Anda di halaman 1dari 16

Daftar Isi

BAB I ...................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 2
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 2
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 3
TUJUAN ............................................................................................................................................. 3
BAB II..................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
A. Defenisi Analgetika, Antipiretika, Dan NSAID ............................................................................. 4
B. Prototype Obat Dari Tiap Golongan ............................................................................................... 4
1. ANALGETIK ............................................................................................................................. 4
2. ANTIPIRETIK ............................................................................................................................ 8
3. NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflamatory Drugs) ....................................................................... 9
C. Jenis Obat Baru ............................................................................................................................ 12
D. Peran Hipotalamus Sebagai Termostat ........................................................................................ 12
BAB III ................................................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................................................ 15
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 15
B. SARAN ..................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Obat antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal luas seperti obat
asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan kombinasi dengan
bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga mudah ditemukan di apotik
toko obat maupun warung pinggr jalan. Karena mudah didapatkan resiko untuk terjadi
penyalahgunaan obat ini semakin besar. Di Amerika Serikat di laporkan lebih dari 100.000
kasus per tahun yang menghubungi pusat informasi keracunan, 56.000 kasus datang ke unit
gawat darurat, 26.000 kasus memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Bagi para pengguna
mungkin memerlukan bantuan dalam mengkonsumsi obat yang sesuai dengan dosisi-dosis
obat. Penggunaan Obat Analgetik Narkotik atau Obat Analgesik ini mampu menghilangkan
atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik atau Analgesik ini tidak
mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna.
A. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa itu defenisi Analgetika, Antipiretika, dan Nsaid?

2. Apa saja prototype obat dari tiap golongan?

3. Apa saja jenis obat baru?

4. Apa peran hipotalamus sebagai termostat?

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui defenisi Analgetika, Antipiretika, dan Nsaid?

2. Untuk mengetahui prototype obat dari tiap golongan?

3. Untuk mengetahui jenis obat baru?

4. Untuk mengetahui peran hipotalamus sebagai termostat?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Analgetika, Antipiretika, Dan NSAID

Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat
yang kita minum biasanya mengandung analgesik atau pereda nyeri.

Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya menurunkan temperatur
tubuh saat panas tidak berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan panas karena dapat
menghambat prostatglandin pada CNS.

NSAID (non-steroidal anti-inflamatory drugs) adalah obat yang mengurangi rasa sakit,
demam, dan peradangan.

a. Prototype Obat Dari Tiap Golongan

Tubuh kita sendiri sebenarnya memiliki analgesik alami Tubuh, analgesik tersebut adalah
Endorfin.

1. ANALGESIK

Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:

a. Analgesik Opioid/analgesik narkotika

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium
atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri
seperti pada fractura dan kanker.
Macam-macam obat Analgesik Opioid:

1) Metadon.

Mekanisme kerja : Kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.

Indikasi : Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang di rumah sakit.

Efek tak diinginkan: Depresi pernapasan, konstipasi, gangguan SSP, hipotensi ortostatik,
mual dam muntah pada dosis awal

2) Fentanil.

Mekanisme kerja : Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil
kemungkinannya.

Indikasi : Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.

Efek tak diinginkan : Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot,
bradikardi ringan.

3) Kodein

Mekanisme kerja : Sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin.

Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk)

Indikasi : Penghilang rasa nyeri minor

Efek tak diinginkan : Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang
menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.

b. Obat Analgetik Non-narkotik

Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan
istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang
terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat
Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan
atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik
Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan
penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).

Efek samping obat-pbat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan
hati dan ginjal, kerusakan kulit.

Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:

a. Ibupropen

Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara.


Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat
ini.

b. Paracetamol/acetaminophen

Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai


analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik,
parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati
analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak
menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

c. Asam Mefenamat

Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat
pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek
samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain
terhadap mukosa lambung.
Biasanya analgesik di golongkan menjadi beberapa kelompok, antara lain:

1) Analgesik – Antipiretik Contoh parasetamol, fenasetin

2) Analgesik – AntiInflamasi contoh ibuprofen, asam mefenamat

3) Analgesik – Antiinflamasi kuat contoh Aspirin, Natrium Salisilat

Selain digolongkan berdasarkan efeknya, analgesik juga di golongkan berdasar tempat


kerjanya. Penggolongan ini membedakan analgesik menjadi:

1) Analgesik Sentral yaitu analgesik yang menduduki reseptor miu contohnya tramadol,
morphine

2) Analgesik Perifer yaitu analgesik yang bekerja pada saraf perifer contohnya
parasetamol

Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:

1) Analgetik Perifer (non narkotik) Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral.

2) Analgetik Narkotik Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
fraktur dan kanker.

Obat-obat golongan analgetik dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: parasetamol,


salisilat, (asetasol, salisilamida, dan benorilat), penghambat Prostaglandin (NSAID)
ibuprofen, derivate-derivat antranilat ( mefenamilat, asam niflumat glafenin, floktafenin,
derivate-derivat pirazolinon (aminofenazon, isoprofilpenazon, isoprofilaminofenazon),
lainnya benzidamin. Obat golongan analgesic narkotik berupa, asetaminofen dan fenasetin.
Obat golongan anti-inflamasi nonsteroid berupa aspirin dan salisilat lain, derivate asam
propionate, asam indolasetat, derivate oksikam, fenamat, fenilbutazon.
2. ANTIPIRETIK

Macam-macam obat Antipiretik:

a. Benorylate

Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan
sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini
bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang
terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak
yang mengidap Sindrom Reye.

b. Fentanyl

Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan


sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl
digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.

Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara
menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl
digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika.

Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek
samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang
lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai
dengan aturan.

Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk
mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan
periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.

c. Piralozon

Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini amat
manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon diketahui
menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu
penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.
3. NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflamatory Drugs)

Obat golongan Antiinflamasi non Steroid

a. Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal.

Aspirin adalah agen antiinflamasi yang tertua, merupakan penghambat prostaglandin


yang menurunkan proses inflamasi dan dahulu merupakan agen antiinflamasi yang paling
sering dipakai sebalum adanya ibuprofen.

Indikasi : Meringankan rasa sakit, nyeri otot dan sendi, demam, nyeri karena haid, migren,
sakit kepala dan sakit gigi tingkat ringan hingga agak berat.

Kontra Indikasi : Tukak lambung dan peka terhadap derivet asam salisilat, penderita asma
dan alergi, penderita yang pernah atau sering mengalami pendarahan di bawah kulit,
penderita hemofilia; anak-anak di bawah umur 16 tahun.

b. Turunan paraaminofenol : Paracetamol

Parasetamol (asetaminofen) seringkali dikelompokkan sebagai NSAID, walaupun


sebenarnya parasetamol tidak tergolong jenis obat-obatan ini, dan juga tidak pula memiliki
khasiat anti nyeri yang nyata. Merupakan penghambat prostaglandin yang lemah.
Parasetamol mempunyai efek analgetik dan antipiretik, tetapi kemampuan antiinflamasinya
sangat lemah. Intoksikasi akut parasetamol adalah N-asetilsistein, yang harus diberikan dalam
24 jam sejak intake parasetamol.

c. Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.

Kelompok derivat pirazolon tinggi berikatan dengan protein. Fenilbutazon


(butazolidin) berikatan 96% dengan protein. Telah dipakai bertahun-tahun untuk obat artritis
rematoid dan gout akut. Obat ini mempunyai waktu paruh 50-65 jam sehingga sering timbul
reaksi yang merugikan dan akumulasi obat dapat terjadi. Iritasi lambung terjadi pada 10-45%
klien. Agen lain: oksifenbutazon (tandearil), aminopirin (dipirin), dipiron (feverall), jarang
dipakai kerena reaksi yang ditimbulkannya karena terjadi toksisitas. Reaksi yang paling
merugikan dan berbahaya dari kelompok ini adalah diskrasia darah, seperti agranulositosis
dan anmeia aplastik. Fenilbutazon hanya boleh dipakai untuk obat artritis dengan keadaan
NSAIA/NSAID yang berat dimana NSAIA/NSAID lainnya yang kurang toksik telah
digunakan tanpa hasil.
d. Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat

Asam flufenamat untuk keadaan artritis akut dan kronik. Dapat mengiritasi lambung.
Klien dengan riwayat tukak peptik jangan menggunakan obat ini. Efek lain: edema, pusing,
tinnitus, pruritus. Fenamanat lain: meklofenamanat sodium monohidrat (meclomen), dan
asam mefenamat (ponstel).

e. Turunan asam arilasetat/asam propionat : Naproksen, Ibuprofen, Ketoprofen

Kelompok ini lebih relatif baru. Obat-obat ini seperti aspirin, tetapi mempunyai efek
yang lebih kuat dan lebih sedikit timbul iritasi gastrointestinal, tidak seperti pada aspirin,
indometacin, dan fenilbutazon. Diskrasia darah tidak sering terjadi. Agen ini yaitu:
fenoprofen kalsium (nalfon), naproksen (naprosyn), suprofen (suprol), ketoprofen (orudis),
dan flurbiprofen (ansaid).

Farmakokinetik ibuprofen: diabsorpsi dngan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat-


obatan ini mempunyai waktu paruh singkat tetapi tinggi berikatan dengan protein. Jika
dipakai bersama-sama obat lain yang tinggi juga berikatan dengan protein, dapat terjadi efek
samping berat. Obat ini dimetabolisme dan dieksresi sebagai metabolit inaktif di urin.

Farmakodinamik ibuprofen: menghambat sintesis prostaglandin sehingga efektif dalam


meredakan inflamasi dan nyeri. Perlu waktu beberapa hari agar efek antiinflamasinya terlihat.
Juga dapat menambah efek koumarin, sulfonamid, banyak dari falosporin, dan fenitoin.
Dapat terjadi hipoglikemia jika ibuprofen dipakai bersama insulin atau obat hipoglikemik
oral. Juga berisiko terjadi toksisitas jika dipakai bersama-sama penghambat kalsium.

f. Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam, Meloksikam.

Piroksikam/feldene adalah NSAIA/NSAID baru. Indikasinya untuk artritis yang lama


seperti rematoid dan osteoartritis. Keuntungan utama, waktu paruh panjang sehingga
mungkin dipakai satu kali sehari. Menimbulkan masalah lambung seperti tukak dan rasa tidak
enak pada epigastrium, tetapi jarang daripada NSAIA/NSAID lain. Oksikam juga tinggi
berikatan dengan protein.
g. Asam Paraklorobenzoat/asam asetat indol

NSAIA/NSAID yang mula-mula diperkenalkan adalah indometacin/indocin, yang


digunakan untuk obat rematik, gout, dan osteoartritis. Merupakan penghambat prostaglandin
yang kuat. Obat ini berikatan dengan protein 90% dan mengambil alih obat lain yang
berikatan dengan protein sehingga dapat menimbullkan toksisitas. Indometacin mempunyai
waktu paruh sedang (4-11 jam). Indocin sangat mengiritasi lambung dan harus dimakan
sewaktu makan atau bersama-sama makanan. Derivat asam paraklorobenzoat yang lain
adalah sulindak (clinoril) dan tolmetin (tolectin), yang dapat menimbulkan penurunan reaksi
yang merugikan daripada indometacin. Tolmetin tidak begitu tinggi berikatan dengan protein
seperti indometacin dan sulindak dan mempunyai waktu paruh yang singkat. Kelompok
NSAIA/NSAID ini dapat menurunkan tekanan darah dan menyebabkan retensi natrium dan
air.

h. Turunan asam fenilasetat : Natrium diklofenak

Diklofenak sodium (voltaren), adalah NSAIA/NSAID terbaru yang mempunyai waktu


paruh plasmanya 8-12 jam. Efek analgesik dan antiinflamasinya serupa dengan aspirin, tetapi
efek antipiretiknya minimal atau tidak sama sekali ada. Indikasi untuk artritis rematoid,
osteoartritis, dan ankilosing spondilitis. Reaksi sama seperti obat-obat NSAIA/NSAID lain.
Agen lain: ketorelak/toradol adalah agen antiinflamasi pertama yang mempunyai khasiat
analgesik yang lebih kuat daripada yang lain. Dianjurkan untuk nyeri jangka pendek. Untuk
nyeri pascabedah, telah terbukti khasiat analgesiknya sama atau lebih dibanding analgesik
opioid.
A. Jenis Obat Baru

Obat golongan Antiinflamasi non Steroid

1. Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal.

2. Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.

3. Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat

4. Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen.

5. Turunan heteroarilasetat : Indometasin.

6. Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.

B. Peran Hipotalamus Sebagai Termostat

Hipotalamus adalah sebuah kawasan yang kompleks di otak manusia, dan bahkan kecil
inti dalam hipotalamus terlibat dalam banyak fungsi yang berbeda. Inti paraventricular
misalnya berisi Oksitosin dan vasopresin (juga disebut antidiuretic hormon) neuron yang
proyek untuk pituitari posterior, tetapi juga mengandung neuron yang mengatur ACTH dan
TSH sekresi (yang proyek untuk pituitari anterior), lambung refleks, tekanan darah, makan,
respon imun, dan suhu.

Mengkoordinir hipotalamus banyak hormon dan perilaku ritme sirkadian, pola yang
kompleks neuroendocrine output, kompleks homeostatic mekanisme dan banyak perilaku
yang penting.

Hipotalamus harus karena itu menanggapi banyak sinyal yang berbeda, beberapa di
antaranya dihasilkan eksternal dan beberapa internal. Jadi seperti terhubung dengan banyak
bagian dari sistem saraf pusat, termasuk pembentukan reticular batang otak dan otonom zona,
limbik otak-depan (terutama amigdala, septum, diagonal band Broca, dan lampu Bulbus dan
korteks otak besar).
Hipotalamus responsif terhadap:

1. Cahaya: daylength dan photoperiod untuk mengatur ritme sirkadian dan musiman

2. Penciuman rangsangan, termasuk feromon

3. Steroid, termasuk gonad steroid dan Kortikosteron

4. Neurally ditransmisikan informasi yang timbul khususnya dari hati, perut, dan saluran
reproduksi

5. Input otonom

6. Darah yang bertalian rangsangan, termasuk leptin, ghrelin, angiotensin, insulin,


pituitary hormon, sitokin, plasma konsentrasi glukosa dan osmolarity.

7. Stres

8. Menyerang mikroorganisme oleh peningkatan suhu tubuh, reset termostat tubuh keatas.
Peptida hormon memiliki pengaruh penting hipotalamus, dan untuk melakukannya
mereka harus menghindari blood - brain barrier. Hipotalamus dikelilingi sebagian oleh daerah
otak yang khusus yang kurang efektif blood - brain barrier; pengenduran kapiler di situs ini
fenestrated untuk memungkinkan bagian gratis bahkan besar protein dan molekul lainnya.
Sebagian dari situs ini adalah situs neurosecretion - neurohypophysis dan eminensia rata-rata.
Namun orang lain situs di mana otak sampel komposisi darah. Dua dari situs ini, subfornical
organ dan OVLT (organum vasculosum lamina terminalis) adalah organ-organ yang disebut
circumventricular, di mana neuron berada dalam kontak intim dengan darah dan CSF.
Struktur ini padat vascularized, dan berisi osmoreceptive dan menerima natrium neuron yang
mengendalikan minum, vasopresin rilis, ekskresi natrium, dan natrium nafsu. Mereka juga
mengandung neuron dengan reseptor angiotensin, faktor natriuretic atrial, endothelin dan
relaxin, masing-masing penting dalam peraturan cairan dan elektrolit keseimbangan. Neuron
di OVLT dan SFO proyek supraoptic inti dan paraventricular inti, dan juga untuk preoptic
membantu daerah. Organ circumventricular juga dapat tempat tindakan interleukin untuk
memperoleh demam dan sekresi ACTH melalui efek pada paraventricular neuron.

Ini tidak jelas bagaimana semua peptid yang mempengaruhi aktivitas membantu
mendapatkan akses yang diperlukan. In the case of prolaktin dan leptin, ada bukti
pengambilan aktif pada plexus choroid dari darah ke CSF. Beberapa hormon pituitary
memiliki umpan balik negatif yang mempengaruhi pada sekresi membantu; sebagai contoh,
hormon pertumbuhan feed kembali pada hipotalamus, tapi bagaimana itu masuk ke otak
adalah tidak jelas. Ada juga bukti untuk tindakan pusat prolaktin dan TSH.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat
yang kita minum biasanya mengandung analgesik atau pereda nyeri. Analgesic terbagi
menjadi dua golongan yaitu Analgesik Opioid/analgesik narkotika dan Analgesik non
Narkotika.

Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya menurunkan temperatur
tubuh saat panas tidak berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan panas karena dapat
menghambat prostatglandin pada CNS. Jenis obatnya Benorylate, Fentanyl, Piralozon.

NSAID (non-steroidal anti-inflamatory drugs) adalah obat yang mengurangi rasa sakit,
demam, dan peradangan. Golongan obatnya Turunan asam salisilat, Turunan paraaminofenol,
Turunan 5-pirazolidindion, Turunan asam N-antranilat, Turunan asam arilasetat/asam
propionate, Turunan oksikam, Asam Paraklorobenzoat/asam asetat indol, dan Turunan asam
fenilasetat.

Hipotalamus adalah sebuah kawasan yang kompleks di otak manusia, dan bahkan kecil
inti dalam hipotalamus terlibat dalam banyak fungsi yang berbeda.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini, diharapkan untuk kedepan agar bisa bermanfaat untuk
referensi pelajaran dan bisa lebih menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC

Sutistia G.Ganiswara .2007. Farmakologi Dan Terapi edisi V. Jakarta, Gaya Baru

Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VIII Bagian ke II. Jakarta :
Salemba Medika.

Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja. 2005. Obat-Obat Penting . Jakarta : PT Gramedia

Anda mungkin juga menyukai