Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Untuk
data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari - Desember 2007 diperkirakan
425 penderita. Peningkatan angka kejadian Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis di Indoneisa
khusunya Provinsi Jawa Tengah bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin berkembang dengan pesat, sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun
semakin kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal
tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra,
tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh
yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh.
Penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhan seperti
mengangkat benda berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat, yang dapat
menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan saat defekasi. Selain itu, batuk,
kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga
terjadi kelemahan otot - otot abdomen yang dapat menimbulkan terjadinya hernia inguinalis,
yang dapat menjadi hernia scrotalis bila kantong hernia inguinalis mencapai scrotum. Bisa juga
karena orang yang mempunyai penyakit dengan tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun
sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu
bila diketahui mempunyai penyakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala
memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Dapat juga karena sebab didapat
atau anomali congenital.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Batang jumlah kasus
Hernia Inguinalis pada bulan Januari - Desember tahun 2009 - 2010 terdapat 187 kasus. Dari 187
kasus, 138 kasus sudah dilakukan operasi hernia ingunalis, sedangkan 49 kasus tanpa tindakan
operasi. Dan dari 187 kasus 91 kasus terjadi pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 ada 96 kasus.
Berkaitan dengan meningkatnya angka kejadian hernia inguinalis setiap tahunnya baik karena
faktor lanjut usia maupun faktor pekerjaan berat yang mempengaruhi kelemahan otot dinding
rongga perut serta kelelahan dari berbagai organ tubuh.
Penyakit hernia atau yang lebih dikenal dengan turun berok adalah penyakit akibat
turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia memang
kebanyakan laki-laki terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika
terjadi infeksi di dalamnya misalnya jika anak-anak penderitanya terlalu aktif. Berasal dari
bahasa Latin, herniae yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah
pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu
berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian
dari usus.
Hernia yang terjadi pada anak-anak lebih disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara
pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor
usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Penyakit hernia banyak diderita oleh orang
yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang penuh dengan aktivitas maupun kesibukan
dimana aktivitas tersebut membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan
terus dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera menghinggapinya. Untuk itu perlu adanya
pembahasan tentang penyakit hernia agar pembaca khususnya penderita penyakit hernia dapat
lebih jelas mengenai penyakit hernia sehingga pertumbuhan penyakit hernia dapat berkurang
dengan adanya kesadaran pengetahuan tentang penyakit hernia.
Berdasarkan latar belakang diatas, makakami tim penulis tertarik untuk mengambil kasus
pada Tn.K di Ruang Kumala Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebagai
bentuk asuhan keperawatan pada kasus hernia inkarserata karena menurut kami kasus hernia
inkarserata sangat langka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hernia ?
2. Apakah etiologi dari Hernia ?
3. Apa klasifikasi dari Hernia ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Hernia ?
5. Bagaimana Pathway Hernia ?
6. Apa gejala klinisHernia ?
7. Bagaimana pemeriksaan fisikHernia ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjangHernia ?
9. Bagaimana terapi farmakologi Hernia ?
10. Apa komplikasi Hernia ?
11. Bagaimana pengkajian keperawatan Hernia ?
12. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosaHernia ?
13. Bagaimana bentuk perencanaan keperawatan Hernia ?

C. Tujuan Penulisan
Setelah dilakukan pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Hernia , diharapkan
mahasiswa mampu:
1. Memahami tentang pengertian dari Hernia
2. Memahami tentang etiologi Hernia
3. Memahami tentang klasifikasiHernia
4. Memahami tentang patofisiologi/pathway Hernia
5. Memahami tentang gejala klinis Hernia
6. Memahami tentang pemeriksaan fisik Hernia
7. Memahami tentang pemeriksaan penunjang Hernia
8. Memahami tentang terapi farmakologi Hernia
9. Memahami tentang pemerikaan diagnosa Hernia
10. Memahami tentang penatalaksanaan medis Hernia
11. Memahami tentang diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosa Hernia
12. Memahami tentang perencanaan keperawatan Hernia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Dan Fisiologi Hernia


1. Anatomi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-tranversus
abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus. Atapnya
adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya terdapat ligamentum
inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, danligamentumrotundum pada perempuan.
Hernia inguinalis indirek, disebut juga herniainguinalis lateralis, karena keluar dari
peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).

1. Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum
kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer,
2002).
B. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah
itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan menurut Tambayong (2000),
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti
peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul
kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ tubuh
dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga
lainnya (kanalis inguinalis).

C. Etiologi

1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada
Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk
menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut
disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia
Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh
proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit
ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh
yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang
lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat,
penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat
memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian
perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di
bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya
hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang
lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan
menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila
seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi. (Giri Made
Kusala, 2009).
D. Klasifikasi

1. Hernia Bawaan atau Kongenital


Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium
ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa
hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus
minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat,
kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi,
2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita / didapat,
terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses terjadinya
hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang
muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi,
2009).

a. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus (Erfandi, 2009).
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut
hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus (Erfandi, 2009).
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk
hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai
“hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya
karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).

b. Berdasarkan Letaknya
1. Hernia Femoralis

Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis
umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki.
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan
aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk.
Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan
vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha
(Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung
kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan
tipe hernia ini.
2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada
bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia
umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui
cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis.
Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat,
2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita
dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara
tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.
3. Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan
anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan
(Syamsuhidayat, 2004).
4. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah
zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia
inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih
banyak daripada pasien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik
dimana korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :

a) Hernia inguinalis indirek


Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut
hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan pasien kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bila
menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.

b) Hernia inguinalis direk


Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus
transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi
lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya
tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot,
tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada
lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap
akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas
skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada
pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila
pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.

E. Patosifiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital
atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki
ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa
hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital (Erfandi, 2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis
dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi(Erfandi, 2009).

F. Gejala Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Kolik Menetap
2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Leukosit Normal Leukositosis
5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas
6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang
hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan,
batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu
satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat
kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan
pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan
pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.
7. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
8. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
9. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda
ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau
kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,
10. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
b. Hernia inguinal
1. Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
2. Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutandari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
f. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
g. Hernia perineum : benjolan di perineum.
2. Palpasi
a. Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia
inguinalis medialis.
b. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan
sebagai nernia inguinalis lateralis.
c. Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika
di medialnya hernia inguinalis medialis.
1. Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan
sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.
Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien
mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah
ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
2. Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
3. Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus
(hernia inkarserata).(Hudack& Gallo, 2007).

H. Pemeriksaan diagnostik / penunjang


1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
2. Herniografi.
3. USG
4. CT dan MRI
5. Laparaskopi
6. Operasi Eksplorasi(Hudack& Gallo, 2007).
I. Terapi / Tindakan Penanganan
1. Indikasi Pembedahan
Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada keadaan lokal atau sistemik dari
pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang mungkin dari hal umum
ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal yang diantisipasi membesar secara
perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam penatalaksanaan hernia kecil jika operasi
merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan hernia
femoralis.
2. Terapi Umum
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan pada
hernia umbilikalis sebelum pasien berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa penggunaan
alat penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset
pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis pemakaian korset tidak dianjurkan
karena selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan dinding perut.Umumnya terapi
operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi
operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat
dicoba melakukan reposisi postural. Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi
herniorafi elektif setelah 2-3 hari setelah udem jaringan hilang dan keadaan umum pasien sudah
lebih baik. Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi
henia harus dinilai saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau sewaktu
operasi daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit
dievaluasi kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata pada
operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada hernia direk, sebaiknya digunakan
marleks untuk menguatkan dinding perut setempat

J. Komplikasi
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri, hematom
dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi yang lebih serius seperti
perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1 persenpada pasien yang menjalani
hernioraphy.
K. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematismeliputipengumpulan data, analisa data
danpenentuanmasalah.Pengumpulan data diperolehdengancaraintervensi, observasi,
pemeriksaanfisik.
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhanutama
b. Riwayatkesehatan / penyakit sekarang
c. Riwayatkesehatan / penyakit dahulu
d. Riwayatkesehatan / penyakit keluarga
e. Riwayattumbuhkembang (usia 2 tahun)
3. Pemeriksaanfisik
4. Pemeriksaan tumbuh kembang
5. Pemeriksaan penunjang

L. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
7. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
anoreksi(NANDA, 2011).

Anda mungkin juga menyukai