Anda di halaman 1dari 4

Pengolahan Bahan Galian (ore dressing) adalah suatu proses pengolahan bijih (ore)

secara mekanik sehingga mineral berharga dapat dipisahkan dari mineral pengotornya
dengan didasarkan pada sifat fisika atau sifat kimia-fisika permukaan mineral.
Pengolahan bahan galian termasuk pengolahan batubara pada umumnya dilakukan
dengan melalui beberapa

tahap, yaitu:

1. Preparasi

2. Konsentrasi

3. Dewatering

1. Preparasi

Preparasi pada batubara merupakan operasi persiapan yang dilakukan untuk mereduksi
ukuran butir dengan

tujuan untuk memenuhi ukuran sesuai dengan penggunaannya. Reduksi ukuran butir
biasanya dilakukan dengan

alat peremuk yang antara lain alat crusher atau grinder.

Proses peremukan atau crushing biasanya dikerjakan dalam tiga tahapan, yakni:

a. Primary crushing, suatu tahapan untuk meremuk umpan dengan ukuran 2 inch – 90
inch dan umpan ini

biasanya berasal dari hasil tambang. Alat yang digunakan berupa jaw crusher dan
gyratory crusher.

b. Secondary crushing, umpan yang dimasukkan sebesar 1 inch sampai 3 inch yang
biasanya berasal dari

primary crushing. Alat yang digunakan ialah stamp mill, roller dan cone crusher.

c. Grinding atau fine crushing, umpan yang dimasukkan sebesar ¼ inch sampai 3/8 inch.
Alat yang digunakan

adalah ball mill, tube mill atau pebble mill, rod mill.

Untuk mencegah adanya re-crushing dan over grinding, serta untuk menambah
produktivitas, maka digunakanalat pembantu berupa ayakan (screen) atau bisa juga
classifier. Screen dan classifier berfungsi untuk mengelompokkan material hasil crushing
atau grinding.
2. Konsentrasi

Konsentrasi pada batubara adalah suatu operasi pemisahan antara batubara dengan
pengotornya. Konsentrasi ini

diantaranya bisa berdasarkan warna atau kilap dan juga berdasarkan specific gravity
(SG). Pada specific gravity

cara konsentrasinya disebut gravity concentration yang meliputi:

a. Flowing film concentration

Proses konsentrasi mendasarkan atas SG pada aliran tipis.

b. Jigging

Proses konsentrasi yang mendasarkan kecepatan mengendap antara pengotor dengan


batubara.

c. Sifat permukaan mineral

Proses konsentrasi yang mendasarkan pada senang atau tidaknya mineral terhadap
gelembung udara. Cara

konsentrasi ini disebut Flotasi.

3. Dewatering

Merupakan operasi pemisahan antara cairan dengan padatan dan biasanya dilakukan
setelah proses konsentrasi.

Dewatering ini dikelompokkan dalam tiga tahapan, yaitu:

a. Thickening: merupakan tahapan pertama pemisahan padatan dengan cairan yang


mendasarkan atas kecepatan

mengendap batubara dalam suatu pulp, sehingga solid faktornya = 1 (% solid = 50%).

b. Filtrasi: merupakan operasi pemisahan padatan dengan cairan dengan cara


menyaring, sehingga didapat solid

factor = 4 (persen solid = 80%).

c. Drying: adalah operasi penghilangan air dengan jalan pemanasan sehingga padatan ini
bebas dari cairan (%
solid = 100%).

Batu kapur (limestone) adalah jenis batuan karbonat yang terjadi di alam, disebut juga
batu gamping. Mineral utama batu kapur adalah kalsit (CaCO3), mineral lainnya
merupakan mineral pengotor, biasanya terdiri dari kuarsa (SiO2), karbonat yang
berasosiasi dengan mineral besi dan mineral lempung, serta bahan organik sisa
tumbuhan. Mineral kalsit terbentuk melalui proses sedimentasi sehingga batu kapur
disebut pula batuan sedimen. Mineral kalsit berstruktur kristal sistem heksagonal. Selain
kalsit di alam ditemukan pula mineral karbonat lainnya yaitu aragonit (CaCO3) yang
mempunyai komposisi kimia sama dengan kalsit namun struktur kristalnya berbeda
yaitu sistem ortorombik. Aragonit ditemukan pada kulit kerang (oyster shells) dan keong
(oolites). Aragonit bersifat metastabil, dalam waktu lama akan berubah menjadi kalsit.
Mineral karbonat lain yang berasosiasi dengan kalsit adalah siderit (FeCO3), ankerit
(Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3), mineral-mineral tersebut umumnya
ditemukan dalam jumlah kecil.

Kemurnian batu kapur bergantung pada material tambahan yang terkandung


didalamnya seperti besi, kalium, iodin,dan logam berat yang dapat mempengaruhi
kualitas produk CaCO3 yang dihasilkan. Batu gamping terdiri dari kalsium karbonat
(CaCO3), namun sering juga ditemukan batu gamping magnesium. Apabila kandungan
magnesiumnya sangat tinggi maka akan merubah batu gamping menjadi batu gamping
dolomit dengan komposisi kimia CaCO3 dan MgCO3. gamping juga sering bercampur
dengan lempung, pasir, bahkan dengan jenis mineral lainnya seperti Na2O, Fe2O3, dan
lain-lain.

Dibawah ini merupakan reaksi dari kalsinasi batu kapur


CaCO3 + panas CaO + CO2 ...........................................................(2.1)
Agar dekomposisi termal batu kapur menjadi kalsin dapat terjadi, batu kapur harus
dipanaskan sampai suhu disosiasi karbonat, dan suhu ini harus dijaga untuk jangka
waktu tertentu.
Suhu kalsinasi batu gamping untuk mendapatkan kapur tohor (CaO) bervariasi,
tergantung dari bahan material penyusun batu gamping itu sendiri menyatakan bahwa
suhu kalsinasi untuk mendapatkan CaO pada batu gamping dolomit adalah 600˚C dan
batu gamping kalsium adalah 900˚C. Suhu yang digunakan dalam proses kalsinasi yaitu
925-1340˚C, kalsinasi juga dapat dilakukan di dalam fluidized bed pada suhu 1000 ˚C.
Ada juga yang menyatakan bahwa temperatur minimum untuk disosiasi kalsium
karbonat adalah 898 ˚C, namun untuk proses produksi, kalsinasi dilakukan pada suhu
945-1066˚C.
Liu, Yang. Yongping Yang. Evolution of the Surface Area of Limestone During Calcination
and Sintering. China: North China Electric Power University. 2015

Anda mungkin juga menyukai