Anda di halaman 1dari 12

Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan

Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI


PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA
PETERNAKAN BOGOR

CHARASTERISTIC AND BODY SIZE IDENTIFICATION OF FRIES


HOLLAND DAIRY COW IN KAWASAN USAHA PETERNAKAN
BOGOR

Muhammad Agil*, Lia Budimulyati Salman**, Heni Indrijani**


Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016
**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
email: agilmuhammad95@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan ukuran tubuh sapi perah
Fries Holland (FH) laktasi di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Bogor. Objek penelitian
ini adalah sapi perah FH laktasi sebanyak 100 ekor yang terdiri atas 23 ekor laktasi 1, 37 ekor
laktasi 2, 25 ekor laktasi 3, dan 15 ekor laktasi 4 yang dipelihara oleh peternak sapi perah di
KUNAK Bogor. Berdasarkan analisis deskriptif, ciri bangsa sapi perah FH laktasi di lokasi
penelitian umumnya masih termasuk baik dengan keberadaan tanda segitiga putih pada dahi
sebesar 97%, warna rambut bagian bawah ekor berwarna putih 100%, dan keempat kaki
bagian bawah sebagian besar berwarna putih, meskipun demikian hanya 6% sapi perah di
KUNAK Bogor yang masih memiliki seluruh kriteria ciri bangsa sapi perah FH. Sapi perah
laktasi di KUNAK Bogor memiliki panjang badan 168,0±14,4 cm, tinggi pundak 129,9±4,5
cm, dan lingkar dada 179,4±10,3 cm. Ukuran tubuh sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor
masih seragam dengan koefisien variasi dibawah 10%.
Kata Kunci : karakteristik, ukuran tubuh, sapi perah Fries Holland

Abstract

This aim of this study is to determine the characteristics and body size of Fries
Holland (FH) dairy cow in KUNAK Bogor. The object of this research was 100 lactation FH
dairy cow which contain of 23 lactation 1, 37 lactation 2, 25 lactation 3, dan 15 lactation 4
dairy cows in KUNAK Bogor. Based on the descriptive analysis, characteristics of the
lactation FH dairy cows on research location was generally still good with the presence of a
white mark on the forehead 97%, white on the bottom part of the tail 100%, bottom part on
the four feet is white, and there are only 6% of the dairy cows that still has the entire criteria
characteristics of the FH dairy cow. FH dairy cow in KUNAK Bogor has body length
168,0±14,4 cm, shoulder height 129,9±4,5 cm, and chest circumference 179,4±10,3 cm. FH
dairy cow have similiar body size with the coefficient variation under 10%.

Keywords : characteristic, body size, Fries Holland dairy cow

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

PENDAHULUAN
Sapi perah merupakan golongan hewan ternak ruminansia yang dapat mendukung

pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Permintaan susu

meningkat seiring meningkatnya populasi manusia, akan tetapi peningkatan permintaan susu

ini kurang diimbangi dengan peningkatan produksi susu sapi perah itu sendiri. Untuk

memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan sapi perah perlu mendapat

pembinaan yang lebih terencana sehingga hasilnya akan meningkat dari tahun ke tahun. Sapi

perah Fries Holland (FH) merupakan jenis sapi perah yang paling banyak dipelihara di

Indonesia. Potensi sapi perah keturunan FH dapat dimaksimumkan dengan perbaikan mutu

bibit, diantaranya mengidentifikasi berbagai sifat kualitatif dan kuantitatif sehingga diperoleh

bibit yang berkualitas. Sifat kualitatif seperti karakteristik sapi perah FH merupakan salah

satu hal yang diperhitungkan dalam pemilihan calon bibit. Sifat kuantiatif seperti ukuran

tubuh erat kaitannya dengan produksi dan dapat dijadikan acuan untuk memilih calon bibit

selain dari catatan produksi susu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 mengenai “Standarisasi Mutu

Bibit Ternak Sapi Perah” yang diselenggarakan atas kerjasama antara Dinas Peternakan

Provinsi Jawa Barat dengan Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, telah dilakukan

kajian mengenai sifat kualitatif dan kuantitatif sapi FH di Jawa Barat. Sifat kuantitatif yang
diamati dalam hal ini adalah ukuran tubuh sapi perah FH di Jawa Barat, pengukuran sendiri

dikelompokan menjadi 3 tingkatan yakni pedet, dara, dan sapi laktasi (dewasa). Sifat

kualitatif sebagian besar sapi perah FH di Jawa Barat memiliki ciri-ciri khusus bangsa berupa

tanda segitiga putih di dahi sebanyak 94,4%, ujung bulu ekor berwarna putih sebanyak

99,4%, dan kejelasan batas antar warna kulit hitam putih sebanyak 87,5%. Sapi perah FH di

Jawa Barat memiliki variasi warna kulit hitam putih sebanyak 98,5%, dengan punggung yang

membentuk garis lurus 94,7% (Disnak Jabar, 2002).

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

OBJEK DAN METODE


1. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah tongkat ukur, pita ukur, form checklist,

dan alat penunjang lainnya seperti alat tulis, kalkulator, laptop berisi progam ms.excel serta

kamera digital. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi perah FH laktasi dengan

total 100 ekor yaitu 23 ekor laktasi 1, 37 ekor laktasi 2, 25 ekor laktasi 3, dan 15 ekor laktasi

4 yang dipelihara oleh peternak sapi perah di KUNAK Bogor. Karakteristik yang diamati

pada penelitian ini adalah ciri bangsa berupa segitiga pada dahi, warna bulu ekor dan warna

pada bagian bawah carpus serta ukuran tubuh berupa lingkar dada, tinggi pundak, dan

panjang badan.
2. Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik penentuan

peternak secara purposive sampling, dan pengambilan sampel ternak dengan metode random

sampling. Perhitungan data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif

sederhana. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur ukuran tubuh

sapi perah FH yakni lingkar dada (LD), tinggi pundak (TP), dan panjang badan (PB) dengan

menggunakan tongkat dan pita ukur serta pengamatan karakteristik sapi perah FH secara

langsung. Informasi mengenai periode laktasi dilakukan dengan wawancara kepada peternak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Umum Daerah Penelitian
Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

(Keppres) No. 069/B/1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 7 Januari

1997. Secara administratif KUNAK masuk ke Desa Situ Udik. Kecamatan Cibungbulang,

Desa Pasarean dan Desa Pamijahan, Kecamatan Pamijahan. Wilayah KUNAK terdiri dari dua

lokasi yaitu KUNAK I dan KUNAK II. Secara geografis wilayah KUNAK terletak di daerah

perbukitan pada ketinggian 460 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata

sebesar 3009 mm/tahun dan rataan suhu 25,5° C dengan kisaran 20° C - 31° C. KUNAK

dihuni oleh 120 peternak dengan luas KUNAK I yaitu 52,43 Ha dan KUNAK II 41,98 Ha.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

2. Pengamatan Ciri Bangsa Sapi Perah FH Laktasi di KUNAK Bogor


Tanda Putih pada Dahi
Salah satu karakteristik yang paling dikenal dari sapi FH adalah tanda segitiga

putih pada dahi. Tanda putih pada dahi yang diamati diantaranya adalah keberadaan, pola,

bentuk dan letak, serta ukuran. Dari hasil pengamatan pada tanda putih di dahi diringkas dan

dibagi menjadi beberapa kriteria, sebagai berikut :

a) Jelas Kecil (ada – segitiga tegas – kecil)

b) Jelas Sedang (ada – segitiga tegas – sedang)

c) Jelas Besar (ada – segitiga tegas – besar)

d) Tidak menutup diujung bawah (ada – melebar kearah dahi – kecil)

e) Lebih tidak menutup diujung bawah (ada – melebar kearah dahi – sedang)

f) Melebar searah tulang hidung (ada – melebar kearah dahi – besar)

g) Tidak terdapat tanda putih (tidak ada tanda putih pada dahi)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapat ternak yang memiliki kriteria (a)

sebanyak 6 ekor, kriteria (b) sebanyak 27 ekor, kriteria (c) sebanyak 48 ekor, kriteria (d)

sebanyak 1 ekor, kriteria (e) sebanyak 5 ekor, kriteria (f) sebanyak 10 ekor, dan kriteria (g)

sebanyak 3 ekor.

Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya sapi perah Fries
Holland laktasi yang berada di KUNAK Bogor memiliki tanda putih dengan kriteria

“Jelas – Besar”. Jika mengacu pada penelitian mengenai Standarisasi Mutu Bibit Ternak yang

dilakukan pada tahun 2002, keberadaan tanda putih pada dahi yang sesuai dengan ciri bangsa

sapi perah FH murni kini mengalami penurunan dari yang semula 29,4%. Hal ini terjadi

karena berkurangnya sapi perah FH murni.


Warna Bulu Ekor
Warna ekor yang diamati yaitu warna bulu ekor bagian atas dan warna bulu ujung

ekor. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2, sebagai berikut:

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

Tabel 1. Data Pengamatan Bulu Ekor Bagian Atas


No. Warna Ekor Bagian Atas Jumlah (ekor) Frekuensi relatif (%)

1 Hitam 1 1

2 Hitam-putih 34 34

3 Putih-hitam 53 53

4 Putih 12 12

Total 100 100

Dari hasil pengamatan, mayoritas sapi perah FH laktasi yang berada di KUNAK
Bogor memiliki warna bulu ekor bagian atas putih-hitam, yaitu warna dominan putih dengan
sedikit bercak hitam.

Tabel 2. Data pengamatan Bulu Ujung Ekor


No Warna Bulu Ujung Ekor Jumlah (ekor) Frekuensi relatif (%)

1 Hitam 0 0

2 Hitam-Putih 0 0

3 Putih-hitam 0 0

4 Putih 100 100

Total 100 100

Warna bulu ujung ekor seluruhnya berwarna putih, hal ini sudah sesuai dengan

standarisasi ciri bangsa pada sapi perah FH murni. Jika mengacu pada penelitian mengenai

Standarisasi Mutu Bibit Sapi Perah yang dilakukan pada tahun 2002, hal ini merupakan

sebuah kemajuan karena pada tahun 2002 didapat data warna putih pada rambut bagian bawah

ekor sebesar 99,4%.


Warna Bagian Bawah Kaki
Warna kaki bagian bawah yang diamati adalah dari keempat kaki, yaitu kaki depan-
kanan, depan-kiri, belakang-kanan, dan belakang-kiri. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3,
Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6 sebagai berikut :

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

Tabel 3. Data Pengamatan Warna Kaki Depan-Kanan


No Kaki Depan Kanan Jumlah (ekor) Frekuensi relatif (%)

1 Hitam 0 0

2 Hitam-Putih 39 39

3 Putih-hitam 33 33

4 Putih 28 28

Total 100 100

Dari hasil pengamatan, tampak bahwa frekuensi relatif sapi perah yang memiliki kaki

depan dengan warna hitam sebesar 0%, warna hitam-putih sebesar 39%, warna putih-hitam
sebesar 33%, dan warna putih sebesar 28%. Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas sapi

perah FH laktasi di KUNAK memiliki kaki depan kanan berwarna hitam-putih.

Tabel 4. Data Pengamatan Warna Kaki Depan-Kiri


No Kaki Depan Kiri Jumlah (ekor) Frekuensi relatif (%)

1 Hitam 0 0

2 Hitam-Putih 32 32

3 Putih-hitam 38 38

4 Putih 30 30

Total 100 100

Dari hasil pengamatan,, tampak bahwa frekuensi relatif sapi perah yang memiliki kaki

depan kiri dengan warna hitam sebesar 0%, warna hitam-putih sebesar 32%, warna putih-

hitam sebesar 38%, dan warna putih sebesar 30%. Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas

sapi perah FH di KUNAK memiliki kaki depan kiri dengan warna putih-hitam.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

Tabel 5. Data Pengamatan Warna Kaki Belakang-Kanan

No Kaki Belakang Kanan Jumlah (ekor) Frekuensi relatif (%)

1 Hitam 0 0

2 Hitam-Putih 24 24

3 Putih-hitam 20 20

4 Putih 56 56

Total 100 100

Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa frekuensi relatif sapi perah yang memiliki kaki

belakang kanan dengan warna hitam sebesar 0%, warna hitam-putih sebesar 24%, warna

putih-hitam sebesar 20%, dan warna putih sebesar 56%. Maka dapat disimpulkan bahwa

mayoritas sapi perah FH laktasi di KUNAK memiliki kaki belakang kanan putih.

Tabel 6. Data Pengamatan Warna Kaki Belakang Kiri

No Kaki Belakang Kiri Jumlah (ekor) Frekuensi relatif (%)

1 Hitam 0 0

2 Hitam-Putih 22 22

3 Putih-hitam 20 20

4 Putih 58 58

Total 100 100

Dari Hasil Pengamatan, dapat dilihat bahwa frekuensi relatif sapi perah yang memiliki

kaki belakang kiri dengan warna hitam sebesar 0%, warna hitam-putih sebesar 22%, warna

putih-hitam sebesar 20%, dan warna putih sebesar 58%. Maka dapat disimpulkan bahwa

mayoritas sapi perah FH laktasi di KUNAK memiliki kaki belakang kiri putih.

Secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas warna kaki bagian
bawah sapi perah FH laktasi yang terdapat di KUNAK Bogor berwarna putih. Hal tersebut

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

sangat sesuai dengan standarisasi ciri bangsa sapi perah FH yang menyatakan bahwa standar

bibit sapi perah FH murni memiliki bagian bawah kaki (carpus) berwarna putih.
3. Pengamatan Ukuran Tubuh Sapi Perah FH Laktasi di KUNAK Bogor

Panjang Badan
Panjang badan diukur dari tepi tulang humerus sampai tulang duduk (tuber ischii) sapi
perah. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Data pengamatan panjang badan sapi perah FH laktasi


Periode N Koefisien Variasi
PB (cm) Min (cm) Max (cm)
Laktasi (ekor) (KV)

1 23 158,2±10,6 131,4 185,2 6,7


2 37 169,4±14,0 158,1 199,5 8,3
3 25 171,3±16,4 152,9 199,7 9,6
4 15 174,1±9,9 160,3 195,2 5,7
Total 100 168,0±14,4 131,4 199,7 8,6

Pada Tabel 7, panjang badan sapi perah pada tiap periode laktasi menunjukkan

adanya perbedaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan umur ternak tersebut ketika pertama

kali mengalami pubertas, pada saat tersebut ternak mengalami titik infleksi. Titik infleksi

merupakan titik maksimum pertumbuhan, pada titik tersebut terjadi peralihan perubahan yang

asalnya percepatan pertumbuhan menjadi perlambatan sampai relatif konstan (Tazkia dan

Anggraeni, 2009). Selain itu, pengaruh manajemen pemberian pakan maupun dari genetik

ternak itu sendiri menjadi faktor penentu ukuran tubuh tubuh ternak tersebut.

Koefisien variasi pada tiap periode laktasi menunjukkan angka di bawah 10% dapat

diartikan bahwa panjang badan sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor tergolong seragam,

karena nilai koefisien variasi tersebut masih di bawah 10% (Nasution, 1992). Hal tersebut

dikarenakan keseragaman pemeliharaan yang dilakukan peternak di KUNAK, salah satunya

yaitu pakan yang berasal dari KPS Bogor. Jika panjang badan sapi perah FH laktasi hasil

pengukuran di KUNAK Bogor dibandingkan dengan data panjang badan yang diambil pada

penelitian mengenai Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah pada tahun 2002 Panjang

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

badan sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor mengalami peningkatan. Hal ini tentu saja

disebabkan oleh banyaknya perubahan, salah satunya yaitu kemajuan teknologi pakan.

Tinggi Pundak
Tinggi pundak diukur dari permukaan tanah sampai tulang titik tertinggi pundak sapi
perah. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini :

Tabel 8. Data Pengamatan Tinggi Pundak Sapi Perah FH laktasi


Periode N Koevisien Variasi
TP (cm) Min (cm) Max (cm)
Laktasi (ekor) (KV)

1 23 128,5±4,7 121,2 135,6 3,6


2 37 129,4±4,5 122,1 144,5 3,5
3 25 130,4±3,8 122,5 137,4 2,9
4 15 132,1±4,9 124,2 141,7 3,7

Total 100 129,9±4,5 121,2 144,5 3,5

Pada Tabel 8, tinggi pundak sapi perah pada tiap periode laktasi menunjukkan adanya

perbedaan walaupun tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan umur ternak

tersebut ketika pertama kali mengalami pubertas, yaitu pada saat tersebut ternak mengalami

titik infleksi. Selain itu, manajemen pemberian pakan dan genetik juga mempengaruhi ukuran

tubuh seekor ternak. Tinggi pundak akan meningkat seiring dengan meningkatnya lingkar

dada dan bobot badan. Hal ini dipertegas oleh Sugeng (1993) bahwa ada kolerasi yang nyata

antara tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, dan bobot badan sapi perah.

Koefisien variasi pada tiap periode laktasi menunjukkan angka di bawah 10% dapat

diartikan bahwa tinggi pundak sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor tergolong seragam,

karena nilai koefisien variasi tersebut masih di bawah 10% (Nasution, 1992). Hal tersebut

dikarenakan keseragaman pemeliharaan yang dilakukan peternak di KUNAK, salah satunya

yaitu pakan yang berasal dari KPS Bogor. Jika tinggi pundak sapi perah FH laktasi hasil

pengukuran dibandingkan dengan data ukuran tinggi pundak yang diambil pada penelitian

mengenai Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah pada tahun 2002 oleh Tim Kerjasama

antara Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan Lembaga Penelitian Universitas

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

Padjadjaran, tinggi pundak sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor mengalami sedikit

penurunan. Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu

faktor lingkungan.
Lingkar Dada
Lingkar dada diukur dengan melingkarkan sekeliling rongga dada di belakang sendi
bahu. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini :

Tabel 9. Data pengamatan lingkar dada sapi perah FH laktasi


Periode N Koefisien Variasi
LD (cm) Min (cm) Max (cm)
Laktasi (ekor) (KV)

1 23 174,4±9,7 154,0 195,1 5,6


2 37 179,3±9,2 160,1 202,1 5,1
3 25 182,9±10,4 160,7 203,4 5,7
4 15 181,7±11,0 163,7 202 6,0

Total 100 179,4±10,3 154,0 203,4 5,7

Pada Tabel 9, lingkar dada sapi perah pada tiap periode laktasi menunjukkan adanya

perbedaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan umur ternak tersebut ketika pertama kali

mengalami pubertas dimana pada saat tersebut ternak mengalami titik infleksi. Faktor lain
yang mempengaruhi perkembangan lingkar dada pada sapi laktasi adalah jumlah beranak.

Koefisien variasi pada tiap periode laktasi menunjukkan angka di bawah 10% dapat

diartikan bahwa lingkar dada sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor tergolong seragam,

karena nilai koefisien variasi tersebut masih di bawah 10% (Nasution, 1992). Hal tersebut

dikarenakan keseragaman pemeliharaan yang dilakukan peternak di KUNAK, salah satunya

yaitu pakan yang berasal dari KPS Bogor. Jika lingkar dada sapi perah FH laktasi hasil

pengukuran di KUNAK Bogor dibandingkan dengan data ukuran lingkar dada yang diambil

pada penelitian mengenai Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah pada tahun 2002

Lingkar dada sapi perah FH laktasi di KUNAK Bogor secara keseluruhan mengalami sedikit

penurunan. Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu

faktor lingkungan.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 10


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

KESIMPULAN
Sapi perah FH laktasi yang terdapat di KUNAK Bogor umumnya mengalami
kehilangan ciri khas pada tanda putih di dahi dan warna bagian atas ekor. Mengacu pada
Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah pada tahun 2002, terjadi penurunan mutu
kualitiatif pada keberadaan tanda putih di dahi serta bulu ujung ekor.
Ukuran tubuh sapi perah laktasi di KUNAK Bogor pada umumnya sudah seragam.
Mengacu pada Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah pada tahun 2002, terjadi
peningkatan pada panjang badan namun tinggi pundak dan lingkar dada mengalami
penurunan.

SARAN
Diperlukan data asal semen pejantan yang digunakan saat IB agar mengetahui ciri
bangsa tetua pada sapi yang digunakan sebagai pejantan, apakah pejantan FH murni atau
pejantan dari bangsa lain.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada kasih kepada dosen pembimbing utama
Dr. Ir. Lia Budimulyati Salman, MP., dan dosen pembimbing anggota Dr. Heni Indrijani,
S.Pt., M.Si., yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta
pengarahan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2002. Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah.
Proyek Pembibitan Ternak Sapi Perah, Sapi Potong, Domba, Unggas, dan hewan
Kesayangan di Masyarakat Jawa Barat. Kerjasama antara Dinas Peternakan Jawa
Barat dengan Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung. hlm 20-36.

Makin, M. 2011. Tatalaksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu, Yogyakarta. hlm 9.

Nasution, A. 1992. Panduan Berfikir dan Meneliti Secara Ilmiah. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.

Sugeng. 1993. Hubungan Bobot Badan dengan Lingkar Dada, Tinggi Pundak, dan Panjang
Badan Sapi Perah. Buletin Peternakan. Jakarta.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 11


Identifikasi Karakteristik dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kawasan
Usaha Peternakan Bogor..............................................................................Muhammad Agil

Tazkia, R, dan A. Anggraeni. 2009. Pattern and estimation of growth curve for Friesian
Holstein Cattle in Eastern Area of KPSBU Lembang. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 12

Anda mungkin juga menyukai