Anda di halaman 1dari 3

Hubungan dan Perbedaan Filsafat dengan Ilmu

Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari
filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater
scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu
membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat. Meskipun pada
perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat
dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini
menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang
pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk
menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan
suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas. Ada hubungan timbal
balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan
ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat
menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi
perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo,
2003). Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu,
tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf
peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat
agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi
sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian
filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005). Hubungan filsafat dengan ilmu dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu objeknya terbatas,
khusus lapangannya saja.

2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukkan


sebab-sebab yang terakhir. Sedangkan ilmu juga menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu
mendalam. Dengan satu kalimat dapat dikatakan: - Ilmu mengatakan “bagaimana” barang-barang itu (to
know ..., technical know how, managerial know how ..., secundary causes, and proximate explanation) -
Filsafat mengatakan “apa” barang-barang itu (to know `what` and `why` ..., first causes, highest
principles, and ultimate explanation)

3. Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus, mempersatukan, dan


mengkoordinasikannya.

4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu, tetapi sudut pandangnya berlainan. Jadi,
merupakan dua pengetahuan yang tersendiri. Keduanya (filsafat dan ilmu) penting, serta saling
melengkapi, juga saling menghormati dan mengakui batas-batas dan sifatnya masing-masing. Inilah yang
sering dilupakan sehingga ada ilmuan yang ingin menjadi tuan tanah atas kavling pengetahuan lain.
Misalnya, apabila ada seorang dokter berkata, “Setiap saya mengoperasi seorang pasien belum pernah
saya melihat jiwanya. Jadi manusia itu tidak memiliki jiwa.” Maka dokter itu menginjak ke lapangan lain
dari lapangan ilmu ke lapangan filsafat, sehingga kesimpulannya tidak benar lagi. Untuk melihat
hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu dengan filsafat
dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992) . Ilmu Filsafat Segi-segi yang
dipelajari Mencoba merumuskan pertanyaan atas dibatasi agar dihasilkan jawaban. Mencari prinsip-
prinsip umum, rumusan-rumusan yang tidak membatasi segi pandangannya pasti bahkan cenderung
memandang segala Obyek penelitian yang sesuatu secara umum dan keseluruhan terbatas Keseluruhan
yang ada Tidak menilai obyek dari Menilai obyek renungan dengan suatu suatu sistem nilai tertentu.
makna, misalkan , religi, kesusilaan, Bertugas memberikan keadilan dsb. jawaban Bertugas
mengintegrasikan ilmu-ilmu Kita telah mengadakan perenungan tentang pengertian yang sedalam-
dalamnya dari sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas) yaitu ilmu dan filsafat. Berikutnya kita akan
melihat bagaimana hubungan keduanya dengan agama, sebagai berikut :

1. Ketiganya baik ilmu, filsafat maupun agama merupakan sumber atau wadah kebenaran
(obyektivitas) atau bentuk pengetahuan.

2. Dalam pencarian kebenaran (obyektivitas) ketiga bentuk pengetahuan itu masingmasing


mempunyai metode, sistem dan mengolah obyeknya selengkapnya sampai habis-habisan.

3. Ilmu bertujuan mencari kebenaran mikrokosmos (manusia), makro-kosmos (alam) dan eksistensi
Tuhan/Allah. Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia dunia akhirat dengan menunjukkan
kebenaran asasi dan mutlak itu, baik mengenai mikro-kosmos (manusia), makro-kosmos (alam) maupun
Tuhan/Allah itu sendiri.

3.3 Perbedaan Filsafat dengan Ilmu

Selain memiliki hubungan, filsafat dan ilmu juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat di
lihat dari berbagai objek, yakni: v Obyek material [lapangan] Filsafat itu bersifat universal [umum],
yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu
bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra
kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. v
Obyek formal [sudut pandangan] Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian
dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat
fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti
bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat dilaksanakan
dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu
haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada
kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya. Filsafat memuat pertanyaan
lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan
ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar
[primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih
dekat, yang sekunder [secondary cause] Filsafat = berpikir kritis atau selalu mempertanyakan segala
hal tanpa ada eksperimen. Sedangkan ilmu selalu dengan eksperiman untuk menemukan jawaban
dari pertanyaannya.

3.4 Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu

Bagaimana filsafat dapat mempengaruhi perkembangan ilmu? Ada beberapa alasan yang mengacu pada
pertanyaan ini, yakni untuk mendapatkan ilmu, seseorang hendaknya berada atau ikut andil dalam
proses mengenyam ilmu dalam dunia pendidikan. Dalam proses belajar mengajar dalam dunia
pendidikan ini sangat kontras dengan “proses berfikir”. Ketika seorang siswa bertanya kepada gurunya
tentang bagaimana proses terjadinya tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit yang telah dikenal oleh
semua orang dengan sebutan hujan? Kenapa ikan hanya bisa berenang di dalam air dengan sirip-sirip
kecil mereka, sementara burung dengan kedua sayapnya mampu terbang tinggi di angkasa? Kedua
pertanyaan ini sangat kontras dengan cara dan proses berfikir mereka. Lalu seorang guru tersebut akan
mulai berfikir untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan siswanya. Dari sini, guru tersebut
akan mencoba menjelaskan teori yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan itu dan
menghubungkannya dengan kekuasaan Yang Maha Esa, lalu mengajak para siswanya untuk berfikir
mengenai hal itu secara logika. Nah, secara tidak langsung mereka telah berfilsafat. Sesuai dengan
pengertian dasar filsafat yakni “berfikir untuk mencari kebenaran”. Jadi, walaupun mereka tidak
menyadari bahwa mereka telah terjun dalam berfikir secara filsafat, tetapi sesungguhnya mereka telah
berfilsafat. Begitu pula dengan sistem pengajaran dalam dunia pendidikan yang sekarang berbeda
dengan sistem pengajaran di masa yang lalu. Inilah bukti bahwa ilmu telah mengalami perkembangan
yang signifikan. Jika di masa yang lalu guru dituntut untuk lebih aktif dalam mengajari para siswanya,
sehingga setiap pertanyaan yang diajukan oleh para siswa terfokus pada jawaban guru tersebut. Dapat
dikatakan bahwa setiap pertanyaan tersebut mutlak akan dijawab oleh guru. Tetapi sistem pengajaran di
zaman sekarang telah sangat berbeda dan mengalami perkembangan. Pihak-pihak yang berperan
penting dalam dunia pendidikan telah berfikir kefilsafatan sehingga muncullah ide-ide baru yang lebih
efektif dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan yang sekarang. Jika di masa yang lalu guru
mutlak menjawab segala pertanyaan siswa, di zaman sekarang siswa dituntut untuk lebih aktif. Jika ada
siswa yang mengajukan pertanyaan, maka guru akan mengembalikan pertanyaan tersebut kepada siswa
yang lain lagi untuk menjawabnya. Jika tidak ada satupun dari seluruh siswa yang dapat menjawab, maka
barulah guru tersebut mengambil alih pertanyaan tersebut kemudian menjawabnya, tetapi tetap
dituntut untuk memancing pendapat para siswanya untuk lebih mengembangkan kemampuan berfikir
mereka. Di sinilah proses berfikir secara filsafat dapat kita temukan lagi. Jadi, dari pemaparan di atas
dapat disimpulkan bahwa filsafat telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
perkembangan ilmu dalam dunia pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai