Bab 8 Revisi
Bab 8 Revisi
A. Pendahuluan
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau
badan terhadap suatu perusahaan. Dalam arti lain, saham ini adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang
biasa disebut emiten kepada suatu individu maupun badan dalam bentuk kerja sama.
Saham merupakan surat berharga keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
saham patungan sebagai suatu alat untuk meningkatkan modal jangka panjang. Saham
merupakan secarik kertas yang menunjukan hak modal (yaitu hak yang memiliki kertas
tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang
menerbitkan sekuritas tersebut menjalankan haknya. Saham merupakan salah satu dari
beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi.
Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah
menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil
penjualan kembali (Return) saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
surat tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan dalam perusahaan tersebut.Sifat dasar investasi saham adalah memberikan
peran bagi investor dalam memperolah laba perusahaan. Setiap pemegang saham
merupakan sebagian pemilik perusahaan, namun hak tersebut karena pemegang saham
berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan
dipenuhi.
Saham syariah adalah instrumen atau surat berharga yang diperdagangkan di
Bursa Efek Syariah berbentuk penyertaan modal (kepemilikan atau saham) dan sukuk.
Penyertaan modal atau saham merupakan salah satu bentuk penanaman modal dalam
suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu
dengan tujuan untuk menguasai sebagian kepemilikan atas perusahaan.3 Saham syariah
adalah saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah islam atau yang
lebih dikenal dengan Syariah Compliant.
Saham memiliki ragam dan jenis yang cukup beragam, berikut adalah beberapa tipe
macam saham :
- Saham tukar, yaitu jenis saham yang dapat ditukar oleh pemiliknya dengan jenis
saham lain, biasanya saham preferen dengan saham biasa.
- Saham tanpa suara, yaitu jenis saham yang pemiliknya tidak diberi hak suara pada
RUPS (non-voting-stock)
- Saham preferen unggul, yaitu saham preferen yang hak prioritas-nya lebih besar dari
preferen lain (prior preferred stock)
- Saham preferen tukar, yaitu saham preferen yang dapat ditukar oleh pemiliknya
dengan saham biasa ( convertible preferred stock)
- Saham preferen partisipasi, yaitu saham yang di samping hak prioritasnya masih
dapat turut serta dalam pembagian dividen selanjutnya (participacing preferred stock)
2. Dasar Hukum
Jual beli disyariatkan di dalam Alquran, sunnah, ijma, dan dalil akal. Allah SWT
berfirman:
َّ الربَا َو َحر ََّم ْالبَ ْي ََّع
ََّللاه واحل ِّ
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” [Al-Baqarah: 275]
ََّ ون أَن إلَّ ب ْالبَاطلَّ بَ ْينَ هكم أ َ ْم َوالَ هكم ت َأ ْ هكلهوا َلَّ آ َمنهوا الذ
ين أَيُّ َها يَا ََّ ارَّة ت َ هك
َ ت ََراضَّ َعن ت َج
ِّمن هك َّْم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu.” [An-Nisaa': 29)]
Ada juga larangan yang berkaitan dengan hal-hal lain di luar kedua hal di atas seperti
adanya penyulitan dan sikap merugikan, seperti orang yang menjual barang yang masih
dalam proses transaksi temannya, menjual senjata saat terjadinya konflik sesama mulim,
monopoli dan sejenisnya. Juga larangan karena adanya pelanggaran syariat seperti
berjualan pada saat dikumandangkan adzan shalat Jum’at.
Akan tetapi, kemungkinan yang paling banyak tersebar dalam realitas kehidupan
adalah sebagai berikut:
E. Saham Syariah
Ada beberapa perbedaan antara saham syariah dengan saham konvensional.
Untuk itu, masyarakat yang ingin memilih instrumen investasi saham syariah perlu
mengetahui lebih rinci perbedaan tersebut:
1. Emiten Tak Bertentangan Dengan Syariat Islam
Jenis saham syariah tidak terlalu berbeda dengan model saham konvensional. Hal yang
berbeda adalah jenis emiten atau perusahaan yang dapat dibeli. Di saham konvensional,
anda dapat membeli emiten apa pun yang menarik perhatian dan tentu saja yang
berprospek bagus.
Sementara itu, di saham syariah, ada beberapa emiten perusahaan yang tidak dapat dibeli
karena bertentangan dengan syariat Islam. Misalnya saja, tidak ada penanaman saham di
perusahaan rokok ataupun perusahaan alkohol ketika anda bermain di saham syariah.
Perusahaan yang menerbitkan saham syariah tentu juga harus menjalankan usahanya
sesuai dengan konsep ajaran Islam. Jika tidak, perusahaan tersebut tidak dapat
menerbitkan saham syariah.
2. Sistem Bagi Hasil
Di saham syariah, anda tidak akan mendapatkan keuntungan berupa bunga atau
riba. Hal ini sama seperti bank-bank syariah yang tidak menerapkan unsur riba. Sistem
yang berlaku di saham syariah adalah bagi hasil. Dalam sistem ini, pemegang saham
tidak hanya memiliki kemungkinan untuk mendapatkan sebagian untung dari perusahaan,
tetapi juga mempunyai risiko yang sama besar jika perusahaan ataupun perseroan
mengalami kerugian.
Sebagai contoh, jika anda menanamkan sejumlah dana untuk saham syariah di salah satu
perusahaan emiten, maka saat perusahaan tersebut mendapat keuntungan dalam jumlah
tertentu, anda pun akan mendapat hasilnya. Anda akan memperoleh dividen dari
keuntungan tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan itu merugi, anda pun akan ikut
menanggung kerugiannya.
3. Musyawarah Untung dan Rugi
Dalam saham syariah, masalah bagi hasil untung dan risiko rugi ini sudah mesti
disepakati ketika anda hendak mendaftarkan saham. Calon pemegang saham dan
perusahaan harus bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama (itikad saham).
Dengan adanya iktikad saham, pemegang saham bisa terlepas dari yang namanya ghahar
(informasi yang menyesatkan) maupun masyir (risiko yang berlebihan).
Ketika bersepakat, perusahaan memiliki kewajiban untuk memaparkan dengan jelas
informasi apa saja mengenai perusahaannya. Seluk-beluk perusahaan harus diketahui
calon pemegang saham agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari. Tentu saja
penjelasan tersebut diberitahukan kepada calon pemegang oleh perusahaan sekuritas yang
menjual saham tersebut.
Persyaratan emiten yang memiliki saham syariah secara laporan keuangan adalah
memiliki utang berbasis bunga dibagi ekuitas tidak lebih dari 82% dan total pendapatan
bunga. Pendapatan tidak halal lainnya juga kurang dari 10% dari total pendapatan.
Apabila emiten yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham dan telah memenuhi
kriteria tersebut, maka dapat digolongkan sebagai saham syariah.
Saham syariah di Bursa Efek Indonesia terangkum dalam Daftar Efek Syariah (DES)
yang diperbaharui setiap enam bulan sekali, sehingga investor tidak kesulitan
menentukan suatu saham tergolong saham syariah atau tidak.
Cara Berinvestasi Saham Syariah
Tidak ada yang sulit ketika anda ingin mencoba berinvetasi di jenis saham syariah. Cara
berinvestasinya sama saja dengan bermain di saham konvensional. Anda hanya cukup
mendatangi perusahaan sekuritas atau agen yang menjual saham. Di sana, anda dapat
memilih saham berjenis syariah yang diminati.
Ada beberapa hal yang mesti anda perhatikan untuk dapat memiliki saham syariah yang
diinginkan. Pertama, kenali saham yang diinginkan. Dalam saham, ada risiko dari dana
yang anda tanamkan. Karena itu, menjadi penting untuk mengetahui terlebih dahulu
seluk-beluk saham yang diinginkan sebelum membelinya ke perusahaan sekuritas
maupun agen saham lainnya.
Kedua, pastikan saham bebas dari praktik yang tidak sesuai ajaran islam seperti yang
sudah dituliskan sebelumnya. Kemudian ketiga, datangi perusahaan sekuritas. Setelah
memahami daftar perusahaan yang sahamnya berkonsep syariah, saatnya anda mulai
bertindak riil. Jika memang berniat bermain saham syariah, segera datangi perusahaan
sekuritas terpercaya yang menjual saham syariah yang diinginkan. Pastikan perusahaan
sekuritas tersebut diakui OJK.
BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII.
Adapun kriteria likuditas yang digunakan dalam menyeleksi 30 saham syariah yang
menjadi konstituen JII adalah sebagai berikut:
a. Saham syariah yang masuk dalam konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
telah tercatat selama 6 bulan terakhir
b. Dipilih 60 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1
tahun terakhir
c. Dari 60 saham tersebut, kemudian dipilih 30 saham berdasarkan rata-rata nilai
transaksi harian di pasar regular tertinggi
d. 30 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.
Jakarta Islamic Index 70 (JII70 Index) adalah indeks saham syariah yang diluncurkan
BEI pada tanggal 17 Mei 2018. Konstituen JII70 hanya terdiri dari 70 saham syariah
paling likuid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI, review saham syariah yang menjadi
konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, Mei dan November, mengikuti
jadwal review DES oleh OJK.
BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII70.
Adapun kriteria likuditas yang digunakan dalam menyeleksi 70 saham syariah yang
menjadi konstituen JII70 adalah sebagai berikut:
a. Saham syariah yang masuk dalam konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
telah tercatat selama 6 bulan terakhir
b. Dipilih 150 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1
tahun terakhir
c. Dari 150 saham tersebut, kemudian dipilih 70 saham berdasarkan rata-rata nilai
transaksi harian di pasar regular tertinggi.
d. 70 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.
Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:
1. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran dasarnya
bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-
prinsip syariah.
2. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa
kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip
syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut:
kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam peraturan
IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
Bagi emiten / perusahaan yang terdaftar dan sahamnya diperdagangkan di bursa saham,
apabila memenuhi kriteria di atas, maka bisa digolongkan sebagai saham syariah. Dari sekitar
463 saham yang terdaftar saat ini, 300 di antaranya merupakan perusahaan yang sesuai dengan
kriteria di atas. Investor tidak perlu repot-repot untuk membaca laporan tersebut satu per satu
karena saham yang memenuhi criteria di atas dirangkum dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang
diterbitkan oleh BAPEPAM-LK atau pihak yang diakui oleh BAPEPAM-LK.
DES diperbaharui setiap 6 bulan sekali dan apabila ada emiten yang baru masuk bursa dan
ternyata sesuai dengan kriteria di atas, maka bisa dimasukkan dalam DES tanpa harus menunggu
periode 6 bulan. Kinerja saham-saham yang masuk dalam kategori syariah secara umum diwakili
oleh 2 indeks yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII).
Perbedaannya, ISSI merupakan cerminan dari seluruh saham yang masuk dalam kategori
syariah, sementara JII hanya mengambil 30 saham dari DES dengan pertimbangan likuiditas,
kapitalisasi dan faktor fundamental lainnya.
Karakteristik Pasar Modal Syariah Sedangkan karakteristik yang diperlukan dalam membentuk
pasar modal syariah (Metwally, 1995) adalah sebagai berikut :
a. Semua akad harus berbasis pada transaksi yang riil(dengan penyerahan) atas produk dan
jasa yang halal dan bermanfaat.
b. Tidak boleh menerbitkan efek hutang untuk membayar kembali hutang.
c. Dana hasil penjualan efek yang diterbitkan akan diterima oleh perusahaan.
d. Hasil investasi yang akan diterima pemodal merupakan fungsi dan manfaat yang diterima
emiten dari modal yang diperoleh dari dana hasil penjualan efek dan tidak boleh semata-
mata merupakan fungsi dari waktu.
a. Semua efek harus berbasis pada transaksi riil (dengan penyerahan) atas produk atau jasa
yang halal.
b. Tidak boleh membeli efek hutang dengan dana dari hutang atau menerbitkan surat
hutang.
c. Tidak boleh membeli berdasarkan tren atau indeks.
d. Tidak boleh memperjualbelikan hasil yang diperoleh dari suatu efek (misalnya kupon,
deviden) walaupun efeknya sendiri dapat diperjualbelikan.
e. Tidak boleh melakukan transaksi murabahah dengan menjadikan obyek transaksi sebagai
jaminan.
f. Transaksi tidak menyesatkan, seperti penawaran palsu dan cornering.
❖ Bai’ Al Musawamah
Akad jual beli dengan kesepakatan harga pasar yang wajar melalui mekanisme tawar
menawar yang berkesinambungan. Bai’ adalah akad pertukaran harta yang bertujuan
memindahkan kepemilikan harta. Akad Bai’ Al Musawamah ini digunakan pada saat
melakukan transaksi saham syari‟ah di mesin perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Dalam
akad Bai’ Al Musawamah para pihak dapat melakukan transaksi tawar menawar dengan
harga yang paling murah. Sementara pihak penjual tidak perlu menjelaskan harga dasar dan
keuntungan dari produk yang diperjualbelikan kepada pihak pembeli.
❖ Mudharabah
Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, dimana satu pihak sebagai penyedia modal
(shahibul mal) sementara pihak yang lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian (mudharib).
Pihak pertama selaku penyedia modal, menyediakan seluruh 17 Khaerul Umam, Pasar Modal
Syariah; Praktik Pasar Modal Syariah, (Bandung; Pustaka Setia:2013) hlm. 72 Ahmad Faqih
Praktik Jual Beli Saham Syariah … 64 Jurnal IQTISAD – Volume 5, Nomor 1, Juni 2018
ISSN: 2303-3223 modal yang dibutuhkan oleh pihak kedua selaku pengelola modal.
Keuntungan dari kerja sama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui
bersama, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh penyedia modal,
kecuali kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.
❖ Musyarakah
Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dengan tujuan memperoleh keuntungan atas
suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi modal baik dalam
bentuk uang maupun bentuk lainnya. Sedangkan keuntungan dan kerugian yang timbul akan
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.
❖ Ishtisna
Akad jual beli aset berupa objek pembiayaan antara para pihak dimana spesifikasi, cara
dan jangka waktu penyerahan, serta harga aset tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan
para pihak. Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pembeli (pemesan, mustashni’) dan
penjual (pembuat, shani’).
❖ Ijarah
Akad pemindahan hak guna (manfaat)atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujroh) tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang. Pihak yang
memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau
pengguna jasa atau pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan
atas suatu Ahmad Faqih Praktik Jual Beli Saham Syariah … 65 Jurnal IQTISAD – Volume 5,
Nomor 1, Juni 2018 ISSN: 2303-3223 barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki
pemberi sewa atau pemberi jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa atau upah
(ujroh), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi objek
ijarah.
❖ Wakalah
Akad dimana pihak yang memiliki kuasa (muwakil) memberikan kuasa kepada pihak
yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu. Pelimpahan
kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal yang boleh diwakilkan .
❖ Kafalah
Tahun 2008 merupakan salah satu momen yang paling mengkhawartikan bagi pelaku
pasar modal dalam 10 tahun terakhir. saat itu, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) turun 60%
lebih dari harga tertingginya yang dicetak pada awal tahun tersebut. Saham-saham unggulan pun
berjatuhan bahkan sampai beberapa diantaranya belum kembali ke harga tertinggi sampai hari
ini. tak terkecuali dengan saham-saham yang tergabung dalam indeks JII ( Jakarta Islamic Index)
saat itu. Dari 30 saham yang tergabung dalam JII tahun tersebut, 13 diantaranya masuk juga
perhitungan JII saat ini. IHSG kembali meluncur tajam di tahun 2015. Meski tidak sedalam tahun
2008, namun penurunan IHSG sebesar hampir 25% sejak mencetak rekor tertinggi April lalu
berimbas pada anjloknya harga saham-saham syariah yang tergabung dalam JII.
Perusahaan yang bisa menjual saham syariah adalah perusahaan yang dengan jelas
menyatakan pada anggaran dasarnya bahwa segala kegiatan bisnis dilakukan atas dasar hukum
islam. namun bagi perusahaan yang tidak menyatakan jelas pada anggaran dasarnya juga bisa
menjual saham syariah dengan syarat perusahaan tersebut tidak melakukan kegiatan bisnis yang
bertentangan dengan islam. manfaat saham syariah bagi para investor:
1. sudah ada badan hukum dan aturan yang mengatur saham syariah dengan jelas
sehingga aman.
2. dengan tegas melarang segala bentuk transaksi yang haram seperti jual beli barang
haram dan penipuan.
3. sudah berdasarkan musyawarah antara emiten dengan investor mengenai besar bagi
hasil dan tanggungan resiko.
Terdapat beberapa pendekatan dalam menyeleksi saham tersebut dikategorikan saham syariah
atau tidak yaitu:
1. Pendekatan Jual beli, dalam pendekatan ini saham dikategorikan suatu asset atau
sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil (profit loss-sharing).
2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi, dalam pendekatan ini saham biisa di
klaim sebagi saham yang halal ketika proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan
sehingga bebas dari unsur-unsur yang haram. seperti judi, riba, dan lainnnya yang tidak
sesuai dengan prinsip islam.
Untuk berinvestasi saham syariah, kita bisa langsung ke perusahaan sekuritas dan
membuka akun di sana. Tahap-tahapnya sama seperti berinvestasi saham biasa. Petugas
perusahaan akan mengarahkan kita untuk membeli saham syariah dengan mengisi formulir. Tapi,
sebelum memutuskan menanamkan uang investasi, sebaiknya kita mengenal dulu seluk-beluk
seputar saham. Dengan demikian, kita sudah punya pegangan saham apa yang akan kita beli dan
bagaimana mengawasinya. Untuk belajar, kita bisa lebih dulu berinvestasi reksa dana syariah.
Lewat investasi reksa dana syariah, kita bisa bertanya-tanya tentang dunia investasi, khususnya
saham, kepada manajer investasi Berinvestasi lewat reksa dana membuka peluang risiko yang
lebih tinggi dari duit ditabung di bank atau deposito. Cuma risiko itu sepadan dengan
keuntungannya yang lebih tinggi dari duit diparkir di tabungan.
Oleh karena itu dalam saham syariah tidak mengenal riba (bunga) seperti hal nya saham
konvensional, melainkan mengadopsi sistem bagi hasil dan resiko (nisbah) antara investor dan
emiten perusahaan publik yang mengeluarkan surat berharga untuk diperdagangkan di pasar
modal. Bila perusahaaan publik yang didanai oleh investor menuai untung investor juga akan
menikmati keuntungannya. Sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian investor juga harus
menanggung kerugian.
meskipun nilai keuntungan yang diperoleh nasabah bersifat fluktuatif atau naik turun mengikuti
performa perusahaan, namun pembagian dari porsi untung tersebut ataupun resiko yang
ditanggung oleh emiten dan investor (misalnya 60% untuk investor dan 40% untuk emiten) telah
disepakati diawal melalui janji akad.
Dari tampilan fisik memang tidak ada perbedaan antara saham syariah dan saham konvensional.
namun suatu saham dikatakan halal jika diterbitkan oleh emiten yang bergerak dibidang usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah,m misalnya bukan perusahaan rokok dan
minuman keras.m maka dari itu dari sekitar 400 jenis saham yang beredar di bursa efek jakarta
hanya 270 saham yang dinyatakan tidak bertentangan dengan syariah islam berdasarkan seleksi
Bapepam.
Daftar nama emiten yang tergolong syariah tercantum di Daftar Efek Syariah (DES) . Investor
hanya boleh menaruh dananya pada perusahaan yang terdaftar dalam DES. Dengan begitu
pilihan saham yang tersedia bagi investor saham syariah lebih terbatas.
https://www.kompasiana.com/lidiya/591b298a4ff9fda16cc49e23/berinvestasi-dalam-saham-
syariah?page=all