1. Definisi
2. Klasifikasi
1
c. AV block derajat kedua Mobitz II
AV block tipe II digambarkan sebagai blok intermiten pada konduksi
AV sebelum perpanjangan interval PR. Ini ditandai oleh interval PR
fixed jika konduksi AV ada dan gelombang P tidak dikondusikan saat
blok terjadi. Blok ini dapat terjadi kadang-kadang atau berulang
dengan pola konduksi 2 : 1, 3 : 1, atau bahkan 4 : 1, karena tidak
ada gangguan pada nodus sinus, interval PP teratur. Sering kali ada
bundle branch block (BBB) atau blok cabang berkas yang menyertai
sehingga QRS akan melebar.
2
PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION
Indikasi
Prosedur ini digunakan untuk mengurang gejala penyakit arteri koroner
seperti nyeri dada sesak serta gagal jantung. PCI dapat mencegah
terjadinya infark miokard serta mengurang angka kematian.
Angioplasi merupakan prosedur yang tidak seinvasif CABG dan tidak lebih
inferior daripada CABG. Akan tetapi CABG masih lebih superior pada kasus
yang mana terjadi dua atau lebih penyakit arteri, miokard infark,
pengulangan revaskularisasi.
Prosedur
Balon dikembangkan pada arteri yang tertutup plak sehingga plak dapat
ditekan oleh balon ke didinding arteri sampai plak menjadi hancur.
Teknik
Akses dimulai dari arteri femoralis pada kaki (atau yang lebih jarang
menggunakan arteri radialis atau arteri brachialis pada lengan) dengan
menggunakan suatu alat yang disebut jarum pembuka. Prosedur ini
dinamakan akses perkutan..
3
Sekali jarum sudah masuk, "sheath introducer" diletakkan pada jalan
pembuka untuk mempertahankan arteri tetap terbuka dan menontrol
perdarahan.
Melalui sheath introducer ini, "guiding catheter" dimasukkan. Ujung
“guiding catheter” ditempatkan pada ujung arteri koroner. Dengan
"guiding catheter", penanda radiopak diinjeksikan ke arteri koroner,
hingga kondisi dan lokasi kelainan dapat diketahui.
Selama visualisasi X ray, ahli jantung memperkirakan ukuran arteri
koroner dan memilih ukuran balon kateter serta guide wire koroner yang
sesuai.
“Guiding wire koroner” adalah sebuah selang yang sangat tipis dengan
ujung radio opak yang fleksibel yang kemudian dimasukkan melalui
“guiding cathether” mencapai arteri koroner. Dengan visualisasi langsung,
ahli jantung memandu kabel mencapai tempat terjadinya blokade . Ujung
kabel kemudian dilewatkan menembus blokade.
Setelah kabel berhasil melewati stenosis, balon kateter dilekatkan
dibelakang kabel. Angioplasti kateter kemudian didorong kedepan sampai
balon berada di dalam blockade.
Kemudian baru balon balon dikembangkan dan balon akan mengkompresi
atheromatous plak dan menekan arteri sehingga mengembang.
Jika stent ada pada balon, maka stent diimplantkan (ditinggalkan pada
tubuh) untuk mendukung arteri dari dalam agar tetap mengembang.
Resiko
1. Pasien biasanya dapat pulih kesadarannya selama prosedur
dilakukan, dan timbul nyeri dada. Jika hal ini terjadi menandakan
bahwa prosedur telah menyebabkan iskemia dan ahli jantung
sebaiknya menunda prosedur;
2. Perdarahan padda tempat insersi pada selangkangan seringkali
muncul dan hal ini juga bisa disebabkan oleh pemakaian obat anti
platelet. Bahkan pada beberapa kasus hal ini dapat menyebabkan
terjadinya hematom;
3. Reaksi alergi terhadap kontras juga mungkin terjadi;
4
4. Penurunan fungsi ginjal juga dapat terjadi pada pasien yang
memang mempunyai riwayat penyakit ginjal;
5. Resiko paling parah yang mungkin tertjadi adalah kematian, stroke ,
infark miokard, dan diseksi aorta;
6. Resiko kematian meningkat pada pasien yang memang memiliki
resiko tinggi , seperti pada :
6.1. Pasien usia diatas 75 tahun;
6.2. Pasien dengan riwayat penyakit ginjal dan diabetes;
6.3. Wanita;
6.4. Pasien dengan penurunan fungsi pompa jantung;
6.5. Pasien dengan penyakit jantung parah dan blockade.
5
CORONARY ARTERY DISEASE (CAD)
A. DEFINISI
6
pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan
lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
C. PATOFISIOLOGI
7
Jenis CAD
I. Stabil
Jenis yang paling umum, dipicu oleh aktivitas fisik,
stres emosional, paparan suhu panas atau dingin,
makanan berat , dan merokok
B. MANIFESTASI KLINIS
KOMPLIKASI
8
1. Aritmia
9
CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG)
Definisi
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan salah satu penanganan
intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan cara membuat
saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan atau
penyumbatan (Feriyawati, 2005)
Indikasi
10
a. Angina yang tidak dapat dikontrol dengan terapi medis;
b. Angina yang tidak stabil;
c. Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan terapi PTCA
(Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty);
d. Sumbatan/ Stenosis arteri koroner kiri ≥ 70%;
e. Klien dengan komplikasi kegagalan PTCA;
f. Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel
disease) dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada klien
dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau
tidak stabil dan lesi proksimal LAD yang berat.
Kontra indikasi
Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner
kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak,
sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya,
akan terjadi bekuan pada CABG, sehingga hasil operasi menjadi sia-sia.
Komplikasi CABG
a. Posperfusion sindrom. Kerusakan sementara pada neurokognitif,
namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa penurunan kognitif
tidak disebabkan oleh CABG tetapi lebih merupakan konsekuensi
dari penyakit vaskuler;
b. Non union pada sternum;
c. Infark miokard akibat emboli, hipoperfusi atau kegagalan cangkok;
d. Stenosis pada cangkokan terutama yang menggunakan vena
saphena akibat aterosklerosis sehingga menyebabkan angina atau
infark miokard;
e. Gagal renal akut akibat emboli atau hipoperfusi;
f. Stroke sekunder terhadap emboli atau hipoperfusi
11
BLUE TOE SYNDROME
Blue toe syndrome, also known as Trash Foot or Purple Toe Syndrome, is
caused by a blockage of the small blood vessels in the foot that reduces
the flow of blood and oxygen to the tissues. It usually develops due to a
problem higher up the blood stream such as an aneurysm or
atherosclerosis.
The condition develops suddenly and can be really painful. It may affect
one toe or a number of toes. The toes turn a blue colour due to the lack of
oxygen and if left untreated the skin can ulcerate, tissues begin to die and
eventually gangrene sets in. If this happens, amputation may be
necessary so early treatment is essential.
12
Symptoms of Blue Toe Syndrome
Blue foot syndrome usually develops suddenly and rapidly. It may affect
one or more toes but is usually confined to one foot.
1) Pain: High levels of pain in the foot and sometimes further up the leg
2) Livedo Reticuarlis: lace-like bluey purplish skin discoloration
3) Foot Pulses: Palpable peripheral foot pulses are present
4) Age: The affected person is usually over 50 years of age
Common Causes
Blue toe syndrome develops when there is a blockage in the small blood
vessels of the foot which reduces the blood flow to the toes, known as
ischaemia. The blockage is usually caused by either cholesterol crystals
or a lump of plaque getting stuck.
Plaque deposits are a waxy substance made up of things like fatty acids,
cholesterol and calcium. They build up on the inner lining of arterial walls
over a number of years. Sometimes, small bits of plaque break off (known
as embolisation) and then travel round the body in the blood stream.
13
In blue toe syndrome, the plaque tends to break off from blood vessels
near the groin and abdomen (known as the abdominal aorta-iliac-femoral
arterial system). It travels through the blood stream and gets lodged in
the small blood vessels of the foot. This limits the flow of oxygen and
glucose to the toes, both of which are needed to keep cells alive. The
result is destruction and death of the surrounding tissues. The toes start
to turn a bluey purple colour (known as cyanosis) due to the lack of
oxygen, hence the name blue toe syndrome.
Trash foot is most common in men over the age of 40. Embolization and
resultant blockage of the blood vessels can occur for a number of reasons:
Treatment Options
Once the underlying cause of blue toe syndrome has been found, it can be
treated by:
14
1) Stenting: this is where a mesh tube is inserted into a blood vessel to
hold it open and prevent restriction of blood flow
15
dengan baik arteri koronaria. Contoh survey alat produksi Centre
Cardiologique du Nord dari GE, menggunakan multi slice computed
tomography (MSCT), pada awalnya, di tahun 2000 mengunakan 4
detektor (light speed plus), pada tahun 2001 dengan 8 detektor (light
speed ultra), dan akhir tahun 2002 dengan 16 detektor (light speed pro)
dan pada akhir 2004 menggunakan 64 detektor (light speed VCT).
Diharapkan yang berikutnya 256 slice.
16
anatomi organ jantung dan vaskulernya begitu maksimal. MSCT (terutama
64 slice) mampu memberikan data informasi baik berupa morfologi
anatomi maupun fungsionalnya, juga dapat memberikan detail data
struktur jantung berikut variasinya serta struktur organ di mediastinum
(terutama pembuluh darah). Disamping itu juga diharapkan dapat
memberikan informasi data lesi necrotik atau iskemik, reversibel atau
irreversibel sehingga memungkinkan pemberian terapi yang efektif dan
efisien kepada pasien. MSCT jantung yang tidak invasif ini sangat
bermanfaat karena hanya dengan satu jenis pemeriksaan (sebelumnya
menggunakan coronography, myocardial scintigraphy,
dan echocardiography) dapat menganalisa data klinis yang cukup
diperlukan untuk menentukan jenis dan tindakan terapi bagi pasien.
Analisa dari hasil pencitraan cardiac MSCT yang sering digunakan saat ini
berupa: penilaian morfologi jantung, kalsium skor arteri koronaria dan CT
angiografi koronaria. Pada MSCT 64 slice juga dimungkinkan untuk menilai
fungsional struktur jantung. Kalsium skor, merupakan teknik penilaian
perluasan kalsifikasi di arteri koronaria dengan menggunakan angka (lihat
interpretasi kalsium skor). Penelitian awal kalsium skor menggunakan
EBCT (electron beam CT), tetapi sekarang menggunakan multi-slice CT
yang scan lebih cepat dan lebih akurat. Telah dibuktikan adanya korelasi
langsung banyaknya kalsium skor dengan resiko penyakit jantung koroner
(atherosclerosis and plaque formation). Makin tinggi kalsium skor, makin
tinggi kemungkinan adanya stenosis a. koronaria. Calsium score nol (O),
belum dapat menyingkirkan adanya soft plaques, tetapi secara statistik
dapat menyingkirkan adanya penyakit jantung koroner bermakna (dapat
terlihat lebih baik dengan CT angiogram). Dengan ditemukannya calsium
skor yang tinggi, sangat mungkin disertai adanya soft plaque, yang
apabila soft plaque tersebut ruptur maka akan menyebabkan acute heart
attack.
17
MSCT sangat baik untuk mendeteksi dan mengukur banyaknya kalsium di
pembuluh darah koroner. Calcium score (CS) pada tiap pembuluh darah
koroner mencerminkan banyaknya kalsium pada pembuluh darah
tersebut. Nilai CS > 100 mengindikasikan mempunyai resiko tinggi PJK. CS
yang lebih tinggi menunjukkan aterosklerosis plak yang lebih banyak. CS
tidak secara langsung menunjukkan persentasi penyempitan pada
pembuluh darah koroner, tetapi CS yang lebih tinggi menunjukkan
kemungkinan yang lebih besar adanya stenosis pada pembuluh darah
koroner tersebut. Teknik ini sudah disetujui dan digunakan oleh American
College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA).
Nilai interpretasi kalsium score sbb:
Penilaian Fungsional Jantung dengan CT-scan
Penilainan fungsional jantung pertama kali dengan CT scanner 64-slice.
Parameter fungsional yang dinilai antara lain:
1. Gerakan katup dan segmen-segmennya
2. Pelengkap data penilaian arteri koronaria, contoh:
o Hypokinetik dinding anterior dan septum, berhubungan dengan
stenosis LAD;
o Systolic dysfunction, lesi bermakna dan perlu terapi;
o Systolic dysfunction positif, perlu dilanjutkan pemeriksaan nuklir
(stress-thallium) atau pemeriksaan stress-perfusion MRI, karena MRI
dapat mendeteksi perubahan perfusi pada awal stenosis (ischemic);
o Systolic dysfunction, selalu disertai perubahan perfusi.
3. Ejection fraction
Ejection fraction dapat dinilai dengan adanya ukuran kapasitas end-
diastolic danend-systolic, akan tetapi beberapa penelitian
melaporkan ejection fraction dengan MSCT underestimates 5-10%
dibanding pengukuran dengan MRI (digunakan MRI sebagai gold
standard)
18
o Abnormalitas ruang-ruang jantung (dilatasi, penipisan
mycordium, old scars/infaction, aneurisma, trombus atrium atau
ventrikel, tumor);
o Gangguan fungsi (hypomotility, reduced right ventricular function)
19
melalui arteri yang sebelumnya menyempit. Nyeri dada akan mereda dan
Anda riapat melakukan olah raga.
HIPERBARIK
Terapi oksigen hiperbarik menggunakan ruang bertekanan untuk
meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Tekanan udara di dalam ruang
oksigen hiperbarik adalah sekitar dua setengah kali lebih besar dari
tekanan normal di atmosfer. Hal ini membantu darah membawa oksigen
lebih banyak ke organ dan jaringan tubuh Anda.
Terapi hiperbarik dapat membantu mempercepat penyembuhan luka,
terutama luka terinfeksi. Terapi ini dapat digunakan untuk mengobati:
Emboli udara atau gas
20
Infeksi tulang (osteomielitis) yang belum membaik dengan
perawatan lain
Luka bakar
Keracunan karbon monoksida
Beberapa jenis infeksi otak atau sinus
Penyakit dekompresi (misalnya, cedera menyelam)
Gangrene gas
Infeksi jaringan lunak nekrosis
Menyediakan cukup oksigen ke paru-paru selama prosedur
pembersihan paru-paru pada pasien dengan kondisi medis tertentu
Cedera radiasi (misalnya, kerusakan akibat terapi radiasi untuk
kanker)
Cangkok kulit
Luka yang belum sembuh dengan perawatan lain (misalnya, ulkus
kaki pada penderita diabetes)
Definisi
Secara umum, terapi oksigen hiperbarik merupakan suatu metoda
pengobatan dimana pasien diberikan pernapasan oksigen murni (100%)
pada tekanan udara yang dua hingga tiga kali lebih besar daripada
tekanan udara atmosfer normal (satu atmosfer). Terapi ini merupakan
terapi komplementer yang dilakukan bersama dengan terapi medis
konvensional.
Sebagaimana disebutkan diatas, dalam kondisi tertentu para prajurit
matra kelautan rentan akan paparan masalah kesehatan kelautan. Kondisi
tubuh mereka dituntut ‘akrab’ kepada kondisi bertekanan tinggi jauh
dibawah permukaan laut pada saat melakukan penyelaman.
Sejarah
Terapi oksigen hiperbarik diperkenalkan pertama kali oleh Behnke pada
21
tahun 1930. Saat itu terapi oksigen hiperbarik hanya diberikan kepada
para penyelam untuk menghilangkan gejala penyakit dekompresi
(Caisson’s disease) yang timbul akibat perubahan tekanan udara saat
menyelam, sehingga fasilitas terapi tersebut sebagian besar hanya
dimiliki oleh beberapa rumah sakit TNI AL dan rumah sakit yang
berhubungan dengan pertambangan.
Di Indonesia sendiri, terapi oksigen hiperbarik pertama kali dimanfaatkan
pada tahun 1960 oleh Lakesla yang bekerjasama dengan RSAL Dr.
Ramelan, Surabaya. Hingga saat ini fasilitas tersebut merupakan yang
terbesar di Indonesia. Adapun beberapa rumah sakit lain yang memiliki
fasilitas terapi oksigen hiperbarik adalah:
Proses terapi
Pasien akan dimasukkan ke dalam sebuah chamber bertekanan udara dua
hingga tiga kali lebih tinggi dari tekanan udara atmosfer normal
sambil diberikan pernapasan oksigen murni (100%) selama satu
hingga dua jam. Selama proses terapi pasien diperbolehkan untuk
membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada
telinga akibat tingginya tekanan udara.
Manfaat
Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh,
bahkan pada aliran darah yang berkurang
Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk
meningkatkan aliran darah pada sirkulasi yang berkurang
Mampu membunuh bakteri, terutama bakteri anaerob
seperti Closteridium perfingens (penyebab penyakit gas gangren)
Mampu menghentikan aktivitas bakteri (bakteriostatik) antara lain
bakteri E. coli dan Pseudomonas sp.yang umumnya ditemukan pada
luka-luka mengganas.
Mampu menghambat produksi racun alfa toksin.
Meningkatkan viabilitas sel atau kemampuan sel untuk bertahan
hidup.
22
Menurunkan waktu paruh karboksihemoglobin dari 5 jam menjadi 20
menit pada penyakit keracunan gas CO
Dapat mempercepat proses penyembuhan pada pengobatan medis
konvensional
Meningkatkan produksi antioksidan tubuh tertentu
Memperbaiki fungsi ereksi pada pria penderita diabetes (laporan
para ahli hiperbarik di Amerika Serikat pada tahun 1960)
Meningkatkan sensitivitas sel terhadap radiasi
menahan proses penuaan dengan cara pembentukan kolagen yang
menjaga elastisitas kulit
badan menjadi lebih segar, badan tidak mudah lelah, gairah hidup
meningkat, tidur lebih enak dan pulas
23
Saat merasa tidak kuat, pasien dapat memberitahukan petugas
yang ikut masuk ke dalam ruangan hiperbarik.
Komplikasi
Terkadang dalam prosesnya, dapat ditemukan komplikasi, antara lain:
o Barotrauma, yaitu trauma pada organ tubuh (paru, di
belakang gendang telinga, sinus paranasal) akibat tekanan
udara yang tinggi
o Keracunan oksigen
24