Oleh :
142190048
EA / B
YOGYAKARTA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga tugas paper ini bisa selesai
pada waktunya. Dalam tugas ini saya mengangkat judul “Hoax Menjadi Kasus Manokwari
Dalam Perilaku Kehidupan Beragama, Ras, Dan Suku”
Kami berharap semoga tugas paper ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
PERMASALAHAN
A. PENDAHULUAN
Namun terlepas dari itu semua, tidak dipungkiri Indonesia masih rawan
dengan penyimpangan nilai-nilai Pancasila hingga saat ini. Kasus demi kasus
penyimpangan nilai-nilai Pancasila terus belanjut, betambah seiring
bertambahnya tahun. Seperti halnya dengan kasus Manokwari pada bulan
Agustus 2019 ini.
B. URAIAN KASUS
Pemicu kerusuhan Ketua DPRD Papua Barat Peter Kondjol menyebutkan bahwa
kerusuhan di Papua disebabkan kemarahan massa atas aksi dugaan persekusi dan rasisme
terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya. Peter mengaku sebelum ada aksi
unjuk rasa di Manokwari, ia mendapat telepon dari sejumlah mahasiswa. Mereka
memberitahukan akan berunjuk rasa di Manokwari. Peter pun berpesan bahwa unjuk rasa
harus dilakukan secara damai. "Silakan demo, tapi harus damai. Itu pesan saya kepada
adik-adik mahasiswa," kata Peter. Namun kenyataanya, aksi tersebut berujung rusuh.
Jalan diblokade dan gedung DPRD Papua Barat dibakar. Peter pun tak menyangka aksi
tersebut berujung pada pembakaran gedung DPRD Papua Barat.
1. Kronologi
Pada Senin (19/8/2019) pagi, massa diketahui menyampaikan protes terkait dugaan
persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di sejumlah daerah, seperti Malang,
Surabaya, dan Semarang.
Aksi tersebut dilakukan dengan cara warga menyebar ke sejumlah jalan sambil
membawa senjata tajam dan spanduk, sebagian massa yang membawa senjata tajam
menebang pohon untuk memblokade sejumlah ruas jalan.
3. Lumpuh total
Tak hanya penutupan terhadap ruas jalan utama, sejumlah toko dan bank pemerintah
dilaporkan tutup akibat kerusuhan yang terjadi di Manokwari, Senin (19/8/219).
Dilansir Kompas.com, sejumlah aparat keamanan berada di titik lokasi kerusuhan untuk
mengamankan situasi.
4. Dugaan penyebab
Kerusuhan di Manokwari diduga merupakan bentuk protes terhadap tindakan
persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di beberapa daerah, seperti Malang,
Surabaya, dan Semarang.
Tindakan tersebut dilakukan setelah polisi menembakkan gas air mata dan menjebol
pintu pagar Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya.
Alasan mengangkut paksa mahasiswa Papua adalah karena untuk kepentingan
pemeriksaan dalam kasus perusakan dan pembuangan Bendera Merah Putih ke selokan.
Hal tersebut diungkapkan Wakapolrestabes Surabaya, AKBP Leonardus Simarmata.
Perusakan dan pembuangan Bendera Merah Putih yang dimaksud, diduga dilakukan
oknum Mahasiswa Papua.
"Pemprov Papua menyatakan empati dan prihatin terhadap insiden yang terjadi di
Kota Surabaya, Semarang dan Malang, yang berakibat adanya penangkapan atau
pengosongan asrama mahasiswa Papua," ujar Lukas kepada wartawan, di Jayapura,
Minggu (18/08/2019).
Ia menyayangkan tindakan rasis oknum aparat dalam upaya penangkapan mahasiswa
tersebut, terlebih terjadi saat Kemerdekaan HUT ke-74 RI.
"Kita sudah 74 tahun merdeka, seharusnya tindakan-tindakan intoleran, rasial,
diskriminatif tidak boleh terjadi di negara Pancasila yang kita junjung bersama," terang
Lukas.
"Tindakan rasial di Surabaya sangat menyakitkan," tambah dia.
KESIMPULAN
Pendapat saya mengenai kasus Manokwari yang terjadi pada Senin (19/8/2019) akibat
sikap persekusi dan rasisme mahasiswa Papua di Jawa, seperti yang telah di uraikan di
atas adalah menunjukkan bahwa di Indonesia masih krisisnya budaya literasi yang
menyebabkan dengan mudah terpancing berita atau terprovokasi yang belum tentu
benarnya karena masih menduga-duga terkait berita yang disampaikan. Masyarakat Papua
dengan mudahnya menelan mentah-mentah berita yang disebarluaskan yang berasal dari
postingan media sosial hingga pembakaran gedung DRPD sungguh bukanlah sifat yang
seharusnya dimiliki oleh seorang yang menerapkan nilai-nilai Pancasila. Perlu menelaah
lebih lanjut agar dapat memahami seluruh berita yang teredia juga tidak mudah
terpnacing isu yang disebarluaskan. Di sisi lain, perlu kita ketahui bahwa media sosial
sangat berpengaruh besar bagi kehidupan kita, sudah mestinya kita menggunakan sosial
media dengan bijak, bertutur kata dengan baik dan sopan serta tidak mengandung rasis.
Perlu ditanamkan dalam diri sendiri untuk saling menghargai perbedaan yang terjadi di
sekitar kita agar tidak terjadinya kesalahpahaman satu sama lain.
Daftar Pustaka
Sumber : ( https://regional.kompas.com/read/2019/08/19/15400661/kronologi-kerusuhan-
di-manokwari-hingga-pembakaran-gedung-dprd-papua-barat?page=all.)
Sumber : https://www.tribunnews.com/regional/2019/08/19/kronologi-kerusuhan-di-
manokwari-dugaan-penyebab-hingga-keterangan-wagub-papua-barat?page=4