Anda di halaman 1dari 3

Tugas

Keuangan Negara dan Daerah


1. Contoh kekayaan daerah yang dipisahkan

Penyesuaian struktur pendapatan dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan


daerah,meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat untuk memenuhi kewajibannya sesuai
dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki,peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi
sumber-sumber pendapatan sesuai kewenangan dan potensi yang ada dengan memperhatikan
aspek keadilan, kepentingan umum dan kemampuan masyarakat serta efisiensi dan efektivitas
pengelolaan keuangan daerah dalam bidang pendapatan daerah yang ditujukan kepada :
Penetapan pendapatan asli daerah dengan memperhatikan realisasi pendapatan serta
penghitungan potensi jenis pendapatan asli daerah.Penetapan dana perimbangan berupa bagi
hasil pajak/bukan pajak dengan memperhatikan potensi jenis pajak.

Adanya kekayaan daerah yang dipisahkan ini antara lain karena investasi pemerintah
daerah pada badan usaha, baik perusahaan milik negara/daerah (BUMN/BUMD) maupun
perusahaan milik swasta. Investasi daerah yang berupa kekayaan daerah yang dipisahkan
tersebut diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan APBD. Hal ini disebutkan dalam Pasal 22
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 yang menyebutkan bahwa pendapatan asli
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a terdiri atas: a. pajak daerah; b. retribusi
daerah; c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. lain-lain PAD yang sah.
Selain itu, dalam kondisi APBD defisit, maka penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
merupakan salah satu alternatif pembiayaannya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 28 ayat (2)
Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 yang menyebutkan bahwa
Penjualan kekayaan daerah yang pisahkan guna menutup defisit APBD merupakan
bagian tak terpisahkan dalam pengelolaan APBD yang menjadi kewenangan kepala daerah.
Penetapan RAPBD menjadi APBD dengan peraturan daerah mempersyaratkan adanya
persetujuan DPRD. Persetujuan tersebut mencakup juga upaya-upaya untuk menutup defisit
anggaran yang bakal terjadi, termasuk penutupan defisit anggaran yang berupa penerimaan
pembiayaan melalui penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kewenangan kepala daerah
untuk menjual kekayaan daerah yang dipisahkan untuk menutup defisit anggaran juga diperkuat
dengan pasal/ayat yang menyebutkan bahwa kepala daerah mewakili daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan.

Penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (termasuk penjualan saham pemerintah


daerah di BUMD/BUMN/swasta) dalam rangka menutup defisit anggaran merupakan bagian tak
terpisahkan dalam pengelolaan anggaran daerah. Persetujuan DPRD terhadap penjualan
kekayaan daerah untuk menutup defisit tersebut merupakan salah satu pokok bahasan sebelum
rancangan anggaran daerah disetujui DPRD sehingga menjadi APBD. Apabila APBD mengalami
defisit, DPRD berhak untuk menanyakan kepada pemerintah daerah mengenai upaya untuk
menutup defisit tersebut. Apabila penutupan defisit anggaran dilakukan melalui penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, maka perlu didalami kekayaan daerah yang dipisahkan mana
yang akan dijual. Pemerintah daerah perlu memiliki alasan/argument terhadap pemilihan
kekayaan daerah tertentu yang akan digunakan untuk menutup defisit anggaran tersebut. Pada
waktu pembahasan anggaran itulah terjadinya perdebatan antara eksekutif daerah dan legislatif
daerah sehingga APBD dapat disepakati/disetujui bersama. Dengan demikian, perdebatan
terhadap penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan untuk menutup defisit anggaran setelah
disepakatinya APBD adalah hal yang terlambat, kecuali apabila dalam APBD tahun berkenaan
tidak menyebutkan upaya penutupan defisit anggaran melalui penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan.

Sumber : https://brainly.co.id/tugas/14638160

https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/149-artikel-kekayaan-negara-dan-
perimbangan-keuangan/26256-penjualan-kekayaan-daerah-yang-dipisahkan-di-mata-peraturan-
perundangan-keuangan-negara-oleh-dr-achmat-subekan,-s-e-,-m-si

2. Fungsi pemerintah yang telah desentralisasi

Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada


daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan dalam sistem Negara Kesatuan RepubliK
Indonesia. Asas desentralisasi dalam pemerintahan daerah di Indonesia dapat ditanggapi sebagai
hubungan hukum keperdataan, dimana terdapat penyerahan sebagian hak dari pemilik hak
kepada penerima sebagain hak, dengan obyek tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di
tangan pemerintah, dan hak pemerintahan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan
obyek hak berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan pemerintahan,
dengan tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi antara lain bertujuan

meringankan beban pekerjaan Pemerintah Pusat. Dengan desentralisasi tugas dan pekerjaan dialihkan

kepada Daerah. Pemerintah Pusat dengan demikian dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang

bersangkutan dengan kepentingan nasional atau Negara secara keseluruhan.


Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah menjalankan,
mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan.
Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :
a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan.

b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan

pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan

daya saing daerah.

c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan

pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi

wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya

lainnya

Sumber : https://dianchocho.blogspot.com/2013/04/pengertian-fungsi-dan-asas-pemerintahan.html

Anda mungkin juga menyukai