Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Komunikasi .....................................................................................


B. Tujuan Komunikasi ..........................................................................................
C. Tahap Komunikasi dengan Anak ......................................................................
D. Teknik Komunikasi pada Anak dan Keluarga ..................................................
E. Prinsip Komunikasi pada Anak Sesuai dengan Tumbuh Kembang .................
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dengan Anak ........................
G. Implikasi Komunikasi dalam Perawarat ...........................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian komunikasi?
B. Apa tujuan komunikasi ?
C. Bagaimana tahap komunikasi dengan anak?
D. Apa saja teknik komunikasi pada anak dan keluarga?
E. Apa prinsip komunikasi pada anak sesuai dengan tumbuh kembang?
F. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan anak?
G. Bagaimana implikasi komunikasi dalam perawaratan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi
2. Untuk mengetahui tujuan komunikasi
3. Untuk mengetahui tahap komunikasi dengan anak
4. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada anak dan keluarga
5. Untuk mengetahui prinsip komunikasi pada anak sesuai dengan
tumbuh kembang
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
dengan anak
7. Untuk mengetahui implikasi komunikasi dalam perawarat
BAB II

TINJAUAN MATERI

A. Pengertian Komunikasi Pada Anak


Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun
kepercayaan diri kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa
percaya, rasa kasih sayang, dan selanjutnya anak akan merasa memiliki
suatu penghargaan pada dirinya. Banyak ahli komunikasi memberikan
pengertian tentang komunikasi seperti komunikasi merupakan pengiriman
atau tukar menukar informasi, ide atau lainnya yang dapat memberikan
suatu pengetahuan tentang ide atau informasi yang disampaikan.
Kemudian dalam praktik keperawatan istilah komunikasi sering digunakan
pada aspek pemberian terapi pada klien, sehingga istilah komunikasi
banyak dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan nama
komunikasi terapeutik.
Sedangkan secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran
Informasi yang disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan
orang yang diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi
kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan
seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai
kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik
secara verbal maupun nonverbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan
pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.
Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer
informasi yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun
penerima pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha-usaha untuk
mengelompokkan, memilih, dan dan mengirimkan lambang-lambang
sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima
berita mengamati dan menyusun kembali
dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam pikiran
komunikator.
Pada anak komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila
dibandingkan dengan yang terjadi pada usia bayi, balita, remaja maupun
orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karakteristik khusus yang dimiliki
anak tersebut sesuai dengan usia dan perkembangannya. Komunikasi pada
anak sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling
mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh
orang lain. Disamping itu dengan berkomunikasi anak-anak dapat
bersosialisasi dengan lingkungannya.
B. Tujuan Komunikasi
Menurut Riant Nugroho tujuan komunikasi adalah menciptakan
pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku. Sedangkan
menurut Katz an Robert Kahn yang merupakan hal utama dari komunikasi
adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna suatu system social
atau organisasi. Akan tetapi komunikasi tidak hanya menyampaikan
informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan
pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban
harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003:83). Dengan demikian
komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan
betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan
usaha-usaha untuk mencapai tujuan.
Pada umumnya tujuan komunikasi antara lain, yaitu:
1. Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator
kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan
sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan
mengakui apa yang kita maksud.
2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti
benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan
kemauannya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar
gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan
persuasive bukan memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan
sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan.
Kegiatan dimaksud di sini adalah kegiatan yang lebih banyak
mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana
cara baik untuk melakukan.

C. Tahap Komunikasi dengan Anak


Perkembangan bahasa anak dimulai sejak saat ia dilahirkan. Meski
pada waktu itu belum dapat mengutarakan kata-kata, melalui tangisan,
ekspresi wajah, dan gerakkan, ia berusaha menjalin komunikasi dengan
orang-orang di sekitarnya.
Setelah melewati fase bayi, perkembangan bahasa anak usia dini
berlangsung semakin pesat. Secara umum, perkembangan bahasa anak
dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Tahap pralinguistik
Tahap ini berlangsung pada fase bayi. Bayi berusaha melakukan
komunikasi dengan Ibu dan orang-orang di sekitarnya dengan cara
menangis, menjerit, dan tertawa. Kemampuan ini akan meningkat
dengan bentuk komunikasi yang lebih verbal, yaitu ia mulai dapat
mengoceh meski kata-kata yang ia ingin ucapkan masih belum jelas.
2. Tahap linguistik
Ini adalah fase belajar berbicara. Pada tahap ini, anak sudah dapat
mengucapkan kata-kata dengan baik seperti orang dewasa. Ia juga
sudah dapat merangkai banyak kata dalam satu kalimat.
Periode kritis perkembangan kemampuan berbahasa anak terjadi pada
tahap usia dini, yakni sejak ia lahir sampai berusia 6 tahun. Berikut
perkembangan bahasa anak usia dini berdasarkan tahapan usia:

 0-12 bulan
Bayi sudah dapat merespons suara, menunjukkan ketertarikan
sosial terhadap wajah dan orang, babbling (mengulang
konsonan/vokal), memahami perintah verbal, dan mampu
menunjuk ke arah yang diinginkan. Umumnya, bayi mulai dapat
berucap usia 10-16 bulan, setelah sebelumnya ia banyak
mengoceh. Biasanya, kata-kata yang pertama kali diucapkan adalah
nama atau panggilan orang-orang di sekitarnya.
 1-2 tahun
Anak sudah bisa memproduksi dan memahami kata-kata tunggal,
mampu menunjuk bagian-bagian tubuh, dan perbendaharaan
katanya meningkat pesat. Si Kecil mulai memahami makna di balik
pernyataan maupun instruksi sederhana seperti “lempar bola”,
“ambil mainan”, dan “tepuk tangan”. Menurut para ahli, rata-rata
bayi mengalami “ledakan bahasa” di usia 19-20 bulan. Pada saat
ini, anak bisa mempelajari kata-kata baru hingga sembilan kata per
hari.
 2-3 tahun
Anak mampu memahami percakapan yang familiar (misalnya oleh
keluarga), mampu melakukan percakapan melalui tanya-jawab, dan
mampu bertanya “kenapa”. Ia juga sudah mampu mengucapkan
kalimat yang terdiri atas dua kata atau lebih, seperti “ndak mau”,
“tan pue” (makan kue), “patu” (apa itu), meski pengucapannya
belum sempurna.
 3-4 tahun
Seiring meningkatnya keterampilan dalam bersosialisasi,
kemampuan berbicaranya pun semakin membaik. Pemahaman
kosakatanya semakin luas. Ia telah mampu memahami konsep-
konsep warna, bentuk, ukuran, peristiwa, rasa, tekstur, dan bau.
Pada usia ini, anak senang berkomunikasi dengan teman atau anak
lain seusianya. Ia juga memiliki rasa ingin tahu yang besar,
sehingga sering mengajukan berbagai pertanyaan, seperti “Apa
ini?”, “Kenapa begini?”, “Dari mana datangnya ini?”, dan lain-lain.
 4-5 tahun
Kemampuan bicara anak usia 4-5 tahun hampir sama dengan orang
dewasa. Pada usia ini, sudah bisa membedakan kata kerja dan kata
ganti, seperti makan, minum, mandi, dan tidak mau.
 5-6 tahun
Pada usia ini, perkembangan bahasa anak sudah sangat kompleks.
Ia sudah bisa memahami bahwa bahasa bukan sekadar ucapan,
tetapi mengandung makna yang lebih luas. Melalui bahasa, dapat
menyatakan pendapatnya; mengekspresikan keinginan, penolakan,
dan kekagumannya; berinteraksi dengan teman-teman sebayanya,
dan berimajinasi.

D. Teknik Komunikasi pada Anak dan Keluarga


1. Teknik komunikasi yang efektif
a. Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana
mengkomunikasikannya
b. Gunakan bahsa yang jelas dan dapat dimengerti komunikan
c. Gunakan media komunikasi yang tepat dan adekuat
d. Ciptakan iklim komunikasi yang baik dan tepat
e. Dengarkan dengan penuuuh perhatian terhadap apa yang
sedang diutarakan komunikan
f. Hindarkan komunikasi yang tidak disengaja
g. Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah harus terjadi
umpan balik antara komunikator dan komunikan.
h. Yakinkan bahwa tindakan yang dilakukan tidak kontradiksi
dengan apa yang diucapkan dan ekspresi verbal harus sesuai
dengan ekspresi non verbal.
2. Teknik komunikasi pada anak dan keluarga
a. Cara Komunikasi pada Anak
1) Melalui orang lain atau pihak ketiga
Menghindari berkomunikasi langsung dengan melibatkan
orangtua secara langsung yang berada di sampingnya.Selain itu
dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju
yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak
langsung pada pokok pembicaraan.
2) Bercerita
Dengan cara ini, pesan yang akan disampaikan dengan mudah
dapat diterima oleh anak mengingat anak sangat suka dengan
cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan
pesan yang disampikan yang dapat diekspresikan melalui
tulisan atau gambar.
3) Memfasilitasi
Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan
dan tidak boleh dominan, tetapi anak harsanak harus diberikan
respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan
dengan penuh perhatian.
4) Biblioterapi
Pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan. Dengan menceritakan isi buku atau
majalah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada anak.
5) Meminta untuk menyebutkan keinginan
Meminta anak untuk menyebutkan keinginan sehingga dapat
diketahui berbagai keluhan yang didapatkan dan keinginan tersebut
dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.
6) Pilihan pro dan kontra
Mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan
negatif sesuai dengan pendapat anak.
7) Penggunaan skala
Penggunan skala atau peringkat ini dapat digunakan dalam
mengungkapkan perasaan sakit pada anak,cemas,sedih dan lain-
lain dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan
perasaannya.

8) Menulis
Melalui tehnik ini anak dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau yang lainnyadan biasanya banyak
dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam
9) Menggambar
Menggambar juga dapat digunakan untuk mengungkapkan
ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya dapat diungkapkan
melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila
ditanyakan tentang maksud dari gambarnya.
10) Bermain
Merupakan alat efektif dalam membantu anak untuk
berkomunukasi, hubungan interpersonal antara anak, perawat dan
orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat
disampaikan.
b. Cara Komunikasi Dengan Orangtua Anak
Komunikasi dengan orang tua adalah salah satu hal yang
penting dalam perawatan anak, mengingat pemberian asuhan
keperawatan pada anak selalu melibatkan peran orang tua yang
memiliki peranan penting dalam mempertahankan komunikasi
dengan anak.
Untuk mendapatkan informasi tentang anak sering kita
mengobservasi secara langsung atau berkomunikasi dengan orang
tua. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam
komunikasi dengan orang tua diantaranya :
1) Anjurkan Orang Tua untuk Berbicara
Kita dalam melakukan komunikasi dengan orang tua,
jangan hanya peran kita sebagai pemberi informasi saja akan
tetapi bagaimana kita merspons atau mengajak agar orang tua
yang kita ajak komunikasi mampu untuk memberikan suatu
pesan atau informasi yang dimiliki, kemampuan inilah yang
seharusnya kita kembangkan sehingga komunikasi agar
berjalan terus dan efektif serta tujuan yang kita inginkan
dalam komunikasi dapat tercapai.
2) Arahkan ke Fokus
Dalam melakukan komunikasi dengan orang tua anak
arahkan pokok pembicaraan kita ke fokus sambil memberi
kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan
perasaannya secara bebas sehingga tujuan komunikasi dapat
mencapai sasaran. Mengarahkan ke fokus itu salah satu
bagian dalam mencapai komunikasi yang efektif.
3) Mendengarkan
Mendengarkan adalah kunci untuk mencapai komunikasi
yang efektif, kemampuan mendengarkan dapat ditunjukkan
dengan ekspresi yang sungguh-sungguh saat berkomunikasi
dengan tujuan untuk mengerti klien. Selain itu dengan
mendengarkan kita akan mendapatkan seluruh informasi
yang didapatkan sehingga tidak ada yang hilang atau
tertinggal informasi yang akan disampaikan.
4) Diam
Pada saat berkomunikasi dengan orang tua anak, kita
jangan terus-menerus. Diam sejenak disela-sela pembicaraan
kita. Hal ini dimaksud untuk memberi kesempatan pada
mereka untuk berpikir sebelum menjawab atau merespon
pembicaraan kita.
5) Empati
Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang
dirasakan oleh orang tua anak, dengan demikian orang tua
anak akan merasa aman dan diperhatikan. Cara komunikasi
ini juga sangat terkait dengan sikap saat komunikasi.
6) Meyakinkan Kembali
Meyakinkan kembali merupakan cara yang dapat
diberikan agar proses dan hasil komunikasi dapat diterima
pada klien hal ini adalah orang tua. Pada dasarnya semua
orang tua ingin menjadi orang tua terbaik, tetapi pada saat
anak sakit dapat terjadi kecemasan tentang peran dan
fungsinya, maka yakinkan kembali akan peran dan fungsinya
sebagai orang tua.
7) Merumuskan Kembali
Dalam mencapai tujuan pemecahan masalah kita dan
orang tua anak harus sepakat terhadap masalah yang muncul
kadang-kadang pada rang tua, dengan merumuskan kembali
beberapa permasalahan dan cara pemecahan bersama akan
memberikan dampak dalam mengurangi kecemasan atau
kekhawatiran.
8) Memberi Petunjuk Kemungkinan Apa yang Terjadi
Melalui komunikasi beberapa petunjuk tentang
kemungkinan masalah apa yang terjadi dapat diinformasikan
terlebih dahulu untuk mengantisipasi tentang kemungkinan
hal yang terjadi sehingga orang tua tahu dan siap bila
masalah itu muncul.

E. Prinsip Komunikasi pada Anak Sesuai dengan Tumbuh Kembang


Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan
berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, serta peran
orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa
didapatkan informasi yang benar dan akurat.
1. Komunikasi Dengan Bayi Usia 0 - 1 tahun.
Komunikasi dengan bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah
dengan melalui gerakan - gerakan bayi, gerakan tersebut akan sebagai
alat komunikasi yang efektif, disamping itu komunikasi dengan bayi
dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada
bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang
menarik, ketika bayi digerakan maka bayi akan berespon untuk
membuat suara - suara yang dikeluarkan oleh bayi. Perkembangan
komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu
kedelapan dimana bayi sudah mampu melihat obyek atau cahaya,
kemudian pada minggu ke dua belas bayi sudah mulai melakukan
tersenyum. Pada usia minggu ke enam belas bayi sudah mulai
menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada
pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata - kata
awal seperti ba-ba, da-da, pada bulan kesepuluh bayi sudah bereaksi
terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa
gambar yang terdapat dalam buku, pada akhir tahun pertama sudah
mampu melakukan kata - kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan sentuhan, mengusap,
memangku, melambaikan tangan, menggendong.

2. Komunikasi dengan Usia Todler dan Pra sekolah (1-2,5 tahun, 2,5 - 5
tahun).
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih 10 kata, pada tahun ke -2 200- 300 kata, dan
masih diulang - ulang. Pada usia 3 tahun anak sudah mampu
menguasai 900 kata dan banyak kata - kata yang digunakan adalah
mengapa, apa, kapan. Komunikasi pada usia ini sifatnya egosentris,
rasa ingin tahu yang tinngi, inisiatifnya tinggi, kemampuan dalam
bahasa meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena
tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut
terhadap ketidakmampuan dan perlu diingat bahwa dalam usia ini anak
belum fasih berbicara.
pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dlakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi dengan dirinya, memberi kesempatan
pada mereka untuk menyentuh alat yang ditanyakan (yang penting
aman) menggunakan nada bicara lambat dan jelas, jika tidak dijawab
harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana.
Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata - kata "jawab
dong!!!!" mengalihakan aktifitas saat berkomunikasi, memberikan
mainan saat berkomunikasi dengan maksud anak mudah
berkomunikasi, mengatur jarak, menghindari konfrontasi secara
langsung, duduk terlalu dekat dan berhadapan.
Untuk non verbalnya.. menggambar, jangan menyentuh tanpa
persetujuan anak, salaman untuk mengurangi rasa cemas.

3. Usia Sekolah (5- 11 tahun).


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan
kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf /tulisan yang
besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak
dan kemampuan anak membaca disini sudah dapat sudah dapat mulai,
pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai
berpikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan bahasa
yang yang sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari obyek tertentu
sangat tinggi maka jelaskan arti fungsi dan prosedur tersebut. Maksud dan
tujuan dari dari dari suatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan
menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi dengan efektif.
4. Usia Remaja (11 - 18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpkir secara
konseptual, sudah mulai menunjukan perasaan malu, pada anak usia ini
sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan
dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukan ke
arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat ini adalah masa
peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat (CURHAT) pada teman sebaya, hindari beberapa
pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan
dalam berkomunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan
merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dengan Anak


Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama
komunikasi, karena selama proses komunikasi melibatkan beberapa
komponen dalam komunikasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi dan makin bagus pengatahuan
yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara
efektif akan dapat dilakukannya. Dalam komunikasi dengan anak
atau orang tua juga perlu diperhatikan tingkat pendidikan
khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah
diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat
pendidikan yang dimilikinya.
2) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan
panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu
untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Faktor
pengetahuan dalam proses komunikasi dapat diperlihatkan apabila
seseorang pengetahuan cukup, maka informasi yang disampaikan
akannjelas dan mudah diterima oleh penerima kan tetapi apabila
pengetahuan kurang maka akan menghasilkan informasi yang
kurang.
3) Sikap
Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses
kemungkinan berjalan efektif atau tidak, hal tersebut dapat
ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap kurang baik akan
menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator,
demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi
menunjukkan sikap yang baik maka dapat menunjukkan
kepercayaan dari penerima pesan atau informasi. Sikap yang
diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya,
empati, menghargai dan lain-lain, kesemuanya dapat mendukung
berhasilnya komunikasi terapeutik.
4) Usia Tumbuh Kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini
dapat ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak
kemampuan dalam komunikasi semakin kompleks dan sempurna
yang dapat dilihat perkembangan bahasa anak.
5) Status Kesehatan Anak
Status kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal
ini dapat diperlihatkan ketiak anak sakit atau mengalami gangguan
psikologis maka cenderung anak kurang komunikatif atau sangat
pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan kesiapan
secara fisik dan psikologis untuk mencapai komunikasi yang
efektif.
6) Sistem Sosial
Sistem sosial yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di
masyarakat, di mana setiap daerah memiliki budaya atau cara
komunikasi yang berbeda. Hal tersebut dapat juga mempengaruhi
proses komunikasi seperti orang Batak engan orang Madura ketika
berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama-
sama tidak memahami bahasa daerah maka akan merasa kesulitan
untuk mencapai tujuan dan komunikasi.
7) Saluran
Saluran ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam
proses komunikasi seperti intonasi suara, sikap tubuh dan
sebagainya semuanya akna dapat memberikan pengaruh dalam
proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita berkomunikasi
dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka sangat
mudah kita menerima informasi ataupun pesan yang disampaikan.
Demukian sebaliknya apabila kita berkomunikasi dengan orang
yang memiliki suara yang tidak jelas kita akan kesulitan
menerimapesan atau informasi yang disampaikan.
8) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area,
lingkungan dalam hal komunikasi yang dimaksud di sini dapat
berupa situasi, ataupun lokasi yang ada. Lingkungan yang baik atau
tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi
sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak
yang kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita
berkomunikasi dengan anak pada tempat yang gaduh misalnya atau
tempat yang bising, maka proses komunikasi tidak akan bisa
berjalan dengan baik, kemungkina sulit kita berkomunikasi secara
efektif karena suara yang tidak jelas, sehingga pesan yang akan
disampaikan sulit diterima oleh anak.
9) Peran dan hubungan
Individu berkomunikasi dengan tatanan yang tepat menurut
hubungan dan peran mereka. Cara berbicara akan berbeda dalam
menghadapiorang yang berbeda.
10) Perkembangan
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak perawat
harus memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses
berfikir. Keduanya akan mempengaruhi cara anak berkomunikasi
dan cara bagaimana perawat dapat dapat berinteraksi secara sukses
dengan mereka.
11) Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai
dapat mempengaruhi interpretasi pesan
12) Emosi
Merupakan perasaan subjektif seseorang terhadap tingkah laku.
13) Latarbelakang Sosiokultural
Budaya akan mempengaruhi metode komunikasi antara klien
dan perawat. Perawat belajar untuk mengetahui makna budaya
dalam proses komunikasi.
14) Gender
Jenis kelamin akan mempengaruhi proses komunikasi, karena
pria dan wanita memiliki cara berbeda dalam gaya komunikasi.

G. Implikasi Komunikasi dalam Perawatan


Implikasi komunikasi dalam keperawatan sangat penting bagi perawat
mengingat berbagai pengkajian atau pemeriksaan pada klien dapat
dilakukan melalui komunikasi di antaranya implikasi yang dapat dilakukan
adalah :
1. Ajak berbicara lebih dahulu dengan orang tua sebelum
berkomunikasi dengan anak atau mengkaji anak dengan
menjalin hubungan dalam tindakan keperawatan.
2. Lakukan kontak dengan anak dengan mengawali bercerita atau
teknik lain agar anak mau berkomunikasi
3. Berikan maianan sebelum masuk ke dalam pembicaraan inti.
4. Berikan kesempatan pada anak untuk memilih tempat
pemeriksaan yang diinginkan sambil duduk, berdiri atau tidur.
5. Lakukan pemeriksaan dari sederhana ke kompleks, pemeriksaan
yang berdampak trauma lakukan diakhir pemeriksaan.
6. Hindari pemeriksaan yang menimbulkan ketakutan pada anak
dan beri kesempatan untuk memegang alat periksa.
DAFTAR PUSTAKA
Anjasmani, Tri. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Komunikasi
dalam Keperawatan. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada
Group
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai