Hidup dan kehidupan terkadang seperti roda; ada suka ada duka, ada menang ada kalah, ada
lebih ada kurang, ada lapang ada sempit. ada mudah ada susah, dsb. Begitulah
memang Allah memberlakukan hukum-hukum-Nya untuk menguji manusia, apakah menjadi
hamba yang beriman atau ingkar.
Jika kita coba memaknai realitas kesulitan, dan kita melihatnya dari sisi lain, ternyata kesulitan
dapat membawa manusia semakin kuat, dan tanpa adanya kesulitan, takkan pernah ada
kemajuan. Tanpa kesulitan, daya kekuatan nalar lebih yang dimiliki manusia ketimbang
makhluk lain, tidak akan ada artinya dan tiada manfaatnya.
Kesulitan hidup dilihat dari sumber kehidupan, merupakan jalan pendakian menuju
puncak keilahian. Karena itu, kesulitan hidup jangan dikeluhkan, apalagi dicaci maki, karena
akan menghancurkan kemampuan yang dimilikinya, dan sebaiknya kesulitan hidup harus
dijalani sebagai langkah menuju Ilahi. Jangan berputus asa dari rahmat Allah. Jangan
mengeluh, karena keluhan akan membuat kesulitan terasa semakin berat dijalani.
Kebanyakan dari kita pasti mengamini bahwa doa yang dipanjatkan hampir semuanya berisi
meminta pertolongan.
Pertanyaannya, apakah kita sebagai orang tua, sebagai anak sudah meminta pertolongan
kepada Tuhan? Ataukah kita lebih mengandalkan kekuatan kita sendiri?
Ataukah berdoanya sudah lebih keren, yaitu di status facebook, status WA dan story Instagram?
Apakah anda berdoa dan mengucap syukur lewat facebook, di WA dan di Instagram lalu Tuhan
akan memberikan pertolongan lewat facebook, di WA dan di Instagram juga?
Asalkan permintaan kita bukan karena kita ingin, tapi karena kita butuh
Karena Tuhan akan memberikan apa yang kita butuh, bukan karena kita ingin. Dan jika Tuhan
belum menjawab, janganlah kita bersungut,
Tak ada salahnya kita menyediakan waktu dengan Tuhan, curhat dengan Tuhan tentang keluh
kesah kita, seperti lagu dua sahabat lama “hanya Tuhan yang tau beta pung hidup susah”
karena kalau tidak kepada Tuhan, kepada siapa lagi kita harus meminta pertolongan?
Alasan Daud meminta Allah mendengarkan doanya adalah karena dia mengakui kesengsaraan
dan kemiskinannya. Daud sungguh merasakan bahwa dia memang sengsara dan miskin. Itu
berarti permohonannya bukan untuk memenuhi keinginannya, tetapi merupakan kebutuhan
utamanya. Kondisi Daud bagai telur di ujung tanduk . Berkait dengan nyawa, Daud sendiri
memercayai bahwa hidup dan matinya adalah milik Allah.
Alasan kedua Daud adalah dia mengakui sebagai orang yang dikasihi Allah. Daud tidak
menyatakan diri sebagai orang yang mengasihi Allah. Dia menyadari bahwa dirinya dikasihi
Allah. Banyak orang memohon kepada Allah, bahkan menuntut Allah mengabulkannya, karena
merasa telah mengasihi Allah. Pada kenyataannya, ada perbedaan besar antara mengasihi dan
dikasihi Allah. Permohonan Daud berdasarkan pada kasih Allah, bukan kasihnya kepada Allah.
Alasan ketiga Daud: Allah menjawab Daud. Alasan ini begitu logis. Berseru karena percaya
bahwa seruannya akan dijawab. Ini persoalan percaya kepada kepedulian Allah. Itu berarti
percaya bahwa Allah telah menjawab sebelum kita mendoakannya.
Alasan keempat Daud: "Tidak ada seperti Engkau di antara para allah, ya Tuhan, dan tidak ada
seperti apa yang Kaubuat" . Inilah pengakuan iman Daud. Permohonan Daud ini berdasarkan
pada Pribadi Allah. Inilah pengalaman iman Daud. Karena itu, Daud memohon pertolongan
kepada Allah Pencipta semesta. Lalu, bagaimana dengan kita?