut mempunyai fungsi-fungsi tersendiri adapun

fungsi dari (Binder Course) yang diamati dalam pelaksanaan Praktek Kerja

Lapangn(PKL) adalah sebagai berikut :

28
 Mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu lintas dan

meneruskannya ke lapis dibawahnya, harus mempunyai ketebalan dan

kekakuan yang cukup

 Mempunyai kekuatan yang tinggi pada bagian perkerasan untuk menahan

beban paling tinggi akibat lalu-lintas

Gradasi agregat adalah susunan butir agregat sesua ukurannya. Ukuran butir

dapat diperoleh melalui pemeriksaan analisa saringan.gradasi agregat dinyatakan

dalam presentase lolos atau tertahan, yang dihitung berdasarkan berat agregat

(Sukirman S., 1999). Persyaratan gradasi agregat beton aspal (AC) disajikan pada

tabel 4.1 berikut

Tabel 4.1 Pengujian Sifat – Sifat Teknis Agregat

No Pengujian Standar

Agregat

1 Berat jenis dan penyerapan SNI 03-1969-1990

2 Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan SNI 03-3407-1994

Natrium dan Magnesium Sulfat

3 Abrasi dengan Mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991

4 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991

5 Angularitas DoT’sPennsylvania

Test Method, PTM

No. 621

29
Tabel 4.1 Pengujian Sifat-sifat Teknis Agregat (Lanjutan)

6 Partikel Pipih BS. 812-75

7 Partikel Lonjong BS. 812-75

Agregat Halus

1 Berat Jenis dan Penyerapan SNI 03-1970-1990

2 Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997

3 Material Lolos Saringan No.200 SNI 03-4428-1997

Filler

1 Berat Jenis SNI 03-1970-1990

Sumber : Departemen Kimpraswil (2003), Spesifikasi Campuran Aspal

Tabel 4.2 Jenis Pengujian Sifat-Sifat Teknis Aspal pen 60/70

No Jenis Pengujian Standar

1 Penetrasi, 25°C, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991

2 Titik Lembek; °C SNI 06-2434-1991

3 Titik nyala; °C SNI 06-2433-1991

4 Daktilitas pada, 25 °C; cm SNI 06-2432-1991

5 Berat Jenis SNI 06-2441-1991

6 Kelarutan dalam Trichloro Ethylene; % SNI 06-2438-1991

berat

7 Penurunan Berat (dengan TFOT); % berat SNI 06-2440-1991

8 Penetrasi setelah penurunan berat; % SNI 06-2456-1991

berat

30
Tabel 4.2 Jenis Pengujian Sifat-Sifat Teknis Aspal pen 60/70 (Lanjutan)

9 Daktilitas setelah penurunan berat; % SNI 06-2432-1991

berat

Sumber : Departemen Kimpraswil (2003), Spesifikasi Campuran Aspal.

4.3 Pelaksanaan Pekerjaan

4.3.1 Proses Pembersihan Lokasi

Setelah selesai proses pekerjaan lapis Pondasi Agregat Kelas A, maka

akan dilanjutkan dengan pekerjaan pengaspalan. Sebelum dilakukannya

pengaspalan maka terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi. Pembersihan

lokasi yang dimaksudkan adalah pembersihan dari kotoran-kotoran yang berada

di badan jalan. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan alat penyemprot

Handsprayer dengan alat bantu compressor

Gambar 4.1 Compressor

(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2019)

31
Analisa pekerjaan pembersihan lokasi pengaspalan yaitu :

1. Membutuhkan 3 orang yaitu 1 orang untuk yang membersihkan, 1

orang operator compressor dan 1 orang supir dump truk.

2. Menggunakan alat compressor dan dump truck

3. Luas lokasi yang dibersihkan 5100 m2

4.3.2 Proses Penyemprotan Resap Pengikat Aspal (Prime Coat)

Setelah selesai proses pembersihan badan jalan dengan menggunakan

Hand Sprayer maka akan dilanjutkan dengan pekerjaan penyemprotan Resap

Pengikat Aspal (Prime Coat). Lapis Resap Pengikat dikerjakan secara mekanik

dengan urutan kerja sebagai berikut Aspal dan Minyak Flux dicampur dan

dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal cair. Campuran aspal cair

disemprotkan dengan asphalt sprayer keatas permukaan yang akan dilapis.

Angkutan aspal dan minyak tanah menggunakan Dump Truck. Lapis Resap

Pengikat ini dilaksanakan pada daerah pelebaran badan jalan di atas LPA Kelas

A yang sebelumnya dipadatkan sekali lagi dengan Tandem Roller sebelum

penghamparan. Penyemprotan dilakukan sesuai segmen jalan yang akan

dilakukan pengaspalan.

32
Gambar 4.2 Asphalt Sprayer

(Sumber : Dokumentasi lapangan, 2019)

Analisa pekerjaan penyemprotan resap pengikat Prime Coat yaitu :

1. Membutuhkan 3 orang yaitu 1 orang untuk yang menyemprotkan

aspal cair, 1 orang operator asphalt sprayerdan 1 orang supir Dump

Truck

2. Menggunakan alat Asphalt Sprayer dan Dump Truck

3. Luas lokasi penyemprotan resap pengikat aspal 5100 m²

4.3.3 Proses Hot Mix Aspal di AMP (Asphalt Mixing Plant)

Pada pekerjaan Pengaspalan Ruas Jalan Bunga Seroja Kota Kendari,

Pengambilan Material Aspal dilakukan dengan Proses Produksi di AMP

dibutuhkan untuk memproduksi Hot Mix. Adapun prosedur pelaksanaan

Pencampuran Aspal Panas (Hot Mix) sebagai berikut :

1. Proses di Bin Dingin (Cold Dingin)

Bin dingin (cold bin) adalah bak tempat menampung material

agregat dari tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat

33
kasar yang diperlukan dalam memproduksi campuran aspal panas

(hot mix) .Bagian pertama dari AMP adalah bin dingin, yaitu

tempat penyimpanan fraksi agregat kasar, agregat sedang, agregat

halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3 sampai 5

bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan

gradasi tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama

lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai

dengan rencana gradasi pada formula campuran kerja (FCK/JMF ).

Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah antar

bin. Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang

digunakan mengisi masing-masing bin harus mempunyai bak

(bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-masing bin.

Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak

boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat.

Penyimpangan gradasi agregat di bin dingin baik itu karena

tercampurnya agregat pada masing-masing bin atau kalibrasi

bukaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan kesulitan

pengaturan gradasi di bin panas. Kemungkinan salah satu bin panas

pengisian agregat relatif lebih lama dibanding dengan bin lainnya.

Akibatnya waktu produksi menjadi lama dan selama menunggu

terisinya bin tersebut, terjadi pelimpahan material (overflow) pada

bin panas lainnya.

34
2. Drayer (Proses Pengeringan)

Dari bin dingin agregat dibawa melalui elevator dingin dinaikkan ke

dalam pengering (dryer) untuk dipanaskan dan dikeringkan pada

temperatur yang diminta. Pengering ini berbentuk silinder dengan

panjang dan diameter tertentu berdasarkan kapasitas maksimum

produksi yang direncanakan per jamnya .

Pengering mempunyai fungsi:

 menghilangkan kandungan air pada agregat

 memanaskan agregat sampai temperatur yang disyaratkan.

Pada sistim pengering dipasang serangkaian baris sudu-sudu yang

terbuat dari pelat logam cekung yang dilas dalam bentuk yang

bervariasi dan melekat pada permukaan di bagian dalam silinder

tersebut.Sudu-sudu ini (flight cup) digunakan untuk mengangkat

dan menjatuhkan agregat sehingga pengeringan agregat menjadi

merata.Tipikal sudu-sudu (flight up) diperlihatkan pada Gambar 8.

Bentuk pengering, kecepatan putaran, diameter , panjang, jumlah

dan disain dari sudusudu (flight cup) mempengaruhi lamanya waktu

yang diperlukan untuk proses pengeringan di dalam sistim

pengering agregat. Oleh karena itu jumlah, bentuk dan susunan

sudu-sudu harus diperhatikan untuk efisiensi

pengeringan.Selanjutnya agregat yang telah dikeringkan dialirkan

35
menuju elevator panas (hotelevator) melalui pintu pengeluar yang

terdapat pada ujung alat pengering.

Pada sistim pengering dipasang serangkaian baris sudu-sudu yang

terbuat dari pelat logam cekung yang dilas dalam bentuk yang

bervariasi dan melekat pada permukaan di bagian dalam silinder

tersebut.Sudu-sudu ini (flight cup) digunakan untuk mengangkat

dan menjatuhkan agregat sehingga pengeringan agregat menjadi

merata.Tipikal sudu-sudu (flight up) diperlihatkan pada Gambar 8.

Bentuk pengering, kecepatan putaran, diameter , panjang, jumlah

dan disain dari sudusudu (flight cup) mempengaruhi lamanya waktu

yang diperlukan untuk proses pengeringan di dalam sistim

pengering agregat. Oleh karena itu jumlah, bentuk dan susunan

sudu-sudu harus diperhatikan untuk efisiensi

pengeringan.Selanjutnya agregat yang telah dikeringkan dialirkan

menuju elevator panas (hotelevator) melalui pintu pengeluar yang

terdapat pada ujung alat pengering.

3. Pengumpul debu (dust collector)

Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat

pengontrol polusi udara di lingkungan lokasi AMP[3]. Gas buang

yang keluar dari sistim pengering ditambah dengan dorongan kipas

pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat

pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan baik akan

menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat jelas dari

36
adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di

sekitar lokasi AMP. Secara umum terdapat beberapa jenis

kombinasi sistim pengumpul debu, antara lain :

Sistim pengumpul debu jenis kering (dry cyclone dust collector),

debu yang terbawa gas buangan diputar, sehingga partikel berat ke

bagian bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap.

Partikel berat selanjutnya dikembalikan ke bin panas (hot bin)

melalui sistim pengatur udara (air lock damper).

Sistim pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector),

debu yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga

partikel berat akan terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih

keluar dari cerobong asap. Partikel berat tersebut kemudian

dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung

terlihat jelaga yang mengambang dengan jumlah yang cukup

banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi pembakaran yang tidak

sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak

diinginkan maka segera lakukan koreksi atau perbaikan pada

pengering (dryer).

4. Unit ayakan panas (hot screening unit)

Kebanyakan AMP menggunakan unit ayakan panas (hot screening

unit) jenis mendatar dengan sistim penggetar yang umumnya terdiri

dari empat susunan. Agregat yang telah dikeringkan dan dipanaskan

diangkut dengan mangkok elevator panas (hot elevatorbucket)

37
untuk disaring dengan susunan unit ayakan panas dan dipisahkan

dalam beberapa ukuran yang selanjutnya dikirim ke bin panas (hot

bin). Umumnya pada proses penyaringan terjadi pelimpahan

agregat, misalnya yang semestinya masuk ke bin panas I tetapi

terbawa ke bin panas II. Pelimpahan ini pada kondisi normal terjadi

kurang dari 5 % dan cenderung konstan sehingga tidak terlalu

mengganggu kualitas produksi. Akan tetapi presentase tersebut

dapat bertambah jika : lubang saringan tertutup agregat, kecepatan

produksi ditambah sehingga agregat yang disaring bertambah

sementara efisiensi operasi penyaringan tetap, agregat halus basah

sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan agregat halus

tersebut akanmenggumpal dan masuk ke hot bin yang tidak

semestinya. Kemungkinan lain adalah lubang-lubang pada saringan

sudah ada yang rusak, sehingga beberapa agregat masuk ke bin

panas yang tidak semestinya.

Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan

gradasi dan kadar aspal secara serius. Unit bagian atas dari susunan

ayakan merupakan penutup dari dek dan merupakan saringan

pertama yang biasa disebut pemisah (scalping). Pada susunan unit

ayakan dengan ukuran lubang terbesar berfungsi membuang agregat

yang mempunyai diameter yang lebih besar dari ukuran agregat

maksimum yang diminta (oversize) agar tidak masuk ke bin panas

(hot bin) dan membuangnya pada pintu pembuang.

38
5. Bin panas (hot bin)

Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP jenis takaran (batch). Pada

AMP jenis takaranumumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi

dengan pembatas yang rapat dan kuatdan tidak boleh berlubang

serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampumenampung

agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-

pisahkanmelalui unit ayakan panas.Pada bagian bawah dari tiap bin

panas harus dipasang saluran pipa untuk membuangagregat yang

berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara manual

atauotomatis.Jika agregat halus masih menyisakan kadar air

(pengering kurang baik) setelahpemanasan, maka agregat yang

sangat halus (debu) akan menempel dan menggumpalpada dingding

bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut

dapatmenyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu penambahan

material yang lolossaringan No. 200

6. Sistim pemasok bahan pengisi (filler elevator).

Bahan pengisi (filler) sangat sensitif untuk mengeras karena

pengaruh kadar air, oleh karena itu diperlukan wadah khusus (silo)

agar bahan pengisi bebas dari pengaruh air. Umumnya bahan

pengisi dimasukkan ke dalam AMP melalui penimbang yang biasa

disediakan untuk menimbang agregat panas, namun terdapat juga

AMP yang menyediakan penimbang khusus untuk bahan

pengisi.Terdapat dua sistim untuk memasok bahan pengisi ke dalam

39
AMP yaitu sistim pneumatik dan mekanik. Untuk sistim pneumatik,

bahan pengisi dimasukkan ke dalam pencampur dengan cara

pengaliran seperti bahan cair, sedangkan untuk sistim makanik

bahan pengisi dari silo dimasukkan ke dalam pencampur dengan

menggunakan wadahwadah yang dirangkai dengan ban berjalan

sehingga merupakan elevator bahan pengisi. Karena pengaruh

bahan pengisi dalam campuran cukup besar, maka diperlukan

pemeriksaan secara berkala. Penambahan bahan pengisi akan

menyebabkan campuran menjadi lebih kaku (stiff), akan tetapi

penambahan yang terlalu banyak akan berpengaruh negatif, yaitu

lapisan beraspal menjadi getas dan mudah retak.

7. Tangki aspal (asphalt storage)

Tangki aspal pada AMP harus cukup besar sehingga dapat

menampung aspal yang memenuhi kebutuhan aspal saat AMP

dioperasikan, dan aspal yang terdapat di dalamnya dapat dengan

mudah terlihat.Pada beberapa AMP terdapat beberapa tangki aspal

yang saling berhubungan satu dengan lainnya.Tangki pertama

mempunyai fungsi menampung aspal yang baru datang dari

pemasok, dan tangki lainnya mempunyai fungsi untuk menampung

aspal yang telah dipanaskan dan siap untuk ditimbang dan

dimasukkan ke dalam pencampur (mixer/pugmill). Setiap tangki

harus dilengkapi dengan sebuah alat sensor thermometric yang telah

40
dikalibrasi sehingga temperatur aspal dari tiap tangki akan

terkontrol.

Aspal harus cukup cair untuk dapat dialirkan dengan baik, oleh

karena itu diperlukan penangas aspal. Terdapat beberapa jenis

penangas aspal di dalam tangki, antara lain dengan sistim sirkulasi

uap panas atau sirkulasi oli panas di dalam tangki aspal atau dapat

juga dengan sistim elektrik.

Pada sirkulasi aspal terdapat dua jenis pipa, yaitu pipa pemasok

yang berfungsi mengalirkan aspal panas untuk ditimbang dan pipa

pengembali yang berfungsi mengalirkan aspal kembali ke dalam

tangki.Tangki aspal, pipa pemasok, pipa pengembali, dan

timbangan aspal harus mempunyai pelindung panas sehingga dapat

menjamin temperatur aspal sesuai dengan yang ditentukan.Pada

sirkulasi aspal pipa pengembali harus terletak di bawah pipa

pemasok aspal.Untuk mencegah terjadinya kekosongan dalam pipa

pengembali aspal, perlu dipasang dua atau tiga buah lubang pada

pipa pengembali di atas ambang atas tertinggi aspal dalam tangki.

8. Timbangan agregat (aggregate weight hopper)

Pada AMP jenis takaran terdapat dua macam timbangan untuk

agregat yaitu timbangan untuk agregat dan timbangan untuk bahan

pengisi (filler). Timbangan untuk agregat ditempatkan langsung di

bawah bin panas (hot bin). Hasil penimbangan dari agregat

41
langsung ditransmisikan oleh mekanisme timbangan pada skala

penunjuk tanpa pegas, sehingga berat agregat tiap bin serta jumlah

tiap takaran dapat dibaca.

Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan

waktu pencapaian berat bin panas sulit tercapai, maka operator

harus melakukan pengecekan aliran material mulai dari bin dingin.

Akan tetapi jika ketidak seimbangan waktu tersebut dipaksakan

terus berjalan, maka dapat dipastikan akan terjadi penyimpangan

gradasi sebagai akibat proporsi masing-masing hot bin tidak sesuai.

Temperatur agregat juga akan berfluktuasi akibat dari kuantitas

aliran agregat pada pengering (dryer) yang tidak stabil.

Urutan penimbangan tiap bin panas harus diamati secara teliti dan

sebaiknya penimbangan fraksi agregat kasar didahulukan. Sebelum

AMP dioperasikan, skala timbangan dibersihkan, tiap bagian

diperiksa dan harus dilakukan kalibrasi timbangan secara periodik

oleh instansi berwenang.AMP sebaiknya menggunakan sistim

kontrol yang otomatis untuk memperoleh komposisi campuran yang

sesuai.

Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu

mendapat perhatian antara lain sebagai berikut :

 Kalibrasi timbangan.

 Weigh box tergantung bebas.

42
 Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.

9. Timbangan aspal (asphalt weight hopper)

Setelah aspal dipanaskan dalam tangki aspal pada temperatur yang

ditentukan berdasarkan tingkat keencerannya, maka aspal panas

dialirkan melalui pipa pemasok untuk ditimbang beratnya sesuai

dengan yang dibutuhkan sebelum dimasukkan ke dalam pencampur

(mixer/pugmill).

10. Pencampur (mixer atau pugmill)

Setelah aspal, agregat dan bahan pengisi (bila perlu) ditimbang

sesuai dengan komposisi yang direncanakan, bahan tersebut

dimasukkan ke dalam pencampur (mixer/pugmill). Waktu

pencampuran harus sesingkat mungkin untuk mencegah oksidasi

yang berlebih namun harus diperoleh penyelimutan yang seragam

pada semua butir agregat. Pencampur terdiri dari ruang (chamber)

dan poros kembar (twin shaft) yang dilengkapi dengan dengan

kayuh atau pedal (paddle). Untuk menghasilkan pengadukan yang

baik, pedal harus dalam kondisi baik (tidak aus) dan posisinya

sedemikian rupa sehingga ruang bebas (clearance) antara ujung

pedal dan dinding ruang pencampuran kurang dari 1,5 kali ukuran

maksimum agregat. Pengisian yang terlalu banyak akan

menyebabkan hasil pengadukan menjadi kurang

sempurna,sementara pengisian terlalu sedikit tidak efisien. Dalam

pugmill terjadi dua jenis pencampuran, yaitu pencampuran kering

43
dan pencampuran basah (setelah ditambah aspal).Lamanya

pencampuran kering diusahakan sesingkat mungkin untuk

meminimalkan degradasi agregat, umumnya 1 atau 2

detik.Pencampuran basah juga diusahakan seminimal mungkin

untuk menghindari degradasi dan oksidasi atau penuaan (aging) dari

aspal.Apabila agregat kasar (tertahan saringan No. 8) telah

terselimuti aspal maka pencampuran basah dihentikan, karena dapat

dipastikan agregat halus juga telah terselimuti aspal.Umumnya

waktu pencampuran sekitar 30 detik.

4.3.4 Pengangkutan

Aspal Panas (Hot Mix) yang memenuhi syarat yang ditinjau dari segi

kualitas dan persyaratan temperatur siap diangkut ditempat penghamparan

dengan menggunakan Dump Truck.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama pengangkutan yaitu

1. Jarak Angkut

Penurunan temperatur erat kaitannya dengan jarak angkut (lama

pengangkutan). Untuk menghindari pengaruh ini perlu penyesuaian terhadap

temperature Hot Mix yang keluar dari AMP. Bila jarak angkut jauh

hendaknya temperature Hot Mix yang keluar harus tinggi, demikian

sebaliknya untuk jarak angkut pendek dengan catatan batasan perubahan

temperature tersebut masih memenuhi spesifikasi 110°C - 160°C. pada

44
pengaspalan Ruas Jalan Bunga Seroja, dengan lokasi AMP berada di

Kecamatan Konda Konawe Selatan dengan Suhu yang berkisar 145 - 150°C.

2. Cuaca

Pada Kondisi lapangan basah Karena ditimpa air hujan dapat

menjadikan material Hot Mix tidak bisa dihampar. Untuk dapat melaksanakan

penghamparan, biasanya ditempuh dengan mengeringkan lapangan pekerjaan

terlebih dahulu baru proses penghamparan dapat berlangsung.

3. Pemisahan Butir Segresi

Perjalanan ke lokasi penghamparan dapat menimbulkan goncangan-

goncangan bila hal ini terjadi tidak dijaga dapat menyebabkan segresi sehingga

butiran tidak ideal lagi. Untuk menghindari masalah segresi selama

pengangkutan diperlukan penutup terpal yang sekaligus berfungsi megurangi

pengaruh penurunan temperature

Gambar 4.4 Proses Pengalihan Aspal dari dump Truck ke Asphal Finisher

(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2019)

45
4.3.5 Penghamparan

Setelah tiba di lokasi penghamparan material Hot Mix yang masih

panas, secepatnya dimasukkan kedalam Asphal Finisher. Ketebalan material

hot Mix disesuaikan terhadap kondisi permukaan jalan serta perencanaan tebal

kebutuhan. Berdasarkan interview dengan pelaksana proyek pekerjaan

Pengaspalan Ruas Jalan Bunga Seroja Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Suhu

saat penghamparan berkisar dari 90°C - 150°C. Hal yang perlu saat

penghamparan yaitu:

1. Penghamparan hendaknya dimulai dari posisi terjauh dari AMP dan

berakhir dari posisi terdekat AMP

2. Kondisi permukaan jalan setelah diberikan Prime Coat harus bebas

dari material lepas.

3. Hamparan harus disesuaikan dengan tebal rencana

4. Peralatan Hot Mix material terhadap komposisi agregat akibat

pengaruh segresi

5. Persiapan lapangan hamparan beberapa meter kedepan guna

memperlancar kontinuitas kerja

6. Sambungan memanjang-melintang harus benar-benar rapat

7. Tidak diperkenankan adanya kendaraan lain memasuki batas

lapangan hamparan

8. Temperature Hot Mix material yang dihampar belum dilakukan

pemadatan.

46
Gambar 4.5 Proses penghamparan Asphal Finisher

(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2019)

Analisa pekejaan penghamparan yaitu :

1. Membutuhkan 16 orang dimana 1 operator, 5 orang yang mengatur

lalu lintas dan 10 orang pekerja penghampar

2. Menggunakan alat berat asphalt finisher

3. Dengan Volume pekerjaan 72 m³

4.3.6 Pemadatan

Supaya diperoleh hasil yang maksimum maka temperature material Hot

Mix yang dihamparkan maupun teknis pemadatan perlu dikontrol disesuaikan

terhadap trial paving operation. Batasan temperature 90°C - 150°C. sebagai alat

pemadat adalah tandem roller dan Pneumatic Roller, yang masing-masing

mempunyai karakteristik penggunaan tertentu. Sebagai catatan dala

pelaksanaan pemadatan hendaknya dimulai dari daerah rendah ke daerah tinggi.

47
Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pemadatan di lapangan

adalah sebagai berikut :

1. Pemadatan Pertama

Alat yang digunakan pada pemadatan pertama adalah tandem

rollerroda baja, berat = 6 – 9 ton, jumlah passing = 10 passing,

kecepatan tandem roller 1,50 km/jam. Temperature pemadatan

berkisar 90°C - 150°C. Break Down Rolling merupakan tahap

penting dalam proses pemadatan untuk mendapatkan stabilitas

perkerasan maximum. Untuk pekerjaan pengaspalan Ruas jalan

Bunga Seroja Kota Kendari suhu pada pemadatan awal yaitu

berkisar 110°C.

Gambar 4.6 Proses Pemadatan Pertama dengan Tandem Roller

(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2019)

48
2. Pemadatan Kedua

Alat yang digunakan pada pemadatan kedua adalah Pneumatic Tire

Roller roda karet, berat = 10-13 ton, jumlah pasing = 12 passing

dengan kecepatan roller = 2,50 km/jam, temperature pemadatan =

90°C - 150°C, untuk pekerjaan pengaspalan Ruas jalan Bunga

Seroja Kota Kendari berkisar 90°C.

Gambar 4.7 Proses Pemadatan P.Tire Roller

(Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2019)

Pada pelaksanaan pemadatan Hot Mix ditemukan adanya system

sambungan, baik dalam arah memanjang dan melintang. Hal ini

terjadi karena adanya pembatasan beberapa factor antara lain:

1. Kondisi arus kendaraan yang harus terbuka pada satu jalur

2. Keterbatasan lebar finsher / jumlah finisher disesuaikan dengan

lebar jalan dan lain-lain

49
4.4 Perhitungan Volume

4.4.1 Perhitungan Volume Pekerjaan

Gambar 4.8 Detail Tebal Lapis Perkerasan

(Sumber : Dokumentasi PKL, 2019)

Pada pekerjaan pengaspalan Ruas Jalan Bunga Seroja Kota Kendari

sesuai dengan batasan tinjauan khusus dalam pelaksanaan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) yaitu mulai STA 0 + 650 sampai STA 0 + 850. Perhitungan

Volume pekerjaan untuk mengetahui kapasitas dalam pelaksanaan pekerjaan

tersebut. Dalam perhitungan ini terbagi atas dua pembagian diantaranya sebagai

berikut :

1. Perhitungan Volume Pekerjaan Perkerasan Lentur

Dik :

Panjang Segmen = 200 Meter

Tebal Lapis Permukaan = 0,06 Meter

Lebar Jalan = 6,00 Meter

50
Berat Isi Bahan = 2,3,Ton/m³

Dit :

Volume Segmen = . . . . .?

Penyelesain :

Volume Segmen = Panjang x tebal x lebar

= 200 x 0,06 x 6,00

= 72 m³

= 72 x Berat isi bahan

= 72 x 2,3

= 165,6 Ton

Jadi volume yang dibutuhkan dalam panjang segmen diatas yaitu 72 m³

Atau berkisar 165,6 Ton

2. Perhitungan Kebutuhan Material Terhadap Titik Tinjauan

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Dik Komposisi Campuran :

 HOT BIN I = 43,47 %

 HOT BIN II = 22,68 %

 HOT BIN III = 28, 35 %

 AC = 5,50 %

Volume Pekerjaan = 72 m³

Dit :

Volume Komposisi tiap item pada titik tinjauan = . . . .?

51
Penyelesaian :

Komposisi Campuran untuk 165,6 Ton

 HOT BIN I = 43,47 % x 165,6 Ton

= 71,98 Ton

 HOT BIN II = 22,68 % x 165,6 Ton

= 37,55 Ton

 HOT BIN III = 28,35 % x 165,6 Ton

= 46,94 Ton

 AC = 5,50 % x 165,6 Ton

= 9,1 Ton

4.4.2 Analisa Alat Berat

Tabel 4.3 Analisa Alat Berat

No Uraian Kode Koef Satuan

1 WHELL LOADER E15)

Kapasitas Bucket V 1,50 M³

Factor bucket Fb 0,85 -

Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -

Waktu sklus T1 + T2 + T3 Ts1 2,72 Menit

Kecepatan maju rata-rata Vf 25,00 Km/Jam

Kecepatan Kembali Rata-Rata Vr 30,00 Menit

Muat Ke Bin = (l x 60)/Vf T1 0,12 Menit

52
Kembali ke stock pile = (l x 60)/Vr T2 0,10 Menit

Lain-lain (Waktu Pasti) T3 2,50 Menit

Kap.prod / jam = D2 x V x Fb x 60 Q1 26,15 Ton

Ts1 x Fh1 x (Bip/Bil)

Koefisien Alat / Ton = 1 : Q1 (E15) 0,0382 Jam

2 ASPHALT MIXING PLANT (AMP) (E01)

Kapasitas Produksi V 27,50 Ton/Ja

Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 m

Kap. Prod / jam = V x Fa Q2 22,86 -

Koefisien Alat / Ton = 1 : Q2 (E01) 0,0438 Ton

Jam

3 GENERATOR SET (GENSET) (E12)

Kap. Prod / jam = SAMA DENGAN Q3 22,86 Ton

AMP

Koefisien Alat / ton = 1 : Q3 (E12) 0,0438 Jam

Tabel 4.3 Analisa Alat Berat (Lanjutan)

4 DUMP TRUK (E08)

Kapasitas Bak V 10,00 Ton

Factor efisiensi alat Fa 0,82 -

53
Kecepatan rata-rata bermuatan V1 40,00 Km/ja

Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 m

Kapasitas AMP / batch Q2b 1,00 Km/jam

Waktu menyiapkan 1 batch (AC-BC) Vb 8,00 Ton

 Waktu siklus Ts2 80,00 Menit

 Mengisi bak = ( V : Q2b) x Tb T1 120,0 Menit

 Angkut = (L : v1) x 60 menit T2 20,00 Menit

 Tunggu + dump + Putar T3 80,00 Menit

T4 1,64 Menit
 Kembali = ( L : v2) x 60 menit

 Kap.Prod. / jam =V x Fa x 60
Q4 0,6098 Ton
Ts2

(E08) jam
Koefisien Alat / ton = 1 : Q4

54
Tabel 4.3 Analisa Alat Berat (Lanjutan)

ASPHALT FINISHER (E02)

Kecepatan menghampar V 5,00 m/menit

-
Faktor efisiensi alat Fa 0,83
Meter
Lebar hamparan B 4,10
Ton
Kap.Prod. / jam =V x b x 60 x Fa x t x D1 Q5 140,8
Jam
Koefisien Alat / ton = 1 : Q5 (E02) 0,0071

6 TANDEM ROLLER (E17)

Kecepatan rata-rata alat V 1,50 Km / Jam

b
M
Lebar efektif pemadatan 1,48
lintasan
Jumlah lintasan 6,00
n -
Faktor Efisiensi alat 0,83
Ton
Kap. Prod./jam =v x 1000) x b x t x Fa x D1 42,38
Fa
n

Koefisien Alat / ton = 1 : Q6 Q6


Jam
0,0236

Tabel 4.3 Analisa Alat Berat (Lanjutan)

7 PNEUMATIC TIRE ROLLER (E18)

Kecepatan rata-rata v 2,50 KM / Jam

55
Lebar efektif pemadatan b 1,99 M

Jumlah lintasan n 12,00 lintasan

Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -

Kap.Prod. / jam =(v x 1000) x b x t x Fa x D1 Q7 47,49 Ton

Koefisien Alat / ton = 1 : Q7 (E18) 0,0211 Jam

Selanjutnya dilakukan analisis pada lokasi sampel AC-BC yang

ditinjau (STA 0 + 650 sampai STA 0 + 850), sehingga perhitungan

Analisa Laston AC-BC yaitu sebagai berikut :

Rumus :

Kapasitas / Hari = Kap. Produksi / Jam x Waktu Kerja

Selesai dalam / Jam = Volume

Kap. Produksi / Jam

Selesai dalam / Hari = Volume

Kap. Produksi / Hari

1. Wheel Loader

Jam Kerja efektif perhari (TK) : 7 Jam

56
Kapasitas produksi / Jam : 26,15 Ton/Jam

Kapasitas Produksi / Hari : 183,05 Ton/Hari

Volume STA 0 + 650 – STA 0 + 850 : 165,6 Ton

Selesai dalam / Jam : 6,33 jam

Selesai dalam / Hari : 0,9 Hari

Jadi untuk pekerjaan Laston AC-BC dengan total Volume sebesar 165,6

Ton dapat diselesaikan dalam waktu 6,33 jam atau 0,9 hari.

2. Asphalt Mixing Plant

Jam Kerja efektif perhari (TK) : 7 Jam

Kapasitas produksi / Jam : 22,86 Ton/Jam

Kapasitas Produksi / Hari : 160,02 Ton/Hari

Volume STA 0 + 650 – STA 0 + 850 : 165,6 Ton

Selesai dalam / Jam : 7,2 jam

Selesai dalam / Hari : 1,04 Hari

Jadi untuk pekerjaan Laston AC-BC dengan total Volume sebesar 165,6

Ton dapat diselesaikan dalam waktu 7,2 jam atau 1,04 hari.

3. Generator Set (GENSET)

Jam Kerja efektif perhari (TK) : 7 Jam

Kapasitas produksi / Jam : 22,86 Ton/Jam

Kapasitas Produksi / Hari : 160,02 Ton/Hari

Volume STA 0 + 650 – STA 0 + 850 : 165,6 Ton

Selesai dalam / Jam : 7,2 jam

Selesai dalam / Hari : 1,03 Hari

57
Jadi untuk pekerjaan Laston AC-BC dengan total Volume sebesar 165,6

Ton dapat diselesaikan dalam waktu 7,2 jam atau 1,03 hari.

4. Dump Truck DT

Jam Kerja efektif perhari (TK) : 7 Jam

Kapasitas produksi / Jam : 1,64 Ton/Jam

Kapasitas Produksi / Hari : 11,48 Ton/Hari

Volume STA 0 + 650 – STA 0 + 850 : 165,6 Ton

Selesai dalam / Jam : 100,9 jam

Selesai dalam / Hari : 14,4 Hari

Jadi untuk pekerjaan Laston AC-BC dengan total Volume sebesar 165,6

Ton dapat diselesaikan dalam waktu 100,9 jam atau 14,4 hari.

5. Asphalt Finisher

Jam Kerja efektif perhari (TK) : 7 Jam

Kapasitas produksi / Jam : 140,88 Ton/Jam

Kapasitas Produksi / Hari : 986,16 Ton/Hari

Volume STA 0 + 650 – STA 0 + 850 : 165,6 Ton

Selesai dalam / Jam : 1,17 jam

Selesai dalam / Hari : 0,16 Hari

Jadi untuk pekerjaan Laston AC-BC dengan total Volume sebesar 165,6

Ton dapat diselesaikan dalam waktu 1,17jam atau 0,16 hari.

6. Tandem Roller

Jam Kerja efektif perhari (TK) : 7 Jam

Kapasitas produksi / Jam : 42,38 Ton/Jam

58
Kapasitas Produksi / Hari : 296,66 Ton/Hari

Volume STA 0 + 650 – STA 0 + 850 : 165,6 Ton

Selesai dalam / Jam : 3,9 jam

Selesai dalam / Hari : 0,55 Hari

Jadi untuk pekerjaan Laston AC-BC dengan total Volume sebesar 165,6

Ton dapat diselesaikan dalam waktu 3,9 jam atau 0,55 hari.

7. Pneumatic Tire Roller

Jam Kerja efektif perhari (TK) : 7 Jam

Kapasitas produksi / Jam : 47,49 Ton/Jam

Kapasitas Produksi / Hari : 332,43 Ton/Hari

Volume STA 0 + 650 – STA 0 + 850 : 165,6 Ton

Selesai dalam / Jam : 3,48 jam

Selesai dalam / Hari : 0,49 Hari

Jadi untuk pekerjaan Laston AC-BC dengan total Volume sebesar 165,6

Ton dapat diselesaikan dalam waktu 3,48 jam atau 0,49 hari.

59
4.4.3 Rencana Anggaran Biaya AC-BC

Tabel 4.4 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Segmen 200 m

No Uraian Volume Harga Jumlah Harga

Kebutuhan Satuan (Rp) (Rp)

(Ton)

Pekerjaan 165,60 1.666.789,06 276.020.268,34

1 Laston AC-

BC Segmen

200 meter

Rencana Anggaran Biaya pada pekerjaan Pengaspalan Ruas Jalan

Bunga Seroja Kota Kendari dalam kurun waktu 45 hari panjang segmen yang

ditinjau atau diamati adalah sepanjang 200 Meter, untuk penjelasan lebih

jelasnya lihat pada lampiran.

60

Anda mungkin juga menyukai