Anda di halaman 1dari 18

Bab 8

Saham dan Surat-surat Berharga Syariah

A. Pendahuluan
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau
badan terhadap suatu perusahaan. Dalam arti lain, saham ini adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang
biasa disebut emiten kepada suatu individu maupun badan dalam bentuk kerja sama.
Saham merupakan surat berharga keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
saham patungan sebagai suatu alat untuk meningkatkan modal jangka panjang. Saham
merupakan secarik kertas yang menunjukan hak modal (yaitu hak yang memiliki kertas
tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang
menerbitkan sekuritas tersebut menjalankan haknya. Saham merupakan salah satu dari
beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi.
Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah
menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil
penjualan kembali (Return) saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
surat tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan dalam perusahaan tersebut.Sifat dasar investasi saham adalah memberikan
peran bagi investor dalam memperolah laba perusahaan. Setiap pemegang saham
merupakan sebagian pemilik perusahaan, namun hak tersebut karena pemegang saham
berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan
dipenuhi.
Saham syariah adalah instrumen atau surat berharga yang diperdagangkan di
Bursa Efek Syariah berbentuk penyertaan modal (kepemilikan atau saham) dan sukuk.
Penyertaan modal atau saham merupakan salah satu bentuk penanaman modal dalam
suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu
dengan tujuan untuk menguasai sebagian kepemilikan atas perusahaan.3 Saham syariah
adalah saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah islam atau yang
lebih dikenal dengan Syariah Compliant.

B. Bentuk dan Jenis Saham


Pada transaksi jual beli di Bursa efek, saham merupakan instrumen yang paling
dominan diperdagangkan. Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan sudut-sudut
saham, yaitu:

a) Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim


1. Saham Biasa (Common Stocks)
Secara fisik, pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya. Hal ini
bertujuan agar mudah dipindahtangankan dari satu investor satu ke investor
lainnya. Banyak investor yang memiliki saham ini dengan tujuan memang untuk
diperjualbelikan. Investor tidak perlu khawatir karena secara hukum, siapa yang
memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak
untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
perusahaan. Ciri-ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut :
a. Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
b. Memiliki hak suara.
c. Hak memperoleh bagian kekayaan perusahaan paling akhir apabila bangkrut
setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
2. Saham Preferen
Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila
perusahaan mengalami kerugian maka pemegang Saham Preferen akan mendapat
prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset. Saham Preferen
mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham basa. Adapun ciri-ciri
paling dahulu memperoleh deviden :
a. Memiliki hak yang paling dahulu memperoleh deviden.
b. Tidak memiliki hak suara.
c. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam
pencalonan pengurus.
d. hak utama atas deviden, artinya saham istimewa mempunyai hak terlebih
dahulu dalam hal menerima deviden.
e. tidak memiliki hak suara. Artinya, pemegang saham istimewa tidak dapat
memiliki suara dalam RUPS.
b) Ditinjau dari kinerja perdagangan

1. Saham Perusahaan Unggulan


Saham biasa dari suatu perusahaan publik (Emiten) yang memiliki reputasi tinggi
sebagai pemimpin di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar deviden.
2. Saham Deviden Berkembang
Saham dari satu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih
tinggi dan rata-rata deviden yang dibayar pada tahunan sebelumnya. Perusahaan
publik atau emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang
lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka
menekan laba dan
tidak mementingkan potensi.
3. Saham Pendapatan Berkembang
Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi
sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

Saham memiliki ragam dan jenis yang cukup beragam, berikut adalah beberapa tipe
macam saham :
- Saham tukar, yaitu jenis saham yang dapat ditukar oleh pemiliknya dengan jenis
saham lain, biasanya saham preferen dengan saham biasa.
- Saham tanpa suara, yaitu jenis saham yang pemiliknya tidak diberi hak suara pada
RUPS (non-voting-stock)
- Saham preferen unggul, yaitu saham preferen yang hak prioritas-nya lebih besar dari
preferen lain (prior preferred stock)
- Saham preferen tukar, yaitu saham preferen yang dapat ditukar oleh pemiliknya
dengan saham biasa ( convertible preferred stock)
- Saham preferen partisipasi, yaitu saham yang di samping hak prioritasnya masih
dapat turut serta dalam pembagian dividen selanjutnya (participacing preferred stock)

C. Dampak positif dan negatif bursa saham

1. Dampak positif bursa saham


Berbagai dampak positif bursa saham dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bursa saham ini membuka pasar tetap yang mempermudah para pembeli dan
penjual untuk saling bertemu lalu melakukan transaksi instan maupun
transaksi berjangka terhadap kertas-kertas saham,giro,maupun barang-barang
komoditas
2. Mempermudah pendanaan pabrik-pabrik,perdagangan, dan proyek pemerintah
melalui penjualan saham dan kertas-kertas giro komersial.
3. Bursa ini juga mempermudah penjualan saham dan giro pinjaman kepada
orang lain dan menggunakan nilainya.
4. Mempermudah mengetahui timbangan harga-harga saham dan giro piutang
serta barang-barang komoditas, yakni pergulatan semua hal tersebut dalam
dunia bisnis melalui aktivitas penawaran dan permintaan.

2. Dampak negatif dan bursa saham


Adapun dampak negatif dari adanya bursa saham ini adalah sebagai berikut :
1. Transaksi berjangka dalam pasar saham ini sebagian besarnya bukanlah jual
beli sesungguhnya.
2. Kebanyakan penjualan dalam pasar ini adalah penjualan sesuatu yang tidak
dimiliki, baik itu berupa mata uang,saham,giro,piutang,atau barang komoditas
komersial dengan harapan akan dibeli dipasar sesungguhnya dan
diserahkanterimakan pada saatnya nanti, tanpa mengambil uang pembayaran
terlebih dahulu pada waktu transaksi sebagaimana syaratnya jual beli as-Salm.
3. Pembeli dalam pasar ini kebanyakan membeli menjual kembali barang yang
dibelinya sebelum dia terima.
4. Yang dilakukan oleh para pemodal besar dengan memonopoli saham dan
sejenisnya serta barang-barang komoditas komersial lain di pasaran agar bisa
menaikan pihak penjual yang menjual barang-barang yang tidak mereka
miliki dengan harapan akan membelinya pada saat transaksi dengan harga
lebih murah, atau langsung melakukan serah terima sehingga menyebabkan
para penjual lain merasa kesulitan.
5. Sesungguhnya bahaya pasar modal semacam ini berpangkal dari dijadikannya
pasar ini sebagai pemberi pengaruh pasar dalam skala besar.

D. Pandangan hukum islam terhadap jual beli saham


Para ahli hukum islam berbeda pendapat dalam hal jual beli saham, khususnya
aspek hukumnya. Sebagian dari mereka memporbolehkan transaksi jual beli saham dan
sebagian lain tidak memperbolehkan melakukan transaksi jual beli saham dam system
ekonomi syariah

1. Pengertian Jual beli


Secara etimologis, jual beli berarti menukar harta dengan harta. Sedangkan, secara
terminologi, jual beli memiliki arti penukaran selain dengan fasilitas dan kenikmatan.

2. Dasar Hukum
Jual beli disyariatkan di dalam Alquran, sunnah, ijma, dan dalil akal. Allah SWT
berfirman:
َّ ‫الربَا َو َحر ََّم ْالبَ ْي ََّع‬
َّ‫َللاه واحل‬ ِّ

“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” [Al-Baqarah: 275]

ََّ ‫ون أَن إلَّ ب ْالبَاطلَّ بَ ْينَ هكم أ َ ْم َوالَ هكم ت َأ ْ هكلهوا َلَّ آ َمنهوا الذ‬
‫ين أَيُّ َها يَا‬ ََّ ‫ارَّة ت َ هك‬
َ ‫ت ََراضَّ َعن ت َج‬
‫ِّمن هك َّْم‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu.” [An-Nisaa': 29)]

3. Klasifikasi Jual beli


Jual beli dibedakan dalam banyak pembagian berdasarkan sudut pandang. Adapun
pengklasifikasian jual beli adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan Objeknya
Jual beli berdasarkan objek dagangnya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Jual beli umum, yaitu menukar uang dengan barang.
2) Jual beli as-Sharf (Money Changer), yaitu penukaran uang dengan uang.
3) Jual beli muqayadhah (barter), yaitu menukar barang dengan barang.
b. Berdasarkan Standardisasi Harga
1) Jual Beli Bargainal (tawar menawar), yaitu jual beli di mana penjual tidak
memberitahukan modal barang yang dijualnya.
2) Jual Beli Amanah, yaitu jual beli di mana penjual memberitahukan modal
barang yang dijualnya. Dengan dasar ini, jual beli ini terbagi menjadi tiga
jenis:
a) Jual beli murabahah, yaitu jual beli dengan modal dan keuntungan
yang diketahui.
b) Jual beli wadhi’ah, yaitu jual beli dengan harga di bawah modal
dan kerugian yang diketahui.
c) Jual beli tauliyah, yaitu jual beli dengan menjual barang sama
dengan harga modal, tanpa keuntungan atau kerugian.
c. Cara Pembayaran
Ditinjau dari cara pembayaran, jual beli dibedakan menjadi empat macam:
1) Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran secara langsung (jual
beli kontan).
2) Jual beli dengan pembayaran tertunda (jual beli nasi’ah).
3) Jual beli dengan penyerahan barang tertunda.
4) Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-sama tertunda.

4. Syarat Sah Jual Beli


Agar jual beli dapat dilaksanakan secara sah dan memberi pengaruh yang tepat,
harus dipenuhi beberapa syaratnya terlebih dahulu. Syarat-syarat ini terbagi dalam
dua jenis, yaitu syarat yang berkaitan dengan pihak penjual dan pembeli, dan syarat
yang berkaitan dengan objek yang diperjualbelikan.
Pertama, yang berkaitan dengan pihak-pihak pelaku, harus memiliki kompetensi
untuk melakukan aktivitas ini, yakni dengan kondisi yang sudah akil baligh serta
berkemampuan memilih. Dengan demikian, tidak sah jual beli yang dilakukan oleh
anak kecil yang belum nalar, orang gila atau orang yang dipaksa.
Kedua, yang berkaitan dengan objek jual belinya, yaitu sebagai berikut:
 Objek jual beli harus suci, bermanfaat, bisa diserahterimakan, dan merupakan
milik penuh salah satu pihak.
 Mengetahui objek yang diperjualbelikan dan juga pembayarannya, agar tidak
terhindar faktor ‘ketidaktahuan’ atau ‘menjual kucing dalam karung’ karena
hal tersebut dilarang.
 Tidak memberikan batasan waktu. Artinya, tidak sah menjual barang untuk
jangka waktu tertentu yang diketahui atau tidak diketahui.

5. Juzaf (Jual Beli Spekulatif)


Juzaf ialah menjual barang yang bisa ditakar, ditimbang atau dihitung secara
borongan tanpa ditakar, ditimbang atau dihitung terlebih dahulu. Contoh hal ini
adalah seseorang yang menjual setumpuk makanan, setumpuk pakaian atau sebidang
tanah tanpa mengetahui kepastian ukurannya.
Jual beli ini disyariatkan sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Umar Ra.
bahwa ia menceritakan, “Kami biasa membeli makanan dari para kafilah dagang
dengan cara spekulatif. Lalu Rasulullah saw melarang kami menjualnya sebelum
kami memindahkan dari tempatnya.” (HR. Muslim).
Hadits ini mengindikasikan bahwa para sahabat sudah terbiasa melakukan jual
beli juzaf (spekulatif), sehingga hal itu menunjukkan bahwa hal tersebut dibolehkan.
Namun demikian, agar jual beli juzaf ini diperbolehkan, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi. Para ulama Malikiyah menyebutkan persyaratan tersebut sebagai
berikut:
 Baik pembeli dan penjual sama-sama tidak mengetahui ukuran barang
dagangan. Kalau salah satunya tahu, jual beli itu tidak sah.
 Jumlah barang dangangan jangan banyak sekali sehingga sulit diprediksikan,
atau sedikit sekali sehingga mudah dihitung.
 Tanah tempat meletakkan barang dagangan tersebut harus rata, sehingga tidak
terjadi unsur kecurangan dalam spekulasi.
 Barang dagangan harus tetap dijaga dan kemudian diperkirakan jumlah atau
ukurannya ketika terjadi akad.

Namun demikian, terdapat pengecualian, tidak boleh menjual komoditi riba


fadhl dengan jenis yang sama secara spekulatif, seperti menjual satu tandum
kurma dengan satu tandum kurma yang lain. Hal ini dikarenakan kaidah dalam
jual beli komoditi riba fadhl, “Ketidaktahuan akan kesamaan sama saja dengan
mengetahui adanya perbedaan (ketdaksamaanya).”

6. Sebab-sebab Dilarangnya Jual Beli


Larangan jual beli disebabkan karena dua alasan, yaitu:
a. Berkaitan dengan objek
1) Tidak terpenuhniya syarat perjanjian, seperti menjual yang tidak ada,
menjual anak binatang yang masih dalam tulang sulbi pejantan
(malaqih) atau yang masih dalam tulang dada induknya (madhamin).
2) Tidak terpenuhinya syarat nilai dan fungsi dari objek jual beli, seperti
menjual barang najis, haram dan sebagainya.
3) Tidak terpenuhinya syarat kepemilikan objek jual beli oleh si penjual,
seperti jual beli fudhuly.

b. Berkaitan dengan komitmen terhadap akad jual beli


1) jual beli yang mengandung riba.
2) Jual beli yang mengandung kecurangan.

Ada juga larangan yang berkaitan dengan hal-hal lain di luar kedua hal di atas seperti
adanya penyulitan dan sikap merugikan, seperti orang yang menjual barang yang masih
dalam proses transaksi temannya, menjual senjata saat terjadinya konflik sesama mulim,
monopoli dan sejenisnya. Juga larangan karena adanya pelanggaran syariat seperti
berjualan pada saat dikumandangkan adzan shalat Jum’at.

Akan tetapi, kemungkinan yang paling banyak tersebar dalam realitas kehidupan
adalah sebagai berikut:

a. Objek jual beli yang haram.


b. Riba.
c. Kecurangan, serta;
d. Syarat-syarat yang menggiring kepada riba, kecurangan atau kedua-duanya.

7. Jual Beli yang Bermasalah


A. Jual Beli yang Diharamkan
1) Menjual tanggungan dengan tanggungan
Telah diriwayatkan larangan menjual tanggungan dengan tanggungan
sebagaimana tersebut dalam hadits Nabi dari Ibnu ’Umar Ra. Yaitu menjual
harga yang ditangguhkan dengan pembayaran yang ditangguhkan juga.
Misalnya, menggugurkan apa yang ada pada tanggungan orang yang
berhutang dengan jaminan nilai tertentu yang pengambilannya ditangguhkan
dari waktu pengguguran. Ini adalah bentuk riba yang paling jelas dan paling
jelek sekali.

2) Jual beli disertai syarat


Jual beli disertai syarat tidak diijinkan dalam hukum Islam. Malikiyah
menganggap syarat ini sebagai syarat yang bertentangan dengan konsekuensi
jual beli seperti agar pembeli tidak menjualnya kembali atau
menggunakannya.
Hambaliyah memahami syarat sebagai yang bertentangan dengan akad,
seperti adanya bentuk usaha lain, seperti jual beli lain atau peminjaman, dan
persyaratan yang membuat jual beli menjadi bergantung, seperti ”Saya jual ini
kepadamu, kalau si Fulan ridha.”
Sedangkan Hanafiyah memahaminya sebagai syarat yang tidak termasuk
dalam konsekuensi perjanjian jual beli, dan tidak relevan dengan perjanjian
tersebut tapi bermanfaat bagi salah satu pihak.

3) Dua perjanjian dalam satu transaksi jual beli


Tidak dibolehkan melakukan dua perjanjian dalam satu transaksi, namun
terdapat perbedaan dalam aplikasinya sebagai berikut:
a. Jual beli dengan dua harga; harga kontan dan harga kredit yang lebih
mahal. Mayoritas ulama sepakat memperbolehkannya dengan ketentuan,
sebelum berpisah, pembeli telah menetapkan pilihannya apakah kontan
atau kredit.
b. Jual beli ’Inah, yaitu menjual sesuatu dengan pembayaran tertunda, lalu si
penjual membelinya kembali dengan pembayaran kontan yang lebih
murah.
c. Menjual barang yang masih dalam proses transaksi dengan orang atau
menawar barang yang masih ditawar orang lain. Mayoritas ulama fiqih
mengharamkan jual beli ini. Hal ini didasarkan pada larangan dalam hadits
shahih Bukhari dan Muslim, ”Janganlah seseorang melakukan transaksi
penjualan dalam transaksi orang lain. Dan janganlah seseorang meminang
wanita yang masih dipinang oleh orang lain, kecuali bila mendapat ijin
dari pelaku transaksi atau peminang yang pertama.”
d. ’Orang kota menjual barang orang dusun.’ Yang dimaksud dengan istilah
ini adalah orang kota yang menjadi calo bagi pedagang orang dusun.[
Rasulullah saw bersabda: ”Janganlah orang kota menjualkan komoditi
orang dusun. Biarkan manusia itu Allah berikan rizki, dengan saling
memberi keuntungan yang satu kepada yang lain.” (HR. Muslim)
e. Menjual anjing. Dalam hadits Ibnu Mas’ud, Rasulullah telah melarang
mengambil untung dari menjual anjing, melacur dan menjadi dukun (HR.
Bukhari). Kalangan Syafi’iyah dan Hambaliyah menganggap tidak sah
menjual anjing apapun, baik dipelihara (untuk berburu) maupun tidak.
Sedangkan, Malikiyah membolehkan menjual anjing kelompok yang
pertama dengan hadits: ”Rasulullah mengharamkan hasil jualan anjing,
kecuali anjing buru.” (HR. An-Nasa’i).
f. Menjual alat-alat musik dan hiburan. Mayoritas ulama mengharamkan
semua lat-alat hiburan dan alat-alat musik yang diharamkan.
g. Jual beli saat adzan Jum’at dikumandangkan. Allah swt berfirman:
‫ين أَيُّ َها يَا‬
ََّ ‫ي إذَا آ َمنهوا الذ‬ ََّ ‫ن للص ََلةَّ نهود‬ َّْ ‫َّۚال َب ْي ََّع َوذَ هروا َللاَّ ذ ْكرَّ إلَىَّ فَا ْسعَ ْوا ْال هج همعَةَّ يَ ْومَّ م‬
ْ ‫ذَل هك َّْم‬
َّ‫ن لَ هك َّْم َخيْر‬ ََّ ‫﴿ ت َ ْعلَ هم‬٩﴾ ‫ن َوا ْبتَغهوا ْاْل َ ْرضَّ في فَا ْنتَش هروا الص ََلَّة ه قهضيَتَّ فَإذَا‬
َّْ ‫ون هك ْنت هَّْم إ‬ َّْ ‫م‬
َّ‫َللا َوا ْذ هك هروا َللاَّ فَضْل‬ ََّ ‫ون لَ َعل هك َّْم كَثيرا‬ ََّ ‫﴿ ت ه ْفل هح‬١٠﴾ ‫ارةَّ َرأ ْوا َوإ َذا‬ َ َ
َ ‫ا ْن َفضُّوا لَ ْهوا أ َّْو تَّ َج‬
‫وك إلَ ْي َها‬
ََّ ‫ل َّۚقَائما َوت ََر هك‬ َّْ ‫ن َخيْرَّ َللاَّ ع ْن ََّد َما قه‬ ََّ ‫ن الل ْهوَّ م‬ ََّ ‫ارةَّ َوم‬َ ‫َللاه َّۚالتِّ َج‬
َّ ‫ْر َو‬ َّ‫ين َخي ه‬
ََّ ‫الرازق‬

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat


Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allâh dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allâh dan ingatlah Allâh banyak-banyak
supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau
permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan
kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allâh
lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allâh sebaik-baik
pemberi.
rezeki.[al-Jumu’ah/62:9-11].
Adzan yang dimaksud adalah adzan ketika khatib naik mimbar. Parameter
diharamkannya jual beli ini adalah bahwa orang yang melakukan transaksi
adalah orang yang wajib shalat Jum’at, mengetahui larangan tersebut dan
tidak dalam kondisi darurat. Jika keduanya tidak wajib shalat Jum’at,
maka tidak apa-apa. Namun jika salah satunya wajib, keduanya berdosa.

B. Jual Beli yang Diperdebatkan


1. Jual beli ’Inah. Yaitu jual beli manipulatif agar pinjaman uang dibayar dengan
lebih banyak (riba). Mayoritas ulama mengharamkannya tanpa pengecualian,
sedangkan Imam as-Syafi’i membolehkannya jika tidak disepakati
sebelumnya.
2. Jual beli Wafa. Yakni jual beli dengan syarat pengembalian barang dan
pembayaran, ketika si penjual mengembalikan uang bayaran dan si pembeli
mengembalikan barang. Menurut pendapat ulama tujuan dari jual beli ini
adalah riba yang berupa manfaat barang.
3. Jual beli dengan uang muka. Yaitu dengan membayarkan sejumlah uang muka
(urbun) kepada penjual dengan perjanjian bila ia jadi membelinya, uang itu
dimasukkan ke dalam harganya. Jika tidak terjadi, urbun menjadi milik
penjual. Mayoritas ulama membolehkan jual beli seperti ini, jika diberi
batasan menunggu secara tegas.
4. Jual beli Istijrar. Yaitu mengambil kebutuhan dari penjual secara bertahap,
selang beberapa waktu kemudian membayarnya. Mayoritas ulama
membolehkannya, bahkan bisa jadi lebih menyenangkan bagi pembeli
daripada jual beli dengan tawar menawar.

E. Saham Syariah
Ada beberapa perbedaan antara saham syariah dengan saham konvensional.
Untuk itu, masyarakat yang ingin memilih instrumen investasi saham syariah perlu
mengetahui lebih rinci perbedaan tersebut:
1. Emiten Tak Bertentangan Dengan Syariat Islam
Jenis saham syariah tidak terlalu berbeda dengan model saham konvensional. Hal yang
berbeda adalah jenis emiten atau perusahaan yang dapat dibeli. Di saham konvensional,
anda dapat membeli emiten apa pun yang menarik perhatian dan tentu saja yang
berprospek bagus.
Sementara itu, di saham syariah, ada beberapa emiten perusahaan yang tidak dapat dibeli
karena bertentangan dengan syariat Islam. Misalnya saja, tidak ada penanaman saham di
perusahaan rokok ataupun perusahaan alkohol ketika anda bermain di saham syariah.
Perusahaan yang menerbitkan saham syariah tentu juga harus menjalankan usahanya
sesuai dengan konsep ajaran Islam. Jika tidak, perusahaan tersebut tidak dapat
menerbitkan saham syariah.
2. Sistem Bagi Hasil
Di saham syariah, anda tidak akan mendapatkan keuntungan berupa bunga atau
riba. Hal ini sama seperti bank-bank syariah yang tidak menerapkan unsur riba. Sistem
yang berlaku di saham syariah adalah bagi hasil. Dalam sistem ini, pemegang saham
tidak hanya memiliki kemungkinan untuk mendapatkan sebagian untung dari perusahaan,
tetapi juga mempunyai risiko yang sama besar jika perusahaan ataupun perseroan
mengalami kerugian.
Sebagai contoh, jika anda menanamkan sejumlah dana untuk saham syariah di salah satu
perusahaan emiten, maka saat perusahaan tersebut mendapat keuntungan dalam jumlah
tertentu, anda pun akan mendapat hasilnya. Anda akan memperoleh dividen dari
keuntungan tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan itu merugi, anda pun akan ikut
menanggung kerugiannya.
3. Musyawarah Untung dan Rugi
Dalam saham syariah, masalah bagi hasil untung dan risiko rugi ini sudah mesti
disepakati ketika anda hendak mendaftarkan saham. Calon pemegang saham dan
perusahaan harus bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama (itikad saham).
Dengan adanya iktikad saham, pemegang saham bisa terlepas dari yang namanya ghahar
(informasi yang menyesatkan) maupun masyir (risiko yang berlebihan).
Ketika bersepakat, perusahaan memiliki kewajiban untuk memaparkan dengan jelas
informasi apa saja mengenai perusahaannya. Seluk-beluk perusahaan harus diketahui
calon pemegang saham agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari. Tentu saja
penjelasan tersebut diberitahukan kepada calon pemegang oleh perusahaan sekuritas yang
menjual saham tersebut.
Persyaratan emiten yang memiliki saham syariah secara laporan keuangan adalah
memiliki utang berbasis bunga dibagi ekuitas tidak lebih dari 82% dan total pendapatan
bunga. Pendapatan tidak halal lainnya juga kurang dari 10% dari total pendapatan.
Apabila emiten yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham dan telah memenuhi
kriteria tersebut, maka dapat digolongkan sebagai saham syariah.
Saham syariah di Bursa Efek Indonesia terangkum dalam Daftar Efek Syariah (DES)
yang diperbaharui setiap enam bulan sekali, sehingga investor tidak kesulitan
menentukan suatu saham tergolong saham syariah atau tidak.
Cara Berinvestasi Saham Syariah
Tidak ada yang sulit ketika anda ingin mencoba berinvetasi di jenis saham syariah. Cara
berinvestasinya sama saja dengan bermain di saham konvensional. Anda hanya cukup
mendatangi perusahaan sekuritas atau agen yang menjual saham. Di sana, anda dapat
memilih saham berjenis syariah yang diminati.
Ada beberapa hal yang mesti anda perhatikan untuk dapat memiliki saham syariah yang
diinginkan. Pertama, kenali saham yang diinginkan. Dalam saham, ada risiko dari dana
yang anda tanamkan. Karena itu, menjadi penting untuk mengetahui terlebih dahulu
seluk-beluk saham yang diinginkan sebelum membelinya ke perusahaan sekuritas
maupun agen saham lainnya.
Kedua, pastikan saham bebas dari praktik yang tidak sesuai ajaran islam seperti yang
sudah dituliskan sebelumnya. Kemudian ketiga, datangi perusahaan sekuritas. Setelah
memahami daftar perusahaan yang sahamnya berkonsep syariah, saatnya anda mulai
bertindak riil. Jika memang berniat bermain saham syariah, segera datangi perusahaan
sekuritas terpercaya yang menjual saham syariah yang diinginkan. Pastikan perusahaan
sekuritas tersebut diakui OJK.

BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII.
Adapun kriteria likuditas yang digunakan dalam menyeleksi 30 saham syariah yang
menjadi konstituen JII adalah sebagai berikut:
a. Saham syariah yang masuk dalam konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
telah tercatat selama 6 bulan terakhir
b. Dipilih 60 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1
tahun terakhir
c. Dari 60 saham tersebut, kemudian dipilih 30 saham berdasarkan rata-rata nilai
transaksi harian di pasar regular tertinggi
d. 30 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.

Jakarta Islamic Index 70 (JII70 Index) adalah indeks saham syariah yang diluncurkan
BEI pada tanggal 17 Mei 2018. Konstituen JII70 hanya terdiri dari 70 saham syariah
paling likuid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI, review saham syariah yang menjadi
konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, Mei dan November, mengikuti
jadwal review DES oleh OJK.
BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII70.
Adapun kriteria likuditas yang digunakan dalam menyeleksi 70 saham syariah yang
menjadi konstituen JII70 adalah sebagai berikut:
a. Saham syariah yang masuk dalam konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
telah tercatat selama 6 bulan terakhir
b. Dipilih 150 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1
tahun terakhir
c. Dari 150 saham tersebut, kemudian dipilih 70 saham berdasarkan rata-rata nilai
transaksi harian di pasar regular tertinggi.
d. 70 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.

Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:

1. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran dasarnya
bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-
prinsip syariah.

2. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa
kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip
syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut:
kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam peraturan
IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:

a. perjudian dan permainan yang tergolong judi


b. perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa
c. perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu
d. bank berbasis bunga
e. perusahaan pembiayaan berbasis bunga
f. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir),
antara lain asuransi konvensional
g. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau
jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram
li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak
moral dan bersifat mudarat
h. melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);

Bagi emiten / perusahaan yang terdaftar dan sahamnya diperdagangkan di bursa saham,
apabila memenuhi kriteria di atas, maka bisa digolongkan sebagai saham syariah. Dari sekitar
463 saham yang terdaftar saat ini, 300 di antaranya merupakan perusahaan yang sesuai dengan
kriteria di atas. Investor tidak perlu repot-repot untuk membaca laporan tersebut satu per satu
karena saham yang memenuhi criteria di atas dirangkum dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang
diterbitkan oleh BAPEPAM-LK atau pihak yang diakui oleh BAPEPAM-LK.

DES diperbaharui setiap 6 bulan sekali dan apabila ada emiten yang baru masuk bursa dan
ternyata sesuai dengan kriteria di atas, maka bisa dimasukkan dalam DES tanpa harus menunggu
periode 6 bulan. Kinerja saham-saham yang masuk dalam kategori syariah secara umum diwakili
oleh 2 indeks yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII).
Perbedaannya, ISSI merupakan cerminan dari seluruh saham yang masuk dalam kategori
syariah, sementara JII hanya mengambil 30 saham dari DES dengan pertimbangan likuiditas,
kapitalisasi dan faktor fundamental lainnya.

Karakteristik Pasar Modal Syariah Sedangkan karakteristik yang diperlukan dalam membentuk
pasar modal syariah (Metwally, 1995) adalah sebagai berikut :

1. Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek


2. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat diperjualbelikan
Melalui pialang.
3. Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di Bursa efek
diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan (account) keuntungan dan
kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak
tidak lebih dari 3 bulan.
4. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap perusahaan
dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali.
5. Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST\
6. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST
7. Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat dalam
bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah
8. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode
perdagangan setelah menentukan HST.
9. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan, dan
dengan harga HST.

Kaidah syariah untuk pasar perdana:

a. Semua akad harus berbasis pada transaksi yang riil(dengan penyerahan) atas produk dan
jasa yang halal dan bermanfaat.
b. Tidak boleh menerbitkan efek hutang untuk membayar kembali hutang.
c. Dana hasil penjualan efek yang diterbitkan akan diterima oleh perusahaan.
d. Hasil investasi yang akan diterima pemodal merupakan fungsi dan manfaat yang diterima
emiten dari modal yang diperoleh dari dana hasil penjualan efek dan tidak boleh semata-
mata merupakan fungsi dari waktu.

Kaidah syariah untuk pasar sekunder:

a. Semua efek harus berbasis pada transaksi riil (dengan penyerahan) atas produk atau jasa
yang halal.
b. Tidak boleh membeli efek hutang dengan dana dari hutang atau menerbitkan surat
hutang.
c. Tidak boleh membeli berdasarkan tren atau indeks.
d. Tidak boleh memperjualbelikan hasil yang diperoleh dari suatu efek (misalnya kupon,
deviden) walaupun efeknya sendiri dapat diperjualbelikan.
e. Tidak boleh melakukan transaksi murabahah dengan menjadikan obyek transaksi sebagai
jaminan.
f. Transaksi tidak menyesatkan, seperti penawaran palsu dan cornering.

Praktik Jual Beli Saham Syariah


1. Akad-Akad yang Digunakan dalam Praktik Jual Beli Saham Syari’ah

❖ Bai’ Al Musawamah

Akad jual beli dengan kesepakatan harga pasar yang wajar melalui mekanisme tawar
menawar yang berkesinambungan. Bai’ adalah akad pertukaran harta yang bertujuan
memindahkan kepemilikan harta. Akad Bai’ Al Musawamah ini digunakan pada saat
melakukan transaksi saham syari‟ah di mesin perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Dalam
akad Bai’ Al Musawamah para pihak dapat melakukan transaksi tawar menawar dengan
harga yang paling murah. Sementara pihak penjual tidak perlu menjelaskan harga dasar dan
keuntungan dari produk yang diperjualbelikan kepada pihak pembeli.

❖ Mudharabah

Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, dimana satu pihak sebagai penyedia modal
(shahibul mal) sementara pihak yang lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian (mudharib).
Pihak pertama selaku penyedia modal, menyediakan seluruh 17 Khaerul Umam, Pasar Modal
Syariah; Praktik Pasar Modal Syariah, (Bandung; Pustaka Setia:2013) hlm. 72 Ahmad Faqih
Praktik Jual Beli Saham Syariah … 64 Jurnal IQTISAD – Volume 5, Nomor 1, Juni 2018
ISSN: 2303-3223 modal yang dibutuhkan oleh pihak kedua selaku pengelola modal.
Keuntungan dari kerja sama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui
bersama, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh penyedia modal,
kecuali kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.

❖ Musyarakah

Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dengan tujuan memperoleh keuntungan atas
suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi modal baik dalam
bentuk uang maupun bentuk lainnya. Sedangkan keuntungan dan kerugian yang timbul akan
ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.

❖ Ishtisna

Akad jual beli aset berupa objek pembiayaan antara para pihak dimana spesifikasi, cara
dan jangka waktu penyerahan, serta harga aset tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan
para pihak. Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pembeli (pemesan, mustashni’) dan
penjual (pembuat, shani’).
❖ Ijarah

Akad pemindahan hak guna (manfaat)atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujroh) tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang. Pihak yang
memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau
pengguna jasa atau pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan
atas suatu Ahmad Faqih Praktik Jual Beli Saham Syariah … 65 Jurnal IQTISAD – Volume 5,
Nomor 1, Juni 2018 ISSN: 2303-3223 barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki
pemberi sewa atau pemberi jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa atau upah
(ujroh), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi objek
ijarah.

❖ Wakalah

Akad dimana pihak yang memiliki kuasa (muwakil) memberikan kuasa kepada pihak
yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu. Pelimpahan
kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal yang boleh diwakilkan .

❖ Kafalah

Akad dimana pihak penjamin (kafil/guarantor) berjanji memberikan jaminan kepada


pihak yang dijamin (makfuul ‘anhu/debitur) untuk memenuhi kewajiban pihak yang dijamin
kepada pihak lain (makfuul lahu/kreditur).
Contoh kasus dari Saham Syariah

Tahun 2008 merupakan salah satu momen yang paling mengkhawartikan bagi pelaku
pasar modal dalam 10 tahun terakhir. saat itu, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) turun 60%
lebih dari harga tertingginya yang dicetak pada awal tahun tersebut. Saham-saham unggulan pun
berjatuhan bahkan sampai beberapa diantaranya belum kembali ke harga tertinggi sampai hari
ini. tak terkecuali dengan saham-saham yang tergabung dalam indeks JII ( Jakarta Islamic Index)
saat itu. Dari 30 saham yang tergabung dalam JII tahun tersebut, 13 diantaranya masuk juga
perhitungan JII saat ini. IHSG kembali meluncur tajam di tahun 2015. Meski tidak sedalam tahun
2008, namun penurunan IHSG sebesar hampir 25% sejak mencetak rekor tertinggi April lalu
berimbas pada anjloknya harga saham-saham syariah yang tergabung dalam JII.

Manfaat dari saham syariah

Perusahaan yang bisa menjual saham syariah adalah perusahaan yang dengan jelas
menyatakan pada anggaran dasarnya bahwa segala kegiatan bisnis dilakukan atas dasar hukum
islam. namun bagi perusahaan yang tidak menyatakan jelas pada anggaran dasarnya juga bisa
menjual saham syariah dengan syarat perusahaan tersebut tidak melakukan kegiatan bisnis yang
bertentangan dengan islam. manfaat saham syariah bagi para investor:

1. sudah ada badan hukum dan aturan yang mengatur saham syariah dengan jelas
sehingga aman.

2. dengan tegas melarang segala bentuk transaksi yang haram seperti jual beli barang
haram dan penipuan.

3. sudah berdasarkan musyawarah antara emiten dengan investor mengenai besar bagi
hasil dan tanggungan resiko.

Terdapat beberapa pendekatan dalam menyeleksi saham tersebut dikategorikan saham syariah
atau tidak yaitu:

1. Pendekatan Jual beli, dalam pendekatan ini saham dikategorikan suatu asset atau
sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil (profit loss-sharing).

2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi, dalam pendekatan ini saham biisa di
klaim sebagi saham yang halal ketika proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan
sehingga bebas dari unsur-unsur yang haram. seperti judi, riba, dan lainnnya yang tidak
sesuai dengan prinsip islam.

3. Pendekatan pendapatan, dapat dilihat ketika perusahaan ada pendapatan yang di


peroleh dari bunga maka secara umum saham tersebut tidak syariah karena ada unsur
riba.
4. pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. dapat dilihat melalui ratio
hutang terhadap modal. dengan melihat suatu ratio ini maka akaan diketahui jumlah
hutang yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. perusahaan bisa di klaim
memiliki saham syariah apabila ratio nya kurang dari 45%.

Berinvestasi Saham Syariah

Untuk berinvestasi saham syariah, kita bisa langsung ke perusahaan sekuritas dan
membuka akun di sana. Tahap-tahapnya sama seperti berinvestasi saham biasa. Petugas
perusahaan akan mengarahkan kita untuk membeli saham syariah dengan mengisi formulir. Tapi,
sebelum memutuskan menanamkan uang investasi, sebaiknya kita mengenal dulu seluk-beluk
seputar saham. Dengan demikian, kita sudah punya pegangan saham apa yang akan kita beli dan
bagaimana mengawasinya. Untuk belajar, kita bisa lebih dulu berinvestasi reksa dana syariah.
Lewat investasi reksa dana syariah, kita bisa bertanya-tanya tentang dunia investasi, khususnya
saham, kepada manajer investasi Berinvestasi lewat reksa dana membuka peluang risiko yang
lebih tinggi dari duit ditabung di bank atau deposito. Cuma risiko itu sepadan dengan
keuntungannya yang lebih tinggi dari duit diparkir di tabungan.

Oleh karena itu dalam saham syariah tidak mengenal riba (bunga) seperti hal nya saham
konvensional, melainkan mengadopsi sistem bagi hasil dan resiko (nisbah) antara investor dan
emiten perusahaan publik yang mengeluarkan surat berharga untuk diperdagangkan di pasar
modal. Bila perusahaaan publik yang didanai oleh investor menuai untung investor juga akan
menikmati keuntungannya. Sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian investor juga harus
menanggung kerugian.

meskipun nilai keuntungan yang diperoleh nasabah bersifat fluktuatif atau naik turun mengikuti
performa perusahaan, namun pembagian dari porsi untung tersebut ataupun resiko yang
ditanggung oleh emiten dan investor (misalnya 60% untuk investor dan 40% untuk emiten) telah
disepakati diawal melalui janji akad.

Dari tampilan fisik memang tidak ada perbedaan antara saham syariah dan saham konvensional.
namun suatu saham dikatakan halal jika diterbitkan oleh emiten yang bergerak dibidang usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah,m misalnya bukan perusahaan rokok dan
minuman keras.m maka dari itu dari sekitar 400 jenis saham yang beredar di bursa efek jakarta
hanya 270 saham yang dinyatakan tidak bertentangan dengan syariah islam berdasarkan seleksi
Bapepam.

Daftar nama emiten yang tergolong syariah tercantum di Daftar Efek Syariah (DES) . Investor
hanya boleh menaruh dananya pada perusahaan yang terdaftar dalam DES. Dengan begitu
pilihan saham yang tersedia bagi investor saham syariah lebih terbatas.

https://www.kompasiana.com/lidiya/591b298a4ff9fda16cc49e23/berinvestasi-dalam-saham-
syariah?page=all

Anda mungkin juga menyukai