Anda di halaman 1dari 9

27

Eradikasi pada hidungPengobatan topikal yang paling efektif untuk eradikasi di hidung adalah
mupirocindengan dasar parafin (Bactroban Nasal
®
) yang dioleskan pada nares anterior 3 x/hari selama 5hari. Namun saat ini ditemukan adanya strain
MRSA dengan level rendah (MIC 8-256 mg/1) danlevel tinggi (>256 mg/1) yang resisten terhadap
mupirocin. Strain MRSA level rendah masihdapat berespon terhadap mupirocin. Penggunaan
mupirocin yang berulang-ulang dan lama dapatmenyebabkan munculnya resistensi ini (Duckworth
et al
., 1998; Carter
et al
., 2002).Agen topikal lain seperti chlorhexidine 1% dan Naseptin
®
(chlorhexidine 1% + neomycin0,5%) kurang efektif namun dapat mengurangi jumlah organisme di
hidung. Agen topikal inimerupakan alternatif untuk strain yang resisten mupirocin, khususnya pada
strain yang diketahuisensitif terhadap neomycin (Duckworth
et al
., 1998; Carter
et al
., 2002).Pemberian terapi sistemik dengan rifampicin dipertimbangkan pada keadaan
jikakeuntungannya lebih besar daripada efek sampingnya. Rifampicin harus selalu
dikombinasikandengan agen aktif lainnya untuk melawan MRSA seperti sodium fusidate,
ciprofloxacin, atautrimethroprim untuk mencegah timbulnya resistensi. Kejadian efek samping oleh
karenarifampicin sangat tinggi, sehingga pasien harus diberitahu efek samping yang sering terjadi
dandisarankan untuk menghentikan jika diperlukan (Duckworth
et al
., 1998; Carter
et al
., 2002).Eradikasi pada mulutPemberian topikal pada hidung sering kali tidak dapat membersihkan
mulut atau sputum.Pemberian mupirocin lebih efektif dibanding dengan naseptin. Pemberian terapi
sistemik sepertiyang digambarkan diatas dipertimbangkan dapat diberikan. Dianjurkan untuk
pemberian obatsemprot mulut bersama-sama dengan mupirocin hidung untuk eradikasinya
(Duckworth
et al
.,1998; Carter
et al
., 2002).

28

Eradikasi pada kulit utuhPerbatasan kulit pada tempat infeksi seringkali terkontaminasi oleh
S. aureus
yang dapatmenyebar ke tempat lainnya. Jumlah
S. aureus
dapat berkurang dengan mencuci kulit danrambut dengan sabun antiseptik. Reduksi yang progresif
dari flora kulit dapat dilakukan denganmandi setiap hari selama 3 hari berturut-turut dengan sabun
yang mengandung chlorhexidine,hexachlorophane, atau povidone-iodine. Pemberian emollient
(Savlon
®
) disarankan pada pasiendengan problem kulit atau pada usia lanjut. Konsentrat ini dapat membunuh
S. aureus
yang adadi air mandi. Konsentrat ini kurang efektif dalam mereduksi kolonisasi kulit dibanding
dengan pemberian langsung sabun antiseptik. Sabun antiseptik penggunaannya harus hati-hati
pada pasien dengan dermatitis, dan harus dihentikan jika terjadi iritasi kulit. Bubuk
hexachlorophane(Ster-Zac 0,33%
®
) merupakan agen anti staphylococcal yang efektif digunakan pada neonataldan dapat digunakan pada
aksila dan genital orang dewasa jika ada kolonisasi. Namun jangandigunakan pada area kulit yang
terluka (Duckworth
et al
., 1998; Carter
et al
., 2002).Eradikasi pada lesi kulitMupirocin dengan dasar polyethylene glycol (Bactroban
®
) merupakan agenantistafilokokal yang efektif untuk diberikan pada lesi kulit seperti eksim dan ulkus
dekubitussuperfisial kecil. Agen ini tidak boleh digunakan pada luka bakar yang luas atau area luka
yangtidak beraturan dan banyak karena agen ini bersifat nefrotoksik. Penggunaan yang lama
harusdihindari untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap mupirocin. Eradikasi MRSA pada
lesikulit harus dilakukan bersama-sama dengan eradikasi pada tempat lainnya (Duckworth
et al
.,1998; Carter
et al
., 2002).

29

b. CA-MRSAKolonisasi
S. aureus
di hidung telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko untuk terjadinya infeksi MRSA. Kolonisasi
MRSA terdapat juga di tempat lain, misalnya aksila,rektum, dan perineum yang juga penting dalam
perkembangan dan penyebaran infeksi. Regimenyang digunakan untuk melakukan eradikasi
kolonisasi yang ada di masyarakat sama seperti yangdigunakan di rumah sakit (Gorwitz
et al
., 2006).Strategi penatalaksanaan CA-MRSAMRSA harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding
SSTI yang mungkin disebabkanoleh infeksi
S. aureus
. Adanya keluhan utama seperti “gigitan laba-laba” dari pasien menguatkankecurigaan kita akan
adanya infeksi
S. aureus
(Gorwitz
et al
., 2006).MRSA juga perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pada gejala-gejala lainyang
disebabkan oleh infeksi
S. aureus
, termasuk sindroma sepsis, osteomielitis, artritis septik,dan pneumonia yang berat, serta pada
sindroma berat yang tidak selalu dihubungkan dengan
S.aureus
, seperti
necrotizing fasciitis
dan purpura yang fulminan (Gorwitz
et al
., 2006).Para klinisi diharapkan mengumpulkan spesimen untuk dilakukan kutur pada semua pasien
dengan abses atau lesi kulit yang purulen, khususnya pada keadaan infeksi lokal yang berat, adanya
tanda-tanda infeksi sistemik (Gorwitz
et al
., 2006).Walaupun antibiotik beta-lactam merupakan obat pilihan utama untuk SSTI,
harusdipertimbangkan adanya faktor risiko untuk terjadinya CA-MRSA (misalnya gelandangan
danangka kejadian setempat yang tinggi) selama proses terapi dilakukan. Dalam hal ini CA-
MRSAharus menjadi salah satu diagnosis banding pada pasien dengan SSTI yang datang ke
fasilitaskesehatan (Anderson
et al
., 2007).

b. CA-MRSAKolonisasi
S. aureus
di hidung telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko untuk terjadinya infeksi MRSA. Kolonisasi
MRSA terdapat juga di tempat lain, misalnya aksila,rektum, dan perineum yang juga penting dalam
perkembangan dan penyebaran infeksi. Regimenyang digunakan untuk melakukan eradikasi
kolonisasi yang ada di masyarakat sama seperti yangdigunakan di rumah sakit (Gorwitz
et al
., 2006).Strategi penatalaksanaan CA-MRSAMRSA harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding
SSTI yang mungkin disebabkanoleh infeksi
S. aureus
. Adanya keluhan utama seperti “gigitan laba-laba” dari pasien menguatkankecurigaan kita akan
adanya infeksi
S. aureus
(Gorwitz
et al
., 2006).MRSA juga perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pada gejala-gejala lainyang
disebabkan oleh infeksi
S. aureus
, termasuk sindroma sepsis, osteomielitis, artritis septik,dan pneumonia yang berat, serta pada
sindroma berat yang tidak selalu dihubungkan dengan
S.aureus
, seperti
necrotizing fasciitis
dan purpura yang fulminan (Gorwitz
et al
., 2006).Para klinisi diharapkan mengumpulkan spesimen untuk dilakukan kutur pada semua pasien
dengan abses atau lesi kulit yang purulen, khususnya pada keadaan infeksi lokal yang berat, adanya
tanda-tanda infeksi sistemik (Gorwitz
et al
., 2006).Walaupun antibiotik beta-lactam merupakan obat pilihan utama untuk SSTI,
harusdipertimbangkan adanya faktor risiko untuk terjadinya CA-MRSA (misalnya gelandangan
danangka kejadian setempat yang tinggi) selama proses terapi dilakukan. Dalam hal ini CA-
MRSAharus menjadi salah satu diagnosis banding pada pasien dengan SSTI yang datang ke
fasilitaskesehatan (Anderson
et al
., 2007).

30

Sebelum memulai terapi antibiotik jika ada indikasi harus dilakukan insisi dan drainaseatau
debridemen pada lesi kulit yang purulen, abses, atau lesi nekrotik. Perlu dipertimbangkan juga
pemberian agen antibiotik yang melawan aktifitas streptococcus grup A dalam mengobatiSSTI dimana
ketika CA-MRSA sudah menjadi endemi. Saat ini streptokokus grup A sering ikutteridentifikasi pada
endemi infeksi CA-MRSA (Anderson
et al
., 2007).SSTI dapat dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan berat-ringannya tanda dan gejala infeksilokal
dan sistemik, serta ada-tidaknya komorbid. Sistem klasifikasi ini berguna sebagai panduanuntuk
menentukan manajemen perawatan pasien dengan SSTI (Eron
et al
., 2003).Tabel 5. Sistem klasifikasi Eron untuk pasien SSTI
Kelas Kriteria pasien1

afebris dan sehat2

demam dan tampak sakit, tetapi tanpa adanya penyakit komorbid yang tak stabil3

tampak keracunan, atau paling tidak ada 1 penyakit komorbid yang tak stabil, atau adanya infeksi di
lengandan tungkai yang berat4

sindroma sepsis atau infeksi berat yang mengancam jiwa (misal


necrotizing fasciitis
)Sumber Eron
et al
., 2003
c. Terapi sistemik infeksi MRSAPengobatan pasien dengan infeksi MRSA tidak akan berpengaruh
besar pada pencegahan penyebaran karena agen antibiotik sistemik yang digunakan hanya
berpengaruh kecil pada statuskarier. Penggunaan antibiogram pada isolat pertama pada pasien sangat
penting untuk memilihterapi yang sesuai. Apalagi jika respon klinis dari pasien adalah jelek
(Duckworth
et al
., 1998).Diagnosis pasti dari infeksi yang invasif dapat ditegakkan jika kita dapat
memperolehspesimen yang tepat, seperti pus, jaringan, atau lavase bronkoalveolar untuk
mengkonfirmasidiagnosis mikrobiologik dari infeksi. Ketika fokus infeksi MRSA yang menyebabkan
sepsis berat diketahui, maka bisa dilakukan pendekatan kombinasi antara obat dan pembedahan,

31

misalnya pada manajemen osteomielitis yang membutuhkan pembuangan jaringan


nekrotik (Duckworth
et al
., 1998).Pasien dengan bakteremia MRSA memiliki rerata mortalitas yang lebih tinggi
dibandingdengan MSSA. Peningkatan risiko ini sebagian berhubungan dengan pemberian antibiotik
inisialyang tidak sesuai dalam 24 jam pertama perawatan (Schramm
et al
., 2006).Para klinisi harus memperhatikan pola sensitifitas dari antibiotik dari isolat
S. aureus
. Halini bisa diperoleh dari antibiogram yang dikeluarkan oleh rumah sakit (Naimi
et al
., 2001).

Keadaan yang berhubungan dengan infeksi MRSAa.

Infeksi kulit dan jaringan lunak Infeksi CA-MRSA biasanya disebabkan oleh isolat yang masih
sensitif terhadap berbagaimacam antibiotik jika dibanding dengan HA-MRSA. Pemilihan antibiotik
untuk mengobati SSTIsebaiknya berdasarkan pada hasil kultur bakteri dan sensitivitas bakteri yang
ada. Pasien dengangejala ringan, infeksi yang terlokalisir tanpa tanda-tanda infeksi sistemik dapat
dilakukan pembasuhan dengan air hangat dan/atau insisi dan drainase luka kemudian dilakukan
evaluasiselama beberapa hari sebelum pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik sendiri tidak
akanefektif tanpa dilakukan insisi dan drainase (BOP, 2005).Biasanya kita masih sulit untuk
membedakan antara kolonisasi dan infeksi pada SSTI.Demam, peningkatan angka leukosit, dan
peningkatan penanda inflamasi seperti
C-reactive protein
(CRP) dapat merupakan indikasi adanya infeksi (Gemmell
et al
., 2006).Durasi pemberian terapi antibiotik pada keadaan ini tergantung pada keparahan dantempat
infeksinya, serta respon klinisnya. Pemberian antibiotik antara 7-10 hari biasanya padakeadaan infeksi
yang tidak terkomplikasi dan tidak berespon baik pada insisi dan drainase (BOP,2005).

32

Infeksi kulit dan jaringan lunak yang tidak dapat dilakukan kultur atau diagnosismikrobiologinya
tidak ada, penanganan dan evaluasinya didasarkan kasus per kasus. Antibiotik empirik bisa diberikan
pada infeksi yang dirurigai disebabkan oleh
S. aureus
, khususnya padainfeksi selulitis, tampak adanya abses, adanya demam atau tanda infeksi sistemik
lainnya, atauadanya latar belakang penyakit komorbid atau keadaan imunosupresi (BOP,
2005).Pertimbangan-pertimbangan yang perlu dilakukan dalam memberikan antibiotik empirik,antara
lain: 1) Infeksi yang bisa sembuh sendiri (
self-limited infection
) tanpa tanda dan gejalasistemik biasanya cukup efektif jika dilakukan pembasuhan dengan air hangat
dan/atau insisi dandrainase tanpa antibiotik; 2) Jika tidak ada faktor risiko MRSA, infeksi yang tidak
berespon baik pada insisi dan drainase maka dapat diberikan antibiotik empirik cephalosporin
generasi pertama,amoxicillin/clavulanate, atau erythromycin; 3) Jika berhubungan dengan risiko
infeksi MRSAdan pada infeksi pneumonia, SSTI yang diikuti sepsis, atau keadaan klinis yang
memburuk pada pemberian antibiotik oral, maka diindikasikan pemberian antibiotik intravena yaitu
vancomycinkombinasi dengan antibiotik lainnya (BOP, 2005).

33

Tabel 6. Panduan terapi pada keadaan yang berhubungan dengan infeksi MRSA(Sumber: Gemmel
et al
., 2006) b.

Infeksi serius MRSAEndokarditis dan infeksi endovaskuler lainnya, osteomielitis, fasciitis


nekrotik, pneumonia, dan infeksi MRSA yang dalam membutuhkan pemberian antibiotik
intravena.Antibiotik yang diberikan adalah vancomycin intravena dan/atau kombinasi dengan agen
Obat ini diabsorbsi secara cepat setelah pemberian secara oral. Waktu paruh TMP adalah8-10 jam dan
SMX adalah 10 jam. TMP akan berikatan 44% dengan protein serum dan SMX70%. TMP-SMX akan
terdistribusi pada sputum, cairan vagina, dan cairan telinga tengah, sertaakan ikut terekskresi pada air
susu ibu. Obat ini akan dieliminasi oleh ginjal melalui fitrasiglomerulus dan sekresi tubulus.
Konsentrasi pada urin lebih tinggi dibanding darah. Dosis yangdiberikan pada pasien yang dicurigai
terinfeksi MRSA di kulit dan jaringan lunak adalah TMP160 mg + SMX 800 mg dalam sediaan 1
tablet tiap 12 jam selama 7-10 hari (Drugs, 2007).Co-trimoxazole sebaiknya tidak digunakan pada
infeksi yang disebabkan olehstreptococcus grup A. Pada infeksi ini obat yang digunakan adalah
clindamycin, erythromycin,atau beta-lactam (BOP, 2005).

ClindamycinClindamycin efektif digunakan untuk terapai SSTI dan beberapa infeksi invasif
lainnya,seperti osteomielitis, piomiositis, atau empiema pleura yang disebabkan oleh isolat CA-
MRSA pada anak-anak. Obat ini memiliki kelebihan tambahan yaitu kemampuannya
pada penghambatan produksi toksin dari bakteri. Clindamycin memiliki kemampuan penetrasi
kedalam tulang yang lebih baik jika dibandingkan dengan co-trimoxazole. Dosis clindamycin
padakasus infeksi MRSA adalah 150-450 mg tiap 6 jam diberikan peroral (Gemmell et
al .,2006;Gorwitz et al ., 2006).

Doxycycline atau minocyclinePada pasien dengan isolat MRSA yang masih sensitif terhadap
tetracycline, maka bisadiberikan obat doxycycline atau minocycline (long-acting tetracycline) sebagai
alternatif terapi(Gemmell et al ., 2006; Gorwitz et al ., 2006).

38

Dosis inisial minocyclin dan doxycycline adalah 200 mg pada hari I diikuti dengan 100mg tiap 12 jam
diberikan selama 10 hari (Drugs, 2007).

FluoroquinoloneFluoroquinolone generasi terbaru seperti levofloxacin dan moxifloxacin


memilikikemampuan yang lebih baik sebagai anti stafilokokal. Kedua obat ini dapat digunakan
padastrain yang resisten terhadap ciprofloxacin. Namun penggunaan kedua agen ini harus hati-hatidan
terbatas karena kemungkinan untuk terjadinya resistensi (Gemmell et al ., 2006; Gorwitz et al .,
2006).Levofloxacin terdapat dalam sediaan pemberian oral dan injeksi. Kedua rute pemberianini
memiliki kekuatan yang sama. Pada pemberian oral absorbsinya dipengaruhi adanya makananyang
akan memperpanjang waktu paruh dan kadar maksimalnya, sehingga pemberiannya harusdengan
jarak 1-2 jam setelah atau sebelum makan. Obat ini akan berikatan dengan protein 24-38%. Ekskresi
terbanyak melalui urin. Dosis yang digunakan adalah 750 mg/24 jam peroral/intravena selama 7-14
hari (Drugs, 2007).Moxifloxacin terdapat dalam sediaan pemberian oral dan injeksi, berikatan
dengansebanyak 30-50%. Dosis pemberiannya 400 mg/24 jam peroral/intravena selama 7-21
hari(Drugs, 2007).

Quinupristin-dalfopristinQuinupristin-dalfopristin telah disetujui oleh


Food and Drug Administration
(FDA)Amerika serikat untuk mengobati infeksi
vancomycin resistant enterococcal
(VRE), infeksi kulitterkomplikasi yang disebabkan oleh
S. aureus
, MRSA, dan VISA (Gemmell
et al
., 2006;Gorwitz
et al
., 2006).

39

Obat ini tersedia dalam bentuk injeksi terdiri dari quinupristin 150 mg dan dalfopristin350 mg.
Quinupristin bekerja menghambat fase akhir sintesis protein dan dalfopristin bekerjamenghambat fase
awal sintesis protein. Pemberiannya dengan dosis 7,5 mg/kg berat badan tiap12 jam dimasukkan
dalam infus habis dalam 60 menit selama minimal 7 hari (Drugs, 2007).

LinezolidLinezolid merupakan agen anti staphylococcal bakteriostatik yang digunakan
untuk mengobati pneumonia nosokomial dan infeksi kulit terkomplikasi yang disebabkan oleh
MRSA.Obat ini mempunyai kemampuan distribusi jaringan yang sama baiknya antara pemberian
oraldan injeksi. Dosis obat ini adalah 600 mg/12 jam diberikan peroral atau intravena (Gemmell
et al
., 2006; Gorwitz
et al
., 2006; Drugs, 2007).

DaptomycinObat ini akan berikatan dengan membran bakteri dan akan menyebabkan
depolarisasicepat dari potensial membran, yang akan menghambat sintesis protein, DNA, dan
RNA,sehingga terjadi kematian sel bakteri. Dosis obat ini adalah 4 mg/kg berat badan tiap 24
jamdalam infus selama 30 menit (Drugs, 2007).

TigecyclineObat bekerja dengan cara menghambat transportasi protein bakteri dengan berikatan
padasubunit ribosomal 30S dan menutup masuknya molekul tRNA amino-acyl. Dosis inisial obat
iniadalah 100 mg intravena pada hari I diikuti dengan 50 mg tiap 12 jam (Drugs, 2007).

40

BAB III

RINGKASAN
Infeksi MRSA telah menjadi problem dalam dunia kesehatan di seluruh dunia selama beberapa
dekade. Beberapa faktor dapat menyebabkan timbulnya resistensi ini, diantaranyaadalah salah
pemilihan dan penggunaan dari agen antibiotik.Ada 2 macam infeksi MRSA, yaitu HA-MRSA dan
CA-MRSA. HA-MRSAdidefinisikan sebagai infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang pernah
dirawat di rumahsakit atau menjalani tindakan operasi dalam 1 tahun terakhir, memiliki alat bantu
medis permanen dalam tubuhnya, bertempat tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, atau
individuyang menjalani dialisis. Sedangkan infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang
sebelumnyatidak ada hubungan dengan infeksi rumah sakit dikenal sebagai CA-MRSA.Berbagai
institusi kesehatan di luar negeri telah banyak yang menerbitkan pedomandalam pencegahan, kontrol,
dan penanganan MRSA yang disesuaikan dengan keadaan dan strainMRSA yang ada.Penularan utama
MRSA adalah melalui kontak langsung antar orang per orang, biasanyadari tangan orang yang
terinfeksi atau terkolonisasi. MRSA juga dapat menyebar melalui pemakaian handuk bersama-sama,
alat-alat mandi, alat-alat olahraga, baju, alat-alat pengobatan,olahraga dengan kontak langsung, atau
ketika adanya wabah yang berasal dari makanan.Setiap dokter atau penyedia layanan kesehatan harus
mempertimbangkan infeksi MRSA pada diagnosis bandingnya pada semua pasien dengan adanya
gambaran infeksi kulit dan jaringan lunak atau manifestasi gejala lainnya dari infeksi
staphylococcus
disertai adanya faktor risiko untuk terjadinya MRSA.

41

Manajemen penanganan infeksi MRSA harus menyeluruh dan melibatkan pihak pasiensebagai orang
yang terinfeksi atau terkolonisasi, petugas kesehatan dan staf rumah sakit yang bisa saja terkolonisasi,
dokter yang merawat, dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam bidang kesehatan.Prinsip
pemberian antibiotik pada infeksi MRSA adalah sesuai dengan hasil kultur bakteri dan pola
sensitivitas antibiotik yang ada. Antibiotik empirik dapat diberikan padakeadaan dimana hasil kultur
dan sensitivitas tidak ada. Antibiotik yang digunakan bisa dalam bentuk kombinasi maupun tunggal
BAB III

RINGKASAN
Infeksi MRSA telah menjadi problem dalam dunia kesehatan di seluruh dunia selama beberapa
dekade. Beberapa faktor dapat menyebabkan timbulnya resistensi ini, diantaranyaadalah salah
pemilihan dan penggunaan dari agen antibiotik.Ada 2 macam infeksi MRSA, yaitu HA-MRSA dan
CA-MRSA. HA-MRSAdidefinisikan sebagai infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang pernah
dirawat di rumahsakit atau menjalani tindakan operasi dalam 1 tahun terakhir, memiliki alat bantu
medis permanen dalam tubuhnya, bertempat tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, atau
individuyang menjalani dialisis. Sedangkan infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang
sebelumnyatidak ada hubungan dengan infeksi rumah sakit dikenal sebagai CA-MRSA.Berbagai
institusi kesehatan di luar negeri telah banyak yang menerbitkan pedomandalam pencegahan, kontrol,
dan penanganan MRSA yang disesuaikan dengan keadaan dan strainMRSA yang ada.Penularan utama
MRSA adalah melalui kontak langsung antar orang per orang, biasanyadari tangan orang yang
terinfeksi atau terkolonisasi. MRSA juga dapat menyebar melalui pemakaian handuk bersama-sama,
alat-alat mandi, alat-alat olahraga, baju, alat-alat pengobatan,olahraga dengan kontak langsung, atau
ketika adanya wabah yang berasal dari makanan.Setiap dokter atau penyedia layanan kesehatan harus
mempertimbangkan infeksi MRSA pada diagnosis bandingnya pada semua pasien dengan adanya
gambaran infeksi kulit dan jaringan lunak atau manifestasi gejala lainnya dari infeksi
staphylococcus
disertai adanya faktor risiko untuk terjadinya MRSA.

41

Manajemen penanganan infeksi MRSA harus menyeluruh dan melibatkan pihak pasiensebagai orang
yang terinfeksi atau terkolonisasi, petugas kesehatan dan staf rumah sakit yang bisa saja terkolonisasi,
dokter yang merawat, dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam bidang kesehatan.Prinsip
pemberian antibiotik pada infeksi MRSA adalah sesuai dengan hasil kultur bakteri dan pola
sensitivitas antibiotik yang ada. Antibiotik empirik dapat diberikan padakeadaan dimana hasil kultur
dan sensitivitas tidak ada. Antibiotik yang digunakan bisa dalam bentuk kombinasi maupun tunggal

Anda mungkin juga menyukai