Penyusun :
1. Daniella Gloria T. W. 021911133176
2. Rashif Almas 021911133177
3. Belinda Meilani P. P. 021911133181
4. Zahrah Rooidatush S. 021911133182
5. Mumtaz Ramadhani P. P. G. 021911133185
1
2.3 Cara Kerja
Persiapan alat
a. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum disiapkan terlebih dahulu
b. Bagian dalam cetakan ekstensometer diolesi dengan vaselin secara merata
c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang pada posisi
yang tepat dengan jarum menunjuk ke angka nol.
Mencampur gypsum
a. Bubuk gypsum tipe III ditimbang tiga kali masing- masing sebanyak 40, 45, dan
50 gram. Air diambil 14 ml sebanyak tiga kali diukur dengan gelas ukur
(dilakukan pada waktu praktikum).
b. Bubuk gypsum bonded ditimbang tiga kali sebanyak 35 gram. Air diambil
masing-masing sebanyak 14, 15, 16 ml diukur dengan gelas ukur (dilakukan
pada waktu praktikum).
c. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu,
kemudian bubuk gypsum dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk
karet dan dibiarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan
gelembung udara.
d. Campuran air dan gypsum dalam mangkuk karet diaduk sampai homogen
dengan spatula dengan gerakan memutar searahdengan jarum jam, sebanyak
120 putaran per menit bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar berlawanan
dengan arah jarum jam secara perlahan-lahan, kemudian ditaruh di atas vibrator
dengan kecepatan rendah.
2
e. Adonan gypsum dituangkan ke dalam cetakan pada alat ekstensometer di atas
vibrator dan vibrator dihidupkan dengan kecepatan rendah untuk
menghilangkan udara yang terjebak, kemudian permukaan cetakan pada
ekstensometer yang terisi
f. adonan gypsum diratakan dan dirapikan (sisa-sisa gypsum dibersihkan).
Mengukur setting expansion
a. Adonan gypsum dituangkan ke dalam ekstensometer tanpa mengubah posisi
cetakan pada jarum dial indicator, kemudian permukaan diratakan
menggunakan spatula gip.
3
3. HASIL PRAKTIKUM
3.1 Gypsum Tipe III
Tabel 1. setting expansion gypsum tipe III berdasarkan W:P ratio
Menit Ke- 14 ml / 40 gr 14 ml/ 45 gr 14 ml / 50 gr
10 0.01 0.03 0.06
20 0.12 0.16 0.14
30 0.19 0.21 0.120
40 0.22 0.23 0.24
50 0.22 0.24 0.26
4. TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Pengertian Gypsum
Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari bahan alam. Gipsum
merupakan produk dari proses kimia yang sering digunakan dalam ilmu kedokteran
gigi untuk pembuatan model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo fasial dan
bahan pembuatan protesa gigi pada pekerja laboratorium kedokteran gigi (Anusavice,
2003). Rumus kimia yang dipakai pada kedokteran gigi yaitu CaSO4.2H2O. Menurut
ADA No. 25 terdapat 5 jenis gipsum yaitu :
1. Plaster of paris (tipe I)
2. Plaster of model (tipe II)
3. Dental stone (tipe III)
4. Dental stone high strength low expantion (tipe IV)
5. Dental stone high strength high expantion (tipe V)
Pada bidang kedokteran gigi, khususnya bidang prostetik, gipsum tipe III atau dental
stone lebih disukai sebagai bahan pembuatan model kerja pada pembuatan protesa
karena memiliki kekuatan yang cukup sehingga tahan terhadap fraktur dan abrasi
dibanding gipsum tipe I dan tipe II (Anusavice,2003; Chandra dkk,2000).
4
Pada gipsum, terdapat suatu ekspansi (perluasan massa) yang dapat dideteksi
selama terjadi perubahan dari partikel hemihidrat menjadi partikel dihidrat. Pada
gipsum tipe III setting ekspansi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti rasio
air dan bubuk (W:P), aselerator dan retarder, suhu dan tekanan atmosfer, waktu
pengadukan, kecepatan pengadukan, serta kemurnian bubuk gipsum (Anusavice, 2003;
Anderson dkk., 2001; Chandra dkk., 2000; Kumar, 2011). Rasio air dan bubuk (W:P)
berpengaruh terhadap kekuatan kompresi. Semakin besar rasio air yang melebihi rasio
air dan bubuk (W:P) akan mengakibatkan penurunan kekuatan kompresi (Anusavive,
2003). Menurut Hasan dkk. (2005) rasio air saat pencampuran gipsum lebih besar dari
kebutuhan air saat reaksi kimia sehingga setelah reaksi kimia masih terdapat kandungan
air yang akan mempengaruhi kekuatan kompresi yang dinamakan dengan kekuatan
basah.
1. Gypsum bonded
Digunakan untuk penuangan logam campur pada pembuatan inlays, onlays,
crowns dan fixed partial dentures (logam dengan titik cair di bawah 1200
o
c)
2. Phosphate bonded
Digunakan untuk penuangan logam campur pada pembuatan framework
untuk metal ceramic prostheses dan base metal alloy (logam dengan titik
cair di atas 1200 0c ),
3. Silica bonded
Digunakan untuk penuangan pada pembuatan removable partial dentures
dengan base metal alloy, yaitu cobalt based atau nickel based alloy (logam
diatas 1200 0c).
Bahan tanam tuang gypsum bonded dapat mengalami setting ekspansion karena
pertumbuhan kristal gipsum. Setting ekspansion dari gypsum bonded memerlukan
waktu lama dan tidak terbatas. Hal ini karena kandungan seperti sodium klorida,
5
potassium sulfat, magnesium klorida dan graphit yang dapat mengurangi ekspansi
thermal atau mengurangi tingkat oksidasi (Bonsor,dkk,2012).
7
5. PEMBAHASAN
5.1 Gypsum Tipe III
Dental Stone atau gipsum tipe III banyak digunakan dalam dunia kedokteran gigi
sebagai model kerja baik pembuatan protesa maupun alat ortodonti. Kandungan utama
dental Stone adalah CaSO4.2H2O. Reaksi kimia pertama kali terjadi saat pencampuran
bubuk gipsum dengan air. Saat hemihidrat diaduk dengan air, terbentuk suspense
semifluid. Hemihidrat melarut sampai terbentuk larutan jenuh hingga dihidrat
mengendap. Reaksi akan terus berlanjut hingga tidak ada dihidrat yang mengendap.
Produk campuran hemihidrat dan air disebut dihidrat. Selama proses pengerasan
material tersebut akan mengeluarkan panas yang setara dengan proses pengapuran
(Cakradonya Dent J. 2014, hal 707). Proses pengerasan dental stone dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya setting ekspansi.
a. Rasio W/P,
Semakin tinggi rasio W/P, semakin sedikit nukleus kristalisasi per unit volume
sehingga ruangan antar nukleus menjadi lebih besar. Akibatnya, pertumbuhan
internal dan dorongan keluar kristal-kristal dihidrat akan semakin sedikit.
Semakin tinggi rasio W/P, maka semakin rendah nilai setting ekspansi-nya.
Sebaliknya, semakin rendah rasio W/P, semakin tinggi setting expansion. Hal
ini dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari
partikel dihidrat (Anusavice,2013, hal. 267)
b. Lama pengadukan (mixing time).
Sebagian kristal gypsum terbentuk langsung ketika gipsum berkontak dengan
air. Begitu pengadukan dimulai, pembentukan Kristal meningkat. Pada saat
yang sama, Kristal-kristal tersebut diputuskan oleh spatula (pengaduk) dan
8
didistribusikan merata dalam adukan dengan pembentukan nukleus kristalisasi
yang lebih banyak. Semakin lama waktu pengadukan, jumlah nukleus
kristalisasi dari partikel dihidrat akan meningkat. Akibatnya, jalinan ikatan
kristalin yang terbentuk akan semakin banyak, pertumbuhan internal dan
dorongan keluar dari kristal– Kristal dihidrat meningkat. Hal inilah yang
menyebabkan setting expansion gipsum meningkat sejalan dengan semakin
lamanya waktu pengadukan, untuk batasan waktu tertentu (Anusavice,
2013,hal. 264, 267)
c. Penambahan akselerator atau retarder.
Penambahan akselerator atau retarder, biasanya ditambahkan untuk mengatur
setting time. Hal ini juga dapa menurunkan nilai setting expansion dengan cara
mengubah bentuk Kristal dihidrat yang terbentuk. Oleh karena itu, akselerator
atau retarder disebut juga sebagai anti expansion agent. Bahan kimia yang
biasanya digunakan sebagai akselerator adalah potassium sulfat, sedangkan
yang digunakan sebagai retarder adalah boraks. (McCabe and Walls, 2008,
hal. 37)
Hasil percobaan:
9
Dari hasil percobaan diatas dapat dilihat bahwa setting expansion yang
paling tinggi adalah W/P rasio 14ml/ 50gr. Hal ini sesuai dengan teori dimana
semakin rendah rasio W/P bubuk gipsum terhadap air, maka semakin tinggi
setting ekspansinya dan berlaku sebaliknya. W/P rasio pada 14ml/50gr yaitu
sebesar 0,28 dimana angka ini sesuai dengan aturan dari pabrik.
Hasil yang didapatkan pada 10 menit awal, tampak tidak ada perubahan
ekspansi, pada ketiga hasil uji coba. Kemudian dimulai dari percobaan ke-2
mulai terjadi perubahan setting ekspansi. Pada percobaan pertama, yang
menggunakan W/P rasio 14ml/ 35gr didapatkan nilai 0.02, 0.11, 0.22, 0.29.
Sedangkan pada percobaan kedua dengan W/P rasio 15ml/ 35gr, dengan jeda
waktu yang sama, didapatkan hasil 0.05, 0.8, 0.16, 0.24 setiap kelipatan 10
menit. Berikutnya percobaan ketiga dari gypsum bonded dengan W/P rasio
16ml/ 35gr, didapatkan hasil sebesar 0.01, 0.7, 0.19, dan 0.25 setiap 10 menit.
10
Dari hasil percobaan tersebut, diperoleh hasil dimana W/P ratio 14/35
memiliki setting ekspansi yang paling tinggi. Semakin sedikit W/P ratio air
terhadap bahan tanam gypsum bonded, maka makin tinggi setting expansion-
nya. Sesuai dengan teori dasar, pada W/P rasio, kadar air yang lebih tinggi akan
menghasilkan kepadatan inti kristal gipsum yang lebih tinggi, daripada
campuran yang memiliki W/P rasio air yang lebih rendah.
6. SIMPULAN
Dari hasil praktikum yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa Gypsum tipe III
serta gypsum bonded yang telah dimanipulasi dengan rasio W : P, dengan variasi encer,
normal, dan kental memiliki hasil setting ekspansi yang berbeda-beda. Semakin besar
W : P rasionya (semakin banyak air), maka semakin kecil setting ekspansinya. Begitu
pula sebaliknya, semakin kecil W : P rasionya (semakin sedikit air), maka semakin
besar setting ekspansinya.
7. DAFTAR PUSTAKA
ADA Council on Scientific Affairs and ADA Council on Dental Practice. (1996).
Infection Control Recommendations for the Dental Office and the Dental Laboratory
(p. 672-680). J Am Dent Assoc.
Anderson P.C., Pendleton A.E. (2001). The dental assistant. 7th (p. 393-394). USA: Delmar
Inc.
Anusavice, Kenneth J. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013. p. 264, 267
Anusavice KJ. 2003. Science of Dental Materials. 11th ed. St. Louis. WB Saunders Co.Bonsor,
Stephen, J. dan Gavin, J.P. 2012. A Clinical Guide to Applied Dental Materials. USA:
Churchill Livingstone Elsevier.
Amalia, E. 2016. Pengaruh Tingkat Energi Microwave Sebagai Alat Desinfeksi terhadap
Kekuatan Kompresi Dental Stone. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah. Surakarta
Chandra, S., Chandra, R. (2000). A Textbook of Dental Materials with Multiple Choice
Question (p. 36– 47). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Hasan, R.H., Mohammad. K.A., 2005, The effects of drying techniques on the compressive
strength of gypsum products. Al-Rafidain Dent J. 5 (1): 63-68
11
Kumar. 2011, Gypsum Products and its Orthodontic Application. In: Shoeb (ed). Dental Care
Forum, India. 3-12.
Kasuma, N, Denas S., Danu P. 2014. Hubungan Lama Pengadukan dengan Setting Time dan
Kekuatan Kompresi Dental Stone. Cakradonya Dent J. 6(2) : 678-744
McCabeJohn,Walls Angus.2008. Applied Dental Material 9th ed. New Castle: Blackwell
Publishing.pp. 37 O’Brien, WJ. 2002. Dental Materials andTheirSelection – 3rd
edition. Chicago: QuintessencePublishing Co, Inc. p.116-119
12
LAMPIRAN
[1] Anusavice, Kenneth J. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013. p. 264, 267
13
14
[2] McCabeJohn,Walls Angus.2008. Applied Dental Material 9th ed. New Castle: Blackwell
Publishing.pp.37 O’Brien, WJ. 2002. Dental Materials andTheirSelection – 3rd edition.
Chicago: QuintessencePublishing Co, Inc. p.116-119
15
[3] Kasuma, N, Denas S., Danu P. 2014. Hubungan Lama Pengadukan dengan Setting Time
dan Kekuatan Kompresi Dental Stone. Cakradonya Dent J. 6(2) : 678-744
16