Anda di halaman 1dari 6

Nama Kelompok:

1. Lambertus Batseran
2. Yehezkiel Lampeuro
3. Bryan Isidorus Resubun
4. Yohanis Lando

Kelompok 12
“Keutamaan Manusiawi:
Iustitia (Keadilan), Prudentia (Kehati-hatian), Temperantia (Keugaharian),
Fortitudo (Keberanian)”
A. Pendahuluan
Keutamaan merupakan dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia, dan hal ini menjadi
pembeda yang mana ia dapat menilai sesuatu itu baik atau buruk. Dalam hal keutamaan dibagi
menjadi dua bagian yaitu, keutamaan ilahi (teologal) dan keutamaan manusiawi (cardinal).
Keutamaan teologal yakni bertumpu pada iman, harapan, dan kasih. Sedangkan keutamaan
cardinal merujuk pada Iustitia (Keadilan), Prudentia (Kehati-hatian), Temperantia
(Keugaharian), Fortitudo (Keberanian). Keutamaan teologal itu mampu melampaui manusia,
sedangkan keutamaan cardinal dapat membantu manusia terutama menjalankan kehidupan
moralnya. Pada pembahasan kali ini, kami berfokus pada keutamaan manusiawi (cardinal).
B. Empat Keutamaan Manusiawi (Cardinal)
1. Keadilan (Iustitia)
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), keadilan adalah sifat (perbuatan,
perlakuan, dan sebagainya) yang adil. Keadilan berasal dari kata adil yang artinya menurut
KBBI adalah sebagai berikut :1
 sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak
 berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran
 sepatutnya; tidak sewenang-wenang
Menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK), menjelaskan bahwa keadilan mengarah
pada kehendak yang tetap dan teguh untuk memberi kepada Allah dan sesama, apa yang
menjadi hak mereka.2
Ada dua teori keadilan yang dikemukan oleh Plato:3

a. Keadilan moral

1
Lih. https://kbbi.web.id/keadilan
2
Bdk. Katekismus Gereja Katolik, cet. ke-3, (Ende: Nusa Indah, 2007), art. 1087.
3
Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008
hal. 57-58.
Keutamaan Manusiawi 1
Suatu perbuatan dapat dikatakan adil secara moral apabila telah mampu memberikan
perlakuan yang seimbang (selaras) antara hak dan kewajibannya.
b. Keadilan prosedural
Suatu perbuatan dikatakan adil secara prosedural jika seseorang telah mampu
melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang telah ditetapkan.

Dalam teorinya, Aristoteles mengemukakan lima jenis perbuatan yang dapat


digolongkan adil:4

a. Keadilan komutatif
Keadilan komutatif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan tidak melihat jasa-jasa
yang telah diberikannya. Contoh: seseorang yang telah melakukan kesalahan/pelanggaran,
tanpa memandang kedudukannya, dia tetap dihukum sesuai dengan kesalahan/pelanggaran
yang dibuatnya.
b. Keadilan distributif
Keadilan distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan jasa-jasa yang
telah diberikannya. Contoh beberapa orang pegawai suatu perusahan memperoleh gaji yang
berbeda, berdasarkan masa kerja, golongan kepangkatan, jenjang pendidikan, atau tingkat
kesulitan pekerjaannya.
c. Keadilan kodrat alam
Keadilan kodrat alam adalah memberi sesuatu sesuai dengan yang diberikan oleh orang
lain kepada kita. Contoh: seseorang yang menjawab salam yang diucapkan orang lain
dikatakan adil karena telah menerima salam dari orang tersebut.
d. Keadilan konvensional
Keadilan konvensional adalah jika seorang warga negara telah menaati segala peraturan
perundang-undangan yang telah dikeluarkan
e. Keadilan perbaikan
Perbuatan adil menurut perbaikan adalah jika seseorang telah berusaha memulihkan
nama baik orang lain yang telah tercemar.

2. Kehati-hatian (Prudentia)
Dalam artikel yang ditulis oleh P. Albertus Sujoko MSC, dengan judul “Prudentia
(Prudence)”5 bisa dikaitkan dengan kata prevideo atau provideo. Atau mungkin juga kata
ini kependekan dari kata previdens atau providens yang berarti prediksi (foreseen, melihat
sebelumnya) atau juga providens (prepare,menyiapkan). Adapun makna yang dimengerti
pada abad pertengahan mengenai kata prudential berarti porro-videns yaitu seseorang yang
melihat jauh ke depan. Dalam arti ini, prudentia dapat memberikan pencerahan dan

4
Ibid., hal. 57
5
Pembahasan ini diambil dari artikel yang ditulis oleh P. Albertus Sujoko, MSC dengan judul
“Prudentia (Prudence)” yang mana penjelasannya mengambil pembahsan dari Dalmazio
Mongillo (seorang Profesor Teologi Moral di Universitas Santo Thomas, Roma).
Keutamaan Manusiawi 2
menerangi intelektual dalam memilih cara bertindak yang sesuai dengan tatanan yang
paling tinggi.
Setelah memiliki keutamaan kehati-hatian, pertanyaan selanjutnya yakni hati-hati
dalam hal apa? Jawabannya dalam hal bertindak yang baik dan benar. Tindakan yang
dimengerti di sini yakni kemampuan setiap pribadi untuk mencermati peristiwa yang
dihadapinya, sambil tetap fokus pada tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan
tentu banyak hal yang dapat menghalanginya, namun yang penting yaitu setiap pribadi
perlu waspada, mengerti kebaikan yang benar dan tetap mencari sarana yang tepat dalam
mencapai tujuan yang baik itu.
Pertanyaan selanjutnya mengapa harus hati-hati? Karena keutamaan prudentia ini
mengandung banyak unsur yang dapat mengindikasikan bahwa tindakannya benar dalam
relasi dengan orang lain. Dalam arti ini, seseorang perlu mempertimbangkan dengan cermat
mengenai mana yang prioritas. Ia dinilai bertindak baik dan benar itu nampak dalam
tindakan kongkrit. Ia dikatakan memiliki keutamaan ini bukan dalam arti ia ahli dalam
segala bidang ilmu pengetahuan/ punya pengetahuan yang luas, tetapi bertindak dengan
benar dan baik berarti sesuai dengan martabatnya sebagai warga masyarakat, warga dunia,
dan warga umat Allah. Sehingga keutamaan prudential mencakup antara keutamaan
intelektual (ratio teoretis) dan keutamaan moral (ratio praktis). Artinya ketika berhadapan
dengan banyak pilihan dan kemungkinan, akal budinya mengerti dengan baik dan benar
situasi yang dialami dan ia dapat memutuskan berdasarkan kehendak mana yang tepat
sesuai dengan kondisi kini dan di sini (hic et nunc).

3. Keugaharian (Temperantia/ Sophrosune)


Apa itu sophrosune? Dalam sejarah sastra Yunani, istilah sophrosune merujuk pada
higiene jiwa, dimana orang memiliki disposisi intelektual yang sehat yang
memampukannya membuat penilaian dengan baik sehingga tindakannya terukur.
Soprosune dekat dengan kebijaksanaan praktis, sedemikian sehingga orangnya tahu batas.6

Keugaharian berkaitan erat dengan kemampuan pribadi dalam bertindak, ia mampu


mengendalikan dirinya, dalam arti tahu batas, ia dapat menilai karena ‘tahu’ mana yang
baik dan mana yang jahat. Dalam arti ini bukan hanya bertahan dalam level pengetahuan
teoretis, tetapi hikmat praktis yang menuntunnya pada pilihan dalam bertindak. Orang yang
ugahari adalah ia yang santun, tahu malu, sederhana, dan moderat. 7 Manfaat apa yang bisa
diperoleh ketika seseorang menghidupi keutamaan ugahari? Pribadi yang ugahari akan
selalu mawas diri, artinya ia dapat mengenal dirinya (keinginan dan nafsu-nafsunya), juga
apa yang terjadi di luar dirinya (kemampuan menimbang dan mereaksi dengan hati-hati).

6
Platon: Xarmindes (tentang Keugaharian), Penerjemah dan Penafsir oleh A. Setyo Wibowo,
(Yogyakarta: Kanisius, 2015), hlm. 8.
7
Bdk. Ibid., hlm. 14.
Keutamaan Manusiawi 3
Orang yang ugahari akan memiliki kebijaksanaan praktis (hikmat), dan selalu berefleksi
sebelum bertindak dan memilih tindakan-tindakan yang baik dan benar.

4. Keberanian (Fortitudo)-
a) Apakah yang dimaksudkan dengan keutamaan Keberanian?

Soal keutamaan keberanian, Katekismus Gereja Katolik (KGK) artikel 1808


menegaskan bahwa sebagai keutamaan moral, keberanian adalah watak yang membuat
kita tabah dalam menghadapi kesulitan. Selain itu, keutamaan ini juga memampukan kita
untuk tekun dalam mengejar yang baik. Keutamaan keberanian menguatkan kita supaya
bisa melawan godaan dan mengatasi halangan-halangan dalam kehidupan moral.
Keutamaan keberanian juga memampukan kita mengalahkan ketakutan, bahkan
ketakutan akan kematian, dan dalam menghadapi penganiayaan. Keutamaan ini bahkan
membuat orang rela mengurbankan kehidupannya sendiri demi suatu hal yang benar.8
b) Apakah artinya berani?
Tidak asal berani

Apakah seorang polisi yang dengan gagah berani menyelamatkan masyarakat yang
terjebak dalam sebuah gedung karena ada ancaman bom dari teroris dapat
dikategorikan sebagai tindakan berkeutamaan? Apakah seorang hakim yang dengan
teguh menolak sogok dari pihak yang berperkara, meskipun dia tahu tidak ada orang
lain yang akan mengetahui kecurangan itu?

Keutamaan keberanian berperan dalam memoderatkan rasa takut berlebihan di satu


pihak dan sifat keberanian berlebihan di lain pihak berdasarkan alasan yang benar. Itu
artinya, ketika menghadapi situasi yang menuntut keberanian sikap, ketakutan tetap ada
dalam diri setiap orang. Keutamaan keberanianlah yang berperan dalam mengatasi rasa
takut itu supaya bisa mengambil tindakan yang dibutukan. Tentu dengan alasan yang
benar.

Apa yang dimaksud dengan alasan yang benar? Katakan saja, hakim A menolak
sogokan seorang pengacara demi membebaskan kliennya. Ketika menghadapi kejadian
ini, dapat dipastikan bahwa ada godaan dalam diri hakim A untuk menerima sogokan
tersebut, apalagi jika tidak ada orang lain yang mengetahuinya selain dia dan
pengacara. Juga ketika dia sadar, bahwa praktik jual beli perkara sudah menjadi hal
yang lumrah di pengadilan. Jika kemudian hakim A menolak sogokan itu, tindakan itu
hanya bisa disebut sebagai wujud dari keutamaan keberanian jika itu dilakukan demi
suatu kebaikan luhur yang lebih besar, misalnya demi mewujudkan pemerintahan yang

8
Ibid.,art. 1088.

Keutamaan Manusiawi 4
bersih, demi kebaikan dan kesejahteraan bersama, atau bahkan demi mewujudkan
integritas dirinya sendiri.

Ini juga terjadi dalam kasus ekstrem, misalnya, seorang polisi yang berusaha
menyelamatkan nyawa masyarakat yang terjebak dalam sebuah gedung karena ancaman
bom dari para teroris. Polisi menghadapi situasi menakutkan karena dia berada dalam
kemungkinan kematian dirinya. Tetapi polisi tersebut berani melakukan tindakan
penyelamatan itu, pertama-tama bukan karena suatu motif heroisme dalam dirinya,
misalnya agar menjadi terkenal atau supaya bisa dipromosikan, tetapi karena dorongan
dari dalam dirinya untuk mewujudkan suatu kebaikan yang lebih besar. Itulah kebaikan
orang-orang yang terancam nyawanya, bahkan kebaikan masyarakat yang lebih luas.

Demikianlah, motif utama tindakan berkeutamaan keberanian adalah upaya


mengejar dan merealisasikan yang baik. Dalam mewujudkan yang baik itu, berbagai
halangan dan tantangan pasti muncul, bahkan yang mengancam keselamatan hidup kita
sendiri. Dalam situasi demikianlah orang yang berwatak berani dapat mengatasi rasa
takutnya, termasuk juga godaan untuk menghindar dari tindakan berbuat baik.9
c) Mengapa keberanian disebut keutamaan dan harus dikembangkan?
Karena keberanian menjadi tolak ukur seseorang dalam melakukan sesuatu hal yang
diinginkannya dan lewat keberanian dapat mewujudkan apa yang ia mau. Jika seseorang
tidak mempunyai keberanian maka ia akan terpojokan dan merasa minder dengan orang
lain sehingga membuat dirinya tidak berkembang bahkan maju oleh sebab itu keberanian
harus dikembangkan agar supaya membantu orang lain untuk dapat mengemukakan
pendapat di depan umum dan di hadapan orang lain.

Dengan demikian maka ada beberapa devini dari keberanian: Keberanian adalah
pilihan dan kemauan untuk menghadapi penderitaan, rasa sakit, bahaya, ketidakpastian,
atau intimidasi. Keberanian fisik adalah keberanian dalam mengahadapi rasa sakit fisik,
kesulitan, kematian, atau ancaman kematian, sedangkan keberanan moral adalah
kemampuan untuk bertindak dengan benar dalam menghadapi oposisi populer yakni rasa
malu, skandal, keputusasaan atau kehilangan pribadi.
d) Bukankah keberanian itu kedengaran negatif, yaitu mengajak orang berkelahi?

Tergantung seseorang yang menerjemahkan arti keberanian itu sendiri dalam dirinya
dan yang bisa mengontrol dirinya saat mengahadapi masalah karena semua masalah
tidak harus diselesaikan dengan perkelahian. Dan juga keberanian yang dimaksudkan
disini bukan menunjukan fisik seseorang/biasa yang sering kita sebut dengan bahasa
sehari-hari yaitu tunjuk jago/ingin menunjuk ke orang lain kalo dia hebat. Sebenarnya

9
https://pewartasabda.wordpress.com/2018/10/25/keutamaan-kristiani-8-keutamaan-keberanian/

Keutamaan Manusiawi 5
bukan itu yang dimaksudkan. Keberanian itu adalah sesuatu hal dari dalam diri yang
mendorong seseorang untuk bisa mengemukakan pendapat ataupun hal-hal baik yang di
mata orang lain buruk sehingga keberanian itu dapat membantu seseorang dalam
menyelesaikan masalah bukan berkelahi.

Sungguh cara tersebut sangatlah tidak etis. Pasalnya, dengan berkelahi berarti
menunjukkan bahwa kita tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah
dengan dingin. Berkelahi bukan jalan keluar, tetapi kebodohanmu yang tidak
menggunakan akal untuk menyiasati sesuatu dalam menyelesaikan masalah.

Keutamaan Manusiawi 6

Anda mungkin juga menyukai