Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andika Pratama Putra

NPM : 211117096
Kelas : 2C

HAMBATAN KOMUNIKASI SAAT PUBLIC SPEAKING

Salah satu yang ditakuti dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial & profesional
kita adalah ketika harus berbicara di depan banyak orang, baik untuk acara sosial, seminar,
kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan dalam acara-acara yang sebagian hadirin
telah kita kenal dengan baik. Berbicara di depan publik bagi sebagian besar kita adalah sesuatu
yang menegangkan dan menakutkan, seluruh mata ditujukan kepada kita seakan-akan menjadi
terdakwa yang sedang diadili oleh para hadirin. Berbicara di depan publik, suka atau tidak suka
merupakan ketrampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita,
pastilah kita akan berbicara di hadapan sejumlah orang, kita harus berkomunikasi secara efektif,
benar dan tepat sasaran.
Berikut adalah kendala-kendala yang sering terjadi dalam public speaking :

• Gugup ( Kecemasan yg berlebihan /demam panging)


Gugup adalah salah satu kendala yang paling besar dalam komunikasi Publik Speaking (
berbicara didepan khalayak banyak). Penyebab Anda gugup tidak terbiasa atau tidak
terlatih tidak percaa diri, tidak bisa, tidak menguasai materi,. Dan orang yang belum pernah
sama sekali berbicara didepan Khalayak akan mengalaminya,. Gugup atau Gerogi dalam public
speaking disebut juga dengan istilah Demam Panggung (Irwan. 2015)

• Tidak yakin atau kurang percaya diri


Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merasa takut dan tidak percaya diri
dalam public speaking, yaitu (Muljanto, 2014) :

1. Takut akan gagal, ingin selalu sukses dan takut gagal malah kadangkala membuat
ketakutan itu semakin besar.
2. Tidak ada rasa percaya diri, merasa diri tidak mampu untuk melakukan hal
tersebut.
3. Traumatis, memiliki rasa takut dan merasa sendirian ketika berdiri di panggung
dan semua mata melihat padanya.
4. Takut dinilai/dihakimi, hal ini terjadi karena adanya perasaan takut ketika banyak
orang membicarakan dirinya atau pendapatnya.
5. Terlalu perfeksionis, perfeksionis baik, tetapi terlalu perfeksionis dan berharap
terlalu banyak pada dirinya sendiri malah membuat efek negatif.
6. Takut akan orang banyak, merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri ketika
berbicara di depan puluhan, ratusan atau ribuan orang.
7. Kurangnya persiapan, persiapan yang minim membuat rasa takut untuk berbicara
di depan umum ini semakin menjadi-jadi.
8. Stress, menghindari stress ketika berbicara di depan umum.
9. Blank, takut tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus dibicarakan
ketika berbicara didepan umum

Gejala-gejala Takut dan Tidak Percaya Diri


Pernahkah Anda merasa gelisah, keluar keringat dingin, kerongkongan kering, ingin buang
air kecil sesaat sebelum tampil dalam public speaking. Natalie Rogers dalam buku Berani Bicara
di depan Publik (dalam Muljanto, 2014) : Cara Cepat Berpidato menjelaskan ada tiga gejala
umum yang sering dilaporkan oleh mereka yang sulit bicara di depan publik.
Pertama, gejala fisik. Gejala ini bisa dirasakan jauh hari sebelum seseorang tampil yang
muncul dalam rupa ketegangan perut atau sulit tidur. Ketika tampil di depan, gejala fisik tersebut
bisa berbeda untuk setiap orang, namun umumnya berupa :

1. Detak jantung semakin cepat;


2. Lutut gemetar, sulit berdiri atau berjalan menuju mimbar, atau sulit berdiri tenang
di depan pendengar anda;
3. Suara yang bergetar, seringkali disertai mengejangnya otot tenggorokan atau
terkumpulnya lendir di tenggorokan;
4. Gelombang hawa panas, atau perasaan seperti akan pingsan;
5. Kejang perut, terkadang disertai perasaan mual;
6. Hiperventilasi, yaitu kesulitan untuk bernafas;
7. Mata berair atau hidung berlendir.

Kedua, gejala-gejala yang masuk dalam kategori kedua terkait dengan proses mental dan
umumnya terjadi selama pembicara tampil, antara lain :

1. Mengulang kata, kalimat, atau pesan sehingga terdengar seperti radio rusak;
2. Hilang ingatan, termasuk ketidakmampuan pembicara untuk mengingat fakta atau
angka secara tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting;
3. Tersumbatnya pikiran, yang membuat pembicara tidak tahu apa yang harus
diucapkan selanjutnya.

Gejala fisik dan mental umumnya diawali atau disertai dengan sejumlah gejala
emosional, diantaranya :

1. Rasa takut yang dapat muncul sebelum seseorang tampil;


2. Rasa tidak mampu;
3. Rasa kehilangan kendali;
4. Rasa tidak berdaya, seperti seorang anak yang tidak mampu mengatasi masalah;
5. Rasa malu atau dipermalukan, saat presentasi berakhir;
6. Panik

Ketiga, kelompok gejala diatas bisa saling berinteraksi. Rasa takut yang muncul saat
seseorang duduk menunggu giliran untuk bicara, dapat menyebabkan jantung berdetak lebih
cepat tak terkendali. Detak jantung yang demikian bisa membuat orang tersebut menjadi lebih
gugup yang juga menyebabkan tenggorokan mulai menegang. Gejala—gejala fisik tersebut
kemudian mengganggu konsentrasi sehingga bicaranya menjadi kacau dan tidak jelas
arah/maksud pembicaraannya (Muljanto, 2014)

• Munculnya noises yg tak terhindari


Siapa sih yang ngga pernah berisik di saat seseorang tengah menerangkan sesuatu di hadapan
anda? Baik di saat upacara bendera saat bersekolah, atau ketika dosen menerangkan mata kuliah
di kelasmu, kamu pasti pernah mengobrol. Ingin disangkal atau tidak, jelas terlihat bahwa
‘mengobrol’ sudah menjadi budaya yang begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
kita. Ini bisa menjadi kebiasaan yang sangat buruk, ketika memang kita sedang menghadiri
sebuah acara yang notabene tidak diperkenankan mengobrol (http://swaragama.com/stc/?p=45)..
• Alat bantu yang justru mengganggu
Alat bantu dalam public speaking sangat beragam. seperti microfon, Pengeras suara, Laptop
LCD, dan lain-lain. Contoh kasus Laptop yang gagal dikoneksikan dengan LCD adalah salah
satu dari gangguan Multimedia yang kerap kali dihadapi para pembicara dalam sebuah presentasi
atau mungkin rapat pertemuan. Suara audio yang tidak keluar, video yang tersendat atau kualitas
resolusi LCD yang buruk merupakan contoh lain dari gangguan multimedia yang mungkin kamu
hadapi. Bila hal ini terjadi, kamu harus pandai untuk tetap menjaga mood dari audience. Jangan
biarkan konsentrasi mereka jadi pecah, atau justru sampai pergi meninggalkan ruangan karena
terlanjur kehilangan mood. Penguasaan materi juga sangat penting, agar setidaknya kamu
memiliki bahan yang tetap cukup untuk disampaikan di saat gangguan multimedia terjadi. Selalu
siapkan rencana cadangan untuk antisipasi hal tersebut terjadi (http://swaragama.com/stc/?p=45).
• Penutup yang bertele-tele atau ngambang
Penutup biasanya berisi kesimpulan, saran, atau pesan yang di berikan oleh seorang public
speaker kepada audience, dan tidak jarang pula ita temui pembicara/ sesorang dalam suatu forum
yang menutupnya dengan bertele-tele atau ngambang.

Anda mungkin juga menyukai