Obstruksi Intestinal
Obstruksi Intestinal
Disusun Oleh :
Busthomi ishol hasan (7114019)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Makalah tentang obstruksi
intestinal“
Kami menyadari tugas ini masih kurang sempurna karena keterbatasan sumber buku dan
pengetahuan kami baik segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membantu demi kesempurnaan tugas ini.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan tugas ini. Akhirnya, kami mengharapkan semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang dijumpai dan
merupakan 60% sampai 70% dari seluruh kasus gawat abdomen. Abdomen dapat disebabkan
oleh kelainan didalam abdomen berupa ulkus obstruktif, iskemik dan pendarahan. Sebagian
kasus dapat disebabkan oleh cidera langsung atau tidak langsung yang menyangkut perforasi
saluran cerna atau pendarahan. Obstruksi usus disebut juga ileus obstruksi. Seringkali adanya
sumbatan dalam lumen usus. Obstruksi usus merupakan gangguan peristaltik baik di usus halus
maupun usus besar. Hal ini disebabkan oleh adanya lesi pada bagian dinding usus. Obstruksi
usus dapat akut parsial atau total
2. Tujuan penulis
3. Sistematika
Dalam makalah ini terdiri dari tiga BAB yaitu BAB I adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar
belakang dan tujuan penulis.BAB II yaitu konsep dasar yang terdiri atas definisi, jenis klasifikasi
atau stadium, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnostic, dan
penatalaksanaan atau pengobatan BAB III kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar
1. Definisi
Obstruksi usus adalah sebagai gangguan (apapun penyebabnya aliran normatif sepanjang saluran
usus). Obstruksi usus dapat akut atau kronik, parsial total obstruksi usus biasanya mengenai
kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian besar obstruksi
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup
2. Jenis/klasifikasi/stadium
a) Mekanis (ileus obstruktif) Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia atau akibat karsinoma yang
melingkari
b) Neurogenik/fungsional (ileus parelitik) Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom
mengalami perdarahan dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong ini
sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes
melitus atau gangguan neurologik seperti penyakit parkinson.
3. Patofisiologi
Akumulasi isi usus, cairan, dan gas terjadi di daerah atas usus yang mengalami obstruksi.
Distensi dan retensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan merangsang lebih banyak sekresi
lambung. Dengan peningkatan distensi, tekanan dalam lumen usus meningkat, menyebabkan
penurunan tekanan kapiler vena dan arteriola. pada gilirannya, hal ini akan menyebablan edema,
kongesti, nekrosis, dan akhirnya rupture atau perforasi dari dinding usus dengan akibat
peritonitis.
Muntah refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen muntah mengakibatkan ion hydrogen dan
kalium dari lambung serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam darah, yang
akhirnya mencetuskan alkalosis metabolic. dehidsrasi dan asidosis yang terjadi kemudian,
disebabkan cairan dan natrium. Dengan kehilangan cairan akut syok hipovolemik dapat terjadi.
2. Patofisiologi pada pasien obstruksi usus besar
seperti pada obstruksi usus halus, obstruksi usus besar mengakibatkan isi usus, cairan dan gas
berada pada proximal disebelah obstruksi.
Obstruksi dalam kolon dapat menimbulkan distensi hebat dan perforasi kecuali gas dan cairan
dapat mengalir kembali melalui katup ileal.
Obstruksi usus besar meskipun lengkap, biasanya tidak dramatis bila suplai darah ke kolon tidak
terganggu. apabila suplai darah terhenti, terjadi strangulasi usus dan nekrosis: kondisi ini
mengancam hidup.
Pada usus besar, dehidrasi terjhadi lebih lambat dibandingkan pada usus haklus karena kolon
mampu mengabsorbsi isi cairannya dan dapat melebar sampai ukuran yang dipertimbangkan
diatas kapasitas normalnya.
a. Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi
pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih mudah
b. Muntah muncul terakhir terutama katup ileusekal kompeten pada klien
dengan obstruksi sigmoid dan rektum, konstipasi dapat terjadi gejala satu-
satunya selama beberapa hari.
c. Akhirnya abdomen sangat distensi loop dari usus besar menjadi dapat
dilihat dari luar melalui dinding abdomen
d. Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah
e. Penyebab Obstruksi usus
6. Komplikasi
Sering kali menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat obstruksi usus. Isi lumen
usus merupakan campuran bakteri yang mematikan. Hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik
dan darah. Usus yang mengalami sirkulasi mungkin mengalami perforasi dan mengeluarkan
materi tersebut kedalam rongga peritoneim yang menyebabkan peritoritis tetapi meskipun usus
tidak mengalami perforasi, bakteri dapat melintas usus yang permeable yang masuk kedalam
sirkulasi tubuh melalui getah bening dan mengakibatkan syok septik. Komplikasi lain yang dapat
timbul antara lain syok hipovolemia, abses, pneumonia aspirasi dari proses muntah dan dapat
menyebabkan kematian.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan laboratorium Pada tahap awal ditemukan hasil laboratorium yang normal
selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang
abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan
b) Pemeriksaan foto polos abdomenDalam pemeriksaan ini dapat memperlihatkan dilatasi
lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas terutama pada
obstruksi di bagian distal. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada
obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon
c) Pemeriksaan CT scan Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis serta foto polos
abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT scan akan mempertunjukan secara lebih lanjut
pada kelainan pada dinding usus. CT scan harus dilakukan dengan memasukan zat
kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan
lokasi dari obstruksi
d) Pemeriksaan radiologi dengan barium enema. Pemeriksaan ini memiliki suatu peran
terbatas dengan klien obstruksi usus halus. Lkemudian enema barium terutama sekali jika
suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.
Pada anak-anak dengan intususepsi pemeriksaan barium tidaklah hanya sebagai
diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi
e) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini akan menunjukan gambaran dan
penyebab obstruksi
8. Penatapelaksanaan/ Pengobatan
Penatalaksanaan medis
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki periotonitis
dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan usus kembali
normal
Tujuan yang paling utama adalah dekompresi kolon yang mengalami obstruksi sehingga kolon
tidak perforasi, tujuan kedua adalah pemotongan bagian yang mengalami obstruksi.
Persiapan sebelum operasi sama seperti persiapan pada obstruksi usus halus, apabila obstruksi
usus relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan
dekompresi usus. Sekostomi, pembekuan secara bedah yang dibuat pada pasa serkum, dapat
dilakukan pada klien yang beresiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan
pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah untuk
mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara atau permanen mungkin diperlukan.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus.
(a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus
ringan.
(b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn
disease, dan sebagainya.
(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain :
a. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada
organ intra abdomen.
c. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan
baik dan cepat.
d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume
plasma.
e. Pneumonia aspirasi, akibat makanan yang dimuntahkan masuk
kedalam saluran pernafasan dan menumpuk di saluran pernafasan
1. Pre Operasi
a. Pengkajian
1) Data biografi (nama, umur, alamat, pekerjaan, jenis kelamin)
2) Cairan
Gejala : muntah banyak dengan materi fekal, berbau
Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis
3) Ketidaknyamanan / nyeri
Gejala : flatus (-), konstipasi
Tanda : wajah klien tegang, tampak meringis, distensi abdomen
4) Eliminasi
Gejala : flatus (-), konstipasi
Tanda : distensi abdomen, penurunan bising (dari hiperaktif ke
hipoaktif), feses (-), tergantung letak obstruksi, jika ada feses hanya sedikit (berbentuk
pensil).
5) Aktivitas
Gejala : kelemahan
Tanda : kesulitan ambulasi
6) Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko kekurangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh b.d output berlebih
2) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distensi abdomen
3) Gangguan eliminasi bowel : konstipasi b.d mal absorbsi usus
4) Resti infeksi b.d ruptur usus
5) Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit, pemeriksan diagnosa dn tindakannya.
c. Intervensi Keperawatan
Dx. 1 Resiko kekurangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh
b. d output berlebih.
Tujuan : Klien menunjukkan tidak terjadinya kekurangan
cairan selama masa perawatan.
KH :- Intake cairan klien kembali adekuat.
- Membran mukosa lembab
- Muntah (-)
- Intake output normal
- Pengisian kapiler < 3 detik
Intervensi :
1) Observasi keadaan kulit dan membran mukosa
R/ Kulit dan membran mukosa yang kering menunjukkan kehi-
langan cairan yang berlebih atau dehidrasi
2) Kaji intake output klien
R/ Intake-output yang tidak seimbang menunjukkan ketidak-
adekuatan pemasukan dan pengeluaran cairan.
3) Ukur tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu)
R/ Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat me-
nunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan.
4) Kaji penghisapan selang nasogastrik
R/ Penghisapan nasogastrik yang lama dapat mengakibatkan
dehidrasi.
5) Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki kehilangan cairan atau anemia.
6) Pantau hasil laboratorium elektrolit
R/ menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.
d. Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi klien.
e. Evaluasi
1) Kebutuhan volume cairan klien kembali adekuat.
2) Nyeri klien hilang / berkurang
3) Eliminasi bowel klien kembali adekuat.
4) Infeksi klien tidak terjadi
5) Ansietas klien berkurang.
2. Post Operasi
a. Pengkajian
1) Cairan dan Nutrisi
Gejala : muntah berlebih, intake yang kurang, flatus (-)
Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis, produksi/
jumlah drainage berlebih, distensi abdomen, peristaltik (-) / paralitik.
2) Ketidaknyamanan / nyeri
Gejala : flatus (-)
Tanda : wajah klien tampak tegang dan meringis, adanya luka insisi
abdomen, distensi abdomen.
3) Aktivitas
Gejala : kelemahan
Tanda : kesulitan ambulasi
4) Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Resti kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d ouput yang berlebih
2) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d insisi bedah
3) Resti infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan primer, tindakan invasif, adanya insisi bedah
4) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d pembedahan abdomen
5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
informasi.
c. Intervensi Keperawatan
Dx. 1 Resti kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d ouput yang ber-
lebih
Tujuan : Klien menunjukkan tidak terjadinya kekurangan
cairan selama masa perawatan.
KH :- Membran mukosa lembab
- TTV dalam batas normal
P : 16 – 24 x/mnt
N : 60 – 100 x/mnt
TD : 120/80 mmHg
S : 36-37oC
- Pengisian kapiler < 3 detik
- Intake output seimbang
- Turgor kulit elastis
Intervensi :
1) Ukur tanda-tanda vital
R/ Hipotensi, takikardi, demam dapat menambah kehilangan
cairan.
2) Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran mukosa
R/ Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan
tingkat hidrasi.
3) Kaji intake output
R/ Intake output yang tidak seimbang menunjukkan ketidak-
adekuatan pemasukan dan pengeluaran cairan.
4) Observasi / ukur distensi abdomen
R/ Perpindahan cairan dan vaskuler menurunkan volume
sirkulasi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus yang
menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi usus merupakan penyunbatan disaluran
usus dank arena adanya kelaina anatomi pada usus. Etiologi dari obstruksi ada dua yaitu secara
mekanis dan nonmekanis. Tanda dan gejala obstruksi usus halus gejala awal biasanya berupa
nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan
beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus.
Sedangkan untuk obstruksi usus besar nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama
dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Klasifikasi terbagi
menjadi dua yaitu Obstruksi paralitik (ileus paralitik atau paralitic ileus) dan Obstruksi mekanik
atau mekanikal obstruksi. Komplikasi obstruksi usus Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang
sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen, Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan
kehilangan volume plasma.
DAFTAR PUSTAKA