Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Kelompok rentan juga disebut sebagai sub kelompok dari populasi yang lebih
mungkin untuk terkena masalah kesehatan yang beresiko dari pada populasi
lainnya. Populasi kelompok rentan lebih sensitive terhadap resiko. Resikonya bisa
saja berasal dari lingkungan yang berbahaya, bahaya social (kekerasan, tindakan
criminal), tingkah laku personal (kebiasaan olahraga, merokok), serta faktor
biologi (kondisi genetic ataupun status imun) (Marcia, 2006).
Kerentanan telah didefinisikan sebagai rentan terhadap cacat atau bahaya, atau
beresiko miskin sosial, psikologis, dan / atau hasil kesehatan fisik (Aday, 2001).
Istilah "rentan" berasal dari kata Latin yang berarti luka, dan rentan populasi
adalah kelompok yang memiliki risiko tinggi hasil kesehatan yang merugikan
(Leight, 2003). Mereka sering mengalami tingkat kematian yang lebih tinggi,
akses ke perawatan kesehatan yang lebih rendah (dan ketidakberpihakan dalam
kualitas layanan), tidak diasuransikan atau kurang diasuransikan, memiliki
harapan hidup yang lebih rendah, dan kualitas hidup yang berkurang secara
keseluruhan (Shi & Stevens, 2004; Universitas California Los Angeles [UCLA]
Pusat Penelitian Populasi Rentan, 2007).
1
5. Bagaimana strategi pemenuhan layanan kesehatan pada kelompok
rentan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kelompok rentan
2. Mengetahui siapa saja yang termasuk kedalam kelompok rentan
3. Mengetahui bagaimana karakteristik kelompok rentan
4. Mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan tejadinya kerentanan
pada populasi
5. Mengetahui bagaimana strategi pemenuhan layanan kesehatan pada
kelompok rentan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kerentanan telah didefinisikan sebagai rentan terhadap cacat atau bahaya, atau
beresiko miskin sosial, psikologis, dan / atau hasil kesehatan fisik (Aday, 2001).
Istilah "rentan" berasal dari kata Latin yang berarti luka, dan rentan populasi
adalah kelompok yang memiliki risiko tinggi hasil kesehatan yang merugikan
(Leight, 2003). Mereka sering mengalami tingkat kematian yang lebih tinggi,
akses ke perawatan kesehatan yang lebih rendah (dan ketidakberpihakan dalam
kualitas layanan), tidak diasuransikan atau kurang diasuransikan, memiliki
harapan hidup yang lebih rendah, dan kualitas hidup yang berkurang secara
keseluruhan (Shi & Stevens, 2004; Universitas California Los Angeles [UCLA]
Pusat Penelitian Populasi Rentan, 2007).
3
Populasi kelompok rentan lebih beresiko terkena penyakit dari pada kelompok
yang lain. Dalam segitiga epidemiologi, agen, host, dan lingkungan saling
berhubungan untuk menciptakan penyakit atau kesehatan yang buruk (Marcia,
2006).
Kelompok rentan juga disebut sebagai sub kelompok dari populasi yang lebih
mungkin untuk terkena masalah kesehatan yang beresiko dari pada populasi
lainnya. Populasi kelompok rentan lebih sensitive terhadap resiko. Resikonya bisa
saja berasal dari lingkungan yang berbahaya, bahaya social (kekerasan, tindakan
criminal), tingkah laku personal (kebiasaan olahraga, merokok), serta faktor
biologi (kondisi genetic ataupun status imun) (Marcia, 2006).
4
Penyalahgunaan alkohol dan zat
Kekerasan keluarga
Tunawisma
Risiko bunuh diri dan pembunuhan
ibu dan bayi berisiko tinggi
Imigran dan pengungsi
1. Tunawisma
5
c. Tempat publik atau pribadi yang tidak dirancang sebagai tempat
tidur yang biasa bagi manusia.
Sulit mengetahui persis berapa banyak orang yang kehilangan tempat tinggal.
c) Sulit untuk digeneralisasi dari satu lokasi ke yang lain. Misalnya, pola
tunawisma berbeda di kota-kota kecil dan di kota versus daerah pedesaan.
a. Kemiskinan krisis
Laki-laki dan perempuan ini tunawisma kronis, dan banyak dari mereka
memiliki cacat mental atau fisik
6
Kecacatan fisik dan mental sering hidup berdampingan dengan alkohol
dan penyalahgunaan obat-obatan lainnya, penyakit mental yang parah,
masalah kesehatan lainnya, dan / atau kesulitan keluarga kronis. Orang-
orang ini kekurangan uang dan dukungan keluarga.
Penyakit hipotermia
Tuberkulosis (tb)
Hiv / aids
7
Trauma
Penyakit mental
a. Wanita hamil
Wanita hamil tunawisma berisiko tinggi untuk masalah kesehatan yang kompleks.
Kehamilan mereka memiliki angka yang lebih tinggi melakukan hubungan
seksual yang tidak teratur, insiden kecanduan obat-obatan dan alkohol yang lebih
tinggi, status gizi yang lebih buruk, dan insiden yang lebih tinggi (mis., berat lahir
rendah dan apgar scores yang lebih rendah, meskipun wanita tunawisma yang
menayangkan kehamilan berisiko lebih tinggi)
8
b. Masalah kesehatan anak-anak tunawisma
Sering kali anak-anak tunawisma yang lebih serius memiliki kesehatan yang lebih
buruk masalah kesehatan anak-anak tunawisma lebih buruk daripada anak-anak
pada populasi umum, dan mereka mengalami lebih banyak gejala penyakit akut,
seperti demam, infeksi mobil, diare, dan asha daripada rekan-rekan mereka di
rumah (craft-rosenberg, powel , dan culp, 2000). Anak-anak tunawisma yang
hidup di jalananberada pada tingkat yang paling tinggi dari kesehatan yang buruk
karena gizi yang buruk, perawatan kesehatan yang tidak konsisten, tingkat
kecemasan yang tinggi, dan ketidakmampuan untuk mempraktikkan perilaku
kesehatan yang baik, anak-anak tunawisma juga memiliki tingkat ketidakhadiran
di sekolah yang lebih tinggi , kegagalan akademik, dan ketidakseimbangan
emosional. Stres tunawisma dapat dimanifestasikan dalam perilaku seperti
penarikan, depresi, kecemasan, agresi, regresi, dan mutilasi, anak-anak tunawisma
mungkin telah menunda komunikasi, lebih banyak masalah kesehatan mental, dan
sejarah abnormal. Juga, mereka cenderung tidak telah menghadiri sekolah
daripada rekan-rekan yang ditampung di sana (craft-rosenberg et al, 20000)
remaja tunawisma.
Banyak orang dewasa memiliki kesulitan memahami mengapa orang muda akan
membahayakan karier dan potensi pribadi mereka dengan hamil selama beberapa
tahun terakhir. Remaja, bagaimanapun, tidak memandang dunia seperti orang
dewasa. Remaja sering merasa tak terkalahkan dan tidak mengenali risiko yang
terkait dengan perilaku mereka atau tidak mempertimbangkan konsekuensinya.
9
Artinya, mereka mungkin tidak percaya bahwa aktivitas seksual akan mengarah
pada kehamilan. Ketika remaja mengalami kehamilan, banyak yang tidak berpikir
mereka akan mengalami efek negatif pada kehidupan mereka. Banyak yang
mengira mereka unik dan berbeda dan semuanya akan berjalan dengan baik.
10
b. Orang dewasa
Sumber stres pada orang dewasa ini berasal dari tanggung jawab yang multi-
peran, ketidakamanan kerja, kekurangan atau berkurangnya sumber daya, dan
hubungan yang tidak stabil. Kondisi-kondisi ini dan lainnya dapat merusak
kesehatan mental dan kontribusi terhadap penyakit mental yang serius, depresi,
gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan zat.
11
diagnosis dini, peningkatan segera, dan keterbatasan kecacatan. Sebagai contoh,
alat ini mungkin. Target orang di ambang menjadi bocause risiko tinggi dari
ancaman tunawisma, serta mereka yang baru tunawisma.
Peran perawat
Kelompok masyarakat berisiko tinggi, karena berada dalam situasi dan kondisi
yang kurang memiliki kemampuan mempersiapkan diri dalam menghadapi risiko
bencana atau ancaman bencana. Penekanan pada “berisiko tinggi” karena
kelompok jenis ini akan menanggung dampak terbesar dari munculnya risiko
bencana atau akan terdampak oleh sebuah ancaman bencana dibanding kelompok
masyarakat lain. Bahkan, dalam situasi normal saja, kelompok rentan sudah mesti
12
dilihat menghadapi risiko karena keterbatasan tertentu yang dimilikinya.
Kelompok rentan ini bisa ada di dalam setiap wilayah tertentu, suku, ras, dan
agama, yang eksistensinya bisa saja disebabkan oleh kebijakan pembangunan
yang tidak adil, kepercayaan terhadap tradisi, agama dan kepercayaan tertentu
yang mendskriminasikannya.
Diffabel
Mereka ini memiliki kemampuan yang berbeda karena adanya keterbatasan fisik
yang dimiliki, seperti keterbatasan karena mata tidak bisa melihat, kaki tidak bisa
berjalan, telinga tidak bisa mendengar, dan lain-lain. Keterbatasan fisik akan
menghalangi mereka untuk bisa melakukan aktivitas dan berkompetisi, sehingga
memerlukan perlakuan khusus, seperti diperlukan jalan dan tangga khusus untuk
kaum diffabel dalam bangunan-bangunan publik.
Perempuan
Mereka ini telah lama hidup dalam situasi dan sistem sosial patriarki, di mana
mereka yang berjenis kelamin laki-laki dianggap super dan memperoleh perlakuan
istimewa dengan meminggirkan kaum perempuan. Dalam jangka panjang,
perempuan telah mengalami marjinalisasi, bukan hanya oleh tradisi tertentu di
setiap masyarakat, tetapi juga kebijakan-kebijakan politik. Ibu Hamil dan
Menyusui. Secara lebih khusus di kalangan perempuan, ibu hamil dan ibu
menyusui, memiliki risiko lebih besar lagi, karena dia bukan hanya hidup sendiri,
tetapi juga membawa anak yang dikandung dan disusui itu. Peningkatan asupan
gizi yang seimbang diperlukan untuk menjamin kelayakan hidup keduanya, sang
ibu dan anak.
Anak-anak
13
Kaum miskin
Kaum miskin adalah kelompok rentan berikutnya, dilihat dari sudut ekonomi dan
kesejahteraan sosial. Dalam kehidupan normal saja, mereka selalu hidup dalam
kemiskinan. Terlebih lagi, ketika ada bencana atau ancaman bencana jelas akan
berdampak pada mata pencarian, kemampuan menghidupi keluarga, dan
keberlangsungan keseluruhan keluarga miskin.
Lansia
Manusia usia lanjut juga kelompok rentan. Keterbatasn fisik dalam diri mereka
adalah kelemahan fisik atau penurunan dari keadaan normal karena dimakan usia.
Penurunan kualitas fisik itu akan mempengaruhi indera-indera dan respon mereka
terhadap situasi sosial, termasuk berkaitan dengan kebencanaan.
Lain-lain
Di antaranya adalah kelompok minoritas suku, agama, ras, dan orientasi seksual.
Perlakuan yang tidak adil bisa saja dan mungkin terjadi karena jumlah mereka
sedikit yang hidup di tengah mayoritas masyarakat.
14
Pendapatan dan pendidikan
Usia dan jenis kelamin
Ras dan etnis
Penyakit kronis dan kecacatan
Human immunodeficiency virus (HIV) / didapat sindrom defisiensi imun
(AIDS)
Penyakit mental dan kecacatan
Penyalahgunaan alkohol dan zat
Kekerasan keluarga
Faktor predisposisi (sosial dan faktor ekonomi) menurut marcia, 2006 yaitu :
15
dipengaruhi faktor umur. Ada beberapa penyakit yang dominan
menyerang pada kelompok anak-anak umur tertentu atau sebaliknya ada
yang hanya menyerang pada golongan umur lanjut usia. Menurut sejarah
difteri masih merupakan penyakit utama yang menyerang masa anak-anak,
populasi yang dipengaruhi adalah usia dibawah 12 tahun. Bayi akan
mudah terserang penyakit difteri antara usia 6 – 12 bulan setelah imunitas
bawaan dari ibu melalui transplasenta menurun.
3. Status Imunisasi
Sebagaimana kita mafhum, faktor imunitas sangat berpengaruh
pada timbulnya suatu penyakit, termasuk difteri. Sistem imunitas yang
terbentuk pada tubuh seseorang ada yang didaptkan secara alamiah atau
buatan. Untuk imunitas alamiah ada yang bersifat aktif yaitu imunitas
yang diperoleh karena tubuh pernah terinfeksi agent penyakit sehingga
tubuh memproduksi antibodi dan bersifat dan bersifat tahan lama. Imunitas
alamiah pasif adalah imunitas yang dimiliki bayi yang berasal dari ibu
yang masuk melalui plasenta, imunitas seperti ini tidak tahan lama dan
biasanya akan menghilang sebelum 6 bulan. Imunitas dapatan juga ada
yang bersifat aktif yaitu jika host telah mendapat vaksin atau toksoid,
sedangkan imunitas dapatan pasif jika host diberi gamma globulin dan
berlangsung hanya 4-5 minggu.
Vaksin dapat melindungi dari infeksi dan diberikan pada masa
bayi. Pemberian imunisasi pada sebagian besar komunitas akan
menurunkan penularan penyebab penyakit dan mengurangi peluang
kelompok rentan untuk terpajan agen tersebut. Imunisasi selain dapat
melindungi terhadap infeksi akan memperlambat laju akumulasi individu
yang rentan terhadap penyakit tersebut.
Terbentuknya tingkat imunitas di kelompok masyarakat sangat
mempengaruhi timbulnya penyakit di masyarakat, dengan terbentuknya
imunitas kelompok, anak yang belum diimunisasi akan tumbuh menjadi
besar atau dewasa tanpa pernah terpajan oleh agen infeksi tersebut.
16
Akibatnya bisa terjadi pergeseran umur rata-rata kejadian infeksi ke umur
yang lebih tua.
Faktor status gizi dan sosial ekonomi : Faktor sosial yang terkait
erat dan berkontribusi besar dalam penyebaran difteri adalah kemiskinan
yang terkait dengan aspek kepadatan hunian dan rendahnya hygiene
sanitasi kulit.
4. Faktor Perilaku
Kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang dapat mempengaruhi
terjadinya penularan atau penyebaran penyakit difteri adalah sebagai
berikut : tidak menutup mulut bila batuk atau bersin sehingga
mempermudah penularan penyakit pada orang lain, membuang
ludah/dahak tidak pada tempatnya, tidak membuka jendela, mencuci alat
makan dengan bersih, memakai alat makan bergantian.
5. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian difteri
antara lain meliputi tingkat kepadatan hunian rumah, sanitasi rumah, serta
faktor pencahayaan dan ventilasi. Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi munculnya penyakit seperti kita ketahui ada lingkungan
fisik biologi, social dan ekonomi. Faktor lingkungan fisik yang meliputi
kondisi geografi, udara, musim dan cuaca sangat mempengaruhi
kerentanan seseorang terhadap jenis penyakit tertentu. Hal ini berkaitan
dengan kebiasaan seseorang dalam adapatasi dengan lingkungannya
tersebut.
Lingkungan biologi terkait dengan vektor atau reservoir penyakit.
Sementara faktor lingkungan lain dapat diperankan oleh lingkungan sosial
ekonomi. Antara faktor sosial dan ekonomi saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Beberapa faktor lingkungan sosial ekonomi
berkaitan dengan penyakit adalah kepadatan hunian, stratifikasi sosial,
kemiskinan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan, perang,
bencana alam.
17
Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan luas wilayah
memunculkan slum area dengan segala problem kesehatan
masyarakatnya. Sementara ditingkat rumah tangga, kepadatan hunian
rumah berpotensi melebihi syarat yang telah ditentukan. Ukuran kepadatan
hunian rumah ini antara lain bisa dilihat dari kepadatan hunian ruang tidur.
Standar yang dipersyaratkan sesuai Kepmenkes RI No.
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan,
luas ruang tidur minimal 8 meter persegi dan tidak dianjurkan digunakan
oleh lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah
umur 5 tahun.
Sedangkan standar luas ventilasi minimal 10% dari luas lantai dan
sebaiknya udara yang masuk adalah udara segar dan bersih. Selain aspek
tersebut, persyaratan rumah sehat lain adalah pencahayaan alami, yang
berfungsi sebagai penerangan juga mengurangi kelembaban ruangan, serta
membunuh kuman penyakit karena sinar ultra violet yang berasal dari
cahaya matahari.
Selain faktor kepadatan hunian, mobilitas penduduk yang tinggi
juga berpotensi meningkatkan resiko kejadian difteri. Moblitas tinggi
meningkatkan resiko kemungkinan membawa bibit penyakit dari satu
daerah ke daerah lainnya.
18
pada faktor host, misalnya bertambahnya jumlah orang yang rentan
terhadap Corynebacterium diphtheria. Kerentanan dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti status imunisasi, status gizi, faktor sosial ekonomi
dan perilaku host.
Anak
Dalam hubungan ini, Pemerintah melalui Keppres No.88 tahun 2000 telah
menetapkan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Trafiking Perempuan dan Anak
serta menetapkan Gugusan Tugas untuk memerangi dan menghapus kejahatan
trafiking. Bidang garapan yang diimplementasikan mencakup perlindungan
dengan mewujudkan norma hukum terhadap pelaku traflking, rehabilitasi din
reintegrasi sosial bagi korban trafiking serta kerja sama dan koordinasi dalam
penanggulangan trafiking. Produk hukum yang paling menonjol dalam upaya
perlindungan terhadap anak yang belum tersosialisasi dengan baik adalah adanya
5 (lima) UU yang mengatur tentang anak, yaitu :
19
Perempuan
20
kebijakan sosial (Social Policy) dan kebijakan penegakan hukum (Law
Enforcement Policy) yang menghormati dan melindungi harkat, martabat dan
kodrat perempuan adalah sarana guna memerangi tindak kekerasan terhadap
perempuan.
Penyandang Cacat
Salah satu masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini antara lain
adalah masalah penyandang cacat. Penyandang cacat juga mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan,
diantaranya adalah berhak memperoleh pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatan yang ada pada mereka. Perhatian masyarakat akan keterbatasan yang
dimiliki Penyandang cacat masih sangat kurang, bahkan seringkali diabaikan dan
dianggap sebagai beban.
21
sebuah kelompok awal.(terdiri dari mitra dan kader) sebagai kelompok yang
menggerakkan masyarakat sangat penting. Mereka berdialog bersama menentukan
prioritas-prioritas dalam pemenuhan kesejahteraan anak terutama anak-anak yang
paling rentan kondisinya.
22
5) Petugas memfasilitasi anak-anak di dalam pertemuan untuk mengerti siapa
orang yang paling mereka percayai dan yang membuat mereka nyaman di
dalam desa, lalu dalam merumuskan keinginan serta kebutuhan mereka.
Kelebihan kelompok anak terletak di usia mereka, mereka sering kali adalah
kelompok yang paling tahu mengenai siapa orang dewasa yang paling
berdampak (baik positif maupun negatif) bagi kualitas hidup anak, siapa
yang bisa dipercayai untuk bermitra dan siapa anak yang paling rentan.
Sebisamungkin petugas mengupayakan agar suara dari anak-anak yang
paling rentan bisa muncul dan diperhatikan oleh anak-anak yang lain. Anak-
anak lain diusahakan untuk belajar memperhatikan kebutuhan teman-
temannya yang paling rentan. Anak-anak yang lebih tua umurnya atau yang
sudah menginjak usia perkembangan remaja bisa diarahkan untuk memimpin
dan memfasilitasi anak-anak lain di dalam pertemuan ini. Pertemuan ini juga
akan memilih anggota kelompok/forum anak dan petugas harus memastikan
beberapa anak-anak yang paling rentan masuk menjadi anggota kelompok
tersebut.
6) Ketika kelompok/forum anak sudah dibentuk, sebaiknya petugas
menghindari untuk sering mempertemukan kelompok/forum anak dengan
kelompok kader dewasa. Kelompok/forum anak diharapkan bisa melahirkan
diskusi-diskusi untuk menemukan visi dan prioritas-prioritas anak-anak
untuk kesejahteraan mereka sendiri terutama untuk anak-anak yang paling
rentan. Hasil diskusi dalam kelompok/forum anak akan dibicarakan dengan
kelompok kader dewasa dengan media perantara petugas LSM.
Kasus :
23
Disebuah daerah di DKI Jakarta dilakukan penelitian pada ibu hamil yang
terkena HIV/AIDS. Didapatkan 6 orang sample ibu hamil dengan HIV/AIDS
yang rata rata berusia 22-27 tahun. Satu orang ibu hamil pendidikan terakhir
adalah PGSD dan lima orang lainnya tamatan SMA. Usia rata-rata kehamilan
adalah 11-34 minggu.
Empat orang dari partisipan mengaku tidak pernah melakukan;’ seks bebas
dan mengkonsumsi narkoba, sedangkan dua orang lainnya mengaku pernah
melakukannya. Keenam partisipan diberi pertanyaan terkait dengan keadaan
kehamilan dengan HIV/AIDS. Ketika ditanya apakah khawatir dengan keadaan
kehamilan, keenam partisipan menjawab khawatir akan keadaan anak yang
sedang dikandung. Kemudian ketika ditanya apakah ibu hamil dengan HIV/AIDS
diperlakukan berbeda, keenam partisipan menjawab bahwa mereka diperlakukan
berbeda. Dari segi pengobatan, ibu dengan ibu hamil diberu obat khusus yaitu
ARV, dan nantinya tidak boleh memberikan ASI.
PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Core
Demografi
Nama : Ibu hamil dengan HIV/AIDS
24
Usia : 22-27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Urutan anak : -
Tempat tinggal : DKI Jakarta
Nama orang tua: -
Pendidikan orang Tua: -
Riwayat kesehatan : HIV/AIDS
Statistic vital : -
Karakteristik Agregat
Variabel karakteristik agregat ibu hamil dengan HIV/AIDS.
Fisik : Ibu hamil dengan HIV/AIDS tidak memiliki masalah pada keadaan
fisik.
Psikologis : ibu hamil dengan HIV/AIDS merasa takut, cemas, dan sedih
dengan keadaannya. Mereka cemas dengan keadaan anak yang
dikandungnya, apakah anak akan selamat dan lahir dengan sehat atau tidak.
Sosial : di dalam masyarakata masih banyak bertebaran stigma mengenai
ODHA sehingga ibu hamil dengan HIV/AIDS mendapat perlakuan yang
berbeda, terlihat dari pengakuan dari beberapa partisipan ibu hamil dengan
HIV/AIDS yang diberi antrian terakhir untuk berobat di pelayanan
kesehatan.
Perilaku : perilaku ibu hamil dengan HIV/AIDS dari beberapa partisipan
mengaku ada yang menyendiri dan tidak ingin berbaur dengan lingkungan
karena malu dengan keadannya.
b. Subsistem
1) Lingkungan Fisik : data tidak dijelaskan di dalam kasus.
2) Pendidikan : satu orang partisipan adalah tamatan PGSD, dan lima orang
lainnya tamatan SMA.
3) Sistem kesehatan : ibu hamil dengan HIV/AIDS dari kasus rutin
memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan.
4) Ekonomi : empat dari partisipan penelitian mengaku kesulitan dalam biaya
pengobatan.
25
5) Keamanan dan transportasi : data tidak dijelaskan di dalam kasus.
6) Kebijakan dan pemerintahan : kebijakan pemerintah yaitu disediakannya
BPJS untuk pengobatan ibu hamil dengan HIV/AIDS.
7) Komunikasi :
a. Komunikasi formal
Media komunikasi tempat ibu hamil dengan HIV/AIDS menemukan
informasi mengenai penyakitnya didapatkan dari buku dan artikel-
artikel yang berada di internet.
b. Komunikasi Informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan ibu hamil dengan HIV/AIDS
dilakukan ibu hamil dengan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan.
8) Rekreasi
Data tidak dijelaskan di dalam kasus.
c. Persepsi
Persepsi ibu hamil dengan HIV/AIDS tentang penyakitnya sudah
cukup baik. Dapat dilihat dari kesadaran ibu hamil dengan HIV/AIDS untuk
datang ke pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk memeriksakan kesehatan
kehamilannya.
2. Diagnosa Keperawatan
26
yang meybabkan program proteksi berpartisipasi sesuai
anggota kesehatan dengan asset yang
komunitas ditingkatkan dari dimilki
menjalani skala (1) menjadi (4) - Libatkan masyarakat
perawatan - Partisipasi dalam dalam musyawarah
program kesehatan mengenai isu
komunitas kesehatan dan
ditingkatkan dari mengembangkan
skala (1) menjadi (4) rencana kerjanya
- Keikutkansertaan - Libatkan masyarakat
asuransi/ jaminan dalam implementasi
kesehatan dan revisinya
ditingkatkan dari - Fasilitasi struktur
skala (1) menjadi (4) organisasi untuk
meningkatkan
Status koping kemampuan
komunitas (L.05089) berkomunikasi dan
Kriteria hasil : bernegosiasi
- Keberdayaan - Kembangkan strategi
komunitas dalam manajemen
ditingkatkan dari konflik
skala (1) menjadi (4) - Bangun komitmen
- Perencanaan antar anggota
komunitas - Kembangkan
ditingkatkan dari mekanisme keter
skala (1) menjadi (4) libatan tatanan local,
- Pemecahan masalah regional, bahkan
komunitas nasional terkait isu
ditingkatkan dari kesehatan.
skala (1) menjadi
skala (4)
- Partisipasi
27
masyarakat
ditingkatkan dari
skala (1) menjadi
skala (4)
- Kerentanan
komunitas menurun
- Tingkat stress
menurun
- Tanggung jawab
komunitas terhadap
penatalaksanaan
stress ditingkatkan
dari skala (1)
menjadi (4)
Ketidakefektifan Ketahanan komunitas Peningkatan ketahanan
koping komunitas (2704) (8340)
b.d merasakan Kriteria Hasil : Aktivitas :
ketidakberdayaan - Pelatihan 1. Fasilitasi kohesi
komunitas (00077) berkelanjutan keluarga
untuk kebutuhan 2. Dorong dukungan
komunikasi dari keluarga
skala (1) menjadi 3. dukung
skala (3) keuarga/komunitas
- Ketersediaan untuk menghargai
sumber daya kondisi kesehatan
untuk 4. dukung perilaku
mempertahankan mencari kesehatan
kebutuhan dasar yang sehat
dari skala (1) 5. fasilitasi
menjadi skaa (4) pengembangan dan
- Kolaborasi antar penggunaan sumber di
organisasi dalam lingkungan
28
komunitas (dari
skala 1 menjadi
skala 4)
- Kebijakan yang
memungkinkan
oranisasi rakyat
(dari skala 1
menjadi skala 4)
- Akses ke
sumberdaya
eksternal (dari
skala 1 menjadi
skala 4)
- Kerjasama
komunitas untuk
menghadapi
tantangan (dari
skala 1 menjadi
skala 4)
- Kelompok
dukungan
komunitas (dari
skala 1 menjadi
skala 4)
- Adaptasi
komunitas
terhadap
perubahan (dari
skala 1 menjadi
skala 4)
29
3. Implementasi
4. Evaluasi
Volume : 12
Nomor : 2
Tahun : 2008
30
keselamatan janinnya, semua menjawab khawatir terhadap
janinnya. Pertanyaan selanjutnya apakah diperlakukan
berbeda dari ibu hamil lainnya, semua menjawab ya.
Kemudian pertanyaan tentang biaya pengobatan, empat dari
enam partisipan mengaku kesulitan dalam mengatasi biaya
pengobatan. Partisipan mengaku tidak nyaman dan stress
ketika mengetahui dirinya terkena HIV/AIDS. Ketika
ditanya apakah partisipan membutuhkan dukungan
keluarga dan teman, semuanya menjawab
membutuhkannya. Koping partisipan dalam menghadapi
kenyataan dari penyakitnya secara garis besar lima dari
enam partisipan memiliki koping adaptif. Ketika ditanya
harapan partisipan terhadap anak yang akan dilahirkan,
semua menjawab berharap anaknya akan lahir dengan
sehat.
Kesimpulan : berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan beberapa
stressor yang menyebabkan perempuan hamil dengan
HIV/AIDS menjadi stress adalah kekhawatiran terhadap
kesehatan janin, menjadi berbeda karena hamil dan
mengidap HIV/AIDS, biaya persalinan yang mahal, dan
dukungan keluarga. Stressor yang terlihat secara nyata
adalah diperlakukan berbeda karena mengidap HIV/AIDS
dan lamanya waktu telah didiagnosis HIV/AIDS.
Kelebihan : kelebihan dari jurnal ini yaitu memaparkan metode
penelitan yang jelas. Intervensi juga memiliki waktu yang
jelas berapa lama intervensi akan dilakukan. Hasil yang di
paparkan yaitu dijelaskan sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi.
Kekurangan : Karena grounded research tidak menggunakan probability
sampling, maka generalisasi yang dibuat akan mengandung
banyak bias.
31
2.8.2 Evidence Based Nursing Practice
1. Uraian Masalah
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan
kumpulangejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh
virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia sebagai Sindrome cacat
kekebalan tubuh dapatan. Acquired (didapat) bukan penyakit keturunan.
Immune ( Sistem kekebalan tubuh. Deficiency (kekurangan). Syndrome
(kumpulan gejala-gejala penyakit).
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular yang
ditularkan oleh infeksi HIV yang pada kasus besar bermanifestasi sebagai
depressi berat imunitas sluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu,
termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena,
penderita hemophilia dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan
seksual dari individu yang sudah terinfeksi virus tersebut (Kamus
Kedokteran Dorlan, 2002).
2. Pertanyaan Klinik
Apa saja yang menyebabkan stress pada ibu hamil dengan HIV/AIDS?
3. Menentukan PIO/PICO/PICOT
I : koping
O : tingkat stress
4. Kata Kunci
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi stress dan koping
pada perempuan hamil yang terdiagnosis HIV/AIDS. Jumlah partisipan pada
32
penelitian ini adalah enam orang, dengan teknik pengumpulan data menggunakan
teknik observasi, wawancara mendalam, dan telaah literature. Hasil analisis yang
berasal dari beberapa pertanyaan didapatkan tujuh tema permasalahan pada wanita
hamil dengan HIV/AIDS, yaitu : 1) khawatir terhadap keselamatan janin, 2)
diperlakukan berebeda dengan perempuan hamil lainnya, 3) banyak membutuhkan
biaya pengobatan, 4) tidak nyaman didiagnosis HIV/AIDS, 5) kebutuhan
dukungan dari keluarga dan teman, 6) koping, 7) harapan memiliki anak yang
sehat. Manfaat dari penelitian ini adalah kita dapat memahami stress yang dialami
oleh perempuan hamil yang menderita HIV/AIDS, sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan yang efektif dan optimal. Implikasi yang diberikan dari
peneitian ini adalah berupa informasi bagi pemerintah dan perawat yang bekerja
di area keperawatan maternitas mengenai kebijakan pengelolaan HIV/AIDS bagi
wanita hamil.
Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan rentang usia 22-27
tahun. Partisipan berjumlah enam orang. Proses analisis data
menggunakan grounded theory.
33
3. Are the Measurements of Major variables Valid and reliable ?
5. Were There any untoward events during the conduct of the study ?
34
mempengaruhi tingkat stress bagi ibu hamil dengan HIV/AIDS (Fortinash
& Worreth, 2004).
Dari semua hal yang sudah di paparkan oleh peneliti dalam jurnal tersebut
dapat disimpulkan bahwa tingkat stress dan koping ibu hamil dengan
HIV/AIDS dapat dipengaruhi oleh : 1) khawatir terhadap keselamatan
janin, 2) diperlakukan berebeda dengan perempuan hamil lainnya, 3)
banyak membutuhkan biaya pengobatan, 4) tidak nyaman didiagnosis
HIV/AIDS, 5) kebutuhan dukungan dari keluarga dan teman, 6) koping,
7) harapan memiliki anak yang sehat.
35
BAB III
PENUTUP
2.7 Kesimpulan
Kerentanan telah didefinisikan sebagai rentan terhadap cacat atau bahaya, atau
beresiko miskin sosial, psikologis, dan / atau hasil kesehatan fisik (Aday, 2001).
Istilah "rentan" berasal dari kata Latin yang berarti luka, dan rentan populasi
adalah kelompok yang memiliki risiko tinggi hasil kesehatan yang merugikan
(Leight, 2003).
2.8 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Allender, Judith Ann, dkk. 2010. Community Health Nursing, Promoting &
Protecting the Publics Health 7 Editions.Cina : Wolter Kluwer Health
Bunga, Beatriks Novianti Killing dan Indra Yohanes Killing. 2019. Menjangkau
Kelompok Rentan di Desa Terpencil. Journal of Health and Behavioral Science.
No.3.Vol. 1. Hal 179-190.
37
Format Bukti Diskusi Mahasiswa
38
pemikiran. tunawisma
Sehingga dapat merupakan orang-
mudah orang yang hidup
memahami materi dijalanan tidak punya
yang rumah sehingga
didiskusikan. rentan terkena
Selain itu penyakit terutama
pengerjaan tugas penyakit menular.
juga lebih efisien Seperti TB,HIV-
dan cepat AIDS.
terselesaikan dan
paham dengan
materi.
3 Ulfa Putri Rahmi Dengan adanya Dari pembahasan
1711312021 diskusi ini saya materi mengenai
lebih memahami kelompok usia rentan
pembagian tugas ini, saya memahami
individu, bahwa kelompok
kemudian di mix usia rentan adalah
dengan teman kelompok yang
teman kelompok kurang mampu
sehingga kami menghadapi suatu
dapat saling resiko. Dan
bertukar ilmu dan kelompok ini
pemahaman memiliki treatment
mengenai materi khusus dalam
yang kami penanganannya pada
kerjakan. keperawatan
komunitas
39
dari mengerjakan saya dapatkan adalah
tugas dengan bahwa bahwa
berdiskusi adalah komunitas dengan
bisa memecahkan agregat kelompok
masalah yang rentan tentunya juga
awalnya susah dapat mengalami
untuk dipecahkan permasalahan di
sendiri menjadi komunitas. Apalagi
lebih mudah kelompok rentan
dengan berdiskusi yang memiliki
bersama teman- penyakit kronis
teman. Berdiskusi seperti HIV/AIDS
juga membantu dan TBC. Hal inilah
saya lebih yang seharusnya
memahami materi dapat diatasi oleh
yang sedang perawat komunitas,
kelompok kami sehingga kelompok
kerjakan. rentang yang
mengalami penyakit
tersebut dapat
merasakan
sejahteranya
kehidupan sama
seperti individu
lainnya.
5 Since Olivia Pengalaman yang Berdasarkan hasil
Rumatray saya dapatkan diskusi yang dibahas
1711319003 selama diskusi anggota kelompok
adalah, lebih yaitu tentang konsep
memahami materi praktik asuhan
yang di bahas, keperawatan
karena di komunitas pada
40
kerjakan bersama- kelompok rentan
sama. Sehingga maka dapat
jika ada yang disimpulakan bahwa
tidak saya pahami kelompok rentan
maka saya akan atau kelompok
menanyakan beresiko tinggi,
kepada anggota karena kurang
kelompok. memilikin
kemampuan
mempersiapkan diri
dalam menghadapi
suatu resiko. Contoh
kelompok beresiko
adalah diffabel,
perempuan, anak-
anak, kaum miskin,
lansia dll.
41
Foto Sesi Diskusi
42