C. Directional Testing
Jenis lain dari prosedur substantif adalah dari 'pengujian directional'. kita akan ingat dari
diskusi kita tentang pandangan yang benar dan adil dalam Bab 1 bahwa auditor ingin
membuktikan bahwa tidak ada overstatemen atau understatements dalam laporan
keuangan. Ini berarti bahwa prosedur substantif harus dirancang untuk melihat
understatement atau overstatement. Banyak auditor menyarankan bahwa cara terbaik untuk
mencapai tujuan lebih baik adalah tes langsung item debit (seperti biaya, penerimaan kas dan
aset) untuk mendeteksi overstatement dan mengarahkan tes untuk kredit (seperti
pendapatan, pembayaran tunai dan kewajiban) untuk mendeteksi understatement.
mengadopsi tes directional akan menghasilkan tes dalam dua arah (untuk mendeteksi
overstatement dan understatement).
Sebagai contoh auditor akan memasukan program mereka diantaranya :
Test sales order untuk kelengkapan dengan mengecek secara urutan dan bertanya
kenapa terdapat pesanan yang hilang
Pilih sampel dari pesanan dan vouching catatan pengiriman
Uji catatan pengiriman penjualan untuk kelengapan dengan menguji secara urutan
dan tanya terhadap catatan yang hilang
Pilih sampel dari catatan pengiriman penjualan, cek apakah mereka mengabaikan
tanda tangan dari customer dan test ke sales invoice dan peubahan inventory
Lakukan rangkaian tes sales invoice
Cek catatan pergerakan persediaan ke catatan pengiriman dan sales invoice.
Tujuan dari tes ini adalah untuk memastikan sales invoice dari semua barang telah dikirimkan.
Auditor juga melakukan tes harga dan kalkulasi. Poin pentingnya idalah dengan melakukan uji
coba debit yang overstatement kita dapat mengkonfirmasi penjualan yang tidak overstated.
Tujuan dari uji coba credit ialah untuk mengetahui apakah terdapat liabilities yang
understatement. Mungkin sulit dan sepertinya merupakan probelmatik menguji untuk
sesuatu yang tidak disana dibanding yang telah tercatat di akuntansi. Tes detail diantaranya
adalah:
Periksa catatan pembelian, kas, dan utang usaha akhir tahun untuk mencari
sesuatu yang muncul terkait periode sebelumnya yang tidak tercatat sebagai
utang.
Tulis beberapa supplier dan minta mereka untuk memberitahu auditor berapa
jumlah piutang yang dimiliki oleh mereka di perusahaan pada akhir periode dan
invoice 15 hari sebelum dan sesudah akhir periode.
Tujuan dari uji debit (Pembelian) ialah untuk mengetahui bahwa tidak ada material yang
overstatement dalam pembelian. Tes of detail diantaranya ialah:
Uji catatan pembelian apakah sudah didukung oleh purchase order dan GNR dalam
rangkaian yang sesuai
Uji apakah cut off pembelian atau persediaan sudah dilakukan secara benar.
Terlepas dari tes of detail, prosedur analitis juga dibutuhkan, seperti menguji apakah
penjualan dan biaya penjualan benar-benar masuk akal dalam hubunganya dengan yang
lainya (cek sales margin lagi) untuk sales dan total. Menguji level persediaan untuk alasan
yang masuk akal yang berkaitan dengan biaya penjualan juga menjadi prosedur yang berguna.
Laba rugi seharusnya diberikan perhatian lebih di balance sheet. Maksudnya ialah directional
testing harus diimplementasikan oleh berbagai macam tes lainya.
D. Substantive Audit
Substantive Audit Programmes For Wages
tes directional yang harus dimasukkan ke dalam program audit pokok ialah sebagai berikut:
Tes untuk memastikan tidak ada overstatement dari upah kotor
Tes untuk memastikan tidak ada understatement dari pengurangan dari beban gaji
Auditor mengecek kedua perhitungan dari gaji kotor dan pengurangan untuk memastikan
biaya gaji kotor telah benar dihitung dan didistribusikan ke pekerja, kantor pajak, dll.
Substantive audit programmes for cash and bank balances
Tujuan audit ialah untuk menguji kas sebagai asset telah benar-benar dijaga. Langkah audit
diklasifikasikan dalam dua judul yang luas:
Pencatatan lengkap dan akurat
Pendapatan akomodasi akan dikumpulkan pada kas secara langsung atau dibebankan ke
pelanggan untuk collection selanjutnya. Kontrol prosedur untuk memastikan keakuratan dan
kelengkapan pencatatan merupakan elemen yang penting dalam kontrol kas. Cara yang paling
mudah untuk menyalahgunakan ialah tidak mencatat kas langsung.
Pengamanan yang tepat dari kas
Pencatatan yang tepat dari pembentukan transaksi merupakan basis dari pembayaran dan
penerimaan kas yang merupakan syarat kontrol kas. Auditor melakukan pengujian untuk
menentukaan pembayaran telah dibuat secara benar dan piutangnya benar-benar diterima.
E. Komunikasi Dengan Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola
Ada banyak sekali hal mengapa auditor berkomunikasi dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dalam berbagai tahap proses audit, termasuk ancaman
terhadap independensi, cakupan pengujian, komentar terhadap kebijakan akuntansi entitas,
risiko material dan ketidakpastian, hal-hal signifikan yang timbul dari audit dan modifikasi
yang diharapkan terhadap laporan audit. Dalam paragraf 9 ISA 260 - Komunikasi dengan pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola bertujuan untuk:
a. Untuk mengomunikasikan secara jelas kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola tentang tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan audit atas laporan
keuangan, dan gambaran umum perencanaan lingkup dan saat audit;
b. Untuk memeroleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola;
c. Untuk menyediakan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola secara tepat
waktu, hasil observasi audit yang signifikan dan relevan terhadap tanggung jawab mereka
untuk mengawasi proses pelaporan keuangan; dan
d. Untuk mendukung komunikasi dua-arah yang efektif antara auditor dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
Satu jenis komunikasi tertentu yang sering terjadi saat tahapan interim audit dan
menjadi perhatian para auditor adalah surat yang menyoroti defisiensi dalam pengendalian
internal. Sekarang, auditor mengenal entitas audit dengan sangat baik ketika mereka terlibat
dalam diskusi dengan manajemen dan melakukan tests of control dan pengujian subtantive.
Mereka akan gagal dalam tugas mereka jika mereka tidak memberitahu direksi dan pihak-
pihak yang berhubungan dengan tata kelola (termasuk komite audit) tentang defisiensi pada
kontrol internal yang mungkin berpengaruh pada pencatatan transaksi dan neraca.
Management Letter setidaknya harus mencakup :
a. Menuliskan judul dan pihak penerima yang dimaksud dengan jelas
b. Pendahuluan mengungkapkan kepada penerima mengenai keadaan yang menjadikan
alasan surat tersebut ditulis. Juga menegaskan tujuan audit bukan untuk menemukan
semua kelemahan dan hal efisiensi yang mungkin terdapat pada sistem dan perusahaan
pada umumnya.
c. Memasukan pandangan pihak ofisial yang bertanggung jawab dengan siapa
memorandum didiskusikan, yang menyatakan pandangannya tidak setuju dengan
auditor. Hal-hal pengendalian internal didiskusikan dengan manajemen, dengan
kewenangan untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum masalah ini dipastikan tidak
ada kesalahpahaman dan untuk memastikan bahwa tindakan perbaikan telah sesuai.
d. Jika auditor tidak mempunyai alasan meragukan klien ofisialnya, komentar terhadap efek
tersebut.
e. Bagian yang menyatakan kesimpulan utama. Ini dilakukan karena pernyataan jelas dari
poin utama akan membuat kesimpulan lebih dapat dimengerti.
f. Kesimpulan utama diikuti dengan komentar secara detail, masing-masing terdiri dari
penjelasan singkat sistem yang digunakan, kemungkinan konsekuensi dan
rekomendasinya.
g. Hal-hal kecil yang telah diselesaikan dengan manajemen seharusnya tidak diperbolehkan
untuk mengacaukan laporan, meskipun penyebutan singkat hal tersebut dalam surat akan
menjadikannya sesuai.
h. Dalam paragraf penutup, auditor mengidentifikasi keinginannya untuk mendiskusikan
hal-hal dengan panjang lebar dengan pihak pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dan meminta respon atas rekomendasi mereka.
Masalah lebih lanjut dari kaitan penting dengan management letter
1. Keadaan dimana mungkin akan semakin menimbulkan masalah jika membahas temuan
langsung dengan manajemen, saat intergritas dipertanyakan.
2. Dalam entitas yang lebih kecil dengan cukup staf untuk masing-masing tugas,
management letter mungkin menekankan pentingnya pengawasan yg dilakukan sendiri
oleh management.
3. Auditor melaporkan pengendalian internal yang telah mengakibatkan salah saji dalam
laporan keuangan, dan potensi salah saji yang signifikan.
4. Jika tidak ada tindakan perbaikan mengenai kelemahan dalam pengendalian internal yang
dijelaskan dalam management letter sebelumnnya, auditor harus bertanya kenapa
tindakan perbaikan tidak diambi.
5. Auditor entitas sektor publik dapat memiliki tanggung jawab khusus untuk melaporkan
hal-hal mengenai pengendalian internal, seperti kepatuhan terhadap peraturan otoritas
legislatif.