Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual
baik dengan pasangan heteroseksual maupun homoseksual. IMS juga dapat ditularkan dari ibu
hamil yang menderita IMS kepada bayi dalam kandungannya atau melalui darah yang telah
tercemar IMS.
IMS menjadi salah satu penyebab permasalahan kesehatan di banyak negara. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor. Pertama, angka kejadian IMS terus meningkat. Kejadian IMS terbanyak
dijumpai di negara-negara berkembang. Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dan Asia Selatan,
menempati urutan teratas, diikuti oleh Afrika subSahara, Amerika Latin, dan Karibia.Kedua, banyak
IMS yang tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak disadari, tetapi tetap dapat menularkan serta
berisiko terjadi komplikasi. Ketiga, terdapat sinergi epidemiologik antara IMS dan infeksi Human
immunodeficiency virus (HIV). Kesamaan pola transmisi IMS dan infeksi HIV dalam perilaku seksual
menjadikan seseorang dapat berisiko terhadap keduanya.
Apa saja faktor yang memudahkan penularan IMS?
Faktor yang memudahkan penularan IMS adalah:
Sifilis
Ulkus (luka/lecet di kelamin) Herpes genitalis
Ulkus mole
Tumor (tonjolan) di kelamin Kutil kelamin
1. Kencing nanah
2. Gonore
1. Infeksi non-gonore
IMS berupa duh tubuh genital (kencing nanah) dapat mengakibatkan komplikasi nyeri dan
pembengkakan skrotum (epididimitis) serta infertilitas.
Keputihan yang abnormal adalah keluar cairan keputihan dari vagina (liang kemaluan) selain darah
haid yang dialami oleh perempuan pada saat tidak menjelang atau sesudah haid. Keputihan berbau
tidak enak, berwarna kuning atau kuning kehijauan, dapat juga cairan berbusa.
1. Infeksi gonore
Infeksi gonore dan infeksi genital nonspesifik yang tidak atau terlambat diobati dapat menimbulkan
komplikasi lokal seperti radang/abses kelenjar Bartholini dan komplikasi asenden dengan tanda
nyeri perut bagian bawah. Bila terjadi nyeri perut bagian bawah berarti infeksi sudah menjalar ke
saluran telur, sehingga dapat terjadi kehamilan di luar kandungan, bahkan sampai terjadi
kemandulan. Bila infeksi terjadi pada ibu hamil dan masih ada saat kelahiran bayi, infeksi dapat
menular pada mata bayi, menimbulkan sekret mata banyak dan bila tidak diobati dapat
menyebabkan kebutaan.
1. Trikomoniasis
1. Vaginosis bakterial
Penyebabnya adalah pergantian Lactobacillus spp yang merupakan flora normal vagina,
dengan sekelompok bakteri anaerob batang gram negatif (Prevotella sp, Mobiluncus sp),
Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominisdalam konsentrasi tinggi
Masa tunas sulit ditentukan, karena penyebabnya bukan organisme tunggal
Terdapat keluhan keputihan berbau amis, biasanya bau amis lebih jelas setelah melakukan
hubungan seksual.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan cairan vagina homogen, berwarna putih keabu-abuan,
melekat pada dinding vagina. Tidak dijumpai peradangan pada vagina dan vulva
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan:
pH vagina >4,5
Tes amin positif (tercium bau amis seperti ikan pada cairan vagina yang ditetesi dengan
larutan KOH 10%)
Pada pemeriksaaan mikroskopik, sediaan basah yang ditetesi larutan fisiologis atau sediaan
apus dengan pewarnaan Gram ditemukan clue cells (sel epitel dengan batas sel yang tidak
jelas karena ditutupi oleh kuman kokobasil)
Kelainan ini dapat merupakan predisposisi komplikasi obstetrik dan ginekologik seperti
korioamnionitis, infeksi masa nifas, kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah, dan
penyakit radang panggul
1. Kandidiasis vaginalis
1. Sifilis
1. Sifilis primer (sifilis stadium I): timbul luka dapat terjadi dimana saja di daerah kelamin,
biasanya tunggal, tidak nyeri
2. Sifilis sekunder (sifilis stadium II): kelainan kulit berupa bercak kemerahan, tidak gatal,
terutama di telapak tangan dan telapak kaki
3. Sifilis laten: tidak ada keluhan apapun
4. Sifilis tersier: kerusakan pada organ tubuh penting yang menetap
5. Sifilis kongenital pada bayi/anak
Ibu hamil yang menderita sifilis dapat menularkan kepada bayinya. Infeksi terjadi melalui
plasenta
Pada pemeriksaan klinis akan ditemukan gambaran sebagai berikut:
o Sifilis primer (sifilis stadium I): Terdapat ulkus (luka) yang berbentuk bulat /
lonjong, tepi teratur, dinding tidak bergaung, tidak nyeri tekan, teraba masa keras,
permukaan ulkus bersih. Pembesaran kelenjar getah bening setempat tanpa disertai
tanda radang akut.
o Sifilis sekunder (sifilis stadium II): Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai
penyakit kulit, sehingga disebut the great imitator. Lesi kulit dapat berupa roseola
yang terdapat di hampir seluruh tubuh, lokalisasinya generalisata dan simetrik,
terutama di telapak tangan dan kaki serta lesi papul, papulo-skuamosa. Lesi pada
daerah perbatasan antara kulit dan rambut disebut corona veneris. Pada kulit kepala
dijumpai alopesia (kebotakan) yang disebut mouth-eaten alopecia. Di daerah lipatan,
yang umumnya lembab, dapat ditemukan kelainan berupa kondiloma lata. Kelainan
lain adalah plaque muqueuses (mucous patch). Pembesaran kelenjar getah bening
generalisata dapat ditemukan tanpa rasa nyeri atau tanda radang akut lain
o Sifilis laten: Tidak ada gejala klinis, tetapi infeksi terus berlanjut masih ada dan aktif.
Keadaan ini hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan darah khusus sifilis
(pemeriksaan serologi)
o Sifilis tersier: terjadi 5 sampai 30 tahun setelah sifilis sekunder. Terdapat kerusakan
organ tubuh yang permanen seperti otak, pembuluh darah dan jantung, syaraf dan
sumsum tulang belakang
o Sifilis kongenital pada bayi/anak: kelainan yang terjadi dapat berupa kelainan
bentuk wajah, kelainan tulang, kebutaan, ketulian, kelainan bentuk gigi geligi yang
khas, kelainan kulit, dan bayi lahir mati
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan dengan mikroskop gelap (darkfield) dari spesimen serum yang diambil dari lesi
kulit. Tampak Treponema pallidum dengan gerakan yang khas (seperti gerakan membuka
tutup botol)
Pemeriksaan serologi antibodi : tes RPR (Rapid plasma Reagin) / VDRL (Venereal Disease
Research Laboratory), TPHA (Treponema pallidum haemagglutination assay) atau TP-
rapid (Treponema pallidum rapid test).
Sifilis dapat diobati sampai sembuh terutama pada stadium primer, sekunder, dan laten, asalkan
pengobatannya dipatuhi dengan benar. Pada sifilis tersier dan kongenital, pengobatan dapat
menghentikan perkembangan penyakit, tetapi tidak dapat mengembalikan cacat yang sudah terjadi.
1. Ulkus mole
1. Herpes genitalis
Penyebab: Herpes simplex virus (HSV) terutama tipe 2, dapat juga tipe 1
Bersifat kambuh-kambuhan
Masa tunas berkisar antara 2-10 hari, tetapi dapat lebih lama sampai 3 minggu
Dapat tanpa gejala (asimtomatik)
Bila ada gejala, dimulai dengan rasa seperti terbakar dan gatal, beberapa jam sebelum
timbulnya lesi kulit
Kadang-kadang disertai gejala konstitusi, misalnya lemas, demam, pegal-pegal, dan nyeri
otot
Timbul bintil berair berkelompok di atas dasar kemerahan. Dalam beberapa hari, bintil-bintil
akan pecah menimbulkan luka lecet yang sangat nyeri
Gejala pada lesi awal (primer) biasanya lebih berat dan lebih lama.
Pada lesi berulang (rekurens), biasanya didahului oleh faktor pencetus, misalnya stress
psikis, kelelahan fisik berlebihan, menstruasi, trauma, koitus, makanan pedas, alkohol, obat-
obatan dan beberapa hal yang sulit diketahui
Penyakit ini dapat ditularkan wanita hamil kepada bayinya, saat masih dalam kandungan,
maupun saat melewati jalan lahir ketika proses persalinan
Pada pemeriksaan klinis:
Di daerah genital ditemukan vesikel/erosi/ulkus yang berkelompok, dan nyeri
Dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening regional
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Tzank : dengan pewarnaan Giemsa atau Wright dari bahan apusan yang
berasal dari dasar vesikel/ulkus akan tampak sel raksasa berinti banyak
Untuk fasilitas yang memungkinkan, dapat dilakukan pemeriksaan serologi dan pemeriksaan
PCR
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan hepes genital secara tuntas. Sekali
seseorang terinfeksi virus herpes simpleks, virus akan tetap tinggal dalam tubuhnya seumur hidup.
Obat antivirus yang ada hanya mengurangi gejala yang berat, dan atau mengurangi kekambuhan.
IMS BERBENTUK TONJOLAN (TUMOR)
Kutil kelamin yang tidak diobati dapat berakibat lanjut. Pada perempuan dapat menjadi kanker leher
rahim ataupun kanker kulit sekitar kelamin sedangkan pada laki-laki dapat menimbulkan kanker
penis.
Sampai saat ini kutil kelamin belum dapat disembuhkan secara tuntas. Kutil dapat timbul lagi setelah
dihilangkan, namun kadang-kadang dapat timbul lagi, tergantung daya tahan tubuh.
Apa akibatnya bila IMS tidak ditangani dengan tepat?
Bila IMS tidak ditangani secara tepat dapat menimbulkan :
Infertilitas atau kemandulan baik pada laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki karena
peradangan epididimis yang tidak diobati dan jaringan parut pada saluran kemih dan pada
perempuan biasanya akibat penyakit radang panggul.
Kanker leher rahim
Bayi lahir cacat, prematur atau lahir mati
Kematian
Apa yang harus dilakukan agar terhindar dari kemungkinan terinfeksi IMS?