Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, kondisi perekonomian semakin tidak menentu. Kondisi
perekonomian ini menyebabkan banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Oleh
karena itu, agar perusahaan dapat bertahan dan dapat berkembang, perusahaan harus
mencermati kondisi dan kinerja perusahaan. Perusahaan yang berskala besar atau kecil
mempunyai perhatian besar di bidang keuangan, terutama dalam perkembangan dunia usaha
yang semakin maju, persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya semakin
ketat. Untuk mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi dan kinerja perusahaan maka
diperlukan suatu analisis yang tepat.
Laporan Keuangan merupakan media yang tepat untuk melihat kondisi keuangan
perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data
keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan atau ikhtisar lainnya yang sehingga dapat
digunakan untuk membantu para pemakai di dalam menilai kinerja perusahaan sehingga
dapat mengambil keputusan yang tepat. Laporan keuangan digunakan oleh manajer untuk
meningkatan kinerja, oleh kreditor untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman,
dan oleh pemegang saham untuk meramalkan laba , dividen, dan harga saham.
Dalam rangka untuk menilai kinerja perusahaan, diperlukan beberapa tolok ukur.
Tolok ukur yang sering digunakan adalah rasio atau indeks, yang mnghubungkan dua data
keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan dari macam-macam rasio dapat
memberikan pandangan yang lebih baik tentang kinerja perusahaan dibandingkan analisis
yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.
Analisis laporan keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan
dibandingkan dengan standar tertentu. Standar tersebut dapat berupa, standar internal yang
ditetapkan manajemen, perbandingan historis atau membandingkan angka-angka keuangan
dengan angka-angka masa sebelumnya. Tanpa perbandingan, tidak akan diketahui apakah
kinerja suatu perusahaan menunjukkan perbaikan atau menunjukkan penurunan.
PT Matahari Departement store Tbk adalah perusahaan ritel besar di Indonesia yang
bergerak dalam usaha jaringan toko serba ada yang menyediakan berbagai macam barang
seperti pakaian, aksesoris, tas, sepatu, kosmetik dan kebutuhan rumah tangga lain. Penilaian

1
untuk kinerja perusahaan ini sangat diperlukan untuk membuat keputusan agar perusahaan
tidak terbawa arus perekonomian dan tidak mengalami kebangkrutan.
Berdasarkan uraian – uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
membuat hasil laporan akhir dengan Judul “Analisis Laporan Keuangan PT Matahari
Departement Store 31 Desember 2018 dan 2017”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah yang penulis dapatkan
adalah:
1. Bagaimana perbandingan Laporan Laba Rugi PT Matahari Departement Tbk tahun
2018 dengan tahun 2017?
2. Bagaimana perbandingan Laporan Posisi Keuangan PT Matahari Departement Tbk
tahun 2018 dengan tahun 2017?
3. Bagaimana perbandingan Laporan Arus Kas PT Matahari Departement Tbk tahun
2018 dengan tahun 2017?
4. Bagaimana perhitungan rasio Laporan Keuangan PT Matahari Departement Tbk
tahun 2018 dan tahun 2017?
5. Bagaimana analisis sumber dan penggunaan modal kerja dan kas PT Matahari
Departement Tbk tahun 2018?

C. Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan yang akan penulis bahas dalam laporan ini adalah
analisis Laporan Keuangan PT Matahari Departement Store Tbk berupa Laporan Posisi
Keuangan, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas.

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan akhir ini antara lain:
a) Untuk mengetahui perbandingan laporan keuangan pada periode ini dan periode
sebelumnya.
b) Untuk mengetahui rasio yang dihasilkan dari laporan keuangan yang dianalisis.
c) Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
d) Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Ekonomi.

2
2. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan akhir ini antara lain:
a) Sebagai masukan bagi pihak manajemen PT Matahari Departement Store Tbk
untuk mengambil keputusan berdasarkan perbandingan laporan keuangan
b) Menambah pengetahuan bagi penulis dimana keadaan perusahaan sebagai
penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang diterima.
c) Sebagai sumber bacaan dan referensi.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan adalah suatu analisa yang dilakukan untuk melihat kondisi
keuangan perusahaan, prestasi kerja dan kinerja perusahaan di masa lalu sampai saat ini serta
prospeknya dimasa datang. Analisis laporan keuangan digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

B. Tujuan Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi
yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap Harahap (2006:195)
mengungkapkan bahwa tujuan dari analisis laporan keuangan ini sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat
dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat mengambil informasi yang tidak tampak secara kasat mata (expicit) dari suatu
laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang tidak bersifat konsisten dalam hubungannya dengan
suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan
maupun kaitannya dengan informasi yang diperolah dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya data melahirkan modelmodel dan
teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi dan peningkatan (rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
7. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah
dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode
sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi
keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya. Bisa juga memprediksi
potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.

4
C. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Dalam menganalisis laporan keuangan digunakan beberapa metode dan teknik yang
akan dijadikan dasar penganalisisan. Menurut Munawir dalam bukunya "Analisis Laporan
Keuangan" (2004:36) ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa
laporan keuangan, yaitu:
1. Analisis horizontal, yaitu analisis dengan mengadakan perbandingan laporan
keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui
perkembangannya.
2. Analisis vertikal, yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu
periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan
diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.

Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan menurut
Munawir (2004:36-37) adalah sebagai berikut:
1. Analisis perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik analisis dengan
cara membandingkan loparan keuangan untuk dua periode atau lebih.
2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan
dalam persentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknis
analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya apakan
menunjukan tendensi naik atau bahkan turun.
3. Laporan dengan prosentse perkomponen atau common size statement, adalah suatu
metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing asetnya,
juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosannya yang
terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja untuk mengetahui sebab-
sebab terjadinya perubahan modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement), adalah suatu analisis
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau mengetahui
sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

5
6. Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos
tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi
keduanya.
7. Analisa perubahan laba kotor (gros profit margin) adalah suatu analisis untuk
mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke
periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang
dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisis break-even adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang
harus dicapai suatu perusahaan agar tidak menderita kerugian, tetapi belom
memperoleh keuntungan. Didalam analisis break-even ini juga diketahui berbagai
tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagi tingkat penjualan.
Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keunagan perusahaan, analisis keuangan
dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan perusahaan.
Alat yang biasa digunakan adalah rasio keuangan.

C. Prosedur Analisis Laporan Keuangan


Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun
langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2009:53)
adalah:
1. Memahami latar belakang keuangan perusahaan
Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis
mencakup pemahaman tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi
yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan. Memahami latar belakang data
keuangan pemahaman akan dianalisis merupakan langkah yang perlu dilakukan
sebelum menganalisis laporan keuangan perusahaan.
2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan
Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai
pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisikondisi yang perlu
dipahami mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industry dimanan
perusahaan beroperasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, perubahan
faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan per kapita, tingkat bunga,
tingkat inflasi dan pajak, dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri,
seperti perubahan posisi manajemen kunci.

6
3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan
Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karkateristik
(profil) perusahaan. Sebelum berbagi teknik analisis diaplikasikan, perlu dilakukan
review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Tujuan langkah ini adalah
untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data
keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
4. Menganalisis laporan keuangan
Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan, maka
dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat
menganalisis laporan keuangan dan meninterprestasikan hasil analisis tersebut (bila
perlu disertai dengan rekomendasi). Prosedur analisis laporan keuangan menurut
Abdullah (2001: 34-35)

7
BAB II
PEMBAHASAN HASIL ANALISIS

A. Jenis Perusahaan
Berdasarkan jenis usaha yang dijalankannya, maka PT Matahari Departement Store
Tbk. (Matahari Departement Store) termasuk ke dalam jenis perusahaan dagang. Matahari
Departement Store adalah departement store ritel di Indonesia untuk produk busana fashion,
produk kecantikan dan produk perlengkapan rumah tangga. Dengan jaringan lebih dari 1.200
pemasok lokal serta pemasok internasional dan dukungan lebih dari 40.000 orang tenaga
penjualan, basis pemasok dalam negeri yang menyediakan lebih dari 90% produk yang
mengisi gerainya. Ini berarti, Matahari Departement Store hanya menjual produk yang
dipasok dari berbagai supplier dari dalam maupun luar negeri.
Sedangkan berdasarkan kepemilikannya, Matahari Departement Store termasuk ke
dalam jenis perusahaan swasta. Perusahaan swasta adalah perusahaan yang didirikan dan
dimodali oleh sekelompok orang dari luar perusahaan. Sesuai dengan kondisi Matahari
Departement Store yang kepemilikan mayoritasnya berubah ketika CVC Capital Partners
menjadi pemegang saham mayoritas tidak langsung melalui dua anak perusahaan asianya,
sehingga persentase kepemilikan sahamnya meningkat dari 1,85% menjadi 47,4%.

B. Bentuk Perusahaan
Bentuk perusahaan Matahari Departemen Store adalah Perseroan Terbatas atau PT.
Karakteristik umum PT yang dimiliki oleh Matahari Departemen Store adalah modal pemilik
diwujudkan dalam bentuk persentase saham seperti yang dijabarkan diatas. Karakteristik
lainnya yang dimiliki oleh Matahari Departement Store adalah melaksanakan Rapat Umum
Pemengang Saham (RPUS) tiap tahunnya dan memiliki Direksi serta Dewan Komisaris yang
merupakan organ Perseroan. Karakteristik-karakteristik diatas sesuai dengan ketentuan
umum yang dimuat dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Sedangkan untuk bentuk PT nya sendiri, Matahari Departemen Store merupakan PT
Terbuka (Tbk.) yang berarti perusahaan membuka kesempatan bagi publik untuk memiliki
saham perusahaan melalui penawaran umum saham. Hal ini sesuai dengan definisi Perseroan
terbuka yang dimuat dalam UU No. 40/200.

8
C. Laporan Keuangan
1. Laporan Posisi Keuangan (Harta)

9
2. Laporan Posisi Keuangan (Utang dan Modal)

10
3. Laporan Laba/Rugi dan Pendapatan

11
4. Laporan Perubahan Ekuitas

12
5. Laporan Arus Kas

13
D. Analisis Laporan Keuangan
1. Analisis Perbandingan Laporan Posisi Keuangan
a) Aset lancar (dalam jutaan Rupiah)

Nama Akun 2017 2018


Kas 1.582.817 1.184.080
Piutang Usaha 134.276 129.487
Piutang Lain-Lain
- Pihak ketiga 14.023 21.123
- Pihak berelasi 3.650 3.896
Persediaan 1.290.570 1.005.484
Pajak dibayar dimuka 46.661 112.353
Beban dibayar dimuka
- Sewa 111.262 124.453
- Lain-lain 18.603 10.890
Uang Muka Sewa 4.580 6.789
Aset Lancar Lainnya 52.393 130.767
Jumlah Aset Lancar 2.973.749 3.014.749

Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam laporan posisi keuangan


harta lancar (dalam jutaan Rupiah) :
1. Kas dan setara kas menurun sebesar Rp398.737 atau sekitar 25,2% dari tahun
2017 sebesar Rp1.582.817 menjadi sebesar Rp1.184.080 pada tahun 2018. Hal
ini disebabkan pemasukan kas di perusahaan menurun.
2. Piutang usaha menurun sebesar Rp4.789 atau sekitar 3,6% dari tahun 2017
sebesar Rp134.276 menjadi sebesar Rp129.487 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan kurangnya pihak ketiga yang berelasi dengan perusahaan.
3. Piutang lain-lain-pihak ketiga meningkat sebesar Rp7.100 atau sekitar 50,6% dari
tahun 2017 sebesar Rp14.023 menjadi sebesar Rp21.123 pada tahun 2018. Hal
ini disebabkan karena piutang belum tertagih.
4. Piutang lain-lain-pihak berelasi meningkat sebesar Rp246 atau sekitar 6,7% dari
tahun 2017 sebesar Rp3.650 menjadi sebesar Rp3.896 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan belum tertagihnya piutang lain-lain-pihak berelasi.
5. Persediaan menurun sebesar Rp285.086 atau sekitar 22,1% dari tahun 2017
sebesar Rp1.290.570 menjadi sebesar Rp1.005.484 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan meningkatnya penjualan di perusahaan.

14
6. Pajak dibayar dimuka meningkat sebesar Rp65.692 atau sebesar 140,8% dari
tahun 2017 sebesar Rp46.661 menjadi Rp112.353 pada tahun 2018. Hal ini
dikarenakan perusahaan membayar pajak dibayar dimuka pada tahun 2018.
7. Beban dibayar dimuka-sewa meningkat sebesar Rp26.165 atau sekitar 23,5%
dari tahun 2017 sebesar Rp111.262 menjadi sebesar Rp124.453 pada tahun 2018.
Hal ini disebabkan perusahaan membayar lebih banyak sewa dibayar dimuka
pada tahun 2018.
8. Beban dibayar dimuka-lain lain menurun sebesar Rp9.951 atau sebesar 53,5%
dari tahun 2017 sebesar Rp18.603 menjadi Rp10.890 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan karena berkurangnya beban dibayar dimuka yang dibayar
perusahaan.
9. Uang muka sewa meningkat sebesar Rp2.209 atau sekitar 48,2% dari tahun 2017
sebesar Rp4.580 menjadi Rp6.789 pada tahun 2018.
10. Aset lancar lainnya meningkat sebesar Rp78.374 atau sekitar 149,6% dari tahun
2017 sebesar Rp52.393 menjadi sebesar Rp130.767 pada tahun 2018.
11. Jumlah aset lancar meningkat sebesar Rp41.000 atau sekitar 1,4% dari tahun
2017 sebesar Rp2.973.749 menjadi sebesar Rp3.014.749 pada tahun 2018.

b) Aset Tidak Lancar

Nama Akun 2017 2018


Uang muka pembelian 29.653 60.515
Aset Pajak tangguhan 35.245 32.351
Aset Tetap 973.698 1.249.153
Sewa Jangka Panjang 365.718 374.969
Uang Jaminan 123.573 163.215
Investasi pada instrumen ekuitas 769.773 -
Aset Tidak Lancar Lainnya 156.017 141.785
Jumlah Aset Tidak Lancar 2.453.677 2.021.988
Jumlah Aset 5.427.426 5.036.396

Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam laporan posisi keuangan


harta tidak lancar (dalam jutaan Rupiah) :

15
1. Uang muka pembelian aset tetap meningkat sebesar Rp30.862 atau sekitar
104,1% dari tahun 2017 sebesar Rp29.653 menjadi sebesar Rp60.515 pada tahun
2018.
2. Aset pajak tangguhan menurun sebesar Rp2.894 atau sekitar 8.2% dari tahun
2017 sebesar Rp35.245 menjadi sebesar Rp32.351 pada tahun 2018.
3. Aset tetap meningkat sebesar Rp275.455 atau sekitar 28,3% dari tahun 2017
sebesar Rp973.698 menjadi sebesar Rp1.249.153 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan bertambahnya aset tetap.
4. Sewa jangka panjang meningkat sebesar Rp9.251 atau sekitar 2,5% dari tahun
2017 sebesar Rp365.718 menjadi sebesar Rp374.969 pada tahun 2018.
5. Uang jaminan meningkat sebesar Rp39.642 atau sekitar 32,1% dari tahun 2017
sebesar Rp123.573 menjadi sebesar Rp163.215 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan bertambahnya uang jaminan kepada perusahaan.
6. Investasi pada instrumen ekuitas pada tahun 2017 sebesar Rp769.773 dan pada
tahun 2018 tidak ada investasi.
7. Aset tidak lancar lainnya menurun sebesar Rp14.232 atau sekitar 9,1% dari tahun
2017 sebesar Rp156.017 menjadi sebesar Rp141.785 pada tahun 2018.
8. Jumlah aset tidak lancar menurun sebesar Rp431.689 atau sekitar 17,6% dari
tahun 2017 sebesar Rp2.453.677 menjadi sebesar Rp2.021.988 pada tahun 20198
Hal ini disebabkan karena banyaknya pos yang meningkat pada sisi aset tidak
lancar.
9. Jumlah aset menurun sebesar Rp391.030 atau sekitar 7,2% dari tahun 2017
sebesar Rp5.427.426 menjadi sebesar Rp5.036.396 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan jumlah aset tidak lancar yang menurun dengan selisih yang lebih
besar dari selisih jumlah aset lancar 2017 dan 2018.

c) Liabilitas Lancar

Nama Akun 2017 2018


Utang Usaha 1.644.581 1.698.142
Utang Lain – Lain 115.646 102.014
Utang Pajak
- Pajak penghasilan badan 42.600 44.650
- Pajak lain-lain 24.499 26.555

16
Akrual
- Pihak ketiga 489.959 581.199
- Pihak berelasi 20.382 18.002
Kewajiban Imbalan Kerja 234.787 241.873
Penghasilan Tangguhan 38.370 27.376
Jumlah Liabilitas Lancar 2.610.824 2.739.811

Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam laporan posisi keuangan


utang lancar (dalam jutaan Rupiah) :

1. Utang usaha meningkat sebesar Rp53.561 atau sekitar 3,3% dari tahun 2017
sebesar Rp1.644.581 menjadi sebesar Rp1.698.142 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan bertambahnya pihak ketiga perusahaan.
2. Utang lain-lain menurun sebesar Rp13.632 atau sekitar 11,8% dari tahun 2017
sebesar Rp115.646 menjadi sebesar Rp102.014 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan perusahaan sudah melunasi sebagian utangnya.
3. Utang pajak penghasilan badan menurun sebesar Rp2.050 atau sekitar 4,8% dari
tahun 2017 sebesar Rp42.600 menjadi sebesar Rp44.650 pada tahun 2018.
4. Utang pajak lain-lain meningkat sebesar Rp2.056 atau sekitar 8,4% dari tahun
2017 sebesar Rp24.499 menjadi sebesar Rp26.555 pada tahun 2018.
5. Akrual pihak ketiga meningkat sebesar Rp91.240 atau sekitar 18,6% dari tahun
2017 sebesar Rp489.959 menjadi sebesar Rp581.199 pada tahun 2018.
6. Akrual pihak berelasi menurun sebesar Rp2.380 atau sekitar 11%,7 dari tahun
2017 sebesar Rp20.382 menjadi sebesar Rp18.002 pada tahun 2018.
7. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek meningkat sebesar Rp7.086 atau sekitar
3% dari tahun 2017 sebesar Rp234.787 menjadi sebesar Rp241.873 pada tahun
2018.
8. Penghasilan tangguhan menurun sebesar Rp10.994 atau sekitar 28,6% dari tahun
2017 sebesar Rp38.370 menjadi sebesar Rp27.376 pada tahun 2018.
9. Jumlah liabilitas lancar meningkat sebesar Rp128.987 atau sekitar 4,9% dari
tahun 2017 sebesar Rp2.610.824 menjadi sebesar Rp2.739.811 pada tahun 2018.

17
d) Liabilitas Tidak Lancar

Nama Akun 2017 2018


Kewajiban Imbalan Kerja jangka
488.617 480.575
Panjang
Jumlah Liabilitas Tidak Lancar 488.617 480.575

Jumlah Liabilitas 3.099.441 3.220.568

Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam laporan posisi keuangan


utang tidak lancar (dalam jutaan Rupiah) :
1. Kewajiban imbalan kerja jangka panjang menurun sebesar Rp8.042 atau sekitar
1,6% dari tahun 2017 sebesar Rp488.617 menjadi sebesar Rp480.575 pada tahun
2018.
2. Jumlah liabilitas meningkat sebesar Rp121.127 atau sekitar 3,9% dari tahun 2017
sebesar Rp3.099.441 menjadi sebesar Rp3.220.568 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan jumlah liabilitas lancar mengalami peningkatan dan selisihnya lebih
besar dari penurunan liabilitas tidak lancer.

e) Ekuitas

Nama Akun 2017 2018


Modal Saham 386.794 386.794
Tambahan Modal Disetor (3.571.934) (3.571.934)
Saham Treasuri (323.508)
Saldo Laba
- Dicadangkan 116.397 116.397
- Tidak dicadangkan 5.396.728 5.208.079
Ekuitas Yang didistribusikan
2.327.985 1.815.828
kepada pemilik entitas induk
Kepentingan Non Pengendali
Jumlah Ekuitas 2.327.985 1.815.828

Jumlah Liabilitas dan Ekuitas 5.427.426 5.036.396

18
Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam laporan posisi
keuangan modal (dalam jutaan Rupiah) :
1. Modal saham menurun sebesar Rp28.000 atau sekitar 7% dari tahun 2017 sebesar
Rp386.794 menjadi sebesar Rp358.794 pada tahun 2018. Hal ini disebabkan
karena berkurangnya penjualan saham.
2. Tambahan modal disetor tetap.
3. Saldo laba dicadangkan tetap.
4. Saldo laba tidak dicadangkan meningkat sebesar Rp749.076 atau sekitar 18%
dari tahun 2017 sebesar Rp4.174.910 menjadi sebesar Rp4.923.986 pada tahun
2018. Hal ini disebabkan karena jumlah cadangan dari tahun sebelumnya
ditambah cadangan sekarang.
5. Jumlah ekuitas meningkat sebesar Rp749.076 atau sekitar 68% dari tahun 2017
sebesar Rp1.106.167 menjadi sebesar Rp1.855.243 pada tahun 2018. Hal ini
disebabkan peningkatan yang terjadi pada pos saldo laba tidak dicadangkan.

E. Analisis Perbandingan Laporan Laba Rugi

Laba/Rugi 2017 2018


Pendapatan
Penjualan eceran 6.527.907 6.661.236
Penjualan konsinyasi – bersih 3.426.425 3.487.366
Pendapatan jasa 69.629 96.571
Pendapatan bersih 10.023.961 10.245.173

Beban pokok pendapatan (3.762.021) (3.867.104)

Laba kotor 6.261.940 6.378.069


Beban usaha (3.852.799) (4.048.291)
Kerugian atas penurunan nilai investasi pada instrumen
(769.773)
ekuitas
Keuntungan/(kerugian) lainnya – bersih (32.478) 6.846
(3.885.277) (4.811.218)

Laba operasi 2.376.663 1.566.851

19
Penghasilan keuangan 37.910 39.652
Beban keuangan (18.273) (31.182)
Penghasilan keuangan – bersih 19.637 8.470

Laba sebelum pajak penghasilan 2.396.300 1.575.321


Beban pajak penghasilan (489.223) (477.989)

Laba tahun berjalan 1.907.077 1.097.332

Laba/(rugi) komprehensif lain:


Pos yang tidak akan direkasifikasikan ke laba rugi:
Pengukuran kembali atas kewajiban imbalan kerja (25.390) 61.209
(Beban)/pendapatan pajak penghasilan terkait 5.078 (12.242)

Laba/(rugi) komprehensif lain, setelah pajak (20.312) 48.967


Laba yang distribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 1.907.077 1.097.332
Kepentingan nonpengendali 0
1.907.077 1.097.332

Pendapatan komprehensif yang distribusikan


kepada:
Pemilik entitas induk 1.886.765 1.146.299
Kepentingan nonpengendali 0
1.886.765 1.146.299
Laba bersih per saham dasar dan dilusian (nilai
654 377
penuh)

Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam laporan laba rugi (dalam
jutaan Rupiah) :
1. Penjualan eceran meningkat sebesar Rp133.329 atau sebesar 2,04% dari tahun
2017 sebesar Rp6.527.907 menjadi sebesar Rp6.661.236 pada tahun 2018. Hal
ini dikarenakan adanya meningkatnya minat beli konsumen sehingga permintaan
meningkat.

20
2. Penjualan konsinyasi-bersih meningkat sebesar Rp174.734 atau sebesar 5% dari
tahun 2017 sebesar Rp3.227.559 menjadi sebesar Rp3.402.293 pada tahun 2018.
Hal ini dikarenakan penambahan barang yang diminta oleh konsinyor.
3. Pendapatan jasa meningkat sebesar Rp12.844 atau sebesar 20% dari tahun 2017
sebesar Rp50.208 menjadi sebsesar Rp63.052 pada tahun 2018. Hal ini
dikarenakan adanya penambahan jasa yang diminta oleh konsumen.
4. Pendapatan bersih meningkat sebesar Rp890.153 atau sebesar 9% dari tahun
2017 sebesar Rp9.006.893 menjadi sebesar Rp9.897.046 pada tahun 2018. Hal
ini dikarenakan adanya peningkatan pada penjualan eceran, penjualan
konsinyasi, dan pendapatan jasa.
5. Beban pokok pendapatan meningkat sebesar Rp349.641 atau sebesar 9% dari
tahun 2017 sebesar Rp3.335.638 menjadi sebesar Rp3.685.279 pada tahun 2018.
Hal ini meningkat seiring meningkatnya pendapatan bersih.
6. Laba kotor meningkat sebesar Rp540.542 atau sebesar 9% dari tahun 2017
sebesar Rp5.671.225 menjadi sebesar Rp6.211.767 pada tahun 2018. Hal ini
meningkat seiring meningkatnya beban pokok pendapatan.
7. Beban usaha meningkat sebesar Rp341.930 atau sebesar 10% dari tahun 2017
sebesar Rp3.341.741 menjadi sebesar Rp3.683.671 pada tahun 2018. Hal ini
meningkat karena bertambahnya tingkat operasi perusahaan.
8. Keuntungan lainnya-bersih menurun sebesar Rp2.319 atau sebesar 29% dari
tahun 2017 sebesar Rp8.134 menjadi sebesar Rp5.815 pada tahun 2018. Hal ini
dikarenakan perusahaan mengurangi kegiatan yang menambah keuntungan
lainnya bagi perusahaan.
9. Laba operasi meningkat sebesar Rp196.263 atau sebesar 8% dari tahun 2017
sebesar Rp2.337.648 menjadi sebesar Rp2.533.911 pada tahun 2018. Hal ini
meningkat karena adanya peningkatan laba kotor yang lebih besar walaupun
beban usaha perusahaan meningkat.
10. Biaya keuangan-bersih menurun sebesar Rp91.582 atau sebesar 99% dari tahun
2017 sebesar Rp92.827 menjadi sebesar Rp1.245 pada tahun 2018. Hal ini
dikarenakan adanya penurunan sebesar 74% pada beban keuangan.
11. Laba sebelum pajak penghasilan meningkat sebesar Rp287.845 atau sebesar 13%
dari tahun 2017 sebesar Rp2.244.821 menjadi sebesar Rp2.532.666 pada tahun

21
2018. Hal ini diiringi dengan meningkatnya Laba tahun berjalan sebesar
Rp238.857 atau sebesar 13%.
12. Laba bersih per saham dasar dan dilusian meningkat sebesar Rp81 atau sebesar
13% dari tahun 2017 sebesar Rp611 menjadi sebesar Rp692 pada tahun 2018.
Hal ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah pendapatan komprehensif
tahun berjalan sebesar Rp197.550 atau sebesar 11% dari tahun 2017 sebesar
Rp1.798.352 menjadi sebesar Rp1.995.902 pada tahun 2018.

F. Analisis Arus Kas

G. Analisis
1. Sumber Modal
Berdasarkan laporan keuangan PT. Matahari Departemen Store Tbk periode
tahun 2018 hasil audit, modal perusahaan dalam laporan posisi keuangan terdiri atas
modal saham dengan modal dasar 3.911.120.640 lembar saham dengan nilai nominal
saham keseluruhan adalah sebesar Rp386.794.000.000 dan juga tambahan modal
disetor sebesar Rp3.571.934.000.000 Hal ini sesuai dengan peraturan UU No. 40
Tahun 2007 pasal 31 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa
modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.

2. Distribusi Cadangan Perusahaan


Untuk tahun buku 2018, PT. Matahari Departemen Store mencadangkan
saldo labanya sebesar Rp116.397.000.000 dan yang tidak dicadangkan sebesar
Rp5.208.079.000.000.

3. Efek-Efek Ekonomis Perusahaan


Salah satu hubungan penting yang harus dilakukan oleh Perusahaan adalah
dengan para kosumennya. Hal ini wajar karena karakteristik utama sebuah
perusahaan adalah untuk mencari laba dari para konsumennya. Motivasi ekonomi
konsumen dalam melakukan transaksi adalah untuk mendapatkan barang yang dapat
memuaskannya atau tidak, kemudian menguntungkan atau tidaknya pelayanan
perusahaan dibandingkan penjual/departemen store lainnya. Hal ini juga yang

22
dilakukan oleh Matahari Departemen Store. Dengan tingkat kepercayaan konsumen
yang tinggi terhadap perusahaan dan upaya menawarkan pengalaman belanja yang
ramah, menarik dan nyaman bagi pelanggan, maka perusahaan akan memenangkan
persepsi masyarakat dan menciptakan basis konsumen yang loyal.
Pada dasarnya, pelanggan akan berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan
perusahaan apabila :
a) Kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Kegiatan disini maksudnya
transaksi jual beli di Matahari Departemen Store.
b) Pelayanan itu ditawarkan dengan harga, mutu, kualitas atau syarat-syarat yang
lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan yang dapat diperolehnya di
tempat lain atau departemen store yang lain.

4. Efek Harga dan Efek Biaya


Jika dilihat sekarang ini, perkembangan pembangunan departement store di
Indonesia sangatlah pesat. Sejumlah perusahaan yang bergerak aktif di segmen
departement store di Indonesia pastilah memiliki target segmen pelanggan yang
berbeda. Matahari Departement Store merupakan operator departement store yang
berfokus pada konsumen kelas menengah. Sedangkan kompetitor yang lain memiliki
target segmen pelanggan berpendapatan menengah ke bawah dan kompetitor lainnya
memiliki target pelanggan kelas atas di kota-kota besar. Perbedaan segmen pasar
itulah yang membuat perbedaan harga dengan kualitas dan mutu yang juga berbeda
di antara operator departement store. Berdasarkan segmen pasar itulah, Matahari
Dapartement Store membuat kebijakan dengan membuka banyak gerai di seluruh
Indonesia untuk menguasai pasar pada segmen tersebut.

5. Analisis Hubungan Efek Ekonomis Dengan Keberhasilan Perusahaan


Matahari Departemen Store telah berupaya untuk menawarkan pengalaman
belanja yang ramah, menarik dan nyaman bagi pelanggan, seperti yang telah
disebutkan diatas, serta mengembangkan kompetensi manajemen dan staf di seluruh
gerai Matahari. Upaya-upaya di bidang pemasaran dipandang sebagai langkah
stategis yang efektif dalam memenangkan persepsi masyarakat di tahun 2018 dan
secara nyata Matahari telah berhasil menciptakan basis konsumen yang loyal dalam

23
lingkungan yang kompetitif, sebagaimana dibuktikan dengan pertumbuhan program-
program yang terkait dengan loyalitas pelanggan.
Upaya-upaya tersebut telah menghasilkan penjualan kotor pada tahun 2018
yang mencapai Rp10,1 Triliun , dengan laba bersih sebesar Rp. 377 Miliar. Namun,
pertumbuhan gerai di tahun 2018 dibiayai secara internal mengalami penurunan,
dengan aset yang menurun 7,2% dari tahun sebelumnya menjadi Rp5,04 Triliun dan
liabilitas naik sebesar 3,9% menjadi Rp. 3,1 Triliun.
Matahari mencatat penjualan kotor melalui penjualan ritel sebesar Rp6,7
Triliun pada tahun 2018, meningkat dari Rp6,5 Triliun pada 2017. Sementara
penjualan konsinyasinya mencapai Rp3,5 Triliun, meningkat dari Rp3,4 Triliun pada
tahun 2017. Sehingga total penjualan kotornya mencapai Rp10,1 Triliun, naik dari
penjualan kotor di tahun 2017 sebesar Rp9,9 Triliun. Pencapaian ini menunjukkan
hubungan kerjasama yang baik antara Matahari dengan pemasok dan vendor
konsinyasi dalam menciptakan produk-produk berkualitas yang tepat dan sesuai
dengan pilihan para pelanggan. Matahari juga mampu meningkatkan laba kotor
menjadi Rp6,4 Triliun pada 2018 dari Rp6,2 Triliun pada tahun sebelumnya.

6. Efisiensi Perusahaan
Efisiensi adalah penghematan input yang diukur dengan cara
membandingkan input anggaran atau seharusnya (Ia) dengan input realisasi atau
sesungguhnya (Is). Jika Ia< Is disebut efisien. Namun sayangnya, dalam Laporan
Tahunan untuk periode tahun 2018 tidak disebutkan berapa input anggarannya (Ia),
sehingga berdasarkan rumus ini, kita tidak dapat mengetahui apakah Matahari
Departement Store melakukan efisiensi input.

7. Efektivitas Perusahaan
Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara
membandingkan output anggaran atau seharusnya (Oa) dengan output realisasi atau
sesungguhnya (Os). Jika Os > Oa maka disebut efektif. Sama halnya dengan efisiensi
perusahaan, untuk efektivitas perusahaan juga tidak disebutkan berapa output
anggaran/seharusnya/yang ditargetkan.

24
8. Produktivitas Perusahaan
Produktivitas adalah pencapaian target output (O) atas input yang digunakan
(I). Jika O > I maka disebut produktif. Jika dilihat dari laporan keuangan Matahari
Departement Store, output (pendapatan bersih) yang didapat pada tahun 2018 adalah
Rp10,2 Triliun dan inputnya (modal/ekuitas) sebesar Rp. 1,8 Triliun. Karena nilai
outputnya lebih besar daripada nilai inputnya, maka bisa dikatakan kalau Matahari
Departement Store produktif.

Rumus perhitungan produktivitas perusahaan adalah :


Laba bersih : Modal x 100%

Jika laba bersih Matahari Departement Store ditahun 2018 adalah Rp10,245 Miliar, maka
didapatkan :
Rp. 377 Miliar : Rp. 1,8 Triliun x 100% = 20,9%
Artinya, setiap Rp1,00 modal perusahaan, menghasilkan laba bersih sebesar Rp40,6.

C. Analisis Rasio Keuangan


1. Rasio Likuiditas
a) Current Ratio

Tahun 2017

Tahun 2018
Pada tahun 2018 kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar
nya menggunakan aset lancar lebih baik daripada pada tahun 2017.

b) Cash Ratio

Tahun 2017

Tahun 2018
Pada tahun 2018 kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar
nya menggunakan kas dan efek lebih baik daripada pada tahun 2017.

25
c) Quick Ratio

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2018 kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar
nya menggunakan aset lancar yang lebih likuid lebih baik daripada pada tahun 2018

d. Working Capital to Total Aset Ratio

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 aset perusahaan lebih likuid dibandingkan dengan tahun 2015.

2. Rasio Leverage

a. Total Debt to Equity Ratio

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 perusahaan telah mengurangi proporsi penggunaan ekuitas dan utang untuk
membiayai asetnya dibandingkan dengan tahun 2015.

b. Total Debt to Total Capital Assets

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 rasio ini lebih kecil dibandingkan tahun 2015, berarti perusahaan
telah mengurangi utangnya sehingga asetnya dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan laba dan tidak hanya untuk membayar utang perusahaan.

c. Long Term Debt to Equity Ratio

Tahun 2015

26
Tahun 2016
Pada tahun 2016 rasio ini lebih kecil dibandingkan tahun 2015, berarti perusahaan telah
mengurangi membayar utangnya menggunakan modal perusahaan sehingga lebih aman
untuk kreditur.

d. Tangible Assets Debt Corverage

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 rasio ini meningkat dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti kemampuan
perusahaan untuk membayar utang jangka panjang setelah membayar utang jangka
pendeknya lebih kecil.

e. Time Interest Earned Ratio


Perusahaan tidak memiliki bunga kewajiban jangka panjang.

3. Rasio Aktivitas a. Total Assets Turnover

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015, berarti
perusahaan belum memanfaatkan asetnya secara efektif.

b. Receivable Turnover

Tahun 2015 = 117,81

Tahun 2016
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti
perusahaan belum mengelola dana yang tertanam dalam piutang dengan efektif.

27
c. Average Collection Period

Tahun 2015

Tahun 2016
Tidak terjadi perubahan pada rasio ini.

d. Inventory Turnover

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 terjadi peningkatan pada rasio dibandingkan dengan tahun 2015. Hal ini
berarti perputaran persediaan perusahaan efektif, sehingga tidak terjadi penumpukan
persediaan di gudang.

e. Average Day’s Inventory

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan dengan tahun 2015. Hal ini
berarti persediaan yang menumpuk di gudang perusahaan lebih sedikit sehingga penjualan
bertambah.

f. Working Capital Turnover

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 terjadi peningkatan pada rasio ini dibandingkan dengan tahun 2015. Hal ini
berarti perusahaan telah efektif dalam memanfaatkan modal kerja pada siklus kas di periode
tersebut.

4. Rasio Profitabilitas a. Gross Profit Margins

28
Tahun 2015

Tahun 2016
Tidak terjadi perubahan pada rasio ini

b. Operating Income Ratio

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015.
Hal ini berarti kurang optimalnya operasi perusahaan.

c. Operating Ratio

Tahun 2015

Tahun 2016
Tidak terjadi perubahan pada rasio ini.

d. Net Profit Margin/Sales Margin

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 terjadi peningkatan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti
operasi perusahaan dinilai lebih baik jika dilihat dari laba bersihnya.

e. Earning Power of Total Investment

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti,
kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan laba lebih rendah.

29
f. Rate of Return on Investment (ROI)

Tahun 2015

Tahun 2016
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti
pada tahun 2016 laba bersih yang dihasilkan perusahaan bila diukur dari nilai aset lebih
rendah daripada tahun sebelumnya.

g. Rate of Return of Net Worth

Tahun 2015

Tahun 2016
Tidak terjadi perubahan pada rasio ini.

4.3 Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

30
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa adanya kenaikan modal kerja pada tahun 2016
yaitu sebesar Rp551.771. Hal ini disebabkan adanya terjadinya penggunaan yang kecil untuk
Aset Tidak Lancar, yaitu sebesar Rp268.576 sedangkan sumber yang didapatkan besar yaitu
Rp820.2

Analisis Sumber dan Penggunaan Kas

PT MATAHARI DEPARTMENT STORE Tbk.


LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
Periode yang berakhir 31 Desember 2016

31
Sumber kas dari:
Hasil Operasi Selama Tahun 2016
Saldo Laba Rp 749.076
Penurunan Piutang Lain Lain Rp 15.285
Penurunan Persediaan Rp 12.535
Penurunan Pajak Dibayar Dimuka Rp 53.899
Penurunan Uang Muka Sewa Rp 59.257
Kenaikan Utang Usaha Rp 110.914
Kenaikan Utang Pajak Lain-Lain Rp 17.244
Kenaikan Akrual Pihak Ketiga Rp 125.332
Kenaikan Kewajiban Imbalan Kerja Jangka
Pendek Rp 34.413
Kenaikan Kewajiban Imbalan Kerja Jangka
Panjang Rp 71.171
Total Sumber Kas Rp 1.249.126
Penggunaan Kas
Kenaikan Piutang Usaha Rp 33.825
Kenaikan Beban Dibayar Dimuka Rp 36.116
Kenaikan Aset Lancar Lainnya Rp 5.960
Kenaikan Uang Muka Pembelian Aset Tetap Rp 35.985
Kenaikan Aset Pajak tangguhan Rp 1.803
Kenaikan Aset Tetap Rp 103.292
Kenaikan Sewa Jangka Panjang Rp 25.785
Kenaikan Uang Jaminan Rp 2.033
Kenaikan Aset Tidak Lancar Lainnya Rp 99.578
Penurunan Utang Lain-Lain Rp 23.509
Penurunan Utang Pajak Penghasilan Badan Rp 92.657
Penurunan Akrual Pihak Berelasi Rp 5.805
Penurunan Penghasilan Tangguhan Rp 16.592
Total Penggunaan Kas Rp 482.940
Kenaikan Kas Rp 766.186

32
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa pada tahun 2016 terjadi kenaikan kas sebesar
Rp766.186. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2016 terjadi banyak penurunan pada
piutang dan peningkatan pada utang, sedangkan kenaikan aset dan penurunan utang lebih
kecil sehingga sumber kas lebih besar daripada penggunaan kas pada tahun 2016.

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
Perbandingan Laporan Laba Rugi pada PT Matahari Departement Store Tbk. Secara
keseluruhan mengalami kenaikan pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015. Kenaikan ini
disebabkan karena adanya kenaikan yang cukup signifikan pada pos Pendapatan dan
penurunan pada pos Biaya.
Perbandingan Laporan Posisi Keuangan pada PT Matahari Departement Store Tbk., secara
keseluruhan mengalami kenaikan pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015. Kenaikan ini
disebabkan karena kenaikan yang cukup signifikan pada pos Aset Lancar diiringi penurunan
yang signifikan pada pos Liabilitas.
Berdasarkan analisis rasio keuangan PT Matahari Departement Store Tbk., dapat diketahui
bahwa kinerja perusahaan pada tahun 2016 secara keseluruhan sudah lebih efektif
dibandingkan pada tahun 2015. Namun, terjadi kurang optimalnya operasi perusahaan jika
diukur dari sisi yang berbeda.
Berdasarkan analisis sumber dan penggunaan modal kerja PT Matahari Departement Store
Tbk., pada tahun 2016 perusahaan telah menggunakan modal kerja nya secara lebih efektif
dibandingkan tahun 2015, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya modal kerja pada tahun
2016 tersebut.
Berdasarkan analisis sumber dan penggunaan kas PT Matahari Departement Store Tbk.,
pada tahun 2016 perusahaan telah mengoperasikan perusahaan dengan lebih optimal
sehingga sumber kas dapat lebih besar daripada penggunaannya.

5.2 Saran
Perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan penjualan agar laba perusahaan tetap dapat
meningkat walaupun nantinya ada kenaikan dari pos-pos beban.
Perusahaan sebaiknya meningkatkan kinerja bagian kredit agar piutang dapat tertagih
seluruhnya, sehingga akan menambah nilai aset lancar.
Perusahaan sebaiknya meningkatkan kinerja, terutama pada bagian pemanfaatan aset dan
operasi perusahaan, agar laba yang dihasilkan dapat optimal.

34
Perusahaan sebaiknya mempertahankan perputaran modal yang ada, agar sumber modal
yang ada tetap lebih besar dibandingkan dengan penggunaannya.
Perusahaan sebaiknya mempertahankan perputaran modal yang ada, agar sumber modal
yang ada tetap lebih besar dibandingkan dengan penggunaannya.

35

Anda mungkin juga menyukai