MRSA
MRSA
Eradikasi pada hidungPengobatan topikal yang paling efektif untuk eradikasi di hidung adalah
mupirocindengan dasar parafin (Bactroban Nasal
®
) yang dioleskan pada nares anterior 3 x/hari selama 5hari. Namun saat ini ditemukan adanya strain
MRSA dengan level rendah (MIC 8-256 mg/1) danlevel tinggi (>256 mg/1) yang resisten terhadap
mupirocin. Strain MRSA level rendah masihdapat berespon terhadap mupirocin. Penggunaan
mupirocin yang berulang-ulang dan lama dapatmenyebabkan munculnya resistensi ini (Duckworth
et al
., 1998; Carter
et al
., 2002).Agen topikal lain seperti chlorhexidine 1% dan Naseptin
®
(chlorhexidine 1% + neomycin0,5%) kurang efektif namun dapat mengurangi jumlah organisme di
hidung. Agen topikal inimerupakan alternatif untuk strain yang resisten mupirocin, khususnya pada
strain yang diketahuisensitif terhadap neomycin (Duckworth
et al
., 1998; Carter
et al
., 2002).Pemberian terapi sistemik dengan rifampicin dipertimbangkan pada keadaan
jikakeuntungannya lebih besar daripada efek sampingnya. Rifampicin harus selalu
dikombinasikandengan agen aktif lainnya untuk melawan MRSA seperti sodium fusidate,
ciprofloxacin, atautrimethroprim untuk mencegah timbulnya resistensi. Kejadian efek samping oleh
karenarifampicin sangat tinggi, sehingga pasien harus diberitahu efek samping yang sering terjadi
dandisarankan untuk menghentikan jika diperlukan (Duckworth
et al
., 1998; Carter
et al
., 2002).Eradikasi pada mulutPemberian topikal pada hidung sering kali tidak dapat membersihkan
mulut atau sputum.Pemberian mupirocin lebih efektif dibanding dengan naseptin. Pemberian terapi
sistemik sepertiyang digambarkan diatas dipertimbangkan dapat diberikan. Dianjurkan untuk
pemberian obatsemprot mulut bersama-sama dengan mupirocin hidung untuk eradikasinya
(Duckworth
et al
.,1998; Carter
et al
., 2002).
28
Eradikasi pada kulit utuhPerbatasan kulit pada tempat infeksi seringkali terkontaminasi oleh
S. aureus
yang dapatmenyebar ke tempat lainnya. Jumlah
S. aureus
dapat berkurang dengan mencuci kulit danrambut dengan sabun antiseptik. Reduksi yang progresif
dari flora kulit dapat dilakukan denganmandi setiap hari selama 3 hari berturut-turut dengan sabun
yang mengandung chlorhexidine,hexachlorophane, atau povidone-iodine. Pemberian emollient
(Savlon
®
) disarankan pada pasiendengan problem kulit atau pada usia lanjut. Konsentrat ini dapat membunuh
S. aureus
yang adadi air mandi. Konsentrat ini kurang efektif dalam mereduksi kolonisasi kulit dibanding
dengan pemberian langsung sabun antiseptik. Sabun antiseptik penggunaannya harus hati-hati
pada pasien dengan dermatitis, dan harus dihentikan jika terjadi iritasi kulit. Bubuk
hexachlorophane(Ster-Zac 0,33%
®
) merupakan agen anti staphylococcal yang efektif digunakan pada neonataldan dapat digunakan pada
aksila dan genital orang dewasa jika ada kolonisasi. Namun jangandigunakan pada area kulit yang
terluka (Duckworth
et al
., 1998; Carter
et al
., 2002).Eradikasi pada lesi kulitMupirocin dengan dasar polyethylene glycol (Bactroban
®
) merupakan agenantistafilokokal yang efektif untuk diberikan pada lesi kulit seperti eksim dan ulkus
dekubitussuperfisial kecil. Agen ini tidak boleh digunakan pada luka bakar yang luas atau area luka
yangtidak beraturan dan banyak karena agen ini bersifat nefrotoksik. Penggunaan yang lama
harusdihindari untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap mupirocin. Eradikasi MRSA pada
lesikulit harus dilakukan bersama-sama dengan eradikasi pada tempat lainnya (Duckworth
et al
.,1998; Carter
et al
., 2002).
29
b. CA-MRSAKolonisasi
S. aureus
di hidung telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko untuk terjadinya infeksi MRSA. Kolonisasi
MRSA terdapat juga di tempat lain, misalnya aksila,rektum, dan perineum yang juga penting dalam
perkembangan dan penyebaran infeksi. Regimenyang digunakan untuk melakukan eradikasi
kolonisasi yang ada di masyarakat sama seperti yangdigunakan di rumah sakit (Gorwitz
et al
., 2006).Strategi penatalaksanaan CA-MRSAMRSA harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding
SSTI yang mungkin disebabkanoleh infeksi
S. aureus
. Adanya keluhan utama seperti “gigitan laba-laba” dari pasien menguatkankecurigaan kita akan
adanya infeksi
S. aureus
(Gorwitz
et al
., 2006).MRSA juga perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pada gejala-gejala lainyang
disebabkan oleh infeksi
S. aureus
, termasuk sindroma sepsis, osteomielitis, artritis septik,dan pneumonia yang berat, serta pada
sindroma berat yang tidak selalu dihubungkan dengan
S.aureus
, seperti
necrotizing fasciitis
dan purpura yang fulminan (Gorwitz
et al
., 2006).Para klinisi diharapkan mengumpulkan spesimen untuk dilakukan kutur pada semua pasien
dengan abses atau lesi kulit yang purulen, khususnya pada keadaan infeksi lokal yang berat, adanya
tanda-tanda infeksi sistemik (Gorwitz
et al
., 2006).Walaupun antibiotik beta-lactam merupakan obat pilihan utama untuk SSTI,
harusdipertimbangkan adanya faktor risiko untuk terjadinya CA-MRSA (misalnya gelandangan
danangka kejadian setempat yang tinggi) selama proses terapi dilakukan. Dalam hal ini CA-
MRSAharus menjadi salah satu diagnosis banding pada pasien dengan SSTI yang datang ke
fasilitaskesehatan (Anderson
et al
., 2007).
b. CA-MRSAKolonisasi
S. aureus
di hidung telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko untuk terjadinya infeksi MRSA. Kolonisasi
MRSA terdapat juga di tempat lain, misalnya aksila,rektum, dan perineum yang juga penting dalam
perkembangan dan penyebaran infeksi. Regimenyang digunakan untuk melakukan eradikasi
kolonisasi yang ada di masyarakat sama seperti yangdigunakan di rumah sakit (Gorwitz
et al
., 2006).Strategi penatalaksanaan CA-MRSAMRSA harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding
SSTI yang mungkin disebabkanoleh infeksi
S. aureus
. Adanya keluhan utama seperti “gigitan laba-laba” dari pasien menguatkankecurigaan kita akan
adanya infeksi
S. aureus
(Gorwitz
et al
., 2006).MRSA juga perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pada gejala-gejala lainyang
disebabkan oleh infeksi
S. aureus
, termasuk sindroma sepsis, osteomielitis, artritis septik,dan pneumonia yang berat, serta pada
sindroma berat yang tidak selalu dihubungkan dengan
S.aureus
, seperti
necrotizing fasciitis
dan purpura yang fulminan (Gorwitz
et al
., 2006).Para klinisi diharapkan mengumpulkan spesimen untuk dilakukan kutur pada semua pasien
dengan abses atau lesi kulit yang purulen, khususnya pada keadaan infeksi lokal yang berat, adanya
tanda-tanda infeksi sistemik (Gorwitz
et al
., 2006).Walaupun antibiotik beta-lactam merupakan obat pilihan utama untuk SSTI,
harusdipertimbangkan adanya faktor risiko untuk terjadinya CA-MRSA (misalnya gelandangan
danangka kejadian setempat yang tinggi) selama proses terapi dilakukan. Dalam hal ini CA-
MRSAharus menjadi salah satu diagnosis banding pada pasien dengan SSTI yang datang ke
fasilitaskesehatan (Anderson
et al
., 2007).
30
Sebelum memulai terapi antibiotik jika ada indikasi harus dilakukan insisi dan drainaseatau
debridemen pada lesi kulit yang purulen, abses, atau lesi nekrotik. Perlu dipertimbangkan juga
pemberian agen antibiotik yang melawan aktifitas streptococcus grup A dalam mengobatiSSTI dimana
ketika CA-MRSA sudah menjadi endemi. Saat ini streptokokus grup A sering ikutteridentifikasi pada
endemi infeksi CA-MRSA (Anderson
et al
., 2007).SSTI dapat dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan berat-ringannya tanda dan gejala infeksilokal
dan sistemik, serta ada-tidaknya komorbid. Sistem klasifikasi ini berguna sebagai panduanuntuk
menentukan manajemen perawatan pasien dengan SSTI (Eron
et al
., 2003).Tabel 5. Sistem klasifikasi Eron untuk pasien SSTI
Kelas Kriteria pasien1
demam dan tampak sakit, tetapi tanpa adanya penyakit komorbid yang tak stabil3
tampak keracunan, atau paling tidak ada 1 penyakit komorbid yang tak stabil, atau adanya infeksi di
lengandan tungkai yang berat4
31
Infeksi kulit dan jaringan lunak Infeksi CA-MRSA biasanya disebabkan oleh isolat yang masih
sensitif terhadap berbagaimacam antibiotik jika dibanding dengan HA-MRSA. Pemilihan antibiotik
untuk mengobati SSTIsebaiknya berdasarkan pada hasil kultur bakteri dan sensitivitas bakteri yang
ada. Pasien dengangejala ringan, infeksi yang terlokalisir tanpa tanda-tanda infeksi sistemik dapat
dilakukan pembasuhan dengan air hangat dan/atau insisi dan drainase luka kemudian dilakukan
evaluasiselama beberapa hari sebelum pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik sendiri tidak
akanefektif tanpa dilakukan insisi dan drainase (BOP, 2005).Biasanya kita masih sulit untuk
membedakan antara kolonisasi dan infeksi pada SSTI.Demam, peningkatan angka leukosit, dan
peningkatan penanda inflamasi seperti
C-reactive protein
(CRP) dapat merupakan indikasi adanya infeksi (Gemmell
et al
., 2006).Durasi pemberian terapi antibiotik pada keadaan ini tergantung pada keparahan dantempat
infeksinya, serta respon klinisnya. Pemberian antibiotik antara 7-10 hari biasanya padakeadaan infeksi
yang tidak terkomplikasi dan tidak berespon baik pada insisi dan drainase (BOP,2005).
32
Infeksi kulit dan jaringan lunak yang tidak dapat dilakukan kultur atau diagnosismikrobiologinya
tidak ada, penanganan dan evaluasinya didasarkan kasus per kasus. Antibiotik empirik bisa diberikan
pada infeksi yang dirurigai disebabkan oleh
S. aureus
, khususnya padainfeksi selulitis, tampak adanya abses, adanya demam atau tanda infeksi sistemik
lainnya, atauadanya latar belakang penyakit komorbid atau keadaan imunosupresi (BOP,
2005).Pertimbangan-pertimbangan yang perlu dilakukan dalam memberikan antibiotik empirik,antara
lain: 1) Infeksi yang bisa sembuh sendiri (
self-limited infection
) tanpa tanda dan gejalasistemik biasanya cukup efektif jika dilakukan pembasuhan dengan air hangat
dan/atau insisi dandrainase tanpa antibiotik; 2) Jika tidak ada faktor risiko MRSA, infeksi yang tidak
berespon baik pada insisi dan drainase maka dapat diberikan antibiotik empirik cephalosporin
generasi pertama,amoxicillin/clavulanate, atau erythromycin; 3) Jika berhubungan dengan risiko
infeksi MRSAdan pada infeksi pneumonia, SSTI yang diikuti sepsis, atau keadaan klinis yang
memburuk pada pemberian antibiotik oral, maka diindikasikan pemberian antibiotik intravena yaitu
vancomycinkombinasi dengan antibiotik lainnya (BOP, 2005).
33
Tabel 6. Panduan terapi pada keadaan yang berhubungan dengan infeksi MRSA(Sumber: Gemmel
et al
., 2006) b.
Doxycycline atau minocyclinePada pasien dengan isolat MRSA yang masih sensitif terhadap
tetracycline, maka bisadiberikan obat doxycycline atau minocycline (long-acting tetracycline) sebagai
alternatif terapi(Gemmell et al ., 2006; Gorwitz et al ., 2006).
38
Dosis inisial minocyclin dan doxycycline adalah 200 mg pada hari I diikuti dengan 100mg tiap 12 jam
diberikan selama 10 hari (Drugs, 2007).
•
39
Obat ini tersedia dalam bentuk injeksi terdiri dari quinupristin 150 mg dan dalfopristin350 mg.
Quinupristin bekerja menghambat fase akhir sintesis protein dan dalfopristin bekerjamenghambat fase
awal sintesis protein. Pemberiannya dengan dosis 7,5 mg/kg berat badan tiap12 jam dimasukkan
dalam infus habis dalam 60 menit selama minimal 7 hari (Drugs, 2007).
•
LinezolidLinezolid merupakan agen anti staphylococcal bakteriostatik yang digunakan
untuk mengobati pneumonia nosokomial dan infeksi kulit terkomplikasi yang disebabkan oleh
MRSA.Obat ini mempunyai kemampuan distribusi jaringan yang sama baiknya antara pemberian
oraldan injeksi. Dosis obat ini adalah 600 mg/12 jam diberikan peroral atau intravena (Gemmell
et al
., 2006; Gorwitz
et al
., 2006; Drugs, 2007).
•
DaptomycinObat ini akan berikatan dengan membran bakteri dan akan menyebabkan
depolarisasicepat dari potensial membran, yang akan menghambat sintesis protein, DNA, dan
RNA,sehingga terjadi kematian sel bakteri. Dosis obat ini adalah 4 mg/kg berat badan tiap 24
jamdalam infus selama 30 menit (Drugs, 2007).
•
TigecyclineObat bekerja dengan cara menghambat transportasi protein bakteri dengan berikatan
padasubunit ribosomal 30S dan menutup masuknya molekul tRNA amino-acyl. Dosis inisial obat
iniadalah 100 mg intravena pada hari I diikuti dengan 50 mg tiap 12 jam (Drugs, 2007).
40
BAB III
RINGKASAN
Infeksi MRSA telah menjadi problem dalam dunia kesehatan di seluruh dunia selama beberapa
dekade. Beberapa faktor dapat menyebabkan timbulnya resistensi ini, diantaranyaadalah salah
pemilihan dan penggunaan dari agen antibiotik.Ada 2 macam infeksi MRSA, yaitu HA-MRSA dan
CA-MRSA. HA-MRSAdidefinisikan sebagai infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang pernah
dirawat di rumahsakit atau menjalani tindakan operasi dalam 1 tahun terakhir, memiliki alat bantu
medis permanen dalam tubuhnya, bertempat tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, atau
individuyang menjalani dialisis. Sedangkan infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang
sebelumnyatidak ada hubungan dengan infeksi rumah sakit dikenal sebagai CA-MRSA.Berbagai
institusi kesehatan di luar negeri telah banyak yang menerbitkan pedomandalam pencegahan, kontrol,
dan penanganan MRSA yang disesuaikan dengan keadaan dan strainMRSA yang ada.Penularan utama
MRSA adalah melalui kontak langsung antar orang per orang, biasanyadari tangan orang yang
terinfeksi atau terkolonisasi. MRSA juga dapat menyebar melalui pemakaian handuk bersama-sama,
alat-alat mandi, alat-alat olahraga, baju, alat-alat pengobatan,olahraga dengan kontak langsung, atau
ketika adanya wabah yang berasal dari makanan.Setiap dokter atau penyedia layanan kesehatan harus
mempertimbangkan infeksi MRSA pada diagnosis bandingnya pada semua pasien dengan adanya
gambaran infeksi kulit dan jaringan lunak atau manifestasi gejala lainnya dari infeksi
staphylococcus
disertai adanya faktor risiko untuk terjadinya MRSA.
41
Manajemen penanganan infeksi MRSA harus menyeluruh dan melibatkan pihak pasiensebagai orang
yang terinfeksi atau terkolonisasi, petugas kesehatan dan staf rumah sakit yang bisa saja terkolonisasi,
dokter yang merawat, dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam bidang kesehatan.Prinsip
pemberian antibiotik pada infeksi MRSA adalah sesuai dengan hasil kultur bakteri dan pola
sensitivitas antibiotik yang ada. Antibiotik empirik dapat diberikan padakeadaan dimana hasil kultur
dan sensitivitas tidak ada. Antibiotik yang digunakan bisa dalam bentuk kombinasi maupun tunggal
BAB III
RINGKASAN
Infeksi MRSA telah menjadi problem dalam dunia kesehatan di seluruh dunia selama beberapa
dekade. Beberapa faktor dapat menyebabkan timbulnya resistensi ini, diantaranyaadalah salah
pemilihan dan penggunaan dari agen antibiotik.Ada 2 macam infeksi MRSA, yaitu HA-MRSA dan
CA-MRSA. HA-MRSAdidefinisikan sebagai infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang pernah
dirawat di rumahsakit atau menjalani tindakan operasi dalam 1 tahun terakhir, memiliki alat bantu
medis permanen dalam tubuhnya, bertempat tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, atau
individuyang menjalani dialisis. Sedangkan infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang
sebelumnyatidak ada hubungan dengan infeksi rumah sakit dikenal sebagai CA-MRSA.Berbagai
institusi kesehatan di luar negeri telah banyak yang menerbitkan pedomandalam pencegahan, kontrol,
dan penanganan MRSA yang disesuaikan dengan keadaan dan strainMRSA yang ada.Penularan utama
MRSA adalah melalui kontak langsung antar orang per orang, biasanyadari tangan orang yang
terinfeksi atau terkolonisasi. MRSA juga dapat menyebar melalui pemakaian handuk bersama-sama,
alat-alat mandi, alat-alat olahraga, baju, alat-alat pengobatan,olahraga dengan kontak langsung, atau
ketika adanya wabah yang berasal dari makanan.Setiap dokter atau penyedia layanan kesehatan harus
mempertimbangkan infeksi MRSA pada diagnosis bandingnya pada semua pasien dengan adanya
gambaran infeksi kulit dan jaringan lunak atau manifestasi gejala lainnya dari infeksi
staphylococcus
disertai adanya faktor risiko untuk terjadinya MRSA.
41
Manajemen penanganan infeksi MRSA harus menyeluruh dan melibatkan pihak pasiensebagai orang
yang terinfeksi atau terkolonisasi, petugas kesehatan dan staf rumah sakit yang bisa saja terkolonisasi,
dokter yang merawat, dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam bidang kesehatan.Prinsip
pemberian antibiotik pada infeksi MRSA adalah sesuai dengan hasil kultur bakteri dan pola
sensitivitas antibiotik yang ada. Antibiotik empirik dapat diberikan padakeadaan dimana hasil kultur
dan sensitivitas tidak ada. Antibiotik yang digunakan bisa dalam bentuk kombinasi maupun tunggal