Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum, Beijing!

Aisyah Aviva Rachmah (01/XIA6)

Rumah produksi Maxima Pictures dan produser


Yoenka kali ini menggaet Guntur Soeharjanto sebagai
sutradara untuk proyek film mereka selanjutnya. Guntur
Soeharjanto akhirnya kembali dengan film
‘Assalamualaikum, Beijing!’ Setelah sebelumnya berhasil
menyutradai film ‘99 Cahaya Langit di Eropa’ pada tahun
2013 silam. Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama
karya Asma Nadia ini diambil dari kisah nyata. Mungkin
karena alasan itu, film ini dapat memikat hati para
penontonnya.

‘Assalamualaikum, Beijing!’ menceritakan seorang


wanita bernama Asmara (Revalina S. Temat) yang patah
hati karena dikhianati oleh calon suaminya, Dewa (Ibnu
Jamil), beberapa hari sebelum pernikahan mereka. Asma
tidak pernah menyangka bahwa Dewa akan berselingkuh dengan Anita (Cynthia Ramlan),
rekan sekantornya sendiri. Untuk mengobati rasa patah hatinya, Asma memutuskan untuk
merantau ke negeri yang terkenal dengan populasi penduduk terbesar di dunia, Cina, lebih
tepatnya di Kota Beijing. Di sana, ia ditawari pekerjaan sebagai seorang reporter oleh
temannya, Sekar (Laudya Cynthia Bella) dan suaminya, Ridwan (Deddy Mahendra ‘Desta’).

Saat menelusuri kota Beijing sendirian, Asma secara tidak sengaja bertemu dengan
seorang warga negara china yang tidak memiliki agama alias atheis bernama Zhoung Wen
(Morgan Oey) di dalam bus. Asma yang tidak dapat berbahasa Cina kebingungan karena ia
tidak tahu tempat pemberhentian bus yang ia tuju. Dengan ramah, Zhoung Wen
memberitahu Asma halte yang harus ia tuju dalam bahasa inggris. Pertemuan tidak sengaja
tersebut mengantarkan keduanya ke tahap pertemanan, setelah beberapa kali bertemu,
Asma dan Zhoung Wen pun mengenal satu sama lain dengan lebih baik dan mereka pun
jatuh cinta secara tak diduga.

Sayangnya, bagaikan petir diantara awan biru yang cerah, Asma divonis mengidap
penyakit Anti Phospolipit Syndrom (APS) yang dapat menyebabkan kebutaan permanen, hal
tersebut menuntut Asma untuk kembali ke tanah air, Indonesia, dan berpisah dengan
Zhoung Wen. Asma merasa tidak pantas untuk bertahan di sisi Zhoung Wen karena ia
mengidap penyakit yang berbahaya. Akan tetapi, Zhoung Wen tidak menyerah. Setelah
masuk Islam, ia segera menyusul Asma ke Indonesia dan berjuang untuk mendapatkan hati
Asma kembali tanpa mengetahui bahwa Asma ternyata mengidap penyakit akut. Tepat pada
hari kunjungan Zhoung Wen ke rumah Asma, Asma mengalami kebutaan temporer dan jatuh
pingsan. Asma ternyata enggan bangun dari tidurnya untuk beberapa saat, wanita itu
mengalami koma dan dirawat di rumah sakit. Sudah berhari-berhari ia tertidur di rumah sakit
dan selama itu pula Zhoung Wen dengan sabar menunggunya. Jika sudah masuk waktu salat,
maka ia akan salat di samping Asma yang berbaring tak sadar.

Keajaiban untuk Asma dan Zhoung Wen datang pada waktu yang tak diduga, saat
Zhoung Wen sedang salat dan sudah mendekati akhir salam, Asma perlahan-lahan
terbangun. Setelah menunaikan ibadah salat, Zhoung Wen terkaget mendengar suara Asma
yang meronta-ronta dan spontan langsung menghampirinya.

Tak lama kemudian, Asma sembuh dari penyakitnya dengan risiko tidak dapat
berbicara untuk selamanya. Namun hal itu bukanlah masalah yang serius baginya,
keadaannya yang seperti itu tidak membuat Zhoung Wen memalingkan diri darinya.
Mengetahui kondisi Asma yang tak sempurna, Zhoung Wen tak segan untuk menikahi Asma
dan tentu saja kali ini ia tidak menghindar. Setelah menikah, kedua pasangan itu kembali ke
Cina dan bernostalgia akan hal-hal yang telah mereka lalui bersama. Walaupun perjalanan
yang membawa mereka sekarang ini berat, tapi tidak ada kata penyesalan diantara
keduanya, karena pada akhirnya Asma dan Zhoung Wen hidup bahagia.

Seperti judulnya, ‘Assalamualaikum, Beijing!’ mampu menyajikan pencampuran


antara unsur islami dari Kota Beijing dengan sangat baik seperti yang diharapkan oleh para
penonton. Dialog antara kedua tokoh utama yang berbobot benar-benar memberikan efek
kepada para penonton, sehingga penonton dapat merasakan permasalah yang dialami oleh
Asma dan Zhoung Wen. Akan tetapi, beberapa peristiwa di dalam film ini dinilai terjadi
terlalu cepat sehingga kesannya agak terburu-buru dan dapat mengurangi kesinambungan
antara satu peristiwa dengan yang lain. Walaupun memiliki kekurangan, film ini masih unggul
dalam banyak hal dan patut mendapatkan banyak pujian dari kalangan penikmat film tanah
air.

Anda mungkin juga menyukai