Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI

“ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)”

Disusun Oleh :
Kelompok 2

PUPUT PURNAMASARI NAUFAL A31114005


YULI RAHMI RANDUSARI C. A31114040
BILQIS RATU ZHABRINA A31114326
AHMAD RAFIF RAYA A31114511

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih jauh berbagai hal
mengenai “ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)” berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber yang telah kami temukan dan pahami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Seminar Akuntansi
yang telah banyak memberikan kami pengarahan agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,
walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon saran dan
kritiknya. Terima kasih.

Makassar, 21 Februari 2017

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………..……………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………..………………………….. 2
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………..………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ETAP dan mengapa ada ETAP……..………………………….. 3
2.1.1 Pengertian ETAP …………………………………………………………. 3
2.1.2 Mengapa ada ETAP ………………………………………………………. 4
2.2 Manfaat ETAP ……………………………………………………………. 6
2.3 Perbedaan PSAK dengan ETAP ………………………………………….. 7
2.4 Isu-isu Krusial mengenai ETAP ………………………………………….. 16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………. 17
3.2 Saran …………………………………………………………………....... 17
DAFTAR PUSTAKA ……………….……………………………………….…...... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Standar akuntansi merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai
laporan keuangan. Oleh karena itu, mekanisme penyusunan standar akuntansi harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak yang
berkepentingan. Standar akuntansi akan terus berubah dan berkembang sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan masyarakat. Standar akuntansi secara umum diterima sebagai
aturan baku, yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan
(Belkaoui,2006).
Salah satu standar akuntansi adalah Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP). Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP maka
Standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas
tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statement) bagi pengguna eksternal (SAK ETAP, 2009).
Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) telah
disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Mei 2009. SAK ETAP
diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011
(Nurbasya, 2011 dalam Fithakurrahmah, 2013).
Penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (PSAK
ETAP) oleh dewan standar akuntansi keuangan ikatan akuntan indonesia (DSAK IAI) ini
adalah sebagai alternatif standar akuntansi keuangan (SAK) yang boleh diterapkan oleh
koperasi dan usaha kecil menengah (UMKM) di Indonesia, perubahan-perubahan pada
SAK ETAP sebagai bentuk SAK yang lebih sederhana dibandingkan dengan SAK Umum
yang lebih rumit sehingga diharapkan dapat lebih mudah untuk dipahami.
Koperasi sebagai salah satu entitas pengguna SAK ETAP diharapkan memiliki
pengetahuan tentang kemudahan penggunaan dan kebermanfaatan SAK ETAP dalam
penyusunan laporan keuangan. Pada prakteknya SAK ETAP masih menggunakan istilah

1
Neraca, Laporan Laba rugi, Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
laporan Keuangan (Rudiantoro dan Siregar, 2012). Oleh karena itu, maka dibuatlah
makalah yang berjudul “ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya, antara lain:
1. Apa pengetian ETAP dan mengapa harus ada ETAP?
2. Apa saja manfaat dari ETAP?
3. Apa saja perbedaan PSAK dengan ETAP?
4. Apa saja isu-isu krusial mengenai ETAP?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain:
1. Apa pengetian ETAP dan mengapa harus ada ETAP?
2. Apa saja manfaat dari ETAP?
3. Apa saja perbedaan PSAK dengan ETAP?
4. Apa saja isu-isu krusial mengenai ETAP?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ETAP dan mengapa harus ada ETAP

2
2.1.1 Pengertian ETAP
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
merupakan standar yang berdiri sendiri secara keseluruhan (stand alone) dimaksudkan
untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna
eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur,
dan lembaga pemeringkat kredit.
SAK ETAP diterbitkan tahun 2009 berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat
diterapkan lebih awal yaitu 1 Januari 2010. SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan
fleksibilitas dalam penerapannya dan diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada
pendanaan dari perbankan. SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak
mengacu pada SAK Umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya historis; mengatur
transaksi yang dilakukan oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal
perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun. ETAP Menggunakan
acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises (SME). Lebih sederhana antara lain:
a. Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan
b. Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
c. Pajak menggunakan konsep pajak terutang bukan pajak tangguhan Diterbitkan tahun
2011
Dua kriteria yang menentukan apakah suatu entitas tergolong entitas tanpa
akuntabilitas publik (ETAP) yaitu:
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan; dan
Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas yang signifikan jika:
a. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-LK) atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal. Oleh sebab itu Bapepam
sendiri telah mengeluarkan surat edaran (SE) Bapepam-LK No. SE-06/BL/2010
tentang larangan penggunaan SAK ETAP bagi lembaga pasar modal, termasuk

3
emiten, perusahaan publik, manajer investasi, sekuritas, asuransi, reksa dana, dan
kontrak investasi kolektif.
b. entitas menguasai aset dalam kapasitas sebaga fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana, dan bank investasi.
2. Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statements) bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah: a. pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan usaha; b. kreditur; dan c. lembaga pemeringkat kredit.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifkan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi yang mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
Contohnya Bank Perkreditan Rakyat yang telah diijinkan oleh Bank Indonesia
menggunakan SAK ETAP mulai 1 Januari 2010.

2.1.2 Mengapa ada ETAP


UMKM di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini
juga berdampak pada semakin meningkatnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian
Indonesia. Peningkatan tersebut tidak jauh dari peran faktor internal dari setiap UMKM.
Faktor internal yang mempengaruhi adalah penyusunan laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan komponen vital untuk memperoleh informasi mengenai posisi
keuangan perusahaan dan hasil usaha yang dicapai oleh suatu perusahaan yang dilaporkan
setiap akhir periode sebagai laporan pertanggungjawaban suatu perusahaan. Sedangkan
mayoritas pengusaha UMKM tidak mampu memberikan informasi akuntansi terkait
kondisi usahanya sehingga membuat informasi tersebut menjadi lebih mahal bagi
perbankan Baas dan Schrooten (2006) seperti dikutip Rudiantoro dan Siregar (2011).
Namun, Praktek akuntansi pada UMKM di Indonesia masih rendah dan memiliki
banyak kelemahan. Kelemahan itu, antara lain disebabkan rendahnya pendidikan,
kurangnya pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dari manajer pemilik
dan karena tidak adanya peraturan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan bagi
UMKM. Hal ini juga membuktikan bahwa perusahaan kecil di Indonesia cenderung untuk

4
memilih normal perhitungan (tanpa menyusun laporan keuangan) sebagai dasar
penghitungan pajak. Karena, biaya yang dikeluarkan untuk menyusun laporan keuangan
jauh lebih besar daripada kelebihan pajak yang harus dibayar.
Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin (1990) seperti dikutip Wahdini dan Suhairi
(2006) menyimpulkan bahwa rendahnya penggunaan dan pemahaman praktek akuntansi
tersebut di Indonesia disebabkan rendahnya pendidikan dan kurangnya pemahaman
terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dari manajer pemilik (owner manager).
Sedangkan Muntoro (1990) seperti dikutip Wahdini dan Suhairi (2006) menyimpulkan
bahwa kelemahan tersebut disebabkan tidak adanya peraturan yang mewajibkan
penyusunan laporan keuangan bagi UMKM. Keterbatasan pengetahuan pembukuan
akuntansi, rumitnya proses akuntansi, dan anggapan bahwa laporan keuangan bukanlah hal
yang penting bagi UMKM menurut Said (2009) seperti dikutip Rudiantoro dan Siregar
(2011) membuat proses pembukuan laporan keuangan terhambat.
Untuk memudahkan dalam memahami laporan keuangan, maka dibutuhkan suatu
standar akuntansi, dimana standar tersebut menjadi pedoman atas penyusunan laporan
keuangan yang diterima dan diaplikasikan secara umum serta kewajiban dan tanggung
jawab pihak manajemen untuk melaporkannya pihak–pihak yang terkait. Laporan-laporan
ini diharapkan disajikan secara wajar dan menggambarkan secara jelas kondisi finansial
operasional perusahaan. Tanpa adanya standar-standar ini, setiap perusahaan dituntut untuk
mengembangkan standarnya sendiri, dan para pengguna dari laporan keuangan juga
dituntut untuk memahami praktek akuntansi dan pelaporannya yang diterapkan oleh
perusahaan.
Melihat kejadian tersebut, Dewan Standar Akuntansi (DSAK) mengesahkah Standar
Akuntansi untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada 19 Mei 2009.
Dengan adanya SAK ETAP diharapkan mampu memberikan kemudahan pada UMKM
dalam menyusun laporan keuangannya dan dalam menyelesaikan masalah internal
perusahaannya. SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk suatu entitas
dibandingkan dengan SAK Umum dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks
Hariadi (2010) seperti dikutip Auliyah (2012). SAK ETAP ditujukan untuk entitas tanpa
akuntanbilitas publik yaitu entitas yang tidak memiliki akuntanbilitas publik yang

5
signifikan dan entitas yang menerbitkan laporan keuangan usahanya untuk keperluan
kegiatan eksternal usahanya. SAK ETAP akan berlaku mulai 1 Januari 2011 apabila
penerapannya sebelum tanggal efektif diperbolehkan.
SAK ETAP merupakan salah satu Standar Akuntansi yang penggunaanya ditujukan
untuk entitas usaha yang tidak memiliki akuntabilitas publik, seperti entitas usaha kecil
mikro dan menengah (UMKM). Secara umum SAK ETAP ini lebih mudah dipahami dan
tidak sekompleks SAK Umum Rudiantoro dan Siregar (2011). Walaupun cukup ringkas,
tidak banyak merubah prinsip-prinsip yang umumnya telah dilaksanakan saat ini.
Kehadiran standar ini dapat menjadi acuan yang lebih mudah bagi kalangan yang lebih luas
untuk penyusunan laporan keuangan yang dapat diterima secara umum Sariningtyas dan
Diah (2011).

2.2 Manfaat ETAP


SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan memiliki prinsip going concern
yakni menginginkan usahanya terus berkembang. Untuk mengembangkan usaha perlu
banyak upaya yang harus dilakukan. Salah satu upaya itu adalah perlunya menyakinkan
publik bahwa usaha yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam akuntansi
wujud pertanggung jawaban tersebut dilakukan dengan menyusun dan menyajikan laporan
keuangan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Penyajian laporan keuangan yang
sesuai dengan standar, akan membantu manajemen perusahaan untuk memperoleh berbagai
kemudahan misalnya: untuk menentukan kebijakan perusahaan dimasa yang akan datang,
mendapatkan pinjaman dana dari pihak ketiga, dan lain sebagainya.
Dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan menangah dapat untuk
menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini audit,
sehingga perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana
untuk pengembangan usahanya.
Manfaat lain dari SAK ETAP antara lain :
1. Lebih mudah implementasinya dibandingkan PSAK-IFRS karena lebih sederhana.
2. Walaupun sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang handal dalam
penyajian laporan keuangan.

6
3. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan
kondisi di Indonesia serta dibuat lebih ringkas.

4. SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement namun tidak sebanyak untuk
PSAK-IFRS.

5. Tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama, namun ada
beberapa hal yang diadopsi/modifikasi dari IFRS/IAS.

2.3 Perbedaan PSAK dengan ETAP


Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli lalu telah meluncurkan standar
akuntansi ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam acara Seminar Nasional Akuntansi “Tiga
pilar Standar Akuntansi Indonesia” yang dilaksanakan oleh Universitas Brawijaya dan
Ikatan Akuntan Indonesia. Nama standard ini sedikit unik karena exposure draftnya diberi
nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), namun mengingat definisi
UKM sendiri sering berubah, maka untuk menghindari kerancuan, standard ini diberi nama
SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil seperti UKM
tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku.
Di dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan
dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan
secara kasat mata dapat dilihat dari ketebalan SAK-ETAP yang hanya sekitar seratus
halaman dengan menyajikan 30 bab.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP maka Standar ini dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang
dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement)
bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

7
Lebih lanjut ruang lingkup standar ini juga menjelaskan bahwa Entitas dikatakan
memiliki akuntabilitas publik signifikan jika : proses pengajuan pernyataan pendaftaran,
pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal;
atau entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun,
reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK
ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan standar tersebut.
Hal ini dimungkinkan apabila misalnya pihak otoritas berwenang merasa ketentuan
pelaporan dengan menggunakan PSAK terlalu tinggi biayanya ataupun terlalu rumit untuk
entitas yang mereka awasi.
SAK-ETAP ini akan berlaku efektif per 1 Januari 2011. Namun penerapan dini per 1
Januari 2010 diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP
harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved
statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan
tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan
dalam SAK ETAP. Apabila perusahaan memakai SAKETAP, maka auditor yang akan
melakukan audit di perusahaan tersebut juga akan mengacu kepada SAK-ETAP.
Mengingat kebijakan akuntansi SAK ETAP di beberapa aspek lebih ringan daripada
PSAK, maka ketentuan transisi dalam SAK ETAP ini cukup ketat. Pada BAB 29 misalnya
disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan SAK ETAP, yakni 1 Januari 2011, Entitas
yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan
keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang
diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian
menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya. Oleh sebab
itu per 1 January 2011, perusahaan yang memenuhi definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik harus memilihapakah akan tetap menyusun laporan keuangan menggunakan PSAK
atau beralih menggunakan SAK-ETAP.
Selanjutnya ketentuan transisi juga menjelaskan bahwa entitas yang menyusun
laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas

8
yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk
menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Hal ini misalnya ada perusahaan
menengah yang memutuskan menggunakan SAK-ETAP pada tahun 2011, namun kemudian
mendaftar menjadi perusahaan public di tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib menyusun
laporan keuangan berdasarkan PSAK non-ETAP dan tidak diperkenankan untuk
menerapkan SAK ETAP ini kembali. Sebaliknya entitas yang sebelumnya menggunakan
PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan keuangannya dan kemudian memenuhi
persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat
menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun laporan keuangan.
Berikut ini adalah tabel perbandingan PSAK dengan SAK-ETAP yang dapat
membantu pembaca dalam mempelajari SAK-ETAP lebih jauh. Buku SAK-ETAP dapat
diperoleh di kantor pusat Ikatan Akuntan Indonesia dan kantor-kantor cabang IAI.

No Elemen PSAK SAK ETAP


1 Penyajian Laporan  Laporan posisi keuangan Sama dengan
Keuangan PSAK, kecuali informasi
 Informasi yang disajikanyang disajikan dalam
dalam laporan posisineraca, yang
keuangan menghilangkan pos:
 Aset keuangan
 Pembedaan asset lancar dan
 Properti investasi
tidak lancar dan laibilitas
yang diukur pada nilai
jangka pendek dan jangka
wajar (ED PSAK 1)
panjang
 Aset biolojik yang
 Aset lancar
diukur pada biaya
 Laibilitas jangka pendek perolehan dan nilai
wajar (ED PSAK 1)
 Informasi yang disajikan
dalam laporan posisi  Kewajiban berbunga
keuangan atau catatan atas jangka panjang
laporan keuangan
 Aset dan kewajiban
pajak tangguhan
(Perubahan istilah di ED PSAK
1: Neraca menjadi Laporan Posisi
 Kepentingan
Keuangan, Kewajiban (liability)
nonpengendalian
menjadi laibilitas)
2 Laporan Laba Rugi  Laporan laba rugiTidak sama dengan PSAK

9
komprehensif yang menggunakan
istilah laporan laba
o Informasi yang disajikanrugi komprehensif, SAK
dalam laporan Laba RugiETAP menggunakan istilah
Komprehensif laporan laba rugi.
o Laba rugi selama periode

o Pendapatan komprehensif
lain selama periode

o Informasi yang disajikan


dalam laporan laba rugi
komprehensif atau catatan
atas laporan keuangan
3 Penyajian Perubahan Sama dengan
Ekuitas PSAK, kecuali untuk
beberapa hal yang terkait
pendapatan komprehensif
lain.
4 Catatan Atas  Catatan atas laporan keuangan Sama dengan
Laporan Keuangan PSAK, kecuali
 Struktur pengungkapan modal.
 Pengungkapan kebijakan
Akuntansi
 Sumber estimasi
ketidakpastian
 Modal (ED PSAK 1)

 Pengungkapan lain
5 Laporan Arus Kas  Arus kas aktivitas operasi:Sama dengan
metode langsung dan tidakPSAK kecuali:
langsung  Arus kas aktivitas
operasi: metode tidak
 Arus kas aktivitas investasi langsung
 Arus kas mata uang
 Arus kas aktivitas pendanaan
asing, tidak diatur.
 Arus kas mata uang asing

 Arus kas bunga dan dividen,


pajak penghasilan, transaksi
non-kas

10
6 Laporan  Persyaratan penyajian lapkeuTidak diatur (Lihat Bab
keuangan konsolidasi konsolidasi 12).
dan terpisah
 Entitas bertujuan khusus
 Prosedur konsolidasi
 Lapkeu tersendiri

 Lapkeu gabungan
7 Kebijakan PSAK 25 (Laba atau Rugi BersihSAK ETAP sudah maju
akuntansi, estimasi, danuntuk periode Berjalan, Kesalahansatu langkah dibandingkan
kesalahan Mendasar, dan PerubahanPSAK (tidak ada
Kebijakan Akuntansi) “kesalahan mendasar” dan
 Laba atau rugi bersih untuk“laba atau rugi luar biasa”).
Periode berjalan
 Kesalahan Mendasar
 Perubahan kebijakan
Akuntansi
 Pemilihan dan penerapan
kebijakan akuntansi
 Konsistensi dan perubahan
kebijakan akuntansi
 Perubahan Estimasi akuntansi
 Kesalahan.
 Pos luar biasa
 Laba atau rugi dari aktivitas
normal
 Operasi yang tidak
dilanjutkan
 Perubahan estimasi Akuntansi
 Penerapan suatu standar
Akuntansi keuangan

Perubahan
 kebijakan
Akuntansi yang lain
8 Instrumen Keuangan  Ruang lingkup: aset danPSAK 50 (1998).
Dasar kewajiban keuangan
 Instrumen keuangan dasar:
 Diklasifikasikan pada nilai
wajar melalui laporan laba
rugi, dimiliki hingga jatuh
tempo, tersedia untuk dijual,

11
pinjaman dan pinjaman yang
diberikan
 Impairment menggunakan
incurred loss concept
 Derecognition
 Hedging dan derivatif
 Ruang lingkup: investasi pada
efek tertentu

 Klasifikasi trading, held to


maturity, dan available for
sale. Hal tsb mengacu ke
9 Persediaan  Pengukuran persediaan Sama dengan PSAK
 Biaya persediaan
 Biaya pembelian
 Biaya konversi
 Biaya lain-lain
 Biaya persediaan pemberian
jasa
 Teknik pengukuran biaya
 Rumus biaya
 Nilai realisasi bersih
 Pengakuan sebagai beban

 Pengungkapan
10 Investasi  Ruang lingkup: entitasmetode ekuitas
pada perusahaan asosiasi asosiasi
dan entitas anak
 Metode akuntansi

 Metode biaya
 Metode ekuitas
 Model nilai wajar (ED PSAK

12
15)
 Ruang lingkup: entitas
asosiasi dan entitas anak
 Metode akuntansi
 Entitas asosiasi : metode biaya

 Entitas anak :
11 Investasi  Jointly controlled operation,Sama dengan PSAK
pada perusahaan asosiasi asset, and entity kecuali metode akuntansi
dan entitas anak hanya menggunakan
 Metode akuntansi metode biaya.
 Metode konsolidasi
proporsional
 Metode ekuitas

 Model nilai wajar (ED PSAK


12 : PBA/PBO/PBE)
12 Property Investasi Metode akuntansi Metode akuntansi: model
 Model nilai wajar biaya

Model biaya
13 Aset Tetap  Menggunakan pendekatanSama dengan
komponenisasi PSAK kecuali:
 Tidak menggunakan
 Pengukuran menggunakan pendekatan
model biaya atau model komponenisasi.
revaluasi  Revaluasi diijinkan
jika dilakukan
 Pengukuran biaya perolehan
berdasarkan Peraturan
 Pengakuan pengeluaran Pemerintah. Hal ini
selanjutnya mengacu ke PSAK 16
(1994)
 Penyusutan
 Tidak perlu review
 Tidak perlu review nilai nilai residu.
residu, metode penyusutan,
dan umur manfaat setiap akhir
periode pelaporan, tetapi jika
ada indikasi perubahan saja
14 Asset Tidak Berwujud  Prinsip umum untukSama dengan

13
pengakuan PSAK, kecuali aset tidak
berwujud yang diperoleh
 Pengakuan awal, pengukurandari penggabungan usaha.
selanjutnya
 Amortisasi selama umur
manfaat atau 10 tahun

Penurunan nilai
 Menggunakan metodeTidak diatur
pembelian

 Goodwill dimaortisasi 5 tahun


atau 20 tahun dengan
justifikasi manajemen
15 Sewa  Mengatur perjanjian yang
mengandung sewa
 Klasifikasi bersifat principle
based
 Laporan keuangan lessee dan

 Tidak mengatur perjanjian


yang mengandung sewa
(ISAK 8)
lessor  Klasifikasi sewa:
kombinasi IFRS for
SMEs dan SFAS 13

 Laporan keuangan
lessee dan lessor
menggunakan
PSAK 30 (1990):
Akuntansi Sewa
Guna Usaha
 Kewajiban diestimasi Sama dengan PSAK
 Kewajiban kontinjensi

 Aset kontinjensi
16 Ekuitas  Penjelasan Sama dengan
PSAK, kecuali :
 Akuntasi ekuitas untuk badan
usaha bukan PT

14
 Akuntansi ekuitas untuk  Reorganisasi
badan usaha berbentuk PT
 Selisih
 Reorganisasi penilaian kembali
 Selisih penilaian kembali
17 Pendapatan  Penjualan barang Sama dengan PSAK.
 Penjualan jasa
 Kontrak konstruksi
 Bunga, dividen dan royalti

 Lampiran kasus
pengakuan pendapatan (ED
PSAK 23)
18 Biaya Pinjaman  Komponen biaya pinjaman Biaya pinjaman langsung
dibebankan
 Pengakuan dan kapitalisasi
biaya pinjaman
19 Penurunan Nilai Aset  Penurunan nilai persediaan Sama dengan
PSAK, kecuali:
 Penurunan nilai non-  Ruang lingkup yang
persediaan meliputi semua jenis
aset.
 Penurunan nilai goodwill  Tidak mengatur
penurunan nilai
goodwill

 Ada tambahan
penurunan nilai untuk
pinjaman yang
diberikan dan piutang
yang menggunakan
PSAK 31: Akuntansi
Perbankan paragraf
16 dan 17.
20 Imbalan Kerja  Imbalan kerja jangka pendek Sama dengan
PSAK, kecuali untuk
 Imbalan pasca kerja, untukmanfaat pasti
manfaat pasti menggunakanmenggunakan PUC dan
PUC jika tidak bisa,
menggunakan metode yang
 Imbalan jangka panjang

15
lainnya disederhanakan

Pesangon pemutusan kerja


21 Pajak Penghasilan  Menggunakan deferred
taxconcept
 Pengakuan dan pengukuran
pajakkini
 Pengakuan dan pengukuran
pajaktangguhan
 Menggunakan taxpayable
concept

 Tidak adapengakuan
danpengukuran
pajaktangguhan
22 Mata Uang Pelaporan  Mata uang pencatatan danSama dengan PSAK Mata
pelaporan Uang Pelaporan
 Mata uang fungsional
 Mata uang fungsional  Pelaporan transaksi
mata uang asing dalam
 Penentuan saldo awal
mata uang fungsional
 Penyajian komparatif
 Perubahan mata uang
 Perubahan mata uang fungsional (Pada
pencatatan dan pelaporan prinsipnya sama)
23 Peristiwa setelah  Peristiwa yang memerlukanSama dengan PSAK
akhir periode pelaporan penyesuaian

Peristiwa
 yang tidak
memerlukan penyesuaian
24 Pengungkapan pihak-  Pengertian pihak-pihak yangSama dengan PSAK 7
pihak yang mempunyai hubungan
mempunyai hubungan istimewa
istimewa
 Pengungkapan
25 Aktivitas Khusus  Akuntansi perkoperasian Tidak diatur
 Akuntansi minyak dan gas
bumi
 Akuntansi pertambangan

16
umum
 Akuntansi perusahaan efek
 Akuntansi reksa dana

 Akuntansi perbankan dan


asuransi
26 Ketentuan Transisi  Retrospektif atau
prospektif (jika tidak
praktis) yang
diterapkan secara
prospective catchup
(dampak ke saldo
laba)

 Perpindahan dari dan


ke SAK ETAP
27 Tanggal Efektif Berlaku efektif
untuk laporan keuangan
yang dimulai pada tanggal
1 Januari 2011, penerapan
dini 1 Januari 2010

2.4 Isu-Isu Krusial Mengenai ETAP

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
merupakan standar yang berdiri sendiri secara keseluruhan (stand alone) dimaksudkan
untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang

17
tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal.
2. Manfaat SAK ETAP yaitu diharapkan perusahaan kecil dan menangah dapat untuk
menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini audit,
sehingga perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan
dana untuk pengembangan usahanya.
3. Sebagian besar SAK ETAP menggunakan konsep biaya historis dalam mengatur
transaksi; bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan
relatif tidak berubah selama beberapa tahun.

3.2 Saran
Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada mahasiswa
agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam mengenai topik dalam
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. Teori Akuntansi, Edisi Kelima, Terjemahan Ali Akbar
Yulianto, Risnawati Dermauli. Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas publik (SAK ETAP). Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia.

18
Pratiwi, Nurita Budi. dan Rustam Hanafi . 2016. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(Sak Etap) Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM). Jurnal
Akuntansi Indonesia, Vol. 5 No. 1 Januari 2016, Hal. 79-98.

Wirahardja, Roy Iman. dan Ersa Tri Wahyuni. 2013. Perbedaan SAK ETAP dengan PSAK
http://keuanganlsm.com/. Diakses pada tanggal 19 Februari 2017, pukul 14.55
WITA.

19

Anda mungkin juga menyukai