Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 2

ARSITEKTUR VERNAKULAR, NEO-VERNAKULAR, DAN DEKONSTRUKSI

SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR 2


RTA 3224 Semester 5 – 2019/2020

Dosen

Wahyu Abdillah, ST, MT

Disusun Oleh

Yoshua Tarigan 170406096


Martin Evander 170406105
Jeffrey 170406107
Ade Lisman Jaya Zai 170406133

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penulis
mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan
makalah mengenai langgam arsitektur vernkular, neo-vernakular, dan dekonstruksi untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Sejarah dan Teori Arsitektur 2.
Penulis tentu sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis memohon
maaf. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, khususnya
kepada dosen Bapak Wahyu Abdillah, ST, MT yang telah membimbing penulis dalam
pembuatan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................ 1
1.3 Manfaat penulisan ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
2.1 Arsitektur Vernakuler ...................................................................................... 2
2.2 Arsitektur Neo-Vernakuler .............................................................................. 6
2.3 Arsitektur Dekonstruksi ................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mendesain suatu bangunan, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu
sejarah dari perkembangan arsitektur. Oleh karena itu, pada makalah ini akan
dibahas beberapa zaman perkembangan arsitektur dari zaman ke zaman, antara
lain:
a. Arsitektur Vernakular
b. Arsitektur Neo-Vernakular
c. Arsitektur Dekonstruksi

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana langgam Arsitektur Vernakular?
2. Bagaimana langgam Arsitektur Neo-vernakular?
3. Bagaimana langgam Arsitektur Dekonstruksi?

1.3 Manfaat Penulisan


1. Mengetahui langgam Arsitektur Vernakular.
2. Mengetahui langgam Arsitektur Neo-vernakular.
3. Mengetahui langgam Arsitektur Dekonstruksi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arsitektur Vernakuler
Arsitektur vernakular adalah gaya arsitektur yang dirancang berdasarkan
kebutuhan lokal, ketersediaan bahan bangunan, dan mencerminkan tradisi lokal.
Definisi luas dari arsitektur vernakular adalah teori arsitektur yang mempelajari
struktur yang dibuat oleh masyarakat lokal tanpa intervensi dari arsitek profesional.
Arsitektur vernakular bergantung pada kemampuan desain dan tradisi
pembangunan lokal. Namun, sejak akhir abad ke-19 telah banyak arsitek
profesional yang membuat karya dalam versi gaya arsitektur vernakular ini.
Istilah vernakular berasal dari kata vernaculus di Bahasa Latin, yang berarti
"domestik, asli, pribumi", dan dari Verna, yang berarti "budak pribumi" atau
"budak rumah-lahir". Dalam linguistik, vernakular mengacu pada penggunakan
bahasa tertentu pada suatu tempat, waktu, atau kelompok. Dalam arsitektur,
vernakular mengacu pada jenis arsitektur yang asli pada waktu atau tempat tertentu
(tidak diimpor atau disalin dari tempat lain). Arsitektur vernakular ini paling sering
digunakan untuk bangunan tempat tinggal.
Arsitektur vernakular memiliki konsep yang sangat terbuka dan komprehensif.
Arsitektur vernakular merupakan istilah yang juga merepresentasikan arsitektur
primitif atau asli, arsitektur adat, arsitektur leluhur atau tradisional, arsitektur
pedesaan, arsitektur etnis, arsitektur informal, atau arsitektur tanpa arsitek.
Arsitektur vernakular tidak dapat disamakan dengan arsitektur tradisional,
meskipun ada hubungan di antara keduanya.
Teori mengenai arsitektur vernakular telah ada sejak tahun 1800-an, yang berarti
bahwa konsep arsitektur vernakular bukanlah sebuah konsep baru, tetapi sudah ada
sejak zaman dahulu. Ide mengenai vernakularisme pada bangunan telah muncul
dalam Bahasa Inggris sejak tahun 1600-an, sedangkan istilah arsitektur vernakular
telah secara eksplisit digunakan sejak tahun 1818.
Arsitek mulai tertarik menggunakan vernakular dalam teori arsitektur pada awal
abad ke-20. Pada tahun 1964, sebuah pameran foto mengenai arsitektur vernakular
bernama Architecture Without Architects yang digelar di New York Museum of
Modern Art (MOMA) menjadi momen penting dari masuknya arsitektur
vernakular ke dalam high architecture. Pameran ini diselenggarakan oleh Bernard

2
Rudofsky yang memiliki tujuan untuk mengangkat arsitektur vernakular ke dalam
kategori beaux-arts.
Arsitektur yang didesain oleh arsitektur profesional biasanya tidak dapat
dianggap sebagai vernakular. Frank Lloyd Wright menggambarkan arsitektur
vernakular sebagai “bangunan masyarakat yang muncul untuk menanggapi
kebutuhan yang ada, sesuai dengan lingkungan, dan dibangun oleh orang-orang
yang mengetahui secara jelas kebutuhan yang diinginkan”.
Arsitektur vernakular dipengaruhi oleh berbagai aspek berbeda, mulai dari
perilaku manusia hingga kondisi lingkungan, yang membuat bentuk bangunan
menjadi berbeda-beda tergantung fungsinya. Misalnya, Iglo, rumah suku Inuit
untuk menghadapi dingin.
Salah satu pengaruh paling besar pada arsitektur vernakular adalah ikim dari
daerah tempat bangunan tersebut dibuat. Bangunan di iklim dingin biasanya lebih
tertutup dengan jendela yang berukuran kecil atau sama sekali tidak ada.
Sebaliknya bangunan di iklim hangat cenderung dibangun dengan material yang
ringan dan ukuran ventilasi yang besar.
Bangunan juga memiliki bentuk berbeda tergantung pada tingkat curah hujan di
wilayah tersebut. Contohnya seperti rumah panggung yang dibangun pada daerah
sering banjir. Demikian pula untuk daerah dengan angin kencang, pasti bangunan
dibuat khusus untuk melindungi mereka dari angin dan melawan arah angin.
Pengaruh iklim pada arsitektur vernakular bisa membuat struktur bangunan
menjadi sangat kompleks. Struktur bangunan vernakular di wilayah Timur Tengah
contohnya, sering kali memiliki halaman di bagian tengah rumah dengan air
mancur atau kolam untuk mendinginkan udara. Hal-hal seperti ini tidak didesain
khusus oleh seseorang apalagi arsitek, tetapi muncul akibat trial and error yang
telah dirasakan oleh berbagai generasi, jauh sebelum adanya teori yang dapat
menjelaskan bagaimana cara membuat bangunan.

Salah satu pengaruh paling besar pada arsitektur vernakular adalah ikim dari
daerah tempat bangunan tersebut dibuat. Bangunan di iklim dingin biasanya lebih
tertutup dengan jendela yang berukuran kecil atau sama sekali tidak ada.
Sebaliknya bangunan di iklim hangat cenderung dibangun dengan material yang
ringan dan ukuran ventilasi yang besar.

3
Bangunan juga memiliki bentuk berbeda tergantung pada tingkat curah hujan di
wilayah tersebut. Contohnya seperti rumah panggung yang dibangun pada daerah
sering banjir. Demikian pula untuk daerah dengan angin kencang, pasti bangunan
dibuat khusus untuk melindungi mereka dari angin dan melawan arah angin.
Pengaruh iklim pada arsitektur vernakular bisa membuat struktur bangunan
menjadi sangat kompleks. Struktur bangunan vernakular di wilayah Timur Tengah
contohnya, sering kali memiliki halaman di bagian tengah rumah dengan air
mancur atau kolam untuk mendinginkan udara. Hal-hal seperti ini tidak didesain
khusus oleh seseorang apalagi arsitek, tetapi muncul akibat trial and error yang
telah dirasakan oleh berbagai generasi, jauh sebelum adanya teori yang dapat
menjelaskan bagaimana cara membuat bangunan.

Cara hidup dari penggunanya, serta bagaimana mereka menggunakan


bangunan, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap bentuk bangunan.
Banyaknya anggota keluarga, bagaimana mereka membagi ruangan untuk tiap
anggota keluarga, bagaimana makanan disiapkan dan dimakan, bagaimana mereka
berinteraksi, dan masih banyak pertimbangan budaya lainnya yang akan
mempengaruhi tata letak dan ukuran tempat tinggal.
Di Afrika Timur yang memiliki masyarakat poligami, terdapat tempat tinggal
terpisah untuk istri yang berbeda, atau tempat tinggal terpisah untuk anak laki-laki
yang sudah dewasa agar tidak satu rumah dengan anak perempuan. Struktur
pemisah ini mengatur interaksi sosial dan juga privasi dari tiap anggota keluarga.
Sebaliknya, di Eropa Barat, struktur pemisah seperti ini dilakukan di dalam satu
rumah, dengan membagi bangunan menjadi beberapa kamar terpisah.
Budaya juga memberikan pengaruh besar pada tampilan bangunan vernakular.
Penghuni atau masyarakat setempat biasanya sering menghiasi bangunan sesuai
dengan adat dan kepercayaan lokal.

Suasana lingkungan setempat dan bahan konstruksi bangunan dapat


memberikan aspek tersendiri pada arsitektur vernakular. Daerah dengan banyak
pohon biasanya menggunakan kayu sebagai bahan bangunan, sementara daerah
tanpa kayu biasanya menggunakan lumpur atau batu sebagai material bangunan.
Di negara Timur biasanya mereka menggunakan bambu untuk membuat bangunan
karena di sana bambu sangat berlimpah dan serbaguna. Namun, harus diingat pula

4
bahwa arsitektur vernakular sangat ramah lingkungan dan tidak memakai bahan-
bahan alami dari alam secara berlebihan.

2.2 Arsitektur Neo-Vernakuler


Secara etimologi, Neo berasal dari bahasa Yunani dan digunakan sebagai fonim
yang berarti baru. Jadi, neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di ucapkan
dengan cara baru, arsitektur neo-vernacular adalah suatu penerapan elemen
arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep,
filosopi, tata ruang).

Dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara


empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mangalami
pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa
mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat.

Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-


Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan
nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi
industri.

Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang konsepnya pada


prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta
budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan,
alam, dan lingkungan.

Arsitektur neo-vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat


modern namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah
setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern.

Arsitektur neo-vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tapi


masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah
bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam arsitektur neo-vernakular, ide
bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk
modern.

Ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular

6
 Selalu menggunakan atap bumbungan
 Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah
sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan
penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang
menyimbolkan permusuhan.
 Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)
 Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang
merupakan budaya dari arsitektur barat.
 Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan
proporsi yang lebih vertikal.
 Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang
terbuka di luar bangunan.
 Warna-warna yang kuat dan kontras.

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernacular tidak


ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lebih pada
keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan
jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian
kembali. Berikut adalah kriteria arsitektur neo-vernakular.

o Pemakaian atap miring


o Batu bata sebagai elemen local
o Susunan masa yang indah.

2.3 Arsitektur Dekonstruksi


Kata Dekonstruksi mengacu pada zaman yang muncul setelah zaman
postmodern pada tahun 1980. Paham dekonstruksi menurut filosofer Perancis
merupakan suatu bentuk semiotika yang memandang sesuatu dengan cara yang
baru dan tidak biasa.
Arsitektur Dekonstruksi muncul dengan adanya impresi terhadap bentuk.
Ditandai dengan absennya harmoni, kontinuitas atau simetri sehingga sering juga
menimbulkan bentuk yang impresif dan spektakuler. Selain fragmentasi bentuk,
hal yang sering muncul pada arsitektur dekonstruksi adalah adanya clading/kulit
bangunan dengan bentuk yang tidak beraturan dan kesan distorsi.

7
Dekonstruktivisme dalam arsitektur mulai dikenal publik sebagai hasil dari entri
desain untuk kompetisi arsitektur Parc de la Villette 1982, yang diajukan oleh
Jacques Derrida, Peter Eisenman dan Bernard Tschumi (yang menang). Kemudian,
pada tahun 1988 sebuah Museum Seni Modern menggelar pertunjukan di New
York yang berjudul "Deconstructivist Architecture", yang dikuratori oleh Philip
Johnson dan Mark Wigley. Pameran ini menampilkan desain oleh Frank Gehry,
Daniel Libeskind, Peter Eisenman, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, Bernard Tschumi
dan Coop Himmelblau. Tahun berikutnya (1989) digelar pembukaan Pusat Seni
Wexner di Columbus, gedung publik besar pertama yang dirancang dengan gaya
dekonstruksi oleh Peter Eisenman.

Paham dekonstruksi berasal dari filsuf Jacques Derrida, dekonstruksi adalah


pendekatan untuk memahami hubungan antara teks dan makna. Pendekatan
Derrida terdiri dari melakukan pembacaan teks mencari hal-hal yang bertentangan
dengan makna yang dimaksudkan atau kesatuan struktural dari teks tertentu.

Konsep dari dekonstruksi sendiri sangat identik dengan pemikiran Derrida,


yakni differance, jejak-jejak, dan iterabilitas. Derrida menunjukkan kelemahan dari
ucapan untuk mengungkapkan makna dengan menggunakan kata differance.
Differance berasal dari kata difference yang mencakup tiga pengertian, yaitu:
1. To differ, untuk membedakan, atau tidak sama sifatnya.
2. Differe (latin), untuk menyebarkan, mengedarkan.
3. To defer, menunda.

Tujuan dekonstruksi adalah untuk menunjukkan bahwa penggunaan bahasa


dalam teks yang diberikan, dan bahasa secara keseluruhan, sangat rumit, tidak
stabil, atau tidak mungkin tereduksi. Sepanjang bacaannya, Derrida berharap dapat
menunjukkan dekonstruksi di tempat kerja.

Arsitektur Dekonstruksi dapat dibagi menjadi 2 aliran, antara lain:


1. Dekonstruksi Derridan, yang mengikuti filsafat Derrida
Arsitek: Bernard Tschumi, Peter Eisenman, Coop Himmelblau
2. Dekonstruksi Non-derridean, yang lebih plagmatis dan formal dan lebih
mementingkan nilai estetika.

8
Arsitek: Rem Koolhas (Rusian Constructivism), Zaha Hadid (Suprematism), Frank
Gehry (Post-Structuralism in Nature), Daniel Libeskind.

Karakteristik dalam arsitektur Dekonstruksi adalah sebagai berikut.


a. Garis-garis yang tidak beraturan.
b. Keseluruhan struktur seperti runtuh
c. Bentuk-bentuk geometri yang aneh, akibat dari adanya pembatasan penerimaan
keabsolutan terhadap keaslian bentuk -bentuk geometri yang selama ini dikenal.

Beberapa contoh bangunan yang memakai langgam Arsitektur Dekonstruksi


adalah :
1. UFA-Palast di Dresden, Germany, oleh Coop Himmelb

2. Alpine Deconstructivism di Kitzbühel, Austria, oleh Christine & Horst Lechner

9
3. Vitra Design Museum oleh Frank Gehry, Weil am Rhein, Germany

4. The McCormick Tribune Campus Center di Chicago's IIT Campus oleh Rem
Koolhaas

5. The Gymnasium oleh Josef Kiszka dan Barbara Potysz, di Orlová, Czech
Republic

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Arsitektur vernakular adalah gaya arsitektur yang dirancang berdasarkan


kebutuhan lokal, ketersediaan bahan bangunan, dan mencerminkan tradisi lokal.
Definisi luas dari arsitektur vernakular adalah teori arsitektur yang mempelajari
struktur yang dibuat oleh masyarakat lokal tanpa intervensi dari arsitek profesional.

Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-


Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan
nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi
industri.

Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang konsepnya pada


prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta
budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan,
alam, dan lingkungan.

Arsitektur dekonstruktivis dicirikan oleh manipulasi tampilan, fragmentasi, dan


bentuk-bentuk non-bujursangkar yang distorsi dan melanggar norma arsitektur
konvensional, terutama pada struktur dan tampilan bangunan. Gaya ini dengan
sengaja menyandingkan elemen-elemen yang tampaknya saling bertentangan
untuk menantang gagasan tradisional tentang harmoni dan kontinuitas bahkan
stabilitas.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.arsitur.com/2017/03/pengertian-arsitektur-dekonstruksi-ciri.html

https://www.arsitur.com/2017/11/pengertian-arsitektur-neo-vernakular.html

https://www.arsitag.com/article/apa-itu-arsitektur-vernakular

iii

Anda mungkin juga menyukai